Anda di halaman 1dari 6

SEKARANG KERJANYA APA?

2020 ditengah gempuran Covid, akhirnya saya bisa menuntaskan


tugas sebagai mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Sunan Gunung
Djati Bandung. Wisuda dilaksanakan secara daring, sehingga kesan yang
ditimbulkan memang sedikit berkurang. Tapi tidak apa-apa, singkat cerita
setelahnya, saya memutuskan untuk istirahat dulu dari segala aktivitas, tidak
mencari pekerjaan ataupun kegiatan lainnya. Rasanya senang, karena tidak
ada yang dipikirkan, waktu itu uang tabungan masih ada jadi tidak terlalu
cemas untuk memenuhi kebutuhan pribadi, lalu kegiatan hanya bersantai dan
pekerjaan rumahpun ringan, tidak ada yang memaksa pikiran saya untuk
bekerja rodi.

Tiga bulan kemudian saya mulai merasakan perasaan sensitif,


kicauan dari tetangga mulai sampai didaun telinga, melihat orangtuapun
mulai gelisah karena anak gadisnya saat itu menjadi seorang Sarjana
pengangguran dan pemalas. Setiap kali orang bertanya “Sekarang kerjanya
apa?” rasanya seperti menjadi cambukan untuk orangtuaku dan aku merasa
gagal menjadi anak karena terlalu lama berdiam. Sehingga, saya
memutuskan untuk bekerja sama dengan diri agar segera beranjak dari
tempat tidur dan melangkah untuk mencari pekerjaan.

¿∗¿∗¿∗¿

MENJUAL AMPLOP COKLAT

Berbagai lembar kertas penting saya masukan di selembar amplop


coklat. Saya mulai menjajal kawasan terdekat disekitar rumah.untuk
mendagangkan amplop coklat saya. Mts Negeri menjadi tujuan pertama,
selain sekolahnya dekat dengan rumah, sekolah tersebut tersebut sudah
Negeri dan saya pernah melakukan observasi disana sehingga saya pikir
sudah lumayan mengenal sekolah tersebut.

Saya bertemu dengan banyak guru baru yang ternyata sudah


dikukuhkan menjadi seorang PNS. Kemudian, saya diarahkan menuju
ruangan kepala sekolah. Ramah, Bijak, Agamis, itu kesan pertama ketika
saya bertemu dengan beliau. Saya menceritakan maksud dan tujuan saya
datang, singkat cerita kurang lebih sekitar 1 jam saya diruangan tersebut,
banyak hal yang beliau sampaikan, perkataan beliau yang saya ingat “Yolla ,
kamu masih muda, masih banyak kesempatan terbuka lebar untuk kamu
bukan hanya disini. Coba bangun tengah malam, disetiap sujud terahir
ucapkan apa yang kamu mau, insyaallah satu persatu keinginan kamu
terwujud. Bapak sudah merasakannya yol.”

Mendengar semua pengalaman beliau dan pesan yang disampaikan


membuat tenggorokan terasa tercekik dan dada saya sesak. Tidak terasa mata
berkaca-kaca, dan tersadar begitu lemahnya saya sehingga selama ini hanya
bisa berdiam padahal diluar sana banyak sekali orang yang sedang berjuang
keras untuk mendapatkan kelayakan hidup.

¿∗¿∗¿∗¿

JALAN SETAPAK MEMBAWA BERKAH

Panas yang terik berlomba dengan hati saya yang semakin memanas untuk
segera mendapatkan pekerjaan. Kali ini saya menuju sekolah lain dan
jaraknya agak jauh dari rumah. Saya mencoba mengirim lamaran ke SMP
dan SMA Negeri dan juga Swasta, “Ditunggu ya bu, nanti kami kirimkan
jawabannya melalui email ataupun WhatsApp” begitu jawabannya kira kira.

Dua minggu kemudian saya tidak menerima kabar apapun dari sekolah-
sekolah itu. Singkat cerita, ada salah satu keluarga yang menginformasikan
bahwasanya ada lowongan pekerjaan yang membutuhkan guru matematika.
Berangkatlah saya kembali menawarkan amplop coklat itu. Disepanjang
perjalanan saya mencoba bertanya nama sekolah tersebut kepada google
hidup (masyarakat sekitar). Jalan setapak, berbatu, rimbun, tanah yang
coklat, berbukit, dan cukup jauh pula, lengkap sudah menemani
perjuanganku. Saya ditunjukan menuju rumah Sang pemilik sekolah.

“Saya meminta bantuan kepada Ibu untuk menjadi guru matematika,


dan geografi disini. Karena kebetulan sekolah kami terhitung baru” ucap
kepala sekolah. Tanpa pikir Panjang, saya mencoba untuk menjadi bagian
dari sekolah MA Swasta tersebut. Esok harinya, saya diajak menuju sekolah.
Letaknya tepat dibawah bukit kecil, rimbun oleh pohon bambu, dan
jumlahnya hanya 3 ruangan, itupun terdiri dari 2 kelas untuk anak-anak dan
1 kelas untuk ruang guru itupun masih dalam proses pembangunan. Jadi
waktu itu baru ada kelas X dan XI.

Kelas X terdiri dari 15 siswa dan kelas XI 9 siswa. Saya mencoba


ikhlas untuk menjalani proses ini, karena saya sadar mereka memiliki hak
yang sama seperti anak lainnya yaitu bisa bersekolah. Satu bulan kemudian
saya mendapatkan gaji pertama. Rasanya sangat bahagia mendapatkan
amplop pertama seumur hidup dari hasil jerih payah saya. Kemudian, saya
buka amplop putih itu didepan orangtua. “Seratus tujuh puluh lima ribu”
ucap saya didepan orangtua sembari mengeluarkan uang dari amplop itu.
“Alhamdulillah…” kata pertama yang terucap dari mulut mereka. Saya
terheran, mereka masih bisa mengucapkan syukur padahal menurut saya itu
adalah jumlah yang sangat kecil. “Ambil berkahnya nak” ucap orangtua.
Dengan air mata yang berlinang saya memeluk mereka dengan rasa tenang
dan bahagia.
Ternyata bukan masalah kecil atau besarnya pendapatan yang kita
peroleh, sukses dimata orangtua adalah ketika kita bisa menjadi manusia
yang bermanfaat dan terus bekerja keras serta bersyukur atas apa yang kita
peroleh.

¿∗¿∗¿∗¿

LARIS MANIS

Satu semester telah berlalu, berbagai kegiatan saya dan rekan-rekan


adakan untuk memajukan sekolah. Saya mulai berpikir untuk tidak hanya
diam ditempat. Lalu saya mencoba melamar kembali ke SMK Swasta,
mengingat linearitas ijazah saya adalah fisika jadi sepertinya SMK lebih
banyak membutuhkan guru Fisika.

Kabar baik saya dapatkan, ternyata saya langsung diterima disana


untuk mengajar Fisika dan IPA terapan masing-masing sebanyak 12 Jam
Pelajaran (JP). Kemudian sekolah menawarkan untuk menjadi walikelas dan
guru sejarah apabila kinerja saya terlihat baik selama satu bulan. Dan benar
saja, selama satu bulan saya langsung menjadi walikelas X ditambah menjadi
guru sejarah sebanyak 10 JP. Rezeki yang sangat luar biasa bagi saya, nikmat
sekali ketika menjalani proses itu. Berbarengan dengan covid kondisi
pembelajaran penuh perjuangan juga, karena di SMK dilaksanakan secara
daring, yang mana anak anak tidak langsung faham apabila dijelaskan hanya
melalui Zoom dan masih banyak kendala lainnya.

Qodarullah, selama 1 semester saya berusaha membagi waktu antara


sekolah MA dan SMK alhamdulillah di SMK saat itu saya menjadi salah satu
guru terbaik dan mendapatkan reward dari kepala sekolah. Makin semangat
ga tuh…hehe. Setelah libur semester, saya mendapat kabar dari keluarga
bawha ada lowongan guru IPA di salah satu SMP Negeri daerah saya.
Tawaran yang sangat menggiurkan, tanpa pikir Panjang saya bawa amplop
coklat yang laris manis itu lagi, dan betul saya langsung diterima. Yang
membuat kaget disana kurikulumnya sudah kurikulum merdeka dan sudah
menjadi sekolah penggerak. Hal ini menyebabkan saya memerlukan waktu
cukup lama untuk beradaftasi dengan kondisi kurikulum. Berbagai kegiatan
di SMP terus diadakan itu membuat saya cukup kewalahan untuk membagi
tugas dan jadwal. Rasanya ingin menambah hari dalam 1 minggu.

Ditengah perjalanan mengajar di 3 sekolah, ada tawaran kembali


untuk menjadi guru di PMM atau mengajar di sekolah paket B, dan C saat
itu. Jadwalnya hari minggu, dan saya mencoba pengalaman baru untuk
mengajar dihadapan orang yang umurnya lebih tua dari saya. Jarak
tempatnya sangat jauh tapi saya coba menjalani sekuat dan semampu saya
karena itu ternyata menyenangkan.

Jadi dari hari minggu ke hari minggu lagi saya tidak berhenti untuk
bekerja, meskipun kalua dilihat dari upah untuk mencapai dua juta di empat
sekolah saja itu tidak sampai. Tapi saya merasakan begitu nikmatnya
perjuangan mengadu nasib di tanah Tuhan.

Hari demi hari saya jalanin sampai saya merasa mabok karena berada
diposisi sedang kewalahan menerima berbagai macam tugas dari sekolah.
Sampai akhirnya bada meminta hak istirahat dan terpaksa saya melepas dua
sekolah sekaligus dengan pertimbangan yang sangat berat. Hingga pada
akhirnya saya hanya mengajar di SMP Negeri dan SMK Swasta. Dengan
begitu focus saya tidak terlalu terpecah belah.

Betul yah, ternyata rezeki itu tidak akan tidak akan tertukar dan
melewatkan yang menjadi tempatnya. Bahkan dia akan menghampiri sendiri
selama orang tersebut terus berusaha, dan ikhlas,
¿∗¿∗¿∗¿

PROFIL PENULIS

Saya Yolla Noer Endah, S.Pd. Lahir di Bandung, 16 Juli 1999. Asal
dari Gununghalu, Jawa Barat kemudian saat ini saya tinggal di Tanjungsari,
Kab. Sumedang, Jawa Barat.

Riwayat Pendidikan, saya pernah bersekolah di


SDN 1 Celak lulus tahun 2010, SMPN 1 Sindangkerta
lulus tahun 2013, SMAN 1 Cililin lulus tahun 2016, dan
menyelesaikan S-1 Pendidikan Fisika di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, tahun 2022. Sekarang saya
mengajar di SMP Plus Ulumul Qur’an Al Mustofa, kab. Sumedang. Kegiatan
saya sekarang, membuat konten bermanfaat tentang kegiatan pembelajaran
di media sosial, dan mengikuti berbagai kegiatan tentang Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai