Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu


Pada program pascasarjana Pendidikan matematika
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Hakekat Matematika”.
Serta shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Pada
masa kini, kebanyakan masyarakat bahkan hampir semua kalangan masyarakat menganggap
bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat sulit. Untuk menghilangkan
paradigma tersebut, maka kami menyusun makalah ini yang membahas tentang Hakekat
Matematika.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yuyu Yuhana, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu, kepada keluarga serta teman-teman yang banyak membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kemajuan
penulisan makalah berikutnya.

Serang, 11 November 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................................1
Daftar Isi ...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................3
B. Tujuan ...........................................................................................................................4
C. Manfaat ...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Matematika ....................................................................................................................5
B. Hakekat Matematika ...................................................................................................................6
a. Matematika Sebagai Ilmu Deduktif .................................................................................7
b. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur..............................................................................8
c. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola Hubungan .........................................................9
d. Matematika Adalah Bahasa Simbol ................................................................................9
e. Matematika Sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu ..................................................................9
C. Kegunaan Matematika .............................................................................................................10
D. Karakteristik Matematika ............................................................................................................10
a. Karakteristik Kultural Matematika ...............................................................................10
b. Karakteristik Filosofis Matematika ...............................................................................15
c. Karakteristik Umum Matematika .................................................................................15
d. Karakteristik Matematika Sekolah ...............................................................................15

BAB III SIMPULAN


A. Simpulan .........................................................................................................................18
B. Saran .........................................................................................................................20
Daftar Pustaka .........................................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apakah matematika itu? hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu. Untuk mendiskripsikan definisi
kata matematika para matematikawan belum pernah mencapai satu titik “puncak” kesepakatan
yang “sempurna”. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang berbeda dikemukakan
oleh para ahli, mungkin disebabkan oleh ilmu matematika itu sendiri, dimana matematika
termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas sehingga masing-masing ahli
bebas mengemukakan pendapatnya tentang matematika berdasarkan sudut pandang,
kemampuan, pemahaman, dan pengalaman masing-masing. Oleh sebab itu matematika tidak
akan pernah selesai untuk didiskusikan, dibahas, maupun diperdebatkan. Penjelasan mengenai
apa dan bagaimana sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan seiring
dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan zaman.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat pesat terutama dalam bidang
informasi, sehingga informasi yang terjadi di dunia dapat kita ketahui dengan segera yang
mengakibatkan batas Negara dan waktu sudah tidak ada perbedaan lagi. Akibat globalisasi,
dalam era globalisasi ini diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu
berkompetisi secara global, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang kreatif berfikir
sistematis logis, dan konsisten, dapat bekerja sama serta tidak cepat putus asa. Untuk
memperoleh sifat yang demikian perlu diberikan pendidikan yang berkualitas dengan berbagai
macam pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang merefleksikan sifat di atas adalah mata
pelajaran Matematika, karena matematika merupakan ilmu dasar setiap ilmu. Sehingga ada
ungkapan bahwa matematika itu adalah ratu ilmu.
Matematika adalah kumpulan konsep yang mempunyai struktur sistematis, urut
dengan alur logika yang jelas dan mempunyai hirarki antara satu konsep dengan konsep lain.
Satu konsep bisa menjadi pendukung konsep yang lain dan sebaliknya. Suatu konsep baru bisa
dikategorikan ilmu jika perolehan konsep tersebut melalui suatu metode ilmiah dengan urutan
penelitian yang bersifat kuantitatif atau kualitatif dengan metode tertentu. Sekalipun
matematika bukan produk metode ilmiah, tetapi kebenaran matematika bersifat universal.
Keuniversalan matematika menjadikannya lebih tinggi dari produk ilmiah mana pun juga.
Matematika menjadi ratunya ilmu, sekaligus juga sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Disebut
ratu karena perkembangan matematika tidak tergantung pada ilmu-ilmu lain. Dan matematika
adalah pelayan karena mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan.Matematika juga
merupakan ilmu yang deduktif dan ilmu yang terstruktur. Berdasrkan hal-hal yang dikemukakan
di atas, maka kami menyusun makalah tentang “HAKEKAT MATEMATIKA”.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan judul dan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah hakikat matematika” Adapun rumusan masalah yang
penulis angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi matematika sesuai pendapat para ahli?
2. Apa hakikat matematika?
3. Apa kegunaan matematika?
4. Apa dan Bagaimana Karakteristik Matematika?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui definisi matematika sesuai pendapat para ahli
2. Untuk Mengetahui hakikat matematika
3. Untuk Mengetahui apa kegunaan matematika
4. Untuk Mengetahui apa dan bagaimana Karakteristik Matematika
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini untuk penulis dan pembaca adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi matematika sesuai pendapat para ahli
2. Mengetahui hakikat matematika
3. Mengetahui apa kegunaan matematika
4. Mengetahui apa dan bagaimana Karakteristik Matematika

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI MATEMATIKA
Matematika berasal dari bahasa latin yaitu mathematika. Awal mulanya istilah ini berasal
dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang berarti memelajari. Matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
1. Russefendi (1988 : 23)
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,
aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku
secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
2. James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar
yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika
terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan
aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat ,
jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur
yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah
ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya
terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya
sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Kebanyakan ahli sepakat bahwa suatu pengetahuan disebut ilmu apabila lahir dari
suatu kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah bertumpu pada metode ilmiah, yang langkah-
langkah utamanya membuat hipotesis, mengumpulkan data, melakukan percobaan (untuk
menguji hipotesis), dan membuat kesimpulan. Apabila kita berketetapan suatu ilmu harus
lahir dari metode ilmiah, maka matematika bukanlah ilmu.
5
Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat umum
(deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang mengandung proses
induktif. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat koheren. Seperti yang dikenal
dalam dunia ilmu, terdapat tiga macam jenis kebenaran: (1) kebenaran koherensi atau
konsistensi, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kebenaran- kebenaran yang telah
diterima sebelumnya, (2) kebenaran korelasional, yaitu kebenaran yang didasarkan pada
“kecocokan” dengan realitas atau kenyataan yang ada, serta (3) kebenaran pragmatis,
yaitu kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya.
Ilustrasi Kebenaran Matematika

tersebut bernilai benar, bukan karena kita melakukan percobaan tetapi karena
menurut pikiran logis kita: dua ditambah dua sudah pasti sama dengan empat!
Andaikan kita memasukkan dua koin ke dalam kotak kosong, lalu memasukkan dua
koin lagi ke dalamnya, maka siapapun akan merasa yakin ada empat koin di dalam
kotak. Tapi bila ternyata setelah dipecah, ada tiga (atau lima) koin, yang salah bukan
pada matematikanya, bukan?
Berdasarkan hal tersebut, beberapa ahli sangat hati-hati untuk tidak menggunakan
istilah “ilmu matematika”. Walaupun demikian ada pula ahli yang “melenturkan”
pengertian “ilmu” dan sifat “ilmiah” pada pengetahuan yang telah diterima manusia dan
sesuai dengan logika pikir manusia.
Walaupun matematika bukan produk metode ilmiah, tetapi kebenaran matematika
bersifat universal (tentu dalam semesta yang dibicarakan). Keuniversalan kebenaran
matematika menjadikannya lebih “tinggi” dari produk ilmiah yang mana pun juga;
matematika menjadi ratunya ilmu sebab ia lebih penting dari logika (mengutip pendapat
Bertrand Russel) dan menjadi pelayan ilmu sebab dengan matematika maka ilmu dapat
berkembang jauh bahkan melebihi perkiraan manusia

B. HAKEKAT MATEMATIKA
Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathemata yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Dalam Bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti
yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun
demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Ada yang mengatakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol, matematika
adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika
adalah metode berpikir logis, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola,
bentuk dan struktur, matematika adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain.
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian bilangan dan
ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan alam.
6
Matematika merupakan ilmu yang tidak jauh dari realitas kehidupan manusia. Seperti
halnya dalam membedakan antara banyak dan sedikit, lebih dengan kurang, orang perlu
berhitung. Misalnya, seorang pengembala akan menghitung apakah kambing yang akan masuk
ke kandang pada sore hari sudah lengkap atau belum, maka pengembala tersebut
menggunakan tumpukan batu yang jumlahnya sama dengan jumlah kambing. Setiap satu
kambing yang masuk ke kandang, maka tumpukan batu akan dipindah satu. Apabila ada
tumpukan batu yang tersisa berarti ada kambing yang belum masuk ke kandang dan dengan
demikian jumlah kambing yang masuk ke kandang kurang dari jumlah semua. Praktik seperti ini
adalah permulaan dari orang belajar berhitung, yang merupakan salah satu dari cabang ilmu
matematika.
Akan tetapi, hakikat matematika bukanlah sekedar berhitung melainkan suatu bangunan
pengetahuan yang terus berubah dan berkembang. Di samping itu, matematika adalah sebuah
bahasa yang dapat menemukan dan mempelajari pola serta hubungan-hubungannya sehingga
terbentuklah suatu kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya
matematika bermanfaat bagi semua orang.
Hakekat Matematika diantaranya sebagai berikut:
Kebanyakan ahli sepakat bahwa suatu pengetahuan disebut ilmu apabila lahir dari
suatu kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah bertumpu pada metode ilmiah, yang langkah-
langkah utamanya membuat hipotesis, mengumpulkan data, melakukan percobaan (untuk
menguji hipotesis), dan membuat kesimpulan. Apabila kita berketetapan suatu ilmu harus
lahir dari metode ilmiah, maka matematika bukanlah ilmu.
Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya bersifat umum
(deduktif). Kebenarannya tidak bergantung pada metode ilmiah yang mengandung proses
induktif. Kebenaran matematika pada dasarnya bersifat koheren. Seperti yang dikenal
dalam dunia ilmu, terdapat tiga macam jenis kebenaran: (1) kebenaran koherensi atau
konsistensi, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kebenaran- kebenaran yang telah
diterima sebelumnya, (2) kebenaran korelasional, yaitu kebenaran yang didasarkan pada
“kecocokan” dengan realitas atau kenyataan yang ada, serta (3) kebenaran pragmatis,
yaitu kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya.
1. Matematika sebagai ilmu deduktif
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lain. Matematika tidak dapat menerima generalisasi berdasarkan
pengamatan induktif. Induksi lengkap atau induksi matematika sering dikacaukan seolah-
olah menggunakan penalaran induktif, padahal sebenarnya induksi matematika merupakan
suatu pembuktian yang didasarkan pada penalaran deduktif, karena jika berlaku untuk n =
1 dan dianggap benar untuk n = k (k bilangan asli) maka akan terbukti untuk n = k + 1.
Ini sesuai dengan aksioma Peano butir (5) yang diungkapkan Bell (1978) sebagai berikut.
1. 1 adalah bilangan asli.
2. Pengikut dari setiap bilangan asli, adalah bilangan asli.
7
3. Tidak ada dua bilangan asli yang berpengikut sama.
4. 1 bukan pengikut dari setiap bilangan asli.
5. Setiap sifat 1, yang juga sifat semua pengikut bilangan asli, adalah sifat semua
bilangan asli.
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya.
Matematika tidak menolak proses kreasi yang kadang-kadang terjadi melalui
penalaran induktif, intuisi, bahkan secara trial and error (coba-coba) asalkan pada akhirnya
penemuan atau kesimpulannya itu dapat diorganisasikan dengan pembuktian secara
deduktif. Misalkan untuk membuktikan “Jumlah dua bilangan ganjil adalah genap”, secara
induktif hal ini dilakukan sebagai berikut: Ambil beberapa bilangan ganjil dan lakukan
penjumlahan pada bilangan- bilangan tersebut seperti pada tabel di bawah ini. Tampak
hasilnya merupakan bilangan-bilangan genap.

+ -3 -1 1 3
-1 -4 -2 0 2
1 -2 0 2 4
3 0 2 4 6

Jika penjumlahan seperti ini dilakukan terhadap banyak sekali bilangan- bilangan
ganjil maka akan menghasilkan bilangan genap. Namun, cara induksi demikian, yaitu
dengan mengambil beberapa contoh untuk membuat generalisasinya tetap tidak
dibenarkan. Jika diambil generalisasinya untuk menyatakan bahwa jumlah dua bilangan
ganjil adalah bilangan genap maka harus dibuktikan kebenarannya secara deduktif. Bukti
deduktifnya sebagai berikut. Misal a dan b adalah sebarang dua bilangan bulat sehingga 2a
dan 2b adalah bilangan ganjil. Jika dua bilangan ganjil tersebut dijumlahkan maka
diperoleh: (2a + 1) + (2b + 1) = 2a + 2b + 2 = 2(a + b + 1), karena a dan b bilangan bulat
maka (a + b + 1) adalah bilangan bulat. Dengan demikian, 2(a + b + 1) adalah bilangan
genap. Hal ini memperlihatkan bukti deduktif dari generalisasi di atas.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat dilihat bahwa
matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada pengamatan, uji coba
seperti halnya ilmu pengetahuan yang lain sehingga kebenaran matematika dapat
dikembangkan berdasarkan alasan logis dan memanfaatkan metode penalaran deduktif.
2. Matematika Adalah Ilmu Terstruktur
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan
ke aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang paling
sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Misalnya untuk mempelajari

8
persamaan, sebelumnya harus sudah mempelajari kalimat matematika, operasi hitung
bilangan dan tentunya harus mempelajari tentang bilangan.
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur
yang terorganisasi. Sifat-sifat atau teorema-teoremanya dibuat secara deduktif berdasarkan
pada unsur-unsur yang tidak didefinisikan, aksioma- aksioma atau postulat-postulat, sifat-
sifat atau teorema-teorema yang telah dibuktikan kebenarannya (Russefendi, 1990).
Dengan demikian, struktur dalam matematika tersusun secara hierarkis (terbatas), logis, dan
sistematis mulai dari yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dengan kata lain, struktur-struktur dalam matematika dimulai dari unsur-unsur atau istilah-
istilah yang tidak didefinisikan (unsur-unsur primitif) kemudian dibuat definisi- definisi
mengenai unsur-unsur atau istilah-istilah itu. Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan
unsur-unsur yang didefinisikan dapat dibuat asumsi- asumsi yang disebut aksioma atau
postulat. Postulat atau aksioma merupakan.
Suatu pernyataan yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Selanjutnya, dari unsur-
unsur primitif, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau postulat dapat disusun
teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif dan berlaku
umum.
3. Matematika Adalah Ilmu Tentang Pola dan Hubungan
Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep
tertentu atau model yang merupakan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal : Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2
Matematika disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan
lainnya saling berhubungan. Misalnya : Antara persegi panjang dengan balok, antara
persegi dengan kubus, dll.
4. Matematika Adalah Bahasa Simbol
Matematika yang terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat
internasional. simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi mempunyai arti
yang luas.
5. Matematika Sebagai Ratu Dan Pelayan Ilmu
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu karena matematika merupakan ilmu yang
mandiri, karena tanpa bantuan ilmu lain matematika dapat tumbuh dan berkembang untuk
ilmunya sendiri. Hal penting yang merupakan sebuah ciri dari matematika yang membedakan
dengan semua cabang ilmu lain adalah kedudukannya yang otonom dan dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri. Oleh sebab itu, matematika berfungsi untuk melayani ilmu
pengetahuan. Dengan demikian matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya
sendiri juga melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan
operasionalnya.
Selain sebagai ratu matematika juga dikatakan sebagai pelayan ilmu pengetahuan
karena perkembangan dan penemuannya bergantung kepada matematika. Sebagai contoh
9
teori-teori pada cabang ilmu fisika, kimia, dan ekonomi dikembangkan dan ditemukan
melalui konsep fungsi, konsep persamaan diferensial atau konsep integral. Begitu juga teori
Mendel pada cabang ilmu biologi dikembangkan melalui konsep probabilitas.
Dari uraian di atas jelas bahwa selain matematika berkembang untuk dirinya sendiri
sebagai ilmu, matematika juga berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan di cabang lain.

C. KEGUNAAN MATEMATIKA
1. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.
Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari
matematika, seperti :
a. Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep
Probabilitas.
b. Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah tentang
kelistrikan.
c. Einstein membuat rumus yang dapat digunakan untuk menaksir jumlah energi yang
dapat diperoleh dari ledakan atom.
2. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh :
a. Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses perhitungan
matematika yang berkaitan dengan bilangan dan operasi hitungnya
b. Menghitung luas daerah
c. Menghitung jarak yang ditempuh dari suatu tempat ke tempat yang lain
Menghitung laju kecepatan kendaraan

D. KARAKTERISTIK MATEMATIKA
Matematika memiliki karakteristik khas yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya.
Matematika dapat dipandang sebagai pelayan dan ratu dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan,
matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan yang
lain. Seperti matematika muncul di ilmu kimia, fisika, biologi, astronomi, psikologi dan masih
banyak yang lainnya. Sebagai ratu, perkembangan ilmu matematika tidak tergantung pada
ilmu-ilmu lain. Khususnya pada ilmu matematika murni yang kemudian hari bisa diterapkan
dalam berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Karakteristik matematika tersebut antara lain:
1. Karakteristik Kultural Matematika
Obyek-obyek matematika bersifat sosial-kultural-historis, artinya bahwa
matematika dan pembelajarannya merupakan milik bersama seluruh umat. Betapapun
primitifnya suatu masyarakat, matematika adalah bagian dari kebudayaannya (meski
dalam bentuk yang sederhana). Karena itu matematika bersifat universal. Matematika
itu sendiri lahir dari perjalanan panjang yang menyejarah dalam kehidupan manusia.
10
Dalam membicarakan aspek kultural matematika, penulis akan membahasnya ke
dalam tiga tema, yaitu sejarah matematika, evolusi matematika, dan etnomatematika.
Masing-masing tema itu berhubungan dengan karakteristik kultural serta mempunyai
pengaruh terhadap pembelajaran matematika.
2. Karakteristik Filosofis Matematika
Berangkat dari pertanyaan sederhana, “apakah sebenarnya matematika itu?”, para ahli
telah bergumul dengan ide dan pemikiran filsafat sejak abad ke-19 hingga sekarang ini.
Kini kita mengenal beberapa pemikiran atau sering disebut aliran dalam matematika,
yang secara umum terdapat tiga aliran besar yang mempengaruhi jalan perkembangan
matematika termasuk perkembangan pendidikan matematika. Aliran tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Formalisme
Ahli matematika Jerman, David Hilbert (1862-1943) menjadi pelopor aliran
matematika ini. Bagi kaum formalis, matematika itu sesungguhnya dikembangkan
melalui suatu sistem aksioma . Sifat alami dari matematika itu adalah sistem
lambang-lambang formal. Mereka percaya bahwa objek-objek matematika itu tidak
ada hingga diciptakan oleh manusia melalui sistem aksioma. Mereka mencoba
membuktikan bahwa seluruh bangunan matematika yang disusun dari sistem
aksioma itu adalah konsisten. Pemikiran ini mempengaruhi buku-buku pelajaran dan
kurikulum matematika selama pertengahan abad ke-20. Kurikulum 1975 adalah
contoh par exellent dari pemikiran ini.
Walaupun semua sistem matematika masih menggunakan sistem aksioma, tetapi
menganggap bahwa formalisme menjadi landasan matematika tidak diterima oleh
beberapa ahli. Keberatan bermula ketika Godel membuktikan bahwa kita tidak
mungkin dapat membuat suatu sistem lengkap yang konsisten dalam dirinya sendiri.
Pernyataan ini terkenal dengan sebutan Teorema Ketidaklengkapan Godel (Godel`s
Incompleteness Theorem).
b. Logikalisme atau Logisisme
Dua ahli matematika sekaligus ahli filsafat dari Inggris menjadi pioner aliran
atau landasan matematika ini, yaitu Bertrand Russell (1872-1970) dan Alfred North
Whitehead (1861-1947) lewat buku mereka Principia Mathematica (1903). Menurut
mereka semua matematika dapat diturunkan dari prinsip-prinsip logika. Kebanyakan
ide-ide logika juga diterima oleh kaum formalis, tetapi meraka tidak percaya bahwa
matematika dapat diturunkan dari logika saja. Sementara menurut kaum logisisme,
matematika itu tidak lain adalah logika. Menurut istilah mereka, matematika itu masa
dewasa dari logika.
Keberatan utama terhadap aliran ini adalah adanya paradoks-paradoks logika
(seperti paradoks teori himpunan pada aliran formalisme) yang tidak dapat
diselesaikan oleh kaum pendukung logisisme.
c. Intuisionisme
11
Pioner aliran ini adalah Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966) seorang
matematikawan Belanda. Aliran ini sejalan dengan filsafat umum dari Immanuel
Kant (1724-1804). Intuisionis mengklaim bahwa matematika berasal dan
berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika tidak
terletak pada simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal pikiran
manusia. Hukum-hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan
terhadap alam, tetapi mereka ditemukan dalam pikiran manusia.
Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intuisionis tidak
memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana matematika bekerja dalam
pikiran. Kita tidak mengetahui secara tepat pengetahuan intuitif bekerja dalam
pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda antara
manusia yang satu dengan yang lain. Apakah realistik bila mengganggap bahwa
manusia dapat berbagi pandangan intuitif tentang matematika secara persis sama.
Lalu, mengapa kita mengajarkan matematika bila semua matematika adalah intuitif?
Lalu di mana implikasi teori-teori landasan matematika itu bagi pembelajaran
matematika? Implikasi langsung memang kelihatannya tidak ada, tetapi ia akan
mempengaruhi pola pikir seseorang (guru) dalam memandang matematika
sehingga mempengaruhi cara guru membelajarkan matematika.
Guru yang menganggap matematika hanya merupakan kumpulan angka-angka
dan rumus-rumus belaka maka sadar atau tidak ia telah menjadi pendukung kaum
formalisme (yang ekstrem). Guru tipe ini seringkali hanya mengajarkan matematika
bukannya membelajarkan matematika.
Selain tiga karakteristik di atas, terdapat pula Karekteristik Umum Matematika dan
Karakteristik Matematika sekolah yaitu:
3. Karakteristik Umum Matematka
a. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
Di dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut
sebagai objek mental. Di mana objek-objek tersebut merupakan objek pikiran yang
meliputi fakta, konsep, operasi ataupun relasi, dan prinsip. Dari objek-objek dasar tersebut
disusun suatu pola struktur matematika. Adapun objek-objek tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Fakta (abstrak) berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol tertentu.
Contoh simbol bilangan “3” sudah di pahami sebagai bilangan “tiga”. Jika di sajikan
angka “3” maka sudah dipahami bahwa yang dimaksud adalah “tiga”, dan sebalikya.
Fakta lain dapat terdiri dari rangkaian simbol misalnya “3+4” sudah di pahami bahwa
yang dimaksud adalah “tiga di tambah empat”.
2) Konsep (abstrak) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan suatu konsep
atau bukan. ”segitiga” adalah nama suatu konsep abstrak, “Bilangan asli” adalah nama
suatu konsep yang lebih komplek, konsep lain dalam matematika yang sifatnya lebih
12
kompleks misalnya “matriks”, “vektor”, “group” dan ruang metrik”. Konsep
berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu
konsep. Dengan adanya definisi ini orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau
lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang
dimaksud dengan konsep tertentu.
3) Operasi (abstrak) adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya “penjumlahan”, “perkalian”,
“gabungan”, “irisan”. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada dasarnya
operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi
adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.
4) Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.
Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara
berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, “sifat”
dan sebagainya.
b. Matematika bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan dalam Matematika merupakan ikatan yang mengikat untuk menghindari
pembuktian yang berputar-putar baik dalam pembuktian maupun dalam pendefinisian.
Kesepakatan yang mendasar adalah aksioma dan konsep primitive. Aksioma yang disebut
juga postulat merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan, sedangkan konsep
primitive bertujuan memberikan pengertian pangkal yang tidak seharusnya didefinisikan.
Fakta matematika meliputi istilah, symbol, notasi atau lambang, dengan adanya
kesepakatan ini menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan.
c. Simbol dalam matematika kosong dari arti
Karakteristik ini dapat dipandang termasuk ke dalam karakteristik butir A. Tetapi
di sini akan dibahas tersendiri agar dapat dipahami lebih utuh.
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang berupa huruf Latin,
huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut
membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model matematika.
Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain
itu ada pula model matematika yang berupa gambar (pictorial) seperti bangun-
bangun geometrik, grafik, maupun diagram.
Matematika memiliki banyak simbol, baik huruf maupun bilangan. Model matematika
x + y = z, belum tentu bermakna atau berarti. Tidak selalu x, y, z berarti bilangan. Bilangan-
bilangan yang digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real. Makna
huruf dan operasi tergantung permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model
matematika. Bahkan tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua bilangan,
tetapi bisa jadi operasi untuk vector, matriks dan lain-lain. Secara umum, x + y = z masih
kosong dari arti, tergantung permasalahannya.
13
Jadi, model atau symbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan
bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini
pula yang membedakan symbol matematika dengan symbol bukan matematika.
Kosongnya arti dari model-model matematika itu merupakan “kekuatan” matematika,
yang dengan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan.
Walaupun demikian, kebanyakan siswa masih cukup kuat terikat dengan makna
yang pertama kali atau yang biasa diajarkan oleh gurunya. Hal ini seperti yang
pernah dikeluhkan oleh matematikawan Whitehead, “Yang paling sukar untuk
menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika ialah bahwa x itu sama
sekali tidak berarti”. (Jujun, 2002: 190). Maka dari itu, guru harus senantiasa
waspada pada pengertian yang dipakai oleh siswa dalam mempelajari suatu topic
bahasan matematika.
d. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka bila
kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup pembicaraannya.
Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita
berbicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan
bilangan-bilangan pula. Begitu pula bila kita berbicara tentang transformasi geometris
(seperti translasi, rotasi, dan lain-lain) maka simbol-simbol matematikanya menunjukkan
suatu transformasi pula.
Matematika memperhatikan semesta pembicaraan artinya penyelesaian dalam
matematika harus disesuaikan dengan semesta pembicaraan. Simbol-simbol akan
bermakna jika ruang lingkup pembicaraanya jelas. Jika ruang lingkupnya bilangan, maka
dsimbol-simbol tersebut diartikan bilangan.
Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah, juga ditentukan
oleh semesta pembicaraan yang digunakan. Contoh: Penyelesaian persamaan diselesaikan
dengan memperhatikan semesta pembicaraan. Jika semesta pembicaraannya tentang
bilangan-bilangan, maka symbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.
Begitu juga bila kita bicara tentang transformasi geometris (seperti translasu, rotasi,
dilatasi dan lain-lain), maka symbol-simbol matematikanya menunjukkan suatu
transformasi pula.
e. Matematika konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa
aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula
sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar
dengan sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. Di dalam
sistem aljabar terdapat pula beberapa sistem lain yang lebih “kecil” yang berkaitan
satu dengan lainnya. Demikian pula di dalam sistem geometri.
Matematika kosisten dalam sistemnya artinya dalam matematika banyak sistem yang
saling berkaitan satu sama lainnya dan ada juga yang tidak saling berkaitan. Didalam
14
masing-masing sistem berlaku konsistensi atau ketaatazasan, artinya bahwa dalam system
tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu teorema ataupun definisi harus menggunakan
istilah atau konsep yang diterapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna
maupun dalam hal nilai kebenaran. Misalnya, bila kita mendefinisikan konsep trapezium
sebagai segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, maka kita tidak boleh mengatakan
bahwa jajaran genjang trapezium, karena jajaran genjang mempunyai dua pasang sisi
sejajar.

4. Karakteristik Matematika Sekolah


Sehubungan dengan karakteristik umum matematika di atas, dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika di sekolah harus memperhatikan ruang lingkup matematika
sekolah. Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan
matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal: (1) penyajian, (2) pola pikir, (3)
keterbatasan semesta, dan (4) tingkat keabstrakan.
1. Penyajian
Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi,
tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.
Contoh untuk SD:
Pengertian perkalian seharusnya tidak langsung menyajikan bentuk matematika,
semisal 3 x 4 = 12. Penyajiannya hendaknya didahului dengan melakukan
penjumlahan berulang dengan menggunakan peraga, misalnya kelereng. Dengan
peragaan itu, siswa mendapatkan pemahaman bahwa walaupun 3 x 4 dan 4 x 3
bernilai sama-sama 12, tetapi makna perkaliannya berbeda. Setelah siswa
memahami makna perkalian, barulah diminta menghafalkan fakta dasar
perkalian.

Contoh untuk SMP: Penyajian Topik Peluang


Ketika menyajikan topik dalam teori peluang semisal “kejadian”, “ruang sampel”,
“kejadian bebas”, dan lain-lain hendaknya tidak langsung kepada definisi atau
teorema. Agar lebih bermakna bagi siswa, pendekatan konkret atau induktif
dengan melakukan percobaan sederhana, misalnya melantunkan dadu dapat
dilakukan sebawai awal pembelajaran.

Sementara di SMA, pendekatan secara induktif atau konkrit sudah harus


dikurangi, kecuali pada topik-topik yang memerlukan bantuan yang agak konkrit
seperti teori peluang.
2. Pola Pikir
Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif
maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasan dan
tingkat intelektual siswa. Sebagai kriteria umum, biasanya di SD menggunakan
15
pendekatan induktif lebih dulu karena hal ini lebih memungkinkan siswa
menangkap pengertian yang dimaksud. Sementara untuk SMP dan SMA, pola
pikir deduktif sudah semakin ditekankan. Contoh-contoh yang disajikan
sebelumnya juga menunjukkan contoh pola pikir yang digunakan di sekolah.
3. Semesta Pembicaraan
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa,maka matematika yang
disajikan dalam jenjang pendidikan juga menyesuaikan dalam kekomplekan
semestanya. Semakin meningkat tahap perkembangan intelektual siswa, maka
semesta matematikanya semakin diperluas.

Contoh Untuk SD (contoh keterbatasan semesta)


Operasi bilangan bulat pada Kurikulum 2004 di SD dibatasi pada operasi
penjumlahan dan pengurangan saja. Operasi yang berlaku pada bilangan bulat
lainnya, seperti perkalian, pembagian, dan perpangkatan tidak diberikan di SD.

Contoh untuk SMP


Sehubungan dengan keterbatasan semesta bilangan, di SMP belum diperkenalkan
tentang bilangan imajiner atau kompleks. Hal ini juga berimplikasi pada
penyelesaian soal matematika yang dibatasi pada himpunan bilangan real.
Contoh 50 (SD, SMP, SMA) (contoh keterbatasan semesta)
Di sekolah, bilangan prima dibatasi pengertiannya hanya pada bilangan asli. Siswa
belum diperkenalkan pada perluasan semesta kepada bilangan prima negatif.
Begitu pula topik geometri masih dibatasi pada geometri Euclid.
4. Tingkat keabstrakan.
Seperti pada poin sebelumnya, tingkat keabstrakan matematika juga harus
menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Di SD
dimungkinkan untuk “mengkonkretkan” objek-objek matematika agar siswa lebih
memahami pelajaran. Namun, semakin tinggi jenjang sekolah, tingkat
keabstrakan objek semakin diperjelas.

Contoh untuk SD:

Dalam pembelajaran fakta mengenai bilangan di SD, siswa tidak langsung


diperkenalkan simbol “2”, “3”, beserta sifat urutannya, tetapi dimulai dengan
menggunakan benda-benda konkret dan menyuguhkan sifat urutan/relasi
sebagai sifat “lebih banyak” atau “kurang banyak”.

Contoh untuk SMP:

Dalam membuktikan Teorema Pythagoras, siswa tidak langsung diarahkan pada


bukti deduktif yang bersifat abstrak/formal dengan menggunakan lambang-
lambang aljabar. Bukti secara geometris akan sangat membantu siswa

16
memahami Teorema Pythagoras dan kebenarannya. Banyak sekali bukti Teorema
Pythagoras secara geometris yang cukup menarik dan mudah dimengerti siswa.

Contoh untuk SMA:

Pembelajaran topik irisan bangun ruang semisal kubus atau piramida, maka
penggunaan benda konkrit yang berbentuk kubus atau piramida akan sangat
membantu siswa memahami bagaimana terjadinya suatu irisan dan sifat-sifat
spasial (keruangan)nya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat matematika bukanlah sekedar berhitung melainkan suatu bangunan pengetahuan
yang terus berubah dan berkembang. Di samping itu, matematika adalah sebuah bahasa yang
dapat menemukan dan mempelajari pola serta hubungan-hubungannya sehingga terbentuklah
suatu kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah. Itulah sebabnya matematika
bermanfaat bagi semua orang.
Ilmu matematika selalu terus berkembang. Perkembangan matematika tersebut dimulai dari
perkembangan pada zaman Yunani Kuno, perkembangan zaman Islam dan perkembangan zaman
modern.
Ada enam tahapan yang harus dilalui siswa agar dapat berpikir tingkat tinggi, yaitu menggali
informasi yang dibutuhkan, mengajukan dugaan, melakukan inkuiri, membuat konjektur, mencari
alternative, dan menarik kesimpulan.
Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Faktor penyabab rendahnya minat
siswa dalam pelajaran matematika adalah faktor budaya, faktor sistem pendidikan, faktor sistem
penilaian, faktor orang tua dan keluarga, faktor sifat bidang study, faktor guru.
Matematika memiliki karakteristik khas yang membedakan dengan ilmu-ilmu lainnya, di
antaranya:
a. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
b. Matematika bertumpu pada kesepakatan
c. Matematika berpola pikir deduktif
d. Symbol dalam matematika kosong dari arti
e. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan
f. Matematika konsisten dalam sistemnya.
Karakteristik kultural matematika dapat dilihat pada tiga hal: (1) sejarah matematika, (2)
evolusi matematika, dan (3) ethnomatematika. Implikasi penggunaan karakteristik kultural
dalam pembelajaran matematika terdapat pada tiga aspek: (1) pemahaman (understanding),
(2) antusiasme (enthusiasm), dan (3) keterampilan (skills).
Karakteristik filosofis matematika dapat dilihat pada tiga aliran utama, yaitu formalisme,
logisisme atau logikalisme, dan intuisionisme. Pengaruh landasan matematika dalam
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan matematika.
Deskripsi matematika bermacam-macam bentuknya, antara lain bahwa matematika
dapat dipandang sebagai struktur yang terorganisir, alat, pola pikir deduktif, cara bernalar,
bahasa artifisial, dan seni yang kreatif. Kedudukan matematika tersebut harus didudukkan
dalam pembelajaran matematika secara proposional.
Karakteristik umum matematika meliputi beberapa hal: (1) Memiliki objek kajian yang
abstrak, berupa fakta, operasi (atau relasi), konsep, dan prinsip, (2) Bertumpu pada
kesepakatan atau konvensi, baik berupa simbol-simbol dan istilah maupun aturan-aturan
18
dasar (aksioma), (3) Berpola pikir deduktif, (4) Konsisten dalam sistemnya, (5) Memiliki simbol
yang kosong dari arti, dan (6) Memperhatikan semesta pembicaraan.
Karakteristik matematika sekolah dapat dilihat pada aspek: (1) penyajian, (2) pola pikir, (3)
semesta pembicaraan, dan (4) tingkat keabstrakan.

B. Saran
Bagi Guru
Diharapkan bagi semua guru lebih memahami hakikat anak sebagai individu dengan pola
pemikiran yang berbeda dengan orang dewasa serta banyak berfungsi sebagai fasilitator
(pembimbing) dan motivator dalam terjadinya proses belajar.
Sebagai seorang guru matematika yang professional hendaknya memahami bagaimana
hakikat dan karekteristik matematika yang sebenarnya agar dapat meminimalisir berbagai
persoalan yang terjadi, serta mengetahui cara pengajaran yang dibutuhkan oleh siswa-siswanya
agar matematika tidak dianggap sulit dan disenangi oleh semua peserta didik. Ilmu matematika
sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
itu seorang guru harus memberikan asupan ilmu matematika yang sesuai dan bermanfaat
seiring dengan kemajuan zaman sekarang ini kepada siswa sebagai penerus generasi bangsa.

Bagi Siswa
Bagi siswa sendiri, diperlukan untuk meningkatkan diri dalam minat belajar matematika, karena
matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat menyelesaikan banyak masalah dalam
kehidupan serta dengan matematika mampu mempelajari ilmu yang lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bell, Eric Temple. 1987. Mathematics, Queen & Servant of Science. Washington:
Tempus Books of Microsoft Press.
Boyer, Carl B. 1968. A History of Mathematics. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Eves, Howard. 1964. An Introduction to The History of Mathematics. New York:
Holt, Rinehart, & Winston, Inc.
Jujun S. Suriasumantri. 2002. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sumardyono. 2003. Sejarah Topik Matematika Sekolah. Paket Pembinaan Penataran.
Yogyakarta: PPPG Matematika.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Susanah dan Janet T.M. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika (Modul 7).
Jakarta: Universitas Terbuka

20

Anda mungkin juga menyukai