Anda di halaman 1dari 6

Secar umum Budi Pekerti berarti moral

dan kelakuan yang baik dalam menjalani


kehidupan ini.

Ini adalah tuntunan moral yang paling penting untuk orang Jawa tradisional. Budi Pekerti adalah
induk dari segala etika ,tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan , pekerjaan dan
kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah,
kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral,budi
pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi.
Budi Pekerti yang mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan( Pekerti) yang
dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik ( Budi).

Dengan definisi yang teramat gamblang dan sederhana dan tidak muluk-muluk, kita semua dalam
menjalani kehidupan ini semestinya dengan mudah dan arif dapat menerima tuntunan budi pekerti.

Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar.Kalau kita berbudi pekerti, maka
jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan
hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik.

Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang
tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang
berat seperti : melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana.

Penanaman Budi Pekerti

Esensi Budi Pekerti,secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah
maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat.

Dirumah dan keluarga


Sejak masa kecil dalam bimbingan orang tua, mulai ditanamkan pengertian baik dan benar seperti
etika, tradisi lewat dongeng, dolanan/permainan anak-anak yang merupakan cerminan hidup
bekerjasama dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan.

Berperilaku yang baik dalam keluarga


amat penting bagi pertumbuhan sikap
anak selanjutnya. Dari kecil sudah
terbiasa menghormat orang tua atau orang
yang lebih tua, misalnya : jalan sedikit membungkuk jika berjalan didepan orang tua dan dengan
sopan mengucap : nuwun sewu( permisi), nderek langkung ( perkenankan lewat sini).

Selain berperilaku halus dan sopan, juga berbahasa yang baik untuk menghormati sesama, apakah itu
bahasa halus ( kromo) atau ngoko ( bahasa biasa). Bahasa Jawa yang bertingkat bukanlah hal yang
rumit, karena unggah ungguh basa( penggunaan bahasa menurut tingkatnya) adalah sopan santun
untuk menghormat orang lain.

Bahasa kromo dan ngoko


Pada dasarnya ada dua tingkatan dalam bahasa Jawa,yaitu : Kromo, bahasa halus dan ngoko, bahasa
biasa. Bahasa kromo dipakai untuk menghormat orang tua atau orang yang perlu dihormat, sedangkan
ngoko biasanya dipakai antar teman.
Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh :
Bahasa Indonesia : Saya mau pergi.
Kromo : Kulo bade kesah.
Ngoko : Aku arep lunga.

Dalam percakapan sehari-hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang anaknya menggunakan
kromo. Dalam pergaulan dipakai pula bahasa campuran yang memakai kata-kata dari kromo dan
ngoko dan ini lebih mudah dipelajari dalam praktek dan sulit dipelajari secara teori.

Ora ilok, suatu kearifan


Orang tua zaman dulu sering bilang : ora ilok,artinya tidak baik, untuk melarang anaknya.Jadi anak
tidak secara langsung dilarang, apalagi dimarahi.Ungkapan tersebut dimaksudkan , agar si anak tidak
melakukan perbuatan yang tidak sopan atau mengganggu keharmonisan alam. Misalnya ungkapan :
Ora ilok ngglungguhi bantal, mengko wudhunen (Tidak baik menduduki bantal , nanti bisulan).
Maksudnya supaya tidak menduduki bantal, karena bantal itu alas kepala. Meludah sembarang tempat
atau membuang sampah tidak pada tempatnya, juga dibilang ora ilok, tidak baik. Tempo dulu, orang
tua enggan menjelaskan, tetapi sebenarnya itu merupakan kearifan. Lebih baik melarang dengan arif,
dari pada dengan cara keras.

Tembang yang bermakna

Pada dasarnya, pendidikan informal


dirumah, dikalangan keluarga adalah
ditujukan kepada harapan terbaik bagi anak asuh. Coba perhatikan ayah atau ibu yang
meninabobokkan anak dengan kasih sayang melantunkan tembang untuk menidurkan anak , isinya
penuh permohonan kepada Sang Pencipta, seperti tembang : Tak lelo-lelo ledung, mbesuk gede pinter
sekolahe, dadi mister, dokter, insinyur. ( Sayang, nanti sudah besar pintar sekolahnya, jadi sarjana
hukum, dokter atau insinyur).

Atau doa dan permohonan yang lain : Mbesuk gede, luhur bebudhene,jumuring ing Gusti,
angrungkubi nagari ( Bila sudah dewasa terpuji budi pekertinya, mengagungkan Tuhan dan berbakti
kepada negara).

Pendidikan tradisional zaman dulu mengandung kesabaran, nerimo ing pandhum, pasrah, ayem
tentrem, tansah eling marang Pangeran ( selalu dengan sabar menerima dan mensyukuri pemberian
Tuhan, pasrah. Pengertian pasrah adalah tekun berusaha dan menyerahkan keputusan kepada
Tuhan.Hati tenang tentram, selalu ingat kepada Tuhan).Perlu digaris bawahi bahwa kepercayaan orang
Jawa tradisional kepada Tuhan itu sudah mendarah daging sejak masa kuno, sehingga anak-anak Jawa
sejak kecil sudah sering mendengar kata-kata orang tua : Kabeh sing neng alam donya iku ana margo
kersaning Gusti. ( Semua yang ada didunia ini ada karena kehendak Tuhan).Sehingga bagi orang Jawa
tradisional, apapun yang terjadi, akan selalu pasrah dan mengagungkan Gusti/Tuhan. Itu sudah
menjadi watak bawaan yang mendarah daging.

Biasanya ketika anak mulai berumur lima


tahunan, secara naluri mulai diterapkan
ajaran unggah-ungguh, sopan santun, etika, menghormati orang tua dan orang lain. Inkulturisasi,
penanaman etika ini sangat penting karena menjadi dasar supaya si anak hingga dewasa dapat
membawa diri dan diterima dalam pergaulan dimasyarakat, mampu bersosialisasi dan punya budaya
malu. Punya sikap mendahulukan kepentingan orang lain, peka dan peduli kepada sekeliling dan
lingkungan. Punya kebiasaan hidup rukun dan damai, penuh kasih sayang dan hormat dilingkungan
keluarga dan masyarakat. Penanaman sikap sejak dini ini penting karena akan merasuk dalam rasa,
sehingga kepekaannya tidak mudah hilang.

Peduli Lingkungan
Pendidikan yang mengarah kepada peduli dan kasih terhadap lingkungan dan alam, juga sudah
dimulai sejak usia belia.Anak-anak diberi pengertian untuk tidak bersikap sewenang-wenang kepada
binatang dan tanaman dan juga menjaga kebersihan alam, tidak merusak alam.
Anak kecil yang dirumahnya punya binatang peliharaan seperti anjing, kucing, burung, selalu
diberitahu oleh orang tuanya untuk merawat nya dengan baik, memberi makan yang teratur, dijaga
kebersihannya, kandangnya juga bersih dan tidak boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang dan
justru harus dilindungi dan dikasihi.

Tanaman dan pepohonan juga harus


dirawat dengan baik, disiram setiap sore,
kadang-kadang diberi pupuk, dijaga
supaya tumbuh subur dan sehat dan cantik
penampilannya ,sehingga enak dipandang.

Tanaman yang dirawat akan membalas kebaikan kita, daunnya, , bunganya, buahnya, kayunya,
akarnya, bisa memberi faedah yang berguna.
Bumi tempat kita berpijak, juga harus dilindungi, diurus yang baik, jangan asal saja menggali-gali
tanah ,kalau memang tidak ada tujuan yang bermanfaat.Sumber air juga harus dijaga, tidak boleh
dikotori.

Prinsipnya, kita harus dengan sadar dan sebaik-baiknya merawat, menggunakan dan mensyukuri
semua pemberian alam dan Sang Pencipta.

Pendidikan formal
Selain pendidikan non-formal yang berkembang dan berpengaruh positif, pendidikan formal tentu saja
mempunyai peran sangat penting.Anak dididik supaya cerdas dan punya budi pekerti.

Sejak ditaman bermain/Play group, TK,SD, anak diperkenankan dan dibiasakan bersosialisasi,
ditanamkan etika, sopan santun, kebersihan, rasa kebersamaan, rasa kebersamaan dialam sebagai satu
kesatuan kosmos, ditanamkan rasa solidaritas dan kasih sayang demi keselarasan, keseimbangan dan
perdamaian.

Tentu juga diajarkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam tradisi dan adat istiadat.

Dimasa penjajahan dulu, sekolah-sekolah


pribumi seperti Taman Siswa,
menanamkan pendidikan yang penuh
dengan semangat juang dan nasionalisme,
persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajah.

Etika Pergaulan
Sebagai bangsa yang berbudaya, sebaiknya semua pihak menampilkan sikap yang santun dalam
pergaulan, membuat orang lain senang, dihargai. Orang itu senang bila dihargai, disapa dengan kata-
kata yang baik, termasuk wong cilik, orang ekonomi lemah.Wong cilik akan santun kepada orang yang
menghargai mereka. Orang santun, meski derajatnya tinggi, tidak sombong, ini orang yang
berbudaya.Orang yang berperilaku baik, berbahasa baik, berbudi baik, selain dihargai orang lain,
secara pribadi juga untung, yaitu akan mengalami peningkatan taraf kejiwaannya, mengalami
kemajuan batiniah.

Pelajaran dari cerita wayang


Cerita yang bersumber dari pewayangan juga penting untuk pendidikan budi pekerti secara umum.
Bagi orang Jawa tradisional, apa yang dikisahkan dalam wayang adalah merupakan cermin dari
kehidupan, oleh karena itu wayang sangat populer di Jawa sampai saat ini.

Pelajaran yang bisa ditarik dari pewayangan adalah , antara lain :


1 Didunia ini ada baik dan jahat, pada akhirnya yang baik yang menang, tetapi setiap saat yang
jahat akan berusaha untuk menggoda lagi.
2 Ikutilah contoh dari sikap hidup Pandawa, lima satria putra Pandu yaitu Yudistira, Bima,
Arjuna, Nakula, Sadewa dan satria-satria yang lain yang mempunyai watak luhur, jujur, sopan.
Mereka berjuang demi kebenaran, untuk kesejahteraaan rakyat dan negara. Mereka dengan tekun
dan ikhlas mendalami spiritualitas, kebatinan. Mereka menggunakan kemampuan, kesaktiannya
untuk tujuan yang mulia. Satria itu orang yang berbudi pekerti, berwatak luhur dan bertanggung
jawab.

3 Jangan mencontoh sikap para


Korawa,seratus orang putra
Destarata,yaitu Duryudana dan adik-
adiknya beserta kroni-kroninya.
Mereka itu tidak jujur, serakah mencari kekayaan materi dan kekuasaan, sikapnya kasar, tidak
sopan, culas.Mereka digambarkan sebagai raksasa. Raksasa dalam bahasa Jawa adalah Buto
artinya buta, tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat, yang salah dan yang benar.
4 Dari epoch Ramayana, Prabu Rama, Anoman dan anah buahnya punya watak satria luhur,
sebaliknya Rahwana, Sarpakenaka adalah raksasa-raksasa yang rakus dan keji, tanpa rasa
kemanusiaan.
5 Penghuni Alam Raya ini tidak hanya manusia, hewan dan mahluk yang kasat mata, tetapi juga
ada mahluk-mahluk lain yang biasanya disebut mahluk halus, ada yang baik dan ada yang jahat
wataknya.
6 Ada alam Kadewatan yang dihuni dewa dewi yaitu di Kahyangan. Penguasa Jagat Raya
adalah Sang Hyang Wenang yang dalam pelaksanaannya memberi wewenang kepada Batara
Guru.
7 Dalam hidupnya manusia selalu mensyukuri berkah dan anugerah Tuhan, selalu berdoa dan
mengagungkan Tuhan, Sang Pencipta.Garis kehidupan manusia sesuai ketentuan yang diketahui
dan diizinkan Tuhan.Titah bisa berkomunikasi dengan Sang Penguasa Jagat Raya, Tuhan melalui
perantaraan dewa dewi ataupun secara langsung. Ini tentu merupakan anugerah Gusti kepada
titahnya yang terpilih, tidak sembarang orang.Pemberitahuan Ilahi juga bisa diterima melalui
wahyu secara langsung ataupun lewat mimpi.Dalam cerita wayang, seseorang bisa dikontak oleh
utusan Kahyangan setelah bertapa ditempat yang sepi untuk beberapa saat(.Dewa-dewi dalam
pengertian lain bisa disebut Malaikat atau Angels).
8 Manusia yang sudah diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan dibumi ini oleh Sang
Pencipta, tidak layak kalau menyia-nyiakan hidupnya. Dia harus menjadi manusia yang berbudi
pekerti, melaksanakan darma anak manusia untuk memayu hayuning bawana . ( Melestarikan
bumi dan mempercantik kehidupan dibumi.)
.
Legenda –legenda tanah Jawa menggambarkan :
9 Adanya raja-raja dan penguasa yang adil dan tidak adil;ada yang baik, bijak, tetapi ada juga
yang bengis dan kejam.’
10 Kejujuran dan kelicikan.
11 Pahlawan dan pengkhianat
12 Negeri aman, adil makmur dan negeri yang serba semrawut dan kacau.
13 Kekuasaan untuk rakyat dan penyalahgunaan kekuasaan.
14 Masyarakat adil makmur tata tentram kerta raharja adalah suasana kehidupan masyarakat
yang didambakan orang Jawa.

Tatakrama dan Tata Susila

Tatakrama dan Tata Susila juga tak terlepas dari budi pekerti. Berlaku sopan, bertatakrama yang
meliputi sikap badan, cara duduk, berbicara dll. Misalnya dengan orang tua berbahasa halus/kromo,
dengan teman berbahasa ngoko. Bahasa Jawa memang unik, dengan mudah bisa menunjukkan sifat
tatakrama seseorang.

Menghormati orang tua, guru, pinisepuh adalah wajib, tetapi tidak berarti yang muda tidak dihormati.
Hormat kepada orang lain itu satu keharusan.
Itu kesemuanya termasuk dalam Tata Susila- etika moral, yang juga meliputi :

15 Jujur, tidak menipu, welas asih


kepada sesama. Berkelakuan baik
tidak melakukan Mo Limo, yaitu :
Main/berjudi; madon/ main
perempuan atau selingkuh;mabuk karena minuman keras;madat menggunakan narkoba dan
maling .Tentu saja tindakan jahat yang lain seperti membunuh, menista, mengakali,memeras,
menyuap, melanggar hukum dan berbuat kejam ,harus tidak dilakukan.
16 Berperilaku baik dengan menghindari perbuatan salah, supaya nama baik tetap terjaga dan
supaya tidak kena malu.Terkena malu bagi orang Jawa tradisional adalah kehilangan
kehormatan.Ada pepatah Jawa menyatakan : Kehilangan semua harta milik itu tidak kehilangan
apapun; kehilangan nyawa artinya kehilangan separoh hidup kita; tetapi kalau kehilangan
kehormatan artinya kehilangan semuanya.
17 Memelihara kerukunan, bebas dari konflik diantara keluarga, tetangga, kampung, desa,
selanjutnya ditingkat negara dan dunia, dimana hubungan harmonis antar manusia teramat
penting. Kerusakan dan kekacauan yang timbul didunia ini, yang paling besar adalah dikarenakan
oleh sikap manusia’Ingatlah pepatah : Rukun agawe santoso artinya : Rukun membuat kita sehat
kuat.
18 Bersikap sabar, nrimo artinya menerima dengan ikhlas dan sadar jalan kehidupan kita dan
tidak perlu iri kepada sukses orang lain Ingin hidup sukses harus berusaha dengan keras dan rajin
dan mohon restu Tuhan, hasilnya terserah Tuhan.
19 Tidak bersikap egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Ada petuah : Sepi ing pamrih,
rame ing gawe.artinya bertindak tanpa pamrih dan selalu siap bekerja demi kepentingan
masyarakat dan kesejahteraan umat.Sikap yang demikian ,mudah menimbulkan tindakan ber-
gotong royong, baik dalam lingkungan kecil maupun besar.
20 Gotong Royong adalah kerjasama saling membantu dan hasilnya sama-sama dinikmati. Ini
bisa berlaku diskop kecil seperti antar tetangga kampung yang merupakan kebiasaan yang sudah
berjalan sejak masa kuno. Yang digotong royongkan antara lain : sama-sama membersihkan jalan
desa, memperbaiki pra sarana seperti jalan desa, saluran air, balai desa dsb.Ada juga yang
bergotong royong ramai-ramai membangun rumah seorang warga dll. Jadi pada intinya gotong
royong adalah kerjasama antar beberapa pihak yang menghasilkan nilai lebih dipelbagai bidang
yang dikerjakan bersama tersebut. Dasar gotong royong adalah sukarela dan untuk kepentingan
bersama yang meliputi bidang-bidang perawatan, pembangunan, produksi dll.Tiap peserta akan
menangani bidang pekerjaan yang merupakan kemahirannya dan itu akan bersinerji dengan
ketrampilan peserta lain dan “proyek” akan berjalan lancar.Berdasarkan pengalaman yang sukses
dari gotong royong lingkup kecil, gotong royong bisa dipraktekkan berupa sinerji yang berskala
nasional, regional ,bahkan internasional.

Kembali ke Budi Pekerti

Pada saat keprihatinan melanda kehidupan dinegeri tercinta ini dan itu sebab pokoknya adalah
kemerosotan moral dan hukum yang sulit ditegakkan , kebenaran diplintir , rasa malu hilang entah
kemana, mana yang baik mana yang buruk dikaburkan, tata susila tak diperhitungkan.Lalu dimana
pula kejujuran?Yang lagi ngetrend pada saat ini adalah janji-janji, terutama janjinya para politikus.
Ini katanya zaman krisis multi dimensi, kalau orang dulu bilang : Ini zaman edan !

Dalam keadaan sulit seperti apapun, tentu ada jalan keluarnya, tidak semua orang bersifat jelek, tidak
semua pemimpin lupa diri, ada masih anak bangsa yang berkwalitas, jujur, pandai, trampil,
trengginas,berani hidup sederhana, dalam perilaku dan tindakannya didasari nurani dan berkah Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang . Inilah anak bangsa, satria bangsa yang mumpuni dan akan
mrantasi gawe, mengentaskan bangsa dan negara ini dari keterpurukan dan membawa kekehidupan
yang lebih baik , sejahtera, aman, adil dan makmur.

Kalau kita merenung dengan hening, berbicara dengan nurani, tiada sedikit keraguan bahwasanya
Budi Pekerti yang sarat dengan ajaran luhur moral dan etika dan kepasrahan kepada Tuhan,
merupakan resep mujarab supaya bangsa dan negara terlepas dari segala keruwetan yang dihadapi (
Ngudari ruwet rentenge bangsa lan negara ).

Krisis yang dihadapi akan ditanggulangi dengan baik bila kita semua, terutama mereka yang menjadi
pemimpin, priyayi, birokrat, dengan sadar dan mantap, melaksanakan semua tindakan dengan dasar
budi pekerti.

Budi Pekerti yang merupakan kearifan lokal, pada dasarnya mengandung nilai-nilai universal.
Budi Pekerti akan membangkitkan kepribadian yang berkwalitas : tanggap ( peka), tatag ( tahan uji),
dan tanggon ( dapat diandalkan).

Anda mungkin juga menyukai