Anda di halaman 1dari 7

Lingkungan Sehat, Nyaman Dilihat, Gairah Meningkat !

“Tok … tok … tok…”

Terdengar sepintas olehku dari kejauhan seorang bapak tua berpeci hitam

sedang memukul-mukul papan pada sebatang kayu. “Ah, penasaran aku akan

mendekati dan bertanya sedang apa. Lagipula aku memang ingin melewati jalan ini.

Udara paginya sejuk dan tamannya dirawat dan ditata dengan rapih.”

“Oh, rupanya aku sudah berada didekatnya. Disapa tidak ya, malu nggak ya,

nanti disangka SKSD (Sok Kenal Sok Deket). Aku sekedar hanya ingin tahu apa yang

sedang dikerjakannya, mungkin saja aku bisa dapat pengalaman berharga darinya,”

aku bergumam dalam hati.

“Assalamu’alaikum.”

“Sedang memaku apa, Pak?” tanyaku. “Sepertinya Bapak butuh bantuan

seseorang untuk memegangi papannya,” sapaku lagi.

“Wa’alaikum Salam.”

“Eh, anak muda, kebetulan sekali Anda lewat, sebetulnya dari tadi Bapak

memaku papan ini, tapi susah sekali. Mungkin tenaga Bapak sudah mulai ‘soak’

ibarat baterai, maklum sudah tua,” katanya sambil tersenyum.

“Kok, Bapak kerja sendirian, kalau saya lihat, ini sepertinya taman milik

warga sini,” tanyaku ingin tahu.

Bapak tua itu memulai pembicaraan. “Sebenarnya hari ini, warga RW 07 akan

kerja bakti melaksanakan program 3M, seperti yang ada di televisi, membersihkan
dan menanam pohon-pohon serta membuat lapangan bulutangkis di sebelah taman

ini.”

Kerja bakti yang dilakukan tiap dua minggu sekali ini rupanya sudah rutin

dilakukan mengingat musim hujan mulai tiba dan sampah-sampah serta sarang-

sarang nyamuk sudah menumpuk dan harus segera dibersihkan. Ini juga dilakukan

sebagai upaya untuk menghindari kejadian tahun lalu dimana ada tiga orang warga

RW 07 yang terkena demam berdarah.

Sambil menatap ke arahku ia berkata, “Mungkin Bapak terlalu semangat,

hingga datang pagi-pagi sekali. Oleh karena itu, sambil menunggu kedatangan warga

sini, Bapak memaku papan ini.”

Memang kalau dilihat sepintas, sudah banyak papan-papan yang berdiri tegak

berisi slogan-slogan seperti ‘Jagalah Kebersihan”, “Buanglah sampah pada

tempatnya”, “Ingat ! Bahaya Banjir” dan “Kebersihan sebagian dari Iman”.

“Ini semua sepertinya dibuat dalam rangka mengingatkan kita sebagai warga

masyarakat yang peduli untuk senantiasa menjaga dan memelihara hidup sehat, “aku

bergumam sambil melihat sekeliling taman.

“Kalau Mas eh saya panggil Adik saja ya, sepertinya adik masih kuliah?”

“Oh, iya, Pak.”

“Coba Adik lihat yang di sebelah sana, ada taman bermain untuk anak-anak,

ada ayunan dan permainan jungkat-jangkit. Disebelahnya tong sampah dan ada

papan yang berdiri tegak bertuliskan “Buanglah sampah pada tempatnya” dan

digambarkan oleh salah satu tokoh kartun Doraemon yang sedang membuang kertas

ke dalam tong sampah,” katanya sambil menunjuk ke arah taman.


“Sepertinya taman itu dimaksudkan, selain sebagai tempat bermain juga

sebagai sarana untuk mulai belajar menjaga kebersihan sejak dini. Bukan begitu,

Pak,” aku memotong pembicaraan.

“Betul sekali, anak muda. Taman ini dikerjakan secara bergotong royong dan

dari swadaya masyarakat sini. Dan untuk minggu ini, rencananya kami akan membuat

lapangan bulutangkis dan membersihkan sampah yang sudah menumpuk dan rumput-

rumput yang sudah tinggi,” tambahnya.

Waktu terus berjalan, semilir angin sepoi-sepoi masih terasa segar dan rasanya

malas untuk beranjak meninggalkan taman ini.

“Oh, iya. Ngomong-ngomong Bapak tadi sedang memaku sebuah papan.

Apakah papannya berisi slogan lagi?. Bukankah sudah cukup banyak slogan-slogan

yang ada di sini?” kataku memulai pembicaraan lagi.

Sambil tersenyum malu, Bapak tua itu memperlihatkan papan dan

menyuruhku untuk membacanya.

“Wah, bagus sekali alias keren bahasa anak mudanya, Pak. “Lingkungan

Sehat, Nyaman Dilihat, Gairah Meningkat !” Ini slogan atas saran siapa, Pak?”

tanyaku ingin tahu.

Ia memulai ceritanya. “Pada waktu rapat RW, pihak pengurus akan

mengadakan lomba membuat slogan untuk mengingatkan masyarakat khususnya

warga RW 07 mengenai pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.

Tidak hanya slogan saja yang tanpa arti. tetapi harus mempunyai arti yang jelas dan

masyarakat bisa mengerti maksud dari slogan tersebut. Nah, Bapak ingin sekali
mencoba dan ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Dan alhamdulillah, ternyata

slogan Bapak yang menjadi juara,” kenangnya.

“Dan berhak memasang slogan tersebut di taman warga ini,” aku menyela.

“Betul, makanya Bapak semangat sekali ingin memasang papan slogan ini

dan ternyata datang kepagian,” katanya sambil membetulkan pecinya yang miring.

“Mari, Saya bantu memaku papannya,” kataku sambil mengambil palu dan

paku yang berada di dekatnya.

“Baiklah, Bapak yang memegangi papannya,” ujarnya lagi.

“Sepertinya aku mulai akrab dengan bapak tua ini,” gumamku.

Matahari mulai menampakkan sinarnya yang jernih. Tampak ibu-ibu hilir

mudik membawa tas berisi belanjaan serta angkutan umum yang masih jarang,

tampak melintasi taman ini.

“Oh, iya, bagaimana kalau sambil memaku, Bapak menjelaskan maksud dari

slogan ini. Bukankah tadi belum diceritakan artinya?. Saya jadi semangat ingin

mendengarkannya,” pintaku sambil tersenyum.

“Benar nih, Adik mau tahu. Memang tidak sedang buru-buru?’.katanya.

“Oh, tidak kok. Kebetulan kegiatan di kampus untuk minggu ini tidak ada,”

ucapku menjawab pertanyaannya.

“Ini menurut pendapat Bapak sendiri ya. Jadi kalau salah mohon dimaklumi

karena Bapak hanya lulusan SD,” begitu ia merendah.

Dalam hatiku, “Iya lulusan SD, tetapi kan sudah banyak pengalaman dan

katanya senang membaca serta menonton televisi. Buktinya bisa menang dalam

perlombaan itu.”
“Bagaimana,. Dik. Sudah siap untuk mendengar Bapak mengoceh?” katanya.

“Oh, iya iya, Pak.”

Mulailah ia bercerita panjang lebar mengenai arti dan maksud dari slogan

yang ia buat.

Katanya memulai pembicaraan, “Lingkungan Sehat berarti lingkungan yang

bersih, bisa di rumah (dalam rumahnya contohnya bak mandi, halamannya,

selokannya), di sekolah, di kantor, dan di tempat-tempat umum seperti di sini. Tidak

ada sampah yang beserakan, selokan-selokan yang mampet, lalat-lalat yang

berterbangan, dan lagi udaranya sejuk.”

Aku mendengar dengan seksama sambil memaku papan tersebut. Bapak tua

itu kembali memulai ucapannya.

“Kalau lingkungan sudah sehat, berarti lingkungan tersebut nyaman dilihat.

Bayangkan saja kalau di taman ini atau misalnya di rumah Adik sampah di mana-

mana dan lalat mengerumuninya. Bukankah kondisi seperti itu tidak enak dilihat,

tidak sedap dipandang. Iya kan,” ucap bapak itu berapi-api.

“Betul, Pak. Makanya saya melewati jalan ini dan menyapa Bapak. Di sini

udaranya sejuk, tamannya tertata rapih dan bersih. Dari kejauhan saja sudah sedap

dipandang,” kataku menimpali.

“Kalau gairah meningkat, maksudnya apa, Pak?” sambungku sambil

meletakkan palu dan paku yang tersisa.

“Sebentar. Wah, sudah beres nih. Tinggal kita berdirikan dan ditanam ke

dalam tanah,” ucapnya sambil mendesah.

Sambil membuat lubang, bapak tua itu melanjutkan penjelasannya.


“Gairah meningkat, jangan dulu diartikan negatif. Gairah di sini maksudnya

semangat. Jadi kalau lingkungannya sudah sehat, kemudian nyaman dilihat, sudah

tentu gairah untuk belajar, bekerja, berusaha dan lain-lain akan meningkat dan

motivasi pun bertambah. Untuk yang satu itu juga penting,” katanya mantap.

Sambil mengusap pundakku, ia berkata,”Nanti kalau Adik sudah menikah,

juga akan tahu dan mengerti.”

“Aku juga sebenarnya sudah tahu. Hebat sekali Bapak tua ini,” gumamku

sambil tersenyum.

“Hei, kok jadi melamun?” katanya mengagetkanku.

“Aku bangga dan terharu melihat semangat Bapak. Andai saja semua orang

yang ada di kota Jakarta ini mempunyai pandangan yang sama mengenai pentingnya

hidup bersih dan sehat, mungkin tidak akan ada lagi bencana banjir, korban demam

berdarah dan penyakit lainnya,” sambungku seraya memandangi wajahnya.

Bapak tua itu menambahkan sambil membersihkan tangannya yang kotor,

“Oleh karena itu, untuk menciptakan perilaku hidup sehat, kita bisa mulai dari diri

sendiri kemudian di rumah yaitu di keluarga dan selanjutnya bersama-sama di

masyrakat.”

“Wah, saya sangat bersyukur karena menyapa Bapak. Ternyata banyak

pengalaman dan pelajaran yang bisa saya petik. Saya jadi semangat untuk mengajak

masyarakat RW saya mengikuti jejak warga sini,” ucapku sambil membetulkan tali

sepatu yang lepas.

Sambungku lagi, “Sepertinya warga sini sudah mulai berdatangan. Semoga

sukses kerja baktinya dan sekedar mengingatkan, untuk menuju Indonesia Sehat 2010
yang dicanangkan oleh pemerintah, kita harus berusaha dan bekerja sama

mewujudkannya.”

“Oh, iya. Terima kasih kembali. Silahkan menikmati kembali jalan

santainya,” katanya tersenyum.

Sambil mengucapkan salam, aku meninggalkan bapak tua itu untuk

bergabung dengan yang lainnya. Walaupun sebenarnya masih ingin bercerita dan

berbagi pengalaman dengannya khususnya mengenai kebiasaan merokoknya yang

bapak tua itu lakukan sejak memulai percakapan.

“Mudah-mudahan Bapak tua itu akan berusaha menghentikan kebiasaan

merokoknya,” kataku lirih sambil berjalan meninggalkan taman yang penuh arti itu.

Angin terus berhembus seiring dengan tekad dan harapan yang ingin

diwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai