Anda di halaman 1dari 24

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

KECAMATAN KAHU
UPT SD NEGERI 286 PASAKA
Alamat : Desa Pasaka Kec. Kahu Kab. Bone Email : sdnegeri286pasaka@gmail.com

LEMBAR PERSETUJUAN
Nomor : / / /

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Sekolah menyatakan bahwa :

1. Nama : MAGFIRAH, S.Pd


2. NIP/NUPTK : 7308024203970004
3. Pangkat/Golongan :-
4. Guru Mata Pelajaran : Guru Kelas IV
5. Instansi/Sekolah : SD Negeri 286 Pasaka
6. Alamat Instansi/Sekolah : Pasaka, Kec. Kahu Kab. Bone

Memberikan persetujuan kepada yang bersangkutan untuk mengikuti


lomba karya ilmiah guru dalam rangka Hari Ulang Tahun Persatuan Guru
Republik Indonesia (HUT PGRI) yang ke-77 di Kabupaten Bone, Sulawesi
Selatan.
Demikian surat persetujuan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pasaka, 25 November 2022


Kepala Sekolah

Hj. SRI IRIANI, S.Pd.,M.M


NIP. 196907161993072003
PEMERINTAH KABUPATEN BONE
KECAMATAN KAHU
UPT SD NEGERI 286 PASAKA
Alamat : Desa Pasaka Kec. Kahu Kab. Bone Email : sdnegeri286pasaka@gmail.com

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : MAGFIRAH,S.Pd
2. NIP/NUPTK : 7308024203970004
3. Pangkat/Gol. :-
4. Jabatan : Guru Kelas IV
5. Unit Kerja : SD Negeri 286 Pasaka
6. Alamat : Desa Labuaja, Kec. Kahu Kab.Bone
7. No. Hp : 087787165368

Menyatakan bahwa artikel yang berjudul ‘’Penggunaan Model


Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Untuk Meningkatkan Keaktifan
Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi KPK dan FPB Kelas IV SD
Melalui Metode Drill’’ adalah karya asli saya sendiri.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesunggunhnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Labuaja, 25 November 2022


Yang Mengesahkan, Yang Menyatakan,
Kepala Sekolah

Materai 10.000

Hj. SRI IRIANI, S.Pd.,M.M MAGFIRAH,S.Pd


NIP. 196907161993072003 NIP. –
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWTatas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Best Practice ini.
dengan judul ‘’Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika Materi
KPK dan FPB Kelas IV SD Melalui Metode Drill’’ ini merupakan salah satu
bentuk pengembangan kompetensi profesionalisme guru.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ini dapat terselesaikan karena
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hj. SRI IRIANI, S.Pd.,M.M selaku Kepala Sekolah SD Negeri 286 Pasaka
yang telah memberi bimbingan dan arahan.
2. Seluruh siswa kelas IV di SD Negeri 286 Pasaka yang telah ikut
berpartisipasi dalam kegiatan ini.
3. Serta para Guru-Guru di SD Negeri 286 Pasaka yang memberikan
dukungan di setiap kegatan yang dilakukan.
Semoga seluruh kebaikan budi dan amal kebaikan dari semua pihak di atas
mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Namun telah berusaha maksimal agar laporan ini sesuai dengan
kaidah penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu, penulis senantiasa menerima kritik
dan saran serta masukan demi perbaikan laporan berikutnya. Penulis juga
berharap semoga Laporan Best Practice ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Labuaja, 25 November 2022

MAGFIRAH,S.Pd
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi peran
penting dari lembaga pendidikan sebagai wadah yang mencetak sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menuju ke arah itu adalah peningkatan
kualitas kegiatan pembelajaran yaitu tentang strategi dan metode yang digunakan
guru. Metode yang cenderung berpusat kepada guru, sekarang diupayakan supaya
digunakan metode yang membuat siswa lebih aktif baik perorangan maupun
berkelompok. Guru tidak lagi dominan dalam kegiatan pembelajaran melainkan
sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Dalam kaitannya dengan
matematika, bahwa proses pembelajaran matematika yang bermakna akan terjadi
jika berhasil membelajarkan siswa baik dalam berfikir maupun dalam bersikap.
Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, sehingga
didalam mempelajari harus bertahap dan berurutan serta berdasarkan kepada
pengalaman yang sudah diperoleh. Siswa yang benar-benar belajar dalam dirinya
akan terjadi perubahan tingkah laku yang diperlihatkan dalam bentuk hasil belajar.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu, bentuk soal-soal latihan dalam matematika, bisa berupa soal
obyektif maupun soal uraian yang sifatnya berupa soal pemahaman, penerapan,
maupun analisa sehingga siswa sangat dituntut memiliki berbagai kemampuan
untuk memecahkannya. Kemampuan menyelesaikan soal matematika ini
diperoleh dari banyaknya latihan soal yang dilakukan oleh siswa. Jika siswa
melakukan latihan soal secara bertahap dan terus menerus maka akan menambah
referensi tentang rumus-rumus maupun tekhnik menyelesaikan soal.
Walaupun demikian, banyak siswa yang merasa kesulitan dan kurang
mampu untuk mempelajarinya sehingga kemampuan untuk belajar menjadi
rendah. Masalah terbesar dalam diri siswa adalah tidak ada kemauan dan
kesadaran untuk berusaha mempelajarinya, prinsip mengandalkan teman dalam
menyelesaikan tugas dan latihan soal, tidak peduli dengan tugas rumah yang
diberikan, tidak yakin dan konsisten terhadap diri sendiri, siswa sibuk sendiri
ketika guru sedang menerangkan didepan kelas, keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran masih sangat minim, tidak ada inisiatif siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dipahami.
Mencermati hal tersebut, maka dalam proses belajar matematika harus
ditata dan diatur dengan bijak, selain itu guru harus mampu menarik perhatian
siswanya, memotivasi siswanya, mengaktifkan siswanya. Dalam proses
pembelajaran, guru harus berupaya untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu
kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan siswa sehingga siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien. Seorang guru juga harus mendampingi,
merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiasakan siswa
mengungkapkan gagasan dan konsepnya serta membantu siswa sehingga proses
pendidikan semakin mengarah pada pengembangan diri yang utuh, dilain sisi
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajarnya juga memiliki peranan
yang sangat besar.
Sehingga, setelah melaksanakan pembelajaran matematika khususnya
materi KPK dan FPB dengan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) melalui Metode Drill, penulis menemukan bahwa proses belajar dan
keaktifan siswa meningkat dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) melalui Metode Drill ini
diterapkan pada kelas IV pada pembelajaran Matematika materi KPK daan FPB
yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik
baik) pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembelajaran matematika selalu saja ada kendala dan permasalah
yang dihadapi siswa maupun guru. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh
guru diantaranya adalah sikap siswa dalam menerima mata pelajaran matematika
masih sangat rendah dan siswa kurang aktif pada saat proses pembelajaran
matematika, siswa sangat tidak antusias pada saat belajar matematika. Sikap siswa
dalam menerima mata pelajaran tentu akan sangat berdampak pada hasil belajar
siswa selain itu, kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika
sehingga membuat siswa tidak akif saat proses pembelajaran karena menganggap
bahwa pembelajaran matematika sangat sulit dipahami.
Tidak hanya itu, peran guru juga sangat berpengaruh terhadap kondisi
mental siswa dalam mengukiti pembelajaran matematika. Guru dianggap penentu
kemajuan pembelajaran dikelas. Terdapat berbagai permasalahan yang muncul
apabila guru masih menggunakan metode pembelajaran yang tidak bervariasi
dalam proses pembelajaran.
C. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar mampu membuat siswa aktif dalam proses
pembelajaran matematika. Sehingga, presepsi siswa tentang pembelajaran
matematika sulit dipahami bisa dihilangkan dengan membuat proses pembelajaran
matematika menyenangkan mungkin. Dengan berbagai cara salah satunya adalah
dengan menggunakan model pembelajaran serta metode pembelajaran yang sesuai
dan menyenangkan untuk siswa.
D. Manfaat Kegiatan
Manfaat penulisan praktik ini adalah meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajara matematika materi KPK dan FPB melalui metode Drill dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
BAB II
KAJIAN TEORI
Beberapa konsep yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini, yaitu
model pembelajaran Problem Based Insruction (PBI), keaktifan belajar siswa, dan
Metode Drill. Penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut antara lain sebagai
berikut.
A. Model Pembelajaran Problem Based Insruction (PBI)
Problem based instruction (PBI) atau pembelajaran berdasarkan masalah
adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengembangkan pengetahuan baru bagi siswa
melalui proses kerja kelompok yang membutuhkan penyelesaian nyata sehingga
membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
1. Jenis-Jenis Problem Based Instruction
Menurut Trianto (2009:92), terdapat empat macam pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Instruction), yaitu:
a. Pembelajaran berdasarkan proyek (Project Based Instruction),
pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja
mandiri dalam mengkonstruksikannya pembelajarannya.
b. Pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experience Based Instruction),
pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa melakukan
percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.
c. Belajar otentik (Authentic Learning), pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan
memecahkan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata.
d. Pembelajaran bermakna (Anchored Instruction), pendekatan
pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan
untuk pembelajaran bermakna.
2. Karakteristik Problem Based Instruction
Menurut Trianto (2009:93), ciri-ciri atau karakteristik model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan Pertanyaan atau Masalah (memahami masalah).
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
c. Penyelidikan Autentik.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
e. Kolaborasi/kerja sama.
4. Langkah-Langkah Problem Based Instruction
Menurut Trianto (2009:98), langkah-langkah atau tahapan pembelajaran
menggunakan model problem based instruction adalah sebagai berikut:
Tahapan Aktivitas
No
Pembelajaran Pembelajaran
Tahap Memberikan orientasi Guru menjelaskan tujuan
1 tentang permasalahan pembelajaran, Menjelaskan logistik
kepada siswa yang dibutuhkan, mengajukan
fenomena atau demonstrasi atau cerita
untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan
2 siswa untuk meneliti dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap Membantu investigasi Guru mendorong siswa untuk
3 mandiri dan kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam
4 mempresentasikan merencanakan dan menyiapkan karya
hasil yang sesuai seperti laporan, video, dan
model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap Menganalisa dan Guru membantu siswa untuk
5 megevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi
mengatasi masalah terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan

5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Instruction


Model pembelajaran problem based instruction memiliki beberapa
kelebihan atau keunggulan sebagai berikut:
a. Peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya
benar-benar diserap dengan baik.
b. Dilatih untuk mandiri dan bekerja sama dengan peserta didik lain.
c. Berperan aktif dan menuntut keterampilan berfikir peserta didik yang
lebih tinggi dalam pembelajaran.
d. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab
masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari.
e. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan
pendapat.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan menggunakan model pembelajaran
problem based instruction yaitu:
a. Untuk peserta didik yang malas, tujuan dari model tersebut tidak akan
tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu.
c. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.

B. Keaktifan Belajar Siswa


Keaktifan belajar siswa adalah suatu kondisi, perilaku atau kegiatan yang
terjadi pada siswa pada saat proses belajar yang ditandai dengan keterlibatan
siswa seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat
menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta
tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Semakin tinggi keaktifan siswa,
maka keberhasilan proses belajar seharusnya juga menjadi semakin tinggi.
Keaktifan dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat melatih berpikir
kritis, serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat dan tanggap,
menyenangkan, penuh semangat, keterlibatan secara pribadi, dan mempelajari
sesuatu dengan baik. siswa aktif harus dapat mendengar, melihat, menjawab
pertanyaan dan mendiskusikan dengan orang lain.
1. Bentuk-Bentuk Keaktifan Belajar
Menurut Slameto (1995), bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu keaktifan psikis dan keaktifan fisik. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan Psikis
Menurut aliran kognitif, belajar adalah menunjukkan adanya jiwa yang
aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Bentuk-bentuk keaktifan psikis yaitu:
1) Keaktifan Indra.
Dalam Mengikuti kegiatan belajar hendaknya berusaha mendayagunakan
alat indra dengan sebaik-baiknya, seperti: pendengaran, penglihatan, dan
sebagainya.
2) Keaktifan Emosi.
Peserta didik hendaknya senantiasa berusaha mencintai apa yang akan
dan yang telah dipelajari, serta gembira, berani dan tenang ketika proses
pembelajaran berlangsung.
3) Keaktifan Akal.
Dalam Melaksanakan kegiatan belajar akal harus selalu aktif untuk dapat
merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.
4) Keaktifan Ingatan.
Pada waktu belajar siswa harus aktif dalam menerima bahan pelajaran
yang disampaikan guru dan berusaha menyimpan dalam otak, kemudian
mampu mengutarakan kembali secara teoritis ingatan akan berfungsi,
mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, menyimpan pesan dan
memproduksi kesan.
b. Keaktifan Fisik
Keaktifan siswa dalam belajar menganut hukum Law of Exercise yang
artinya bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. Adapun bentuk-bentuk
keaktifan fisik siswa adalah:
1) Mencatat.
Mencatat atau menulis dikatakan sebagai aktivitas belajar apabila anak
didik dalam menulis khususnya siswa mempunyai kebutuhan serta
tujuan, dan menggunakan set tertentu agar catatan itu nantinya, berguna
bagi pencapaian tujuan belajar.
2) Membaca.
Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar
kegiatan belajar adalah membaca, agar dapat belajar dengan baik, maka
perlulah membaca dengan baik pula, karena membaca adalah alat
belajar.
3) Berdiskusi.
Dalam berdiskusi ada beberapa aktivitas belajar seperti bertanya,
mengeluarkan pendapat, atau saran dan lain-lain, apabila dalam proses
belajar mengajar diadakan diskusi, maka akan mengembangkan potensi
siswa sehingga semakin kritis dan kreatif.
4) Mendengar.
Mendengar adalah respons yang terjadi karena adanya rangsangan suara.
Diterimanya gelombang suara oleh indra pendengar tidak berarti ada
persepsi sadar akan apa yang didengar. Karena kenyataan inilah banyak
orang yang mendengar namun pada kenyataannya mereka tidak mengerti
atau mengingat apa yang mereka dengar. Dalam hal ini keaktifan siswa
dalam mendengar apabila menjadikan anak didik mendengar informasi
secara aktif dan bertujuan.
2. Indikator Keaktifan Belajar
Menurut Sanjaya (2010), terdapat beberapa indikator yang menunjukkan
ciri-ciri keaktifan belajar siswa, antara lain yaitu:
a. Keaktifan siswa pada proses perencanaan
1) Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi
yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan
pembelajaran.
2) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
3) Adanya keterlibatan dalam menentukan dan mengadakan media
pembelajaran yang akan digunakan.
b. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran
1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2) Siswa belajar secara langsung. Dalam proses pembelajaran secara
langsung, konsep dan prinsip di berikan melalui pengalaman nyata
seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain
sebagainya. Demikian juga pengalaman itu dapat dilakukan dalam bentuk
kerja sama dan interaksi dalam kelompok.
3) Adanya upaya siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber
belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab
dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang
diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
6) Siswa mampu berinteraksi multi-arah, baik antara siswa dengan siswa
atau antara guru dengan siswa. interaksi ini juga ditandai dengan
keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembicaraan atau proses
tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja.
c. Keaktifan siswa pada evaluasi pembelajaran
1) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukannya.
2) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan tes, dan
tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
3) Kemauan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan
berkenaan hasil belajar yang diperoleh.
3. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Menurut Syah (2008), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi keaktifan
belajar siswa, yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor
eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach
to learning). Adapun penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Faktor internal
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi keaktifan belajarnya
adalah sebagai berikut:
1) Inteligensi
2) Sikap
3) Bakat
4) Minat
5) Motivasi
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eksternal antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan sosial. Meliputi: para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas.
2) Lingkungan non sosial. Meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar
Faktor ini merupakan segala cara atau strategi yang digunakan guru
maupun peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Pada faktor ke tiga inilah rekayasa proses
pembelajaran dilakukan, seperti pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan
penggunaan media belajar yang interaktif.
C. Metode Drill
1. Pengertian Metode Drill
Metode latihan siap (drill) merupakan cara mengajar yang dilakukan oleh
guru dengan jalan melatih ketangkasan atau keterampilan para murid terhadap
bahan pelajaran yang telah diberikan. Abdul Kadir Munsyi menyatakan metode
drill adalah metode mengajar dengan mengadakan latihan-latihan secara intensif
dan berulang-ulang, metode ini sangat baik untuk dipergunakan untuk mengajar
seni baca al-quran kepada anak-anak. Sehingga dengan tidak terasa memperoleh
kecakapan tertentu tanpa disuruh menghafal di rumah.
Menurut Abu Bakar Muhammad, keberhasilan suatu pengajaran itu
tergantung kepada tiga faktor, yaitu:
a. Persiapan pengajaran yang sempurna
b. Metode pengajaran yang baik
c. Kemampuan para murid untuk mencurahkan segala kesungguhan untuk
menerima pelajaran yang diberikan dan memahami dengan sebaik-
baiknya.
2. Langkah-Langkah Metode Drill
Metode akan dapat lebih maksimal jika dilaksanakan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Mempersiapkan pertanyaan- Mendengarkan baik-baik
pertanyaan atau perintah- pertanyaan atau perintah yang
perintah beserta jawabannya diajukan guru kepadanya.
2 Mengajukan pertanyaan secara Menjawab secara lisan atau
lisan, tertulis, atau memberikan tertulis atau melakukan
perintah untuk melakukan gerakan seperti yang
sesuatu diperintahkan
3 Mendengarkan jawaban lisan Mengulang kembali jawaban
atau memeriksa jawaban tertulis atau gerakan sebanyak
atau melihat gerakan yang permintaan guru.
dilakukan. Mengajukan kembali Mendengarkan pertanyaan
berulang-ulang pertanyaan tau atau perintah berikutnya
perintah yang telah diajukan dan
didengar jawabannya
BAB III
PEMBAHASAN

Keaktifan siswa sangat penting dan dibutuhkan dalam proses


pembelajaran termasuk dalam pembelajaran matematika. Pada pembelajaran
matematika, keaktifan siswa sangat berpengaruh dan menjadi salah satu tujuan
pentimg dalam pembelajaran matematika yang harus ditingkatkan agar mampu
menyelesaikan suatu permasalahan. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur
terpenting dalam pembelajaran, karena keaktifan akan berpengaruh besar pada
keberhasilan proses pembelajaran.
Presentase rendahnya keaktifan siswa dibuktikan dari hasil kerja siswa
khususnya persoalan materi KPK dan FPB. Siswa cenderung malas da nasal
menjawab karena menganggap sulit. Rasa malas tersebut menjadi salah satu
pendukung yang menyebabkan keaktifan siswa tidak baik. Hal ini juga nampak
pada siswa di SD Negeri 286 Pasaka, dimana rata-rata siswa kurang aktif dalam
pembelajaran matematika termasuk pada materi KPK dan FPB. Akibatnya, siswa
tidak mampu menyelesaikan persoalan matematika dikarenakan sulit memahami
materi sebelumnya meskipun apersepsi telah dilakukan oleh guru.
Fenomena lain yang ditemukan peneliti adalah proses belajar mengajar
saat ini masih cenderung bersifat teacher center yang ditandai dengan penggunaan
model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Akibatnya, siswa
cenderung pasif di kelas karena hanya mendengarkan penjelasan dari guru,
mencatat informasi yang disampaikan, sehingga berdampak pada
ketidakmampuan siswa dalam memberikan umpan balik terhadap materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru. Berkaitan dengan kondisi tersebut, guru sebagai
tenaga pendidik perlu menciptakan suatu model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif agar mampu meningkatkan keaktifan siswa.
Sehingga, berdasarkan permasalah tersebut peneliti memilih model
pembelajaran problem based instruction dengan metode Drill agar dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika materi KPK dan
FPB. Namun sebelum peneliti menerapkan, diperoleh hasil kerja siswa sebelum
penerapan yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.1 Hasil Kerja Siswa


Berdasarkan gambar hasil kerja siswa diatas, dengan tidak menerapkan
model ataupun metode pembelajaran dapat diketahui bahwa kemampuan dan
keaktifan siswa dalam menyelesaikan permasalah matematika materi KPK dan
FPB masih sangat rendah dibuktikan dari hasil kerja siswa. Sehingga, peneliti
melakukan langkah sebagai berikut:

Membantu Investigasi
(Kelompok)

Mengembangkan dan
Mengorganisasikan Siswa
Mempresentasikan Hasil

Menganalisa dan Mengevaluasi Memberikan Orientasi Kepada Siswa

Penerapan Model
Problem Based Instruction

Menerapkan Metode Drill

Mempersiapkan Pertanyaan atau


perintah

Mengajukan Pertanyaan

Mengajukan Kembali Berulang-ulang


pertanyaan

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Proses Pembelajaran


Berdasarkan gambar diatas, untuk membuat siswa aktif dalam belajar
matematika maka khususmya materi KPK dan FPB, peneliti menerapkan model
pembelajaran Problem Based Instruction dengan bantuan metode Drill pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Alasan peneliti mengambil model dan metode
pembelajaran tersebut adalah agar keaktifan siswa dapat meningkat dalam hal
belajar matematika. Selain itu, dengan adanya bantuan metode Drill siswa akan
terus berlatih dalam menyelesaikan soal-soal, sehingga dengan begitu siswa akan
semakin aktif dalam proses pembelajaran. Adanya model pembelajaran yang
diterapkan juga membuat siswa semakin semangat sehingga, minat belajar siswa
juga semakin banyak. Dibuktikan dari hasil kerja siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran Problem Based Instruction dengan bantuan metode Drill
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Hasil Kerja Siswa

Berdasarkan hasil kerja siswa diatas, setelah menerapkan model ataupun


metode pembelajaran dapat diketahui bahwa kemampuan dan keaktifan siswa
dalam menyelesaikan permasalah matematika materi KPK dan FPB sudah sangat
baik dibuktikan dari hasil kerja siswa yang mengerjakan soal dengan baik dan
jelas.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan yaitu bahwa Pembelajaran


matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction
dengan bantuan metode Drill layak dijadikan praktik baik pembelajaran untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran dengan menggunakan model


pembelajaran Problem Based Instruction dengan bantuan metode Drill, beriku
disampaikan beberapa saran yaitu :

1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa
dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar
belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk meningkatkan minat belajar agar siswa dapat aktif
pada saat proses pembelajaran. Kemampuan belajar dengan cara ini akan
membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan
lama (tidak mudah lupa).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai