Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBENTUKAN KONSEP MATEMATIKA


“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Matematika”

Kelompok VII

Fajar (230007301052)
Magfirah (230007301060)
Fenny (230007301061)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّرِح ْيِم‬


Puji syukur kita panjatkan atas khadirat Allah Subehanahu Wa Ta’ala
yang telah memberikan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah Pembentukan Konsep Matematika, yang
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Matematika.
Shalawat serta salam senantiasa tercuhkan kepada baginda nabi
Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam., beserta para sahabatnya, keluarganya dan
kepada para ummatnya hingga akhir zaman. Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami selaku tim penulis maupun orang
lain yang membacanya. penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kesalahan dalam pengetikan maka kami memohon
kritik dan sarannya yang dapat membangun agar makalah yang akan kami buat
berikutnya dapat lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II. KAJIAN TEORI....................................................................................3
A. Pembentukan dan Pemahaman Konsep.....................................................3
B. Definisi Pembentukam Konsep Matematika.............................................6
C. Penamaan dan Komunikasi Konsep Matematika......................................8
D. Mempelajari Konsep Matematika............................................................10
E. Implikasi Pembentukan Konsep Matematika dalam Pembelajaran
Matematika..............................................................................................11
BAB III. PENUTUP...........................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsep berasal dari bahasa Latin, conceptus, tangkapan, rancangan,
pendapat, ide, gagasan. Konsep dapat diartikan sebagai kegiatan atau proses
berpikir, daya berpikir dan khususnya penalaran dan pertimbangan, serta produk
proses berpikir, seperti ide, angan-angan, atau penemuan. Konsep merupakan
salah satu aspek terpenting yang terkandung dalam matematika, hal ini sejalan
dengan pendapat Fatqurhohman (2016) yang mengatakan bahwa salah satu kunci
keberhasilan dalam belajar matematika adalah penguasaan konsep.
Pembentukan konsep dalam matematika terjadi melalui abstraksi, dan
proses penyempurnaan abstraksi dapat digambarkan sebagai rangkaian penjelasan.
Meskipun pembicaraan tentang objek abstrak secara alami melibatkan sudut
pandang ontologis, merumuskan penjelasan tidak perlu memiliki implikasi
ontologis apa pun. Menganggap objek matematika sebagai objek abstrak tentu
saja bukan hal yang baru.
Ahli psikologi telah menyadari bahwa begitu pentingnya konsep dalam
proses berpikir, namun sampai saat ini belum ada pengertian standar tentang
konsep yang disepakati secara umum. Sehingga pengertian konsep yang
dikemukakan berdasarkan sudut pandang dan kebutuhan masing-masing.
Konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari fakta-fakta
dan konsep-konsep terdahulu. Sedang untuk menunjukkan sesuatu konsep
tertentu, digunakan batasan atau definisi (Soedjadi, 1985). Karena karakteristik
materi matematika yang hirarkis, maka suatu konsep dalam matematika pada
umumnya digunakan secara berkesinambungan untuk menjelaskan konsep-konsep
yang lain.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi kiblat pembahasan
dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Pembentukan dan Pemahaman Konsep?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pembentukan Konsep Matematika?

1
2

3. Mengapa Penamaan dan Komunikasi Konsep dibutuhkan dalam


Pembentukan Konsep Matematika?
4. Mengapa Konsep Matematika perlu untuk dipelajari?
5. Apa Implikasi Pembentukan Konsep Matematika dalam Pembelajaran
Matematika?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pembentukan dan
Pemahaman Konsep.
2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Pembentukan Konsep
Matematika.
3. Untuk mengetahui mengapa Penamaan dan Komunikasi Konsep
dibutuhkan dalam Pembentukan Konsep Matematika.
4. Untuk mengetahui mengapa Konsep Matematika perlu untuk dipelajari.
5. Untuk mengetahui apa Implikasi Pembentukan Konsep Matematika dalam
Pembelajaran Matematika?
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembentukan dan Pemahaman Konsep

Bruner (Degeng, 1989) mengemukakan bahwa kegiatan


mengkategori dalam kaitanya dengan pembelajaran konsep memiliki dua
komponen, yaitu proses pembentukan konsep, dan proses pemahaman
konsep. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa langkah pertama adalah
pembentukan konsep, kemudian baru memahami konsep. Perbedaan
penting dari kedua komponen tersebut adalah:
 Tinjauan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku pengkategorian ini
berbeda;
 Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama; dan
 Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.

1. Pembentukan Konsep

Pembentukan konsep (concept formation) mengarahkan ketajaman


dari sifat-sifat umum kelas objek-objek atau ide-ide. Kita akan melihat
bagaimana pembentukan konsep yang menghubungkan bentuk-bentuk
visual dari bentuk-bentuk asli dan item-item semantik. Ciri-ciri konsep
akan dipusatkan pada hukum-hukum relasi yang merupakan keistimewaan
konsep. Misalnya kita akan mempelajari beberapa konsep abstrak
“keadilan” (contohnya: kejujuran,moralitas, persamaan hak) itu akan
membe-dakan kesamaan dari yang lain. Dalam hal ini peraturan
menghubungkan ciri-ciri utama dari konsep, dimana konsep didefinisikan
dari semua syarat-syarat yang mempunyai hubungan dengan ciri-ciri
utama yang dimilikinya.
Mengenai pembentukan konsep dalam matematika, Soedjadi
(1999) mengemukakan empat cara, yaitu:
 Abstraksi, misalnya pembentukan konsep bilangan;
 Idealisasi, misalnya kerataan suatu bidang dan kelurusan suatu garis;

3
 abstraksi dan idealisasi, misalnya pembentukan konsep kubus dan kerucut,
dan;

4
5

 penambahan syarat pada konsep terdahulu, misalnya pembentukan konsep


belah ketupat dari jajar genjang.
Suatu abstraksi terjadi bila kita memandang beberapa objek, kemudian kita
gugurkan ciri-ciri atau sifat-sifat objek itu yang dianggap tidak penting atau tidak
diperlukan, dan akhirnya hanya diperhatikan atau diambil sifat penting yang
dimiliki bersama, misalnya pada pembentukan konsep bilangan. Idealisasi terjadi
bila kita berhadapan dengan objek tertentu yang tidak sempurna, misalnya tidak
lurus benar, tidak datar benar, tidak mulus benar, kemudian kita menganggapnya
sempurna.
Sedangkan mengenai jenis-jenis definisi sebagai salah satu cara
menyatakan konsep dalam matematika, Soedjadi (1999) mengemukakan
tiga jenis
definisi, yaitu definisi analitik, definisi genetik, dan definisi dengan rumus.
Pendefinisian konsep matematika secara analitik adalah pendefinisian dengan
menyebutkan genus proksimum (keluarga terdekat) dan deferensia spesifikasi
(pembeda khusus). Dalam contoh konsep “belah ketupat adalah jajaran genjang
yang semua sisinya sama panjang”, jajaran genjang disebut genus proksimumnya
dan sisi sama panjang merupakan deferensia spesifika. Pendefinisian secara
genetik adalah dengan mengungkapkan cara terjadinya atau membentuknya
konsep yang didefinisikan. Contoh, Trapesium adalah segiempat yang terjadi bila
sebuah segitiga dipotong oleh sebuah garis yang sejajar dengan salah satu sisinya.
Sedangkan definisi dengan rumus adalah definisi yang dinyatakan dengan rumus
tertentu. Contoh, n! = 1.2.3….(n-1).n.
2. Pemahaman Konsep

Menurut Rosmawati (dalam Putri,dkk, 2012: 68) “pemahaman konsep


adalah yang berupa penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa
tidak sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali
konsep dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti serta mampu
mengaplikasikannya kembali”. Dalam pembentukan konsep, pelajar
mengelompokkan contoh-contoh berdasarkan kriteria tertentu dan setiap
kelompok mengilustrasikan konsep yang berbeda, maka dalam
6

pemahaman konsep hanya ada satu konsep dan menggunakan kriteria yang
diberikan oleh guru, pelajar mencoba menentukan identitas dan definisi
konsep itu. Bruner (Degeng, 1989) mengembangkan 3 strategi
pengorganisasian pengajaran pemahaman konsep, yaitu:
a. Model penerimaan;
b. Model pilihan;dan
c. Model dengan contoh yang tak terorganisasi.
Model penerimaan mengacu pada kepada strategi pengorganisasian
contoh-contoh konsep dengan memberi tanda “ya” bila contoh itu menjadi
contoh konsep, dan tanda “tidak” bila contoh itu bukan contoh konsep.
Model pilihan mengacu kepada strategi pengorganisasian contoh-contoh
konsep tanpa memberi tanda “ya” atau “tidak”. Sedangkan model contoh
yang tak terorganisasi mengacu pada strategi pemahaman konsep dengan
menggunakan contoh-contoh yang tak terorganisasi dalam lingkungan
kehidupan yang sesungguhnya.
Langkah-langkah strategi pengajaran pemahaman konsep untuk
masing-masing model dapat dipaparkan secara berturut-turut dalam tabel
sebagai berikut:

Langkah-Langkah Pemahaman Konsep Model Penerimaan

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3


Penyajian Data dan Menguji Pemahaman Analisis Strategi
Identifikasi Konsep Konsep Berpikir
 Guru menyajikan  Siswa mengidentifikasi  Siswa mendeskripsikan
data/contoh yang telah contoh-contoh tambahan pola berpikir yang
diberi tanda ‘’ya’’ yang tidak diberi tanda dipakainya pada langkah
atau ‘’tidak’’ ‘’ya’’ atau ‘’tidak’’. pertama dan kedua
 Siswa  Guru mengkonfirmasi sampai memahami
membandingkan hipotesis tentang nama konsep.
karakteristik dari konsep, dan menyatakan  Peranan hipotesis,
contoh yang positif definisi berdasarkan karakteristik konsep juga
dan negative karakteristik pokok. dapat didiskusikan pada
 Siswa  Siswa mengidentifikasi langkah ini.
mengembangkan dan contoh-contoh baru.
menguji hipotesis
 Siswa menyatakan
7

definisi berdasarkan
karakteristik pokok

Langkah-Langkah Pemahaman Konsep Model Pilihan


Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Penyajian Data dan Menguji Pemahaman Analisis Strategi
Identifikasi Konsep Konsep Berpikir
 Guru menyajikan  Siswa mengidentifikasi  Siswa mendeskripsikan
data/contoh yang telah contoh-contoh tambahan pola berpikir yang
diberi tanda ‘’ya’’ yang tidak diberi tanda dipakainya pada langkah
atau ‘’tidak’’ ‘’ya’’ atau ‘’tidak’’. pertama dan kedua
 Siswa meneliti setiap  Siswa mengemukkan sampai memahami
contoh, termasuk contoh baru. konsep.
contohnya sendiri  Guru mengkonfirmasi  Peranan hipotesis,
 Siswa hipotesis tentang nama karakteristik konsep juga
mengembangkan dan konsep dan menyatakan dapat didiskusikan pada
menguji hipotesis definisi berdasarkan langkah ini.
karakteristik pokok.

Langkah-Langkah Pemahaman Konsep Untuk Data yang Tidak


Terorganisisr
Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3
Penyajian Data dan Menguji Pemahaman Analisis Strategi
Identifikasi Konsep Konsep Berpikir
 Menentukan dan  Mendiskusikan  Lebih banyak merupakan
memberi nama konsep karakteristik dan peranan suatu diskusi kelompok
 Mengidentifikasi hipotesis daripada kegiatan
karakteristik yang  Membandingkan contoh mandiri.
digunakan dengan contoh lain dalam
konsep yang sama.

B. Definisi Pembentukan Konsep Matematika


Istilah “konsep” yang sering digunakan dalam sebuah komunikasi
adukatif sampai saat ini belum didapatkan definisi secara langsung dan
tepat. Tetapi secara garis besar, konsep dapat diartikan sebagai sebuah
klasifikasi sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, dan
8

dalam artian lainnya adalah pemasangan pengalaman-pengalaman yang


telah kita miliki kedalam suatu kelompok.
Bila ditinjau dari segi proses dimana suatu konsep bisa terbentuk,
adalah berawal dari proses dimana kita mengenal suatu barang yang secara
tidak langsung kita mengambil proses pengenalan itu sebagai sebuah
pengalaman dimana setiap individu akan memiliki pengalaman yang
berbeda bergantung pada dari sudut pandang sebelah mana orang tersebut
mengenali barang itu. Setelah mengenalinya, terjadi proses abstraksi ke
dalam keberagaman sifat dan sifat ini masuk ke dalam ingatan jangka
waktu yang lebih ama daripada ingatan dari suatu yang kita lihat secara
sepenggal dari suatu objek. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

C1 C2 C3 Cn

C1, C2, C3... Cn menggambarkan pengalaman-pengalaman yang terdahulu


tentang sejumlah objek yang mempunyai kesamaan yang disebut Particular chair.
Dari sini kita mengabstrasikan sifat-sifat umum dari objek-objek itu seperti yang
di tunjukan oleh C. Ketika sebuah abstraksi itu terbentuk maka pengalaman yang
lain akan mudah untuk kita bedakan apakah pengalaman itu masuk kedalam
abstraksi kita atau di luar abstraksi kita. Jika pengalaman itu diluar abstraksi kita,
maka kita akan membuat abstraksi yang baru dan proses ini akan berulang.
Sehingga kemampuan kita semakin cepat dalam melakukan abstraksi. Sebagai
contoh: meja, karpet, lemari kita abstraksikan kedalam kelompok perabotan, tanpa
melihat pertimbangan yang lain. Penamaan dari pengkelompokan objek ini,
mempunyai kelebihan atau kekurangan. Kita seharusnya bisa mengklasifikasikan
suatu objek berdasarkan fungsi dan kegunaan, hubungan, waktu penggunaan dan
mungkin juga berdasarkan simbol.
Adapun istilah yang akan digunakan dalam bab ini dan seterusnya
adalah sebagai berikut:
a. Mengabstraksi adalah sebuah aktifitas yang mana kita menyadari akan
kesamaan diantara pengalaman kita, hal ini sejalan dengan pendapat
9

Wersito, dkk., bahwa pembentukan konsep matematika dengan melibatkan


aktifitas pengorganisasian ulang pengetahuan-pengetahuan matematis yang
sudah dikontruksi sebelumnya disebut abstraksi. Abstraksi pada makna
tersebut menggambarkan sebagai suatu proses pembentukan konsep
matematika berdasarkan pengalaman atau model matematika yang sudah
dibentuk sebelumnya. Model matematika baru tersebut terbentuk
berdasarkan model sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah-
masalah kontektual dalam sehari-hari
b. Mengklasifikasi adalah mengumpulkan secara bersama pengalaman kita
dengan dasar dari kesamaan. Dari kegiatan mengkasifikasi tersebut, kita
akan mendapatkan hal yang berbeda dan hal yang sama. Ketika
pengalaman-pengalaman yang kita miliki memiliki kesamaan secara
umum maka akan terbentuklah konsep. Maka semakin banyak pengalaman
yang kita dapatkan, semakin banyak pula konsep yang kita punya.
Rosser (dalam Pemu, 2017) mengemukakan bahwa konsep adalah
suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-
atribut yang sama. Menurut Gagne, konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda kedalam contoh dan
noncontoh. Selain itu, Woolfolk mendefinisikan konsep sebagai suatu
kategori yang digunakan untuk megelompokkan ide-ide, peristiwa-
peristiwa, orang-orang, dan objek-objek yang similar atau serupa (Pemu,
2017).

Tabel 1. Strategi Pembentukan Konsep Matematika


Kegiatan yang Operasi Mental yang Pertanyaan Pengarahan
Nampak Tidak Nampak
Mengidentifikasi Membuat pembedaan Apa yang kamu lihat? Apa
atau menyusun antar contoh yang kamu dengar?
daftar contoh
Pengelompokkan Mengidentifikasi Mana yang bisa dimasukkan
karakte-ristik umum dalam kelompok?
contoh-contoh Berdasarkan kriteria apa?
(mengabstraksi)
10

Memberi nama Menentukan urutan Disebut apa kelompok ini?


konsep contoh secara hirarkis Contoh ini termasuk
kelompok apa?

C. Penamaan dan Komunikasi Konsep Matematika


Penamaan memiliki peranan yang sangat penting untuk menghidari
miskonsepsi atau salah pengertian dengan yang lain. Ketika konsep adalah
sebuah ide, maka nama konsep adalah sebutan atau sesuatu yang bisa
ditulis dimana berkaitan dengan ide tersebut. Berhubungan dengan konsep,
penggunaan nama dalam mengubungkan suatu objek menolong kita untuk
mengklasifikasi, yaitu untuk mengenali suatu benda termasuk ke dalam
keals yang sudah ada. Penamaan dapat juga berguna dalam pembentukan
konsep baru. Jika nama yang sama muncul dari pengalaman yang berbeda,
akan mempengaruhi kita untuk mengelompokkan pengalaman itu ke
dalam satu pikiran kita dan kemudian mengabstraksi kesamaan
ekstrinsiknya sehingga membantu kita untuk dapat memisahkan kelompok
mereka sendiri-sendiri.

Dalam beberapa hal, bahasa dapat menjadi solusi untuk


mentransfer suatu konsep atau dengan kata lain mengkomunikasikan suatu
konsep. Namun ada beberapa kondisi diamana bahasa tidak menjadi
sebuah solusi untuk mendefinisikan atau menjelaskan suatu konsep,
bahkan malah membingungkan. Contohnya adalah ketika seorang buta
akan mencoba untuk mengenal suatu warna. Bagi orang yang memiliki
mata sehat, maka akan dengan mudah mengenali konsep suatu warna, tapi
bagi mereka yang mengalami kebutaan, akan sangat sulit untuk
membangun konsep warna tersebut. Ada dua kemungkinan cara yang bisa
diambil, yaitu adalah dengan memberikan definisi dan dengan
memberikan contoh dari hal yang menggunakan warna merah dalam
eksistensinya. Menurut Skemp, cara dengan memberikan contohlah yang
sekiranya dianggap lebih mudah bagi orang buta untuk membangun
konsep melalui pengambilan sifat-sifat umum dari contoh-contoh tersebut.
11

Dari contoh kasus tersebut, penamaan dipandang sebagai faktor penting


dari proses pengabstraksian dan tidak hanya berguna sebagai penolong.
Terdapat dua jenis konsep yang perlu kita kenal yaitu; pertama,
konsep primer yang berasal dari ransangan seperti merah, berat, panas,
manis, dan lain sebagainya. Kedua, konsep sekunder yang berasal dari
pengalaman yang diabsrtraksikan dari konsep-konsep lain. Jika konsep A
adalah contoh dari konsep B, maka tingkat konsep B lebih tinggi daripada
konsep A, dan seterusnya.

D. Mempelajari Konsep Matematika


Pengenalan konsep matematika pada anak usia dini diharapkan
membuat anak suka dan senang melakukannya sesuai dengan tujuan
mereka yaitu belajar sambil bermain. Sood & Mackey (2015) menyatakan
bahwa pengenalan konsep bilangan pada anak usia dini sangat penting
karena akan memberikan kemudahan kepada anak dalam mengikuti proses
pendidikan yang lebih lanjut, terutama pada mata pelajaran matematika.
Matematika secara umum dapat dipelajari tidak hanya dari kejadian-
kejadian sehari-hari, melainkan juga dari hal-hal yang secara tidak
langsung kita alami. Bagian terpentingnya adalah bagaimana
mengkomunikasikan ide-ide matematika dan tidak hanya menerima begitu
saja informasi yang kita dapatkan.
Suhyanto berpendapat bahwa kesulitan belajar matematika yang
dialami siswa berhubungan dengan kemampuan belajar yang kurang
sempurna serta siswa menganggap konsep sebelumnya tidak akan
digunakan lagi sehingga terdapat kesenjangan antara apa yang dikehendaki
dengan apa yang terjadi di lapangan. Kekurangan tersebut dapat terungkap
dari penyelesaian persoalan matematika yang tidak tuntas. Ketidaktuntasan
tersebut dapat diduga karena kesalahan penggunaan konsep dan prinsip
dalam menyelesaikan persoalan matematika yang diperlukan. Konsep dan
prinsip matematika dapat pula dihubungkan pada kemampuan siswa
12

tersebut dari segi pemahaman konsep matematikanya. Terdapat dua prinsip


dalam mempelajari matematika, yaitu:
1. Konsep yang lebih tinggi yang dimiliki seseorang tidak dapat
dikomunikasikan kepada siswa hanya dengan sebuah definisi, melainkan
dengan mengatur sedemikian rupa sehingga ia menemukan sejumlah
contoh-contoh yang cocok.
2. Dalam matematika, contoh-contoh selalu mendasari banyak konsep. Ini
berarti bahwa contoh-contoh itu harus dikuasai di dalam pemikiran siswa
sehingga konsep-konsep itu dapat dikuasai oleh siswa.
Pemberian contoh yang cocok untuk membantu siswa memahami
definisi dipandang sebagai suatu langkah yang baik dalam sebuah proses
pembelajaran. Adapun contoh yang dipilih harusnya memiliki kesamaan
sifat-sifat dalam membentuk konsep. Dari prinsip kedua memahami
matematika disebutkan bahwa dibutuhkan pengabstraksian lebih lanjut
dari konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya. Maka contoh yang
bersifat kontekstual dimana berkaitan erat dengan pengalamanpengalaman
yang dimiliki oleh siswa akan lebih banyak membantu siswa dalam
memahami konsep baru tersebut.

E. Implikasi Pembentukan Konsep Matematika dalam Pembelajaran


Matematika
Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.
Mempelajari konsep B yang mendasarkan kepada konsep A, seseorang
perlu memahami lebih dulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak
mungkin orang itu memahami konsep B. Ini berarti, mempelajari
matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan kepada
pengalaman belajar yang lalu. Karena matematika merupakan ide-ide
abstrak yang berarti simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika
harus dipahami lebih dulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui oleh orang itu. Karena untuk
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang
13

lalu dari seseorang itu akan memengaruhi terjadinya proses belajar materi
matematika tersebut. Menurut Coney, ada beberapa cara yang dapat
ditempuh dalam mengajarkan konsep matematika, khususnya pada siswa
yang berada pada tahap berpikir operasi formal, yaitu:
1. Pendefinisian (Defining). Membuat definisi adalah langkah yang baik
karena definisi menggunakan bahasa yang singkat tetapi padat dan
terstruktur.
2. Menyatakan syarat cukup. Misalnya, suatu fungsi f yang didefinisikan
pada D, yaitu: jika maka f satu-satu, dapat dikatakan bahwa syarat cukup
supaya suatu fungsi satu-satunya.
3. Memberi contoh. Contoh-contoh adalah objek-objek yang ditunjuk oleh
konsep.
4. Memberi contoh disertai alasan. Pemberian contoh yang disertai alasan
relevan dengan penyajian syarat cukup.
5. Memberi kesamaan atau perbedaan objek yang dinyatakan konsep. Cara
ini menuntun siswa agar dapat membandingkan objek-objek yang diamati.
6. Memberi suatu contoh yang menyangkal. Yaitu contoh yang digunakan
untuk menyangkal kealahan generalisasi atau definisi
7. Menyatakan syarat perlu. Untuk menunjukkan pernyataan merupakan
suatu syarat perlu, biasanya digunakan tanda linguistic ‘’harus’’ atau
‘’hanya jika’’. Misal sebuah segiempat jajar genjang hanya jika (harus)
kedua pasang sisi yang berlawanan sejajar. Syarat perlu sangat berguna
untuk menghindari kesalahpahaman konsep, karena dengan syarat kita
dapat mengidentifikasi contoh objek yang tidak dinyatakan oleh konsep.
8. Memberi bukan contoh. Bukan contoh suatu konsep adalah objek yang
tidak termasuk dalam kumpulan yang ditentukan konsep. Bukan contoh
biasanya diberikan jika siswa melupakan satu atau lebih syarat perlu dari
konsep suatu objek.
9. Memberi bukan contoh disertai alasan. Langkah ini memberi contoh
disertai dengan alasan bahwa ini adalah contoh. Alasan yang menyertai
bukan contoh adalah kegagalan untuk dipenuhinya syarat perlu.
14

Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep


merupakan bagian yang sangat penting. Pemahaman konsep matematika
merupakan landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan
permasalahan matematika. Menurut schoenfeld, berpikir secara matematik
berarti mengembangkan suatu pandangan matematik, menilai proses dari
matematisasi dan abstraksi serta memiliki kesenangan untuk
menerapkannya, mengembangkan kompetensi dan menggunakannya
kedalam pemahaman matematik. Implikasinya bagaimana seharusnya guru
merancang pembelajaran dengan baik, pembelajaran dengan karakteristik
yang bagaimana sehingga mampu membantu siswa dalam membangun
pemahamannya secara bermakna.
Adapun pemahaman konseptual menurut Kilpatrick, dkk adalah
pemahaman konsep-konsep matematika, operasi dan relasi dalam
matematika terdapat indikator didalamnya yaitu:
 Dapat mengidentifikasikan dan menerapkan konsep secara algoritma;
 Dapat membandingkan, membedakan dan memberikan contoh dan conto
kontra dari suatu konsep;
 Dapat mengintegrasikan konsep dan prinsip yang saling berhubungan.
Pemahaman matematika merupakan aspek yang penting dalam
prinsip pembelajaran matematika. Pemahaman matematika lebih bermakna
jika dibangun oleh siswa sendiri. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman
tidak dapat diberikan dengan paksaan, artinya konsep-konsep dan logika
matematika diberikan oleh guru, dan ketika siswa lupa dengan algoritma
atau rumus yang diberikan, maka siswa tidak dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan matematika.
Siswa dikatakan memahami konsep itu jika siswa mampu
mengidentifikasi konsep. Mengidentifikasi dan memberi contoh atau
bukan contoh dari konsep, mengembangkan kemampuan koneksi
matematika antara berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematika
saling berkaitan satu sama lain sehingga terbangun pemahaman
menyeluruh dan menggunakan matematik dalam konteks di luar
15

matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu


mengenali prosedur yang didalamnya termasuk aturan logika atau proses
menghitung yang benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembentukan konsep adalah tindakan membentuk kategori-kategori baru,
sedangkan dalam pemahaman konsep kategori-kategori tersebut sudah ada
sebelumnya. Pembentukan konsep menggunakan proses berpikir induktif,
sedangkan pemahaman konsep menggunakan proses berpikir deduktif.
Salah satu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran konsep adalah melakukan analisis
konsep. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis konsep adalah:
nama konsep, atribut-atribut kriteria dan atribut-atribut variabel, definisi konsep,
contoh-contoh dan noncontoh, dan hubungan konsep dengan konsep lain.
Terdapat banyak cara yang dapat ditempuh dalam mengajarkan konsep
matematika, antara lain Pendefinisian (defining), menyatakan syarat cukup,
memberi contoh, memberi contoh disertai alasannya, memberi kesamaan atau
perbedaan objek yang dinyatakan konsep, memberi suatu contoh penyangkal,
menyatakan syarat perlu, menyatakan syarat perlu dan cukup, memberi bukan
contoh, dan memberi bukan contoh disertai alasan.
B. Saran
Kita bisa saja mengkreasikan suatu konsep berdasarkan pemahaman
pemahaman yang telah kita miliki, namun hal itu tidak akan mungkin terjadi jika
harus lepas dari konsep-konsep yang telah ditemukan terlebih dahulu, terutama
pada tahap awal pengkonstruksian suatu konsep.
Berdasarkan hasil presentasi pada materi ini, pelajaran yang diperoleh
adalah dalam mengkomunikasikan suatu konsep, bahasa dipandang sebagai
elemen yang sangat penting walaupun tidak lah mutlak harus digunakan, karena
terdapat beberapa konsep yang sulit dibahasakan. Adapun cara yang bisa
digunakan untuk mengkomunikasikan suatu konsep terutama konsep matematika
adalah selain dengan menggunakan definisi, bisa juga dengan memberikan
contoh-contoh dari konsep tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Coney. T.J., E.J.Davis & Henderson,. 1975. Dynamics of Teaching Secondary


School Mathematics. Houghton Miffliun: Boston.
Nasrullah, N. (2015). Pengaruh Model PMK Terhadap Disposisi Matematis dalam
Pembelajaran Matematika Tingkat SMA. Kreano, Jurnal Matematika
Kreatif-Inovatif, 6(1), 12-20
Pemu, N. (2017). Konsep Dalam Kegiatan Pembelajaran Matematika.

Skemp, R. R. (2012). The psychology of learning mathematics: Expanded


American edition. Routledge.

Suhyanto, O., & Musyrifah, E. (2016). Pengaruh strategi heuristik vee terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematik. FIBONACCI: Jurnal
Pendidikan Matematika dan Matematika, 2(2), 40-57.

Warsito, W., Saleh, H., & Sukirwan, S. (2020). Interaksi antara pembelajaran dan
pengetahuan terhadap abstraksi matematis siswa SMP. Journal of
Authentic Research on Mathematics Education (JARME), 2(1), 11-19.

17

Anda mungkin juga menyukai