Anda di halaman 1dari 4

Menapak Impian di Pedesaan

Oleh: Pranaja

Hari itu Senin, 4 Januari 2021. Untuk pertama kalinya aku


secara resmi mendapatkan tugas mengajar di sebuah SD yang
letaknya 32 km dari tempat tinggalku. Ya, terhitung mulai hari
tersebut, dan setelah melalui proses panjang yang bernama Seleksi
Kompetensi Dasar (SKD) dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB)
akhirnya aku pun diterima menjadi seorang CPNS.

Saat perjalanan pertama menuju kesana, rasanya sedang


melakukan refreshing. Kontur Kabupaten Wonogiri yang berada di
kawasan pegunungan dan dataran tinggi membuat letak SD yang
kutempati lumayan jauh di pedesaan, tepatnya malah di lerenng
pegunungan. Namun dengan semangat tinggi (disamping faktor
status CPNS yang masih baru, hehehe) semuanya pun terlampaui
dengan lancar.

Yang unik adalah aku diterima menjadi seorang CPNS didalam


kondisi dimana negara ini sedang mengalami pandemi. Kondisi
tersebut membuat seluruh pembelajaran dilakukan dengan metode
daring. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Kita harus
mengajar dengan maksimal dengan kesempatan tatap muka yang
minimal.

Pertama – tama yang kurasakan tentu saja adalah jarak yang


lumayan jauh. Empat puluh lima menit perjalanan bukanlah waktu
yang sebentar. Kemudian perbedaan budaya lokal sedikit membuatku
lumayan bingung untuk beradaptasi. Dan pada akhirnya setelah enam
bulan beradaptasi aku pun mulai merasa nyaman dan bisa
memasukkan beberapa target jangka panjang maupun pendek di
sekolah yang kutempati itu.

Sebagai seorang guru yang baru ditempatkan di lingkungan


yang baru, beragam inovasi pembelajaran telah kutampilkan. Hasilnya
cukup memuaskan, prestasi belajar siswa terutama di kelasku sendiri
pun cenderung meningkat. Hal ini tak lepas dari antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Selain itu karena mereka hampir tidak
pernah mendapatkan inovasi pembelajaran yang cukup menarik.
Sehingga rasa jenuh sering menghinggapi mereka.

Salah satu inovasi yang kulakukan adalah memanfaatkan IT di


sekolah. Selain itu aku pun menggunakan media sosial untuk
mengupload karya-karya mereka. Sebagai contoh pernah mereka
kuberikan tugas utuk membuat karya seni lukis bertemakan
pelestarian alam dan menguploadnya di Instagram. Ternyata respon
mereka luar biasa. Banyak sekali kreativitas yang tak terduga muncul
dari goresan karya mereka. Mungkin di sekolah lain, khususnya yang
ada di kota-kota besar hal itu adalah hal yang biasa. Namun bagi kami
yang ada di desa, hal tersebut adalah hal kecil yang berdampak
sangat bessar bagi semangat belajar siswa.

Kemudian pernah kucoba lagi sebuah metode menuangkan


pikiran dan gagasan dalam bentuk tulisan. Ya, kebetulan selama bulan
Ramadhan mereka kuberikan tugas untuk menulis pengalamannya
dalam berpuasa. Lalu hasilnya kukumpulkan dan kuserahkan kepada
penerbit buku untuk dibukukan dalam format antologi. Dalam proses
kurasi dan editing aku pun tak jarang meneteskan air mata. Rasa haru
dan bangga kepada anak-anakku karena ternyata mereka sanggup
menuangkan sedikit curhat mereka, dan sebenarnya potensi mereka
pun tak kalah dengan anak-anak kota, sepanjang mereka ada jalan
untuk mengembangkan diri.

Lalu ada lagi sebuah acara yang kubuat bersama dengan


teman-teman guru yang lain. Acara tersebut kami beri nama “TikTok
Challenge for Stop Bullying”. Jadi siswa diberikan tugas untuk
membuat video TikTok yang bertemakan Stop Bullying. Sambutan dan
kreativitas mereka pun tak kalah hebat. Sebagai “kids jaman now”
mereka langsung update dengan situasi yang ada. Berbagai macam
kreativitas yang ditampilkan pun membuat kami para guru takjub.
Ternyata memang anak-anak jaman sekarang sungguh luar biasa
apabila diberikan kesempatan dan fasilitas yang mereka sukai.

Ketika melaksanakan semua program tersebut, tentunya tidak


lepas dari berbagai halangan dan rintangan. Pertama yang langsung
dialami adalah kondisi geografis sekolah yang terletak di daerah
pegunungan, sehingga yang terkendala langsung adalah sinyal
internet. Apalagi jika melaksanakan program yang berkaitan dengan
TIK. Namun Alhamdulillah semuanya dapat berjalan dengan lancar
karena kebetulan ternyata ada perbaikan sinyal internet di lingkungan
kecamatan tempat SD-ku mengajar.

Yang kedua adalah respon awal siswa yang sedikit merasa


aneh dengan metode yang kulaksanakan. Kurasakan itu hal yang
wajar karena mereka baru pertama merasakan kegiatan yang
menurut mereka asing, namun menyenangkan. Hingga kemudian
lambat laun antusiasme dan semangat mereka pun terlihat sangat
signifikan.

Pastinya dalam dua tahun awal karir sebagai PNS ini


membuatku merasa tertantang untuk memberikan sesuatu yang lebih
bagi SD tempatku mengajar ini. Namun kusadari bahwa semuanya
tentu butuh proses yang panjang, tidak bisa instan, walaupun kadang
rasanya aku pengen mengajak berlari kencang. Tentunya banyak
sekali kekurangan yang ada, karena memang tidak ada manusia yang
sempurna. Namun kuyakin perlahan pasti semuanya akan berjalan
dengan lancar. Pendidikan di SD Negeri 3 Nguneng berjalan dengan
baik dan siswa pun bisa mendapatkan hasil belajar yang maksimal,

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Aziz Umar, S.Pd.


Nama Pena : Pranaja
Instansi : SD Negeri 3 Nguneng
Jabatan : Guru Kelas

Anda mungkin juga menyukai