Anda di halaman 1dari 5

Disusun oleh :

Pretty puji Mulia, M.Pd


NIP. 198006202006042034
Guru IPA
SMPN 3 Kadipaten
Kabupaten Majalengka
Jawa Barat

MERETAS JALAN,MENDIDIK DENGAN HATI,


DALAM UPAYA MENJADI GURU YANG
DIRINDUKAN
Foto: @rikiirawan7 Lokasi: Desa Sunalari Cikijing, Majalengka
DIAGNOSA
Dasar dari diagnosa adalah evaluasi dari kegiatan pembelajaran tahun 2020 dimana
pembelajaran dari awal tahun ajaran 2020/2021 hingga akhir tahun siswa di Majalengka
Sebagian besar masih melakukan pembelajaran BDR atau belajar dari rumah.

Saya adalah guru IPA di SMPN 3 Kadipaten yang saat itu mendapat tugas tambahan sebagai
walikelas 8B. Pada Awal semester ganjil, para siswa masih memiliki motivasi belajar yang
cukup tinggi. Pembelajaran dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil.
Pengaturan diserahkan pada walikelas masing-masing. Dengan pertimbangan efisiensi danj
efektifitas serta agar saya juga dapat memantau kedua anak kandung saya yang sama melakukan
pembelajaran daring maka saya putuskan khusus untuk anak-anak kelas 8b belajar
kelompoknya di rumah saya tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang sesuai
standar.

Saya membagi anak-anak 8b dalam 5 kelompok, masing-masing 5 orang kemudian


menyusun jadwal yang dirotasi, per 1 jam tiap kelompok, saya membimbing anak-anak untuk
seluruh mata pelajaran sesuai jadwal pembelajaran yang telah ditentukan dari Senin hingga
Jum’at. Kegiatan hari sabtu merupakan nkebiatan pembiasaan diri membantu orangtua. Anak-
anak mengirimkan foto kegiatannya. Untuk memudahkan komunikasi untuk mendistribusikan
tugas dari para guru pengajar serta koordinasi antar warga 8b maka dibuat WAG kelas 8b.

Satu sampai dua bulan berjalan, pembelajaran dapat dilakukan secara kondusif.
Kemudian karena Majalengka menjadi zona merah maka belajar dalam kelompok kecil ataupun
guru kunjung pada akhirnyna tidak dapat dilaksanakan, sehingga pembelajaran menjadi benar-
benar dilakukan di rumah masing-masing. Komunikasi hanya dapat dilakukan melalui WAG.
Keterbatasan sarana dan prasarana, kemampuan IT para guru yang masih rendah, serta
kemampuan ekonomi para orangtua yang tergolong menengah ke bawah serta tidak semua
siswa memiliki HP dan kuota yang memadai, mau tidak mau pembelajaran hanya bisa
dilakukan dalam grup WA. Saya berupaya untuk dapat melakukan tanggungjawab sebaik-
baiknya dengan mau tidak mau belajar membuat video pembelajaran sederhana dan saya share
di chanel youtube saya. Tetapi pada akhirnya banyak anak yang tidak mampu menonton
youtube karena terkendala kuota.

Satu per satu anak-anak mulai jarang mengunjungi grup WA, anak-anak mulai jenuh
karena hampir semua guru karena keterbatasan tersebut pada akhirnya hanya mengandalkan
memberikan tugas tanpa terlebih dahulu melakukan proses pembelajaran.
Bayangkan saja, selama di rumah tanpa bimbingan guru dan hanya mengandalkan buku
pelajaran yang tidak semua anak punya serta tanpa bimbingan orangtua karena rata-rata petani
atau buruh yang memang tingkiat pendidikannya tergolong masih rendah, pada akhirnya dari
tiap kelas paling banyak hanya 25%-30% siswa saja yang masih konsisten mau belajar dan
mengerjakan tugas dari para guru. Sehingga sudah dapat dipastikan kualitas pembelajaran
menurun dan saat proses evaluasi pun akhirnya karena para guru pun tidak boleh sampai
membuat anak tinggal kelas, mau tidak mau seluruh anak harus naik kelas. Padahal hampir di
setiap kelas ada anak yang sama sekali tidak pernah ikut berpartisipasi di grup WA ataupun
mengerjakan tugas dan tidak memiliki nilai hartian sama sekali.

Jika kondisi ini berlanjut tanpa ada upaya untuk evaluasi serta me;lakukank ti8ndak
lanjut sudah barangtentu Learning Loss terjadi dan ini sangat memprihatinkan. Sebuah
dilematis bagi para guru dan sayangnya hampir sebagian besar guru belum bisa mendnobrak
mental blok untuk mau keluar dari zona nyaman.

Berangkat dari kegelisahan pribadi dan termotivasi untuk bisa belajar banyak hal, justru
selama pandemi saya diberi kesempatan yang sangat besar oleh Allah SWT untuk menimba
ilmu, menambah wawasan dan literasi khususnyna literasi digital. Dari awal pandemi hingga
sekarang, saya sudah mengikuti dan mendapatkan sertifikat seminar maupun diklat hingg 300
lebih. Saya bersyukur karena semua dilakukan secara daring, waktu fleksibel, tidak keluar
rumah, tidak berbayar, hanya bermodal hotspot dari suami dan yang paling utama saya dapat
memenuhi rasa haus saya untuk belajar dan tetap mempertahankan akal sehat dengan menimba
ilmu dari rumah dengan tetap dapat menjalankan kewajiban sebagai ibu rumahtangga,
memrawat dan mendidik anak-anak saya.

PERENCANAAN

Pada awal tahun pelajaran 2021/2022, saya mendapat tugas tambahan menjadi walikelas
kelas 7 dan mengajar IPA kelas 7. Mengajar kelas 7 adalah hal yang terakhir saya lakukan
kuranglebih sepuluh tahun yang lalu karena selama ini saya hanya mengajar IPA kelas 8.

Menjadi walikelas kelas 7 dan mengajar kelas 7 menjadi tantangan tersendiri bagi saya
sekaligus hal yang saya syukuri, karena saya diberi kesempatan untuk menanamkan Pendidikan
Karakter secara langsung pada anak-anak baru. Untuk bisa mengatasi dan menghindari
melemahnya motivasi dan gairah belajar seperti yang terjadi pada kakak-kakak kelasnya, sejak
awal anak-anak baru, anak-anak kelas 7 ini harus mendapatkan kedisiplinan yang tinggi dalam
belajar. Jadi, walaupun masih menggunakan WAG untuk berkomunikasi, saya membuat
gebrakan dengan membuat grup WA Sains yang anggotanya seluruh anak satu Angkatan darib
kelas 7A sampai dengan 7D. Khusus untuk &B, dimana saya sebagai walikelasnya, saya benar-
benar mengorbankan waktu 20 sampai 24 jam sehari mengelola grup WA terutama pada bulan
Juli 2021. Semua pelajaran yang diberikan para guru mata pelajaran saya coba sampaikan
dengan jelaswkan walaupun bersifat asinkronus. Ada diskusi dengan anak-anak dan saya lebih
cerewet memantau tugas anak-abnak 7B. Mereka harus menyerahkan tugas dari seluruh mata
pelajaran dengan mendokumentasikannya dalam foto dan harus dikirimkan melalui saya
sebagai walikelas, tidak langsung pada para pengajar. Jadi mereka mendapatkan proses seleksi
terlebih dahulu dan mengalami proses pembelajaran terlebih dahulu. Bagi anak yang berhasil,
akan saya tuliskan dalam daftar anak-anak yang telah menyelesaikan tugas. Mau tidak mau
motivasi anak tergugah, tidak ada alasan tidak belajar dan tidak mengerjakan tugas. Prose
belajar dan pengumpulan tugas sangat flesibel terbuka 24 jam. Tugas anak-anak tersebut saya
konversi ke dalam pdf dan saya dokumentasikan kemudian saya distribyusikan pada para
pengajar. Distribusi tugas tertib, teman-teman guru pun tertolong karena memudahkan mereka
dalam proses evaluasi dan koreksi serta terhidar dari HP gurui yang overload.

Untuk bisa seperti itu memang saya harus lebih banyak menyediakan waktu dan pengorbanan
dalam mengelola kelas. Tapi saya yakin, bersakit-sakit terlebih dahulu untuk tujuan menankan
kedisipilinan dan tanggungjawab serta motivasi belajar pada anak-anak jauh lebih berharga dari
sedikit perjuangan yang saya lakukan sebagai guru. Saya pun rutin berkomunikasi dengan para
orangtua mereka, Bersama-sama mendidik dan mencari jalan terebaik bagi permasalahan yang
ada, pada akhirnya hampir semmua kelas, tidak hanya kelas 7b yang berkomunikasi secara
intens dengan saya. Dan secara signifikan hanya dalam waktu sebuylan, budaya belajar, displin
dan tanggungjawab siswa kjelas 7 terbentuk, 80%-90% anak-anak aktif belajar dan memenuhi
tugas-tugas mereka. Sungguh kebahagiaan yang sangat besar yang saya syukuri. Kondusifitas
yang terbangun sangat jauh berbeda dengan kondisi kakak-kakak kelasnya.Untukn
pembelajaran nIPA sendiri, berbekal pengetahuan-pengetahuan saya dalam diklat Guru belajar
dan diklat-diklat lainnya, terobosan yang saya lakukan adalah membuat survey online gaya
belajar diawal semester, di samping membiasaklan berliterasi digital pada anak-anak, saya juga
ingin mendapatkan gambaran mengenai kebiasaan attau gaya belajar mereka sebagai persiapan
pembelajaran terutama dalam mempersiapkan PTMT suatu saat nanti.
PELAKSANAAN

Berdasarkan analisis hasil survey dan termotivasi untuk menggunakan fasilita IT yang
telah disediakan Pemerintah, maka saat PTMT saya berinisiatif mengoptimalkan penggunaan
Lab Komputer denga fasilitas Wifi serta sarana dan prasarana TIK dalam pembelajaran di kelas.
Saya sering menggunakan video pembelajaran yang banyak tersedia di youtube, berusaha
membuat KBM menarik dan juga menyisipkan literasi digital dalam tugas-tugas IPA. Seperti
contohnya saat ANBK, dimana para siswa kelas 7, kelas 8 dan kelas 9 harus belajar di rumah
kecuali para peserta ANBK, maka saya menugaskan anak-anak kelas 7 secara berkelompok
untuk melakukan observasi dan bereksperimen kemudian mendukumentasikannya dalam
sebuah video. Mereka sangat antusias melakukannya dan membuat video-video yang sangat
menarik menggunakan Tiktok. Ini adalah salah satu pencapaian yang luar biasa bagi saya.

Praktik baik yang dilakukan dalam video ini adalah mengenai pembelajaran Kunci
Dikotomi dan Kunci Determinasi yang merupakan pelajaran baru bagi naka-anak kelas 7 karena
sewaktu SD mereka belum mempelajarinya. Dan sebagai guru dengan latar belakang
Pendidikan S1 dan S2 Pendidikan Fisika UPI, terusterang pelajaran Biologi memang saya
kurang menguasainya. Saya bersyukur dengan tersedianya banyak video-video pembelajaran
di youtube, saya bahkan menemukan salah satu video menarik yang sangat mudah dipahami
yaitu video milik Ibu Ana Heryanah (https://youtu.be/aZBEeiuwEWM), kami sangat
menikmati belajar Kunci Dikotomi dan Kunci Determinasi ini. Pada saat praktik baik
dilakukan, saya disupervisi oleh senior saya ibu Dra. Supriati. Dan setelah disupervisi kami
melakukan diskusi dengan melibatkan koordinator IPA Ibu Diani, S.T dan proses evaluasi pun
dilakukan, menganalisis kelenbihan dan kelemahan pembelajaran yang sudah dilakukian.

TINDAKLANJUT

Pada 5 November 2021 saya diberi kesempatan oleh Kepala Sekolah Ibu Dra. Hendah
Kusumawati dan Pengawas Pembina Hj. Nunung Nurmilah S.Pd, M.Pd untuk melalukan
diseminasi mengenai Media Pembelajaran Abad 21 yang sudah pernah saya dapatkan selama
pandemi dalam workshop PKG Media Pembelajaran sekaligus sharing mengenai praktik baik
yang sudah saya lakukan dengan tujuan untuk memotivasi rekan-rekan guru agar mau menjadi
Pembelajar Sepanjang hayat, mau meningkatkan Kompetensi Guru terutama Kompetensi
digital yaitu Kompetensi abad 21. Semoga apa yang saya lakukan ini menjadi salah satu upaya
untuk menjadi Guru yang Dirindukan para siswa, aamiin.

Anda mungkin juga menyukai