Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

“ HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK FILSAFAT MATEMATIKA”

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Nahor Murani Hutapea, M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Anya Nurfadila (2105113353)
2. Sara Safira (2105112598)
3. Teza Inayah Fitri (2105112998)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika”.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak terlepas


dari motivasi dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, terima kasih penulis ucapkan
kepada:
1. Dr. Nahor Murani Hutepea, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat
dan Sejarah Matematika

2. Kepada teman-teman seangkatan yang bersedia membantu dan memberikan


masukan yang bersifat membangun demi penyelesaian dan kesempurnaan
makalah ini.

Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan
pengetahuan yang kami peroleh. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua terutama dalam kemajuan dunia pendidikan.

Kami selaku kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,baik dari segi sistematika penulisan maupun dari segi penyajian. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.
Atas perhatian, saran, dan kritikan dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.

Agustus 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika .............................................. 3
B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika .................................................................. 5
C. Relasi Filsafat dan Matematika .......................................................................................... 11
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika .................................................................... 13
E. Aliran dalam Filsafat Matematika ...................................................................................... 16
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika............................................................................. 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 22
B. Saran ....................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak
permas
alahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan
menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain – lain.
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Namun
kehadiran ilmu pengetahuan dengan berbagai rupa tersebut harus dapat disadari oleh
kita semua para pengkaji ilmu bahwa sumber dari ilmu itu sendiri yang bernama
filsafat adalah muara dari berbagai ilmu yang ada.
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahaman dan tindakan
yang sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, karena bagaimana pun, tujuan
dipelajari ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke dalam
kehidupan yang nyata. Tanpa pemahaman ilmu tidak akan mungkin dapat dikuasai.
Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan ilmu
lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan
matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang beranggapan bahwa filsafat
dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari
matematika dan filsafat karena kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis.
Hasil dari keduanya tidak memerlukan bukti secara fisik.
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematika merupakan hasil
pemikiran filsafat yang sasarannya ialah matematika itu sendiri filsafat sebagai
rangkaian aktivitas dari budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran reflektif
(reflective thinking). Pemikiran relatif atau disingkat nya refleksi (reflection) dapat
dicirikan sebagai jenis pemikiran yang terdiri atas mempertimbangkan secara cermat
suatu pokok soal dalam pikiran dan memberikannya perhatian yang sungguh-sungguh
dan terus-menerus. Suatu pendapat lain yang mirip merumuskannya Sebagai
pertimbangan cermat secara penuh perhatian beberapa kali terhadap hal yang sama.
Dalam sebuah kamus psikologi reflective thinking dianggap sepadan dengan logical
thinking yakni aktivitas budi manusia yang diarahkan sesuai dengan kaidah-kaidah
logika.
Dengan demikian filsafat Matematika pada dasarnya adalah pemikiran relatif
terhadap matematika. Matematika menjadi suatu pokok soal yang dipertimbangkan
secara cermat dan dengan penuh perhatian. Pemikiran filsafati juga bersifat reflektif
dalam arti menengok diri sendiri untuk memahami bekerjanya Budi itu sendiri.

1
Ciri reflective yang demikian itu ditekankan oleh filsuf Inggris R.G Gollingwood
yang menyatakan “Filsafat bersifat reflektif tidaklah semata-mata berfikir tentang
suatu objek, sambil berfikir tengang sesuatu objek, budi itu senantiasa berfikir juga
tentang pemikirannya sendiri mengenai objek itu.” Jadi budi manusia yang diarahkan
untuk menelaah objek objek tertentu sehingga melahirkan matematika kemudian juga
memantul berpikir tentang matematika sehingga menumbuhkan filsafat matematika
agar memperoleh pemahaman apa dan bagaimana sesungguhnya Matematika itu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami ingin memberikan kontribusi
untuk membuat sebuah makalah yang berjudul “Hakikat dan Karakteristik Filsafat
Matematika”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka timbul
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor pendorong timbulnya filsafat matematika?
2. Bagaimana hakikat dan karakteristik filsafat matematika?
3. Bagaimana relasi filsafat dan matematika?
4. Bagaimana relasi matematika dan filsafat matematika?
5. Apa saja aliran dalam filsafat matematika?
6. Bagaimana filsafat formalisme dalam matematika?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk melengkapi tugas matakuliah yang diberikan oleh dosen pengampu
2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong timbulnya filsafat matematika
3. Untuk mengetahui hakikat dan karakteristik dari filsafat matematika
4. Untuk mengetahui hubungan dan relasi antara filsafat dan matematika
5. Untuk mengetahui relasi antara matematika dan filsafat matematika
6. Untuk mengetahui aliran yang terdapat dalam filsafat matematika
7. Untuk mengetahui filsafat formalism dalam matematika

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika
Menurut P. Hilton (Gunawan, 2007) filsafat matematika lahir dan berkembang
karena adanya keinginan manusia untuk mensistematisasikan pengalaman hidupnya,
menatanya dan membuatnya mudah dimengerti, supaya dapat meramalkan dan bila
memungkinkan mengendalikan peristiwa yang akan terjadi pada masa depan

Dalam JPM :Volume 1 dan 2 Prabowo menjelaskan Ada beberapa faktor


pendorong timbulnya Filsafat Matematika yaitu :

a. Kontradiksi

Pengetahuan matematika diturunkan dengan deduksi logis, sehingga matematika


diklaim sebagai ilmu yang sempurna dan suci tak ternoda kesalahan. Namun, sesaat
setelah itu bermunculan kontradiksi dalam matematika, sekumpulan obyek
matematika yang aneh dan liar, antara lain: tidak mungkin dapat selalu menyatakan
panjang diagonal sebuah persegi panjang dalam bentuk bilangan kuadrat, adanya
bilangan irasional seperti 2, adanya bilangan transfinit dan bilangan transendental (pi)
yang misterius, dan bilangan imajiner i = (akar negatif 1).

Dalam matematika hari ini banyak ditemukan sekawanan obyek-obyek


matematika yang aneh dan liar yang belum dapat dijinakkan meskipun berbagai
upaya domestifikasi telah dilakukan. Contoh terbaru adalah penemuan bilangan Q
oleh Paul Dirac dalam mekanika kuantum yang melanggar aturan matematika a x b =
b x a (Woods, 2006). Kawanan tersebut adalah sejenis kontradiksi dalam matematika,
yang jika ditolak akan menyebabkan matematika menjadi mandul. Penerimaan
setengah hati yang disertai dengan upaya domestifikasi terhadap sekawanan yang
aneh dan liar tersebut justru terbukti memberikan manfaat yang sangat besar bagi
matematika.

b. Paradok

Paradok antara lain muncul dari dialog Socrates dengan Plato berikut ini (Sembiring,
2010). Socrates: ”Apa yang berikut ini akan dikatakan oleh Plato adalah salah.” Plato
mengatakan: ”Yang barusan dikatakan Socrates benar.” Contoh yang cukup populer
adalah paradok Zeno (±450 SM) yang menemukan adanya kesulitan mengenai ide
kuantitas kecil tak berhingga sebagai penyusun besaran kontinu. Zeno mencoba
membuktikan bahwa pergerakan ke arah kecil tak berhingga adalah khayalan.
Paradok Zeno mengenai ‟Achiles si Gesit‟ begitu terkenal dan memukau ke arah
penelusuran konsep ketakberhinggan. Kata Zeno, yang lebih lambat tidak dapat

3
disalip oleh yang lebih cepat, sehingga Achiles si Gesit tidak akan mampu menyalip
atau mendahului kuya. Paradok ini tidaklah menyatakan bahwa dalam praktek lomba
lari yang sebenarnya Achiles tidak dapat menyalip kura-kura, tetapi memberi
gambaran bagaimana terbatasnya pemikiran dalam logika formal matematika. Upaya
menyelesaikan berbagai paradok menyebabkan terpecahnya matematikawan ke dalam
beberapa arus pikiran atau filsafat. Lahirlah faksi-faksi dan aliran-aliran dalam filsafat
matematika, yang saling berbeda dan saling tidak mau menerima satu sama lain.

Menyembunyikan kontradiksi dalam paradok tidak selalu membuat pekerja


matematika dapat tidur dengan nyenyak. Matematikawan juga adalah mahluk yang
tidak dapat menipu dirinya sendiri. Kontradiksi tetaplah kontradiksi, bersifat
mengurangi nilai keindahan matematika, meskipun diperhalus terusmenerus. Secara
eksternal matematikawan menyatakan matematika bebas dari kontradiksi, tetapi
diam-diam mereka melanjutkan pekerjaan menyelesaikan berbagai kontradiksi
tersebut, dan memastikan bahwa penyelesaian yang dilakukannya tidak akan
menimbulkan kontradiksi baru, sehingga konsistensi matematika tetap tegak berdiri,
bendera matematika berkibar di tiang tertinggi dengan lantang dan gagah berani
menatap langit biru, tidak akan pernah berkibar setengah tiang dan malu-malu.

Para matematikawan mencoba menyelesaikan masalah-masalah tersebut,


membuang kontradiksi dan mengembangkan sistem matematika baru yang kebal
salah. Mereka membuat rekonstruksi baru atas struktur logika matematika, dan mulai
meninggalkan kepercayaan pada disain alam semesta yang matematis. Meskipun
merupakan suatu kebenaran bahwa matematika telah tersedia di alam semesta dan
orang tinggal menemukannya, keyakinan tersebut harus ditinggalkan dan beralih
pada matematika yang merupakan hasil konstruksi pikiran bebas manusia yang
kebenarannya tidak perlu harus sesuai dengan apa yang terjadi di alam semesta,
cukup kebenaran karena kesepakatan. Tetapi, lagi-lagi muncul kontradiksi yang
mencemari logika matematika dalam rekonstruksi baru tersebut, misalnya paradok
Russel dan paradok Burali-Forti.

c. Krisis Matematika

Munculnya filsafat matematika juga disebabkan oleh terjadinya krisis dalam


matematika. Setidaknya, pernah tercatat tiga kali krisis dalam metamatika:

(1) Abad ke-5 SM, tidak semua besaran geometri yang sejenis, tidak memiliki satuan
ukuran yang sama (Sukardjono, 2000). Krisis ini menyebabkan teori proporsi
Pythagoras harus dicoret dari matematika. Krisis yang disadari sangat terlambat, lima
abad kemudian baru dapat diatasi oleh Eudoxus dengan karyanya yang membahas
bilangan irasional,

4
(2) Abad ke-17, Newton dan Leibniz menemukan kalkulus yang didasarkan pada
konsep infinitesimal, tetapi tidak dapat dijelaskan dengan baik. Namun, hasil-hasil
penerapan kalkulus justru digunakan untuk menjelaskan konsep infinitesimal, suatu
penjelasan yang tidak seharusnya dilakukan. Baru awal abad ke-19, Cauchy
memperbaiki konsep infinitesimal sebagai landasan kalkulus dengan konsep limit.
Weierstrass membuat konsep limit menjadi lebih kokoh,

(3) Georg Cantor menemukan teori himpunan yang digunakan secara luas pada
cabang-cabang matematika dan menjadi landasan matematika. Namun demikian,
penemuan ini juga menghasilkan paradok misalnya paradok Burali-Forti dan paradok
Russel.

Esensi dari filsafat matematika adalah sejumlah usaha untuk melakukan rekonstruksi
(penyusunan kembali atau penulisan ulang) terhadap sejumlah pengetahuan
matematika yang tercerai-berai selama bertahun-tahun yang diberikan dalam aturan
atau urutan tertentu. Jadi filsafat adalah fungsi dari waktu, dan fisafat dapat menjadi
ketinggalan jaman atau harus berbenah dan berubah sejalan dengan bertambahnya
pengalaman dan pengetahuan baru.

B. Hakikat dan Karakteristik Filsafat Matematika


 Hakikat Filsafat, Matematika dan Filsafat Matematika
1. Pengertian Filsafat

Kata „filsafat‟ berasal dari bahasa Yunani, yaitu „philosophia‟ . Kata philosophia
merupakan gabungan dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti sahabat
atau kekasih, sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan.
Dengan demikian maka arti dari kata philosophia adalah cinta pengetahuan. Plato dan
Socrates dikenal sebagai philosophos (filsuf) yaitu orang yang cinta pengetahuan.

Dalam membangun tradisi filsafat, banyak orang mengajukan pertanyaan yang


sama,menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar
belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun.

Secara Terminologi, Filsafat mempunyai banyak sekali definisi tergantung dari


siapa yang mendefinisikannya, bahkan setiap orang memiliki definisi tersendiri
mengenai filsafat. Dalam hal ini, akan dijelaskan beberapa definisi dari beberapa ahli
filsafat (filsuf), antara lain, sebagai berikut:

Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan


pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan

5
) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang
berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian
Filsafat menurut beberapa para ahli:

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( 106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of
all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).Dan
perlu untuk kita ingat bahwa kata filsuf (philosophos) dan filsafat (philosophia) ini
baru menyebar luas setelah masa Aristoteles. Aristoteles sendiri tidak menggunakan
istilah ini (philosophia atau philosophos) dalam literatur-literaturnya.

Setelah masa kejayaan Romawi dan Persia memudar, penggunaan istilah


filsafat berikutnya mendapat perhatian besar dari kaum muslimin di Arab. Kata
falsafah (hikmah) atau filsafat kemudian mereka sesuaikan dengan perbendaharaan
kata dalam bahasa Arab, yang memiliki arti berbagai ilmu pengetahuan yang rasional.

2. Pengertian Matematika

Pengertian matematika sangat sulit didefinsikan secara akurat. Pada umumnya


orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang disebut
aritmatika atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat
0, 1, -1, 2, – 2, …, dst, melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.

Akan tetapi, penulis mencoba memberikan pengertian dari matematika.


Menurut bahasa kata “matematika” berasal dari kata μάθημα(máthema) dalam bahasa
Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”
juga μαθηματικός (mathematikós) yang diartikan sebagai “suka belajar”.

Sedangkan menurut istilah, apakah matematika itu? Pertanyaan ini jawabannya


dapat brbeda-beda bergantung pada kapan pertanyaan itu dijawab, dimana dijawab,
siapa yang menjawabnya dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam. Dengan
demikian, untuk menjawab pertanyaan :Apakah matematika itu ? Untuk
menjawabnya kita harus hati-hati. Karena itu berbagai pendapat muncul tentang
pengertian matematika tersebut dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-
masing individu yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa matematika itu bahasa
simbol,matematika itu adalah bahasa numrik, matematika itu adalah bahasa yang

6
menghilangkan sifat kabur,majemuk, dan emosional, matematika adalah metode
berpikir logis , matematika adalah saran berpikir, matematika adalah logika pada
masa dewasa , matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya,
matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah sains
yang bekerja menarik m kesimpulan-kesimpulan yang perlu, matematika adalah sains
formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulsi simbol, matematika
adalah ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika adalah ilmu yang mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur , matematika adalah imu yang abstrak dan
deduktif .

Selain itu juga, beberapa pendapat para ahli tentang matematika yang telah
menyinggung muatan materi yang terdapat dalam ruang lingkup matematika dan
karakteristik matematika itu sendiri, yakni :

a. James dan James, yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang
logika, mengenai bentuk,susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis dan geometri.

b. Jhonson dan Rising bahwa matematika adalah pola berpikir,pola


mengorganisasikan, pembuktian yang logika, matematika itu bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.

c. Reys mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan ,
suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

d. Kline mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang


dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial , ekonomi
dan alam.

Jadi dari seluruh pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
Matematika itu karena kemampuan proses berpikir manusia tentang pengalaman
permasalahan yang ditemui dan dipecahkan, yang kemudian pengalaman pemecahan
masalah tersebut menjadi suatu yang terkonstruksi sebagai suatu konsep matematika
yang kemudian dapat digunakan sebagai alat pemecahan masalah yang sama atau
yang baru.

3. Filsafat Matematika
Filsafat matematika adalah cabang ilmu filsafat yang bertujuan untuk
merefleksikan, dan menjelaskan hakekat matematika. Hal ini merupakan kasus khas

7
dari kegunaan epistemologi yang bertujuan menjelaskan pengetahuan manusia secara
umum. Filsafat matematika mengajukan pertanyaan - pertanyaan seperti: Apa dasar
dari pengetahuan matematika? Apa hakekat kebenaran matematika? Apa yang
mencirikan matematika? Apa pembenaran kebenaran matematika? Mengapa
kebenaran matematika dianggap sebagai kebenaran yang mendasar?

Filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran reflektif terhadap


matematika. Matematika menjadi ilmu pokok soal yang dipertimbangkan secara
cermat dan penuh perhatian. Pemikiran filsafati juga bersifat reflektif dalam arti
menengok sendiri untuk memahami bekerjannya budi itu sendiri. Ciri relektif yang
denikian itu ditekankan oleh para filsuf Inggris R.G. Collingwood yang menyatakan
“Philosophy is reflective”. The philosophizing mind never simply thinks about an
object; it always, while thinking about any object, think also about its own thought
about than object.” (Filsafat bersifat reflektif. Budi yang berfilsafat tidaklah semata –
mata berpikir tentang suatu obyek, budi itu senantiasa berpikir juga berpikir tentang
pemikirannya sendiri tentang obyek itu). Jadi budi manusia yang diarahkan untuk
menelaah obyek – obyek tertentu sehingga melahirkan matematika kemudian juga
memantul berpikir tentang matematika sehingga membutuhkan filsafat matematika
agar memperoleh pemahaman apa dan bagaimana sesungguhnya matematika itu.

Di antara ahli – ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan
pendapat mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah
dikutipkan dari perumusan – perumusan dari 2 buku matematika dan 2 buku filsafat
yang berikut:

1. Suatu filsafat matematika dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut pandangan yang
dari situ pelbagai bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatuja
berdasarkan beberapa asas dasar.

2. Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu
percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan matematika
yang kacau – balau yang terhimpun selama berabad – abad diberi suatu makna atau
ketertiban tertentu.

3. Penelaah tentang konsep – konsep dari pembenaran terhadap asas – asas yang
dipergunakan dalam matematika

4. Penelaah tentang konsep – konsep dan sistem – sistem yang terdapat dalam
matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan berikut.

Dua pendapat yang pertama dari ahli – ahli matematika menitik beratkan
filsafat matematika, sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian – bagian dari
pengetahuan matematika yang selama ini terus berkembang biak. Sedang 2 definisi
berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang

8
konsep – konsep dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pembenaran
matematika.

Menurut pendapat filsuf Belanda Evert Beth di sampingnya matematika


sendiri dan filsafat umum harus pula dibedakan adanya 2 bidang pemikiran lainya,
yakni filsafat matematika dalam arti yang lebih luas (philosophy of mathematics in a
broader sense) dan penelitian mengenai landasan matematika (foundation
mathematics). Landasan matematika kadang – kadang disamakan pengertiannya
dengan filsafat matematika. Tetapi sesungguhnya landasan matematika merupakan
bidang pengetahuan yang palling sempit dari bidang filsafat matematika. Foundation
of mathematics khususnya bersangkut paut dengan konsep – konsep asas
foundamental (fundamental concepts and principles) yang mempergunakan dalam
matematika. Dengan demikian kedua definisi philosophy of mathematics dari kamus
– kamus filsafat tersebut diatas lebih merupakan batasan pengertian matematika.
Charles Parsons dalam The Encyclopedia of Philosophy menegaskan:

Penelitian landasan senantiasa bersangkutan dengan masalah tentang


pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan dan asas – asas matematika, dengan
pemahaman mengapa proporsisi – proporsisi tertentu yang jelas sendirinya adalah
demikian, dengan pemberian pembenaran terhadap asas – asas yang telah diterima
tampaknya tidak sendirinya begitu jelas, dan dengan penemuan dan penanggalan asas
– asas yang tak terbebankan.)

Peran filsafat matematika adalah untuk menunjukkan dasar yang sistematis


dan benar-benar aman untuk pengetahuan matematika, diperuntukkan untuk
kebenaran matematika.
Asumsi ini adalah dasar dari foundationism, doktrin bahwa fungsi dari
filsafat matematika adalah untuk menunjukkan dasar pengetahuan matematika.
Foundationism terikat dengan pandangan absolutis pengetahuan matematika, karena
menganggap tugas pembenaran pandangan ini menjadi tujuan utama filsafat
matematika.

 Karakteristik filsafat matematika

Dewasa ini filsafat matematika merupakan bidang pengetahuan yang sangat


luas. Perincian problem-problem dan ruang lingkup filsafat ilmu dalam
penerapannya terhadap filsafat matematika dapat dan perlu diterbitkan sehingga
tercipta skema yang lebih sistematis dan memungkinkan pembahasan selanjutnya
yang lebih jelas. Perincian bidang filsafat matematika yang dapat dikemukakan
dan diharapkan lebih sistematis mencakup beberapa bagian sebagai berikut :
1. Epistemologi Matematik

9
Epistemologi matematik adalah teori pengetahuan yang sasaran
penelaahannya ialah pengetahuan matematik. Epistomologi sebagai salah satu
bagian dari filsafat merupakan pemikiran reflektif terhadap berbagai segi dari
pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan
landasan, validitas dan reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan. Dengan
demikian landasan matematik merupakan pokok soal utama dari epistemologi
matematik.

2.Ontologi Matematik

Ontologi pada akhir-akhir ini dipandang sebagai teori mengenai apa yang
ada. Hubungan antara pandangan ontologis (atau metafisis) dengan matematik
cukup banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh sebagian
filsuf matematik. Dalam ontologi matematik dipersoalkan cakupan dari
pernyataan matematik (cakupannya suatu dunia yang nyata atau bukan).
Pandangan realisme empirik menjawab bahwa cakupan termaksud merupakan
suatu realitas. Eksistensi dari entitas-entitas matematik juga menjadi bahan
pemikiran filsafati. Terhadap problim filsafati ini pandangan Platonisme
menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya terdapat dalam dunia
transenden yang kini hanya diingat oleh jiwa manusia di dunia ini, sedang
konsepsi Aristotelianisme mengemukakan bahwa entitas-entitas itu sungguh ada
dalam dunia empirik tetapi harus disuling dengan abstraksi. Suatu hal lagi yang
merupakan problim yang bertalian ialah apakah matematik ditemukan oleh
manusia atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap matematik
sebagai suatu penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma matematik
merupakan kebenaran mesti (necessary truth) yang sudah lebih dulu di luar
pengaruh manusia.

3. Aksiologi matematik

Aksiologi matematika terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran,


tanggung jawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan estetika yang
membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada kehidupan
yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya dalam
kehidupan. Aksiologi matematika sangat banyak memberikan kontribusi
perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu
ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika. Dari segi tehnis,
matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan teknologi.

10
Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban yang
sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah dan
tehnologi.

C. Relasi Filsafat dan Matematika


Di awal peradaban Yunani, filsafat dianggap sebagai induk dari seluruh ilmu
pengetahuan yang ada. Sampai dengan perkembangannya saat ini, filsafat telah
menghasilkan berbagai macam cabang ilmu pengetahuan seperti : fisika, biologi,
kedokteran, kimia, ekonomi, sosiologi, hukum, farmasi, dan lain sebagainya. Hingga
kemudian masing-masing cabang pengetahuan tersebut memisahkan diri dari filsafat
dan berdiri sendiri sebagai bidang studi yang terpisah. Seorang tokoh pembaru dari
zaman renaissance, Francis Bacon (1561-1626) menyebut filsafat sebagai “Ibu agung
dari ilmu pengetahuan”. Jadi, semua cabang ilmu yang ada di dunia dianggap sebagai
cabang dari filsafat, matematika pun dianggap termasukdidalamnya.

Berbagai pendapat muncul mengenai anggapan bahwa matematika lahir juga


dari ibu yang bernama filsafat. Plato, seorang filsuf besar dari Yunani menegaskan
hubungan yang amat erat antara matematika dan filsafat. Ditegaskannya bahwa
matematika merupakan pengetahuan ilmiah berdasarkan akal murni yang menjadi
kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran filsafati serta bagi pemahaman bagi sifat
alami dari bentuk akhir yang natural. Sejarah juga telah mencatat kehadiran seorang
Thales (640- 546 SM) dari Miletus (terletak di pantai barat negara Turki) yang oleh
para penulis sejarah filsafat diakui sebagai “ayah dari filsafat”. Oleh orang-orang
Yunani, ia dimasukkan ke dalam golongan Tujuh Orang Arif Yunani. Dalam sejarah
matematika, Thales diakui sebagai penemu geometri abstrak dengan menemukan cara
mengukur ketinggian piramid berdasarkan bayangannya. Ia melakukannya dengan
berdiri di dekat piramid saat siang hari di bawah terik matahari. Saat ia mendapati
panjang bayangannya sama dengan tinggi tubuhnya, seketika ia juga mengukur
panjang bayangan piramid yang tentunya juga sama dengan tinggi piramid pada saat
itu. Dari penemuan ini dapat diketahui filsafat tidak mampu menyelesaikan masalah
tersebut, melainkan geometri (matematika) yang dapat menyelesaikannya melalui
bantuan gejalaalam.

Dari uraian tersebut, dapat dipahami kiranya jika matematika bukanlah lahir
dari filsafat. Namun, keduanya sama-sama berkembang dan memberikan persoalan
sebagai bahan masuk dan umpan balik. Hubungan timbal balik antara filsafat dan
matematika diperkuat dengan kehadiran Zeno dari Elea. Dia mengungkapkan
paradoks-paradoks yang berkaitan dengan pengertian gerak, waktu, dan ruang yang
sangat membingungkan filsuf dan ahli matematika. Salah satunya adalah argumen
Zeno bahwa gerak tidaklah mungkin terjadi. Untuk menempuh suatu jarak, sebuah

11
benda harus melewati ½ dari jarak tersebut. Sedangkan untuk menempuk ½ jarak
keseluruhan itu, benda tersebut harus menempuh setengah jarak itu, atau ¼ dari jarak
total. Sampai dengan seterusnya, ada ½ jarak yang harus dilewati secara terus-
menerus. Ini berarti jarak yang dapat dibagi ke dalam dikotomi yang jumlahnya tidak
terbatas, maka jarak tersebut tidak akan mungkin ditempuh dalam jangka waktu
tertentu. Dengan demikian, maka tidak akan terjadi yang dinamakan gerak. Paradoks
Zeno ini baru dapat diselesaikan 20 abad kemudian oleh pengertian limit yang
diciptakan oleh para ahli matematika. Bila suatu rangkaian bilangan betapapun
banyaknya menjurus pada suatu titik (konvergensi), maka seri itu merupakan sebuah
limit yang merupakan jumlah dari rangkaian tersebut, walaupun banyaknya
takterhingga.

Demikianlah adanya sejak permulaan sampai dengan sekarang, filsafat dan


matematika akan terus saling memengaruhi satu sama lain. Filsafat mendorong
perkembangan matematika, begitu juga dengan sebaliknya. Telah dibuktikan diatas
jika Zeno mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti limit, seri tak
hingga, dan konvergensi. Sebaliknya pula, ahli matematika melalui aljabar, teknik
simbolisme, dan teori himpunan telah membuat logika yang semula dikategorikan ke
dalam filsafat, berkembang pesat dengan memperjelas pengertian-pengertian
mengenai kebenaran. Interaksi antara filsafat dan matematika membuat adanya
padanan dari konsep dan problem dari masing-masing bidang. Filsafat berbicara
tentang keabadian, kebetulan, atau kuantitas. Sedangkan matematika berbicara
tentang ketidakberhinggan, probabilitas, dan bilangan. Dapat kita lihat masing-
masing bahasan dari filsafat dan matematika adalah banyak memiliki kesejajaran.
Pada hakikatnya kedua entitas tersebut adalah pengetahuan rasional dan
eksperimennya hanya menggunakan akal murni yang tidak memerlukan laboratorium.

Disamping beberapa kesamaan, matematika dan filsafat juga memiliki


perbedaan yang menjadikan keduanya mampu bekerja pada ruang lingkupnya
masing-masing. Filsafat dalam kinerjanya, menerapkan berbagai macam metode yang
rasional yang bermacam-macam. Maka, seorang filsuf dapat merenungkan apa saja
sepanjang pengalaman itu pernah dialami. Pembuktian dalam filsafat tidaklah harus
mampu dilakukan. Hasil penelaahan terhadap suatu masalah dalam filsafat dilakukan
melalui penalaran yang dikemukakan dalam kegiatan dialogis yang rasional. Oleh
karena itu, tak jarang ditemui ketidakpastian dan ketegasan dalam kegiatan dialogis
yang dilakukan oleh filsafat karena memang filsafat tidak berminat pada sebuah
kesimpulan-kesimpulan yang jauh dan detail, melainkan hanya melakukan sebuah
sangkutpaut terhadap sebuah analisis dan penilaian dari premis-premis yang
dibicarakan. Di pihak lain, matematika memfokuskan diri pada segi-segi tertentu dari
berbagai hal yang ada. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah sebuah besaran,

12
bentuk, ruang, struktur, atau hubungan. Dan corak yang paling menonjol dari
matematika adalah penelaahannya akan sebuah masalah yang senantiasa
menggunakan metode deduktif dan kebenaran dari sebuah penelaahan itu harus
mampu dilakukan dengan serangkaian langkah pembuktian yang sistematis.
Kemudian, dalam matematika juga terjadi sebuah kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat detail dan pasti. Hubungan matematika dan filsafat yang demikian erat
dengan berbagai persamaan dan perbedaannya telah menumbuhkan sebuah usaha
untuk melengkapi satu sama lain dalam lingkup memperkuat pondasi perkembangan
ilmu pengetahuan yang berlangsung di muka bumi ini.

D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika


Matematika adalah ilmu yang kebenarannya mutlak, tidak dapat direvisi
karena didasarkan pada deduksi murni yang merupakan kesatuan sistem dalam
pembuktian matematika. Sistem deduksi itu menjelaskan bahwa dalam pembuktikan
matematika, suatu proposisi dinyatakan bernilai benar apabila aksioma atau postulat
yang mendasarinya juga benar. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang dipelajari di sekolah. Pelajaran matematika tidak melulu tetang
angka, tetapi jauh lebih dalam dari itu. Kesahihan dalam ilmu matematika
dikembangkan dengan tujuan bukan untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan pernyataan Einstein bahwa apabila suatu hukum matematika mengacu
pada realitas, huku tersbut menjadi tidak pasi, dan sebaliknya apabila hukum tersebut
pasti, artinya tidak mengacu pada realitas. Aliran formalisme memberikan gambaran
bahwa matematika hanya sekedar rekayasa dari simbol-simbol berdasarkan suatu
aturan tertentu sehingga menghasilkan suatu sistem pernyataan tautologis yang
konsisten dan tidak mempunyai makna. Selain itu, matematika memberikan
kemampuan penyelesaian masalah secara logis, kritis, sistematis dan kreatif.
Permainan catur merupakan salah satu permainan intelektual hasil dari tuurnan ilmu
matematika. Berdasarkan aliran formalisme, matematika adalah sebuah permainan
formal dengan makna menggunakan lambang atau simbol-simbol dengan aturan
tertentu.

Van Den Heuvel dalam Maskar (2018) berpendapat bahwa pembelajaran


matematika harus terhubung dengan realitas, terdapat pada kehdupan sehari-hari dan
dekat anak-anak serta relevan dengan nilai yang terdapat pada masyarakat.
Pemodelan matematika tidak dapat menangani masalah yang berubah secara tiba-tiba,
oleh karena itu pendekatan matematika pada dunia nyata cenderung bersifat kasar.
Seperti dalam Saputra & Febriyanto (2019) menyatakan bahwa bilangan adalah
sesuatu yang tidak dapat dilihat, ditulis, dibaca dan dikatakan, karena bilangan
merupakan suatu idea yang hanya dapat dihayati atau dipikirkan saja, maka

13
diperlukan adanya simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan yang disebut sebagai angka. Hasil-hasil perkembangan matematika
kontemporer memperlihatkan adanya perkembangan yang sama sekali keluar dari
jalur formalisme, meskipun hasil-hasil tersebut disajikan dengan menggunakan logika
dalam bentuk sistem aksiomatik milik kaum Formalis. Secara tidak langsung ini
memperlihatkan penerimaan kaum Formalis atas perkembangan kontemporer
matematika atau mengindikasikan telah terjadinya revisi diam-diam atas fondasi
matematika kaum Formalis.

Perubahan mendadak yang tidak dapat digambarkan oleh rumus matematika


klasik, sebuah perubahan yang melibatkan patahan-patahan dalam rangkaian
perubahan yang kontinum, suatu bentuk ketakberaturan matematis yang ditemukan
dalam dunia nyata.

Seiring waktu dan perkembangan matematika, cakupan matematika makin


meluas. Dalam hubungan matematika dan filsafat ini maka dibagilah bidang bidang
filsafat matematika. Pembagian berikut ini telah sistematis yaitu:

1. Epistemologi Matematika Tujuan pengetahuan dalam hal ini adalah matematika,


yang merupakan reflesi pikiran dari pengetahuan, asal usul, sifat alami, batas, dasar
dan asumsi, prinsip validitaas dan reliabilitas.

2. Ontologi Matematika Pembahasan mengenai apa yang ada di dalam matematika.


Tercakup di dalamnya pernyataan pernyataan matematika.

3. Metodologi Matematika Mencakup metoda apa yang digunakan dalam matematika.


Dalam hal ini dikenal dua metoda spesial yaitu metoda aksiomatik (axiomatic
method) dan metode hipotetik deduktif (hipothetical-deductive method).

4. Logical Structure Struktur logika yang melingkupi kesatuan struktur logis. Dalam
hal ini haru disajikan sebuah kesimpulan yang logis dalam penulisan pengetahuan
matematika.

5. Implikasi Etis Tentang penerapan matematika ilmiah sesuai pribadi individual


dalam melakukan perhitungan angka dan aplikasi teorema dan rumus. Ini berkaitan
erat dengan impliaksi tingkah laku manusia yang bersifat etis, contoh perkembangan
teknik teknik dalam statistik. Semakin hari ini akan semakin rumit menimbang
banyaknya faktor penyebab lain yang berkembang juga. Bagaimana perkembangan
manusia secara etis dan penerapan matematika di dalamnya, ini yang menjadi
permasalahan filsafat matematika secara estetis.

Lalu apa hubungannya dengan Filsafat Matematika? Filsafat matematika adalah


cabang ilmu filsafat yang bertujuan untuk merefleksikan, dan menjelaskan hakekat

14
matematika. Hal ini merupakan kasus khas dari kegunaan epistemologi yang
bertujuan menjelaskan pengetahuan manusia secara umum. Filsafat matematika
mengajukan pertanyaan - pertanyaan seperti: Apa dasar dari pengetahuan
matematika? Apa hakekat kebenaran matematika? Apa yang mencirikan matematika?
Apa pembenaran kebenaran matematika? Mengapa kebenaran matematika dianggap
sebagai kebenaran yang mendasar?

Filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran reflektif terhadap


matematika. Matematika menjadi ilmu pokok soal yang dipertimbangkan secara
cermat dan penuh perhatian. Pemikiran filsafati juga bersifat reflektif dalam arti
menengok sendiri untuk memahami bekerjannya budi itu sendiri. Ciri relektif yang
denikian itu ditekankan oleh para filsuf Inggris R.G. Collingwood yang menyatakan
“Philosophy is reflective”. The philosophizing mind never simply thinks about an
object; it always, while thinking about any object, think also about its own thought
about than object.” (Filsafat bersifat reflektif. Budi yang berfilsafat tidaklah semata –
mata berpikir tentang suatu obyek, budi itu senantiasa berpikir juga berpikir tentang
pemikirannya sendiri tentang obyek itu). Jadi budi manusia yang diarahkan untuk
menelaah obyek – obyek tertentu sehingga melahirkan matematika kemudian juga
memantul berpikir tentang matematika sehingga membutuhkan filsafat matematika
agar memperoleh pemahaman apa dan bagaimana sesungguhnya matematika itu.

Di antara ahli – ahli matematika dan para filsuf tidak tampak kesatuan pendapat
mengenai apa filsafat matematika itu. Sebagai sekedar contoh dapatlah dikutipkan
dari perumusan – perumusan dari 2 buku matematika dan 2 buku filsafat yang
berikut:

1) Suatu filsafat matematika dapatlah dilukiskan sebagai suatu sudut pandangan yang
dari situ pelbagai bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatuja
berdasarkan beberapa asas dasar.

2) Secara khusus suatu filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu
percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan matematika
yang kacau – balau yang terhimpun selama berabad – abad diberi suatu makna atau
ketertiban tertentu.

3) Penelaah tentang konsep – konsep dari pembenaran terhadap asas – asas yang
dipergunakan dalam matematika

4) Penelaah tentang konsep – konsep dan sistem – sistem yang terdapat dalam
matematika, dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan berikut.

Dua pendapat yang pertama dari ahli – ahli matematika menitik beratkan filsafat
matematika, sebagai usaha menyusun dan menertibkan bagian – bagian dari

15
pengetahuan matematika yang selama ini terus berkembang biak. Sedang 2 definisi
berikutnya dari ahli filsafat merumuskan filsafat matematika sebagai studi tentang
konsep – konsep dalam matematika dan pembenaran terhadap asas atau pembenaran
matematika.

Menurut pendapat filsuf Belanda Evert Beth di sampingnya matematika sendiri


dan filsafat umum harus pula dibedakan adanya 2 bidang pemikiran lainya, yakni
filsafat matematika dalam arti yang lebih luas (philosophy of mathematics in a
broader sense) dan penelitian mengenai landasan matematika (foundation
mathematics). Landasan matematika kadang – kadang disamakan pengertiannya
dengan filsafat matematika. Tetapi sesungguhnya landasan matematika merupakan
bidang pengetahuan yang palling sempit dari bidang filsafat matematika. Foundation
of mathematics khususnya bersangkut paut dengan konsep – konsep asas
foundamental (fundamental concepts and principles) yang mempergunakan dalam
matematika. Dengan demikian kedua definisi philosophy of mathematics dari kamus
– kamus filsafat tersebut diatas lebih merupakan batasan pengertian matematika.
Charles Parsons dalam The Encyclopedia of Philosophy menegaskan:

Penelitian landasan senantiasa bersangkutan dengan masalah tentang


pembenaran terhadap pernyataan – pernyataan dan asas – asas matematika, dengan
pemahaman mengapa proporsisi – proporsisi tertentu yang jelas sendirinya adalah
demikian, dengan pemberian pembenaran terhadap asas – asas yang telah diterima
tampaknya tidak sendirinya begitu jelas, dan dengan penemuan dan penanggalan asas
– asas yang tak terbebankan.)

Peran filsafat matematika adalah untuk menunjukkan dasar yang sistematis dan
benar-benar aman untuk pengetahuan matematika, diperuntukkan untuk kebenaran
matematika.

Asumsi ini adalah dasar dari foundationism, doktrin bahwa fungsi dari filsafat
matematika adalah untuk menunjukkan dasar pengetahuan matematika.
Foundationism terikat dengan pandangan absolutis pengetahuan matematika, karena
menganggap tugas pembenaran pandangan ini menjadi tujuan utama filsafat
matematika. Oleh karena itu matematika dan filsafat matematika saling berpengaruh
satu sama lain.

E. Aliran dalam Filsafat Matematika


Pada perkembangannya matematika melahirkan tiga aliran dalam keterkaitan
dengan filsafat. Pembagian ini berdasarkan sifat-sifat dasar matematika. yaitu:

16
logicism, formalisme dan Intuisionisme. Aliran pemikiran ini tidak sepenuhnya
dikembangkan sampai abad kedua puluh, tapi Korner (1960) menunjukkan bahwa
akar filosofis mereka dapat ditelusuri kembali setidaknya sejauh Leibniz dan Kant.

A. Logisme
Pelopor aliran ini dikenal Betrand Arthur Russel. Ahli dari Inggris ini
berpendapat bahwa matematika secara murni hanya berupa logika deduktif.
Sederhananya, matematika secara murni merupakan bagian dari logika.
Dalam hal ini matematika dinyatakan sebagai bidang yang berada sama
dengan logika, karena semua prinsip matematika diturunkan dari logika.
Keduanya berkaitan, matematika bersifat logis dan logika bersifat matematis.
Adapun yang dikemukakan oleh G. Leibniz. Memiliki dua pernyataan penting
yang dikemukakan di dalam aliran ini, yaitu:
a. Semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada
konsep logika
b. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan
melalui penarikan kesimpulan secara logika semata.

Tujuan dari tuntutan ini jelas. Jika semua matematika dapat diekspresikan
dalam teorema logika murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika sendiri,
kemudian kepastian dari ilmu matematika dapat dikurangi untuk dan dari logika itu.
Logika disadari untuk menyediakan sebuah dasar yang pasti atas kebenaran, sebagian
dari ambisi yang berlebihan mencoba untuk menyampaikan logika, seperti hukum
Frege yang kelima. Dengan demikian jika membantu, program logika akan
menyediakan dasar logika yang pasti untuk pengetahuan matematika, melahirkan
kembali kepastian yang mutlak dalam matematika.

Tetapi walaupun semua dalil logika (atau matematika) dapat diekspresikan


seluruhnya dalam teorema dari logika konstanta bersama dengan variable, itu
bukanlah masalah bahwa, sebaliknya, semua dalil itu dapat diekspresikan dalam cara
logika ini. kita telah menemukan sejauh kepentingan tetapi bukan sebuah standar
yang perlu dari dalil matematika. Kita perlu menentukan karakter dari ide kuno dalam
teorema yang mana semua ide dalam matematika dapat ditentukan. Tetapi bukanlah
dalil kuno dari semua dalil dalam matematika dapat dibuktikan secara deduktif. Ini
adalah sebuah masalah yang lebih sulit, yang mana belum diketahui apa jawaban
seutuhnya.

Dengan demikian, tidak semua teorema dalam matematika dan karenanya


tidak semua kebenaran dalam matematika dapat diperolah dari aksioma logika
sendiri. Ini berarti bahwa aksioma matematika tidaklah menghapuskan rasa dari
logika itu. Teorema matematika tergantung pada sebuah himpunan anggapan

17
matematika yang tidak dapat dibagi lagi.tentu saja, sejumlah aksioma matematika
yang penting berdiri sendiri, dan juga mereka atau ingkaran mereka dapat diadopsi
tanpa ketidakkonsistenan.

B. Formalisme
Pelopor aliran Formalism adalah David Hilbert dari Jerman. Matematika
disebutkan sebagai sistem simbol yang formal. Ini berkaitan dengan sifat
terstrukti dari simbol dan operasi yang dilakukan terhadap simbol simbol
tersebut. Simbol itu merupakan perwakilan dari objek yang dipermasalahkan.
Dalam istilah populer, formalisme merupakan pandangan bahwa sebuah
permainan formal yang tidak berarti yang dimainkan dengan tanda-tanda diatas
kertas, mengikuti aturan-aturan
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat
ditafsirkan sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-
teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan
terbebasnya dari ketidak konsistenan.

Program formalis, seandainya berhasil, akan memberikan dukungan untuk


sebuah pandangan kebenaran absolut matematika. Untuk bukti formal berbasis dalam
konsistensi sistem matematika formalakan memberikan ujian untuk kebenaran
matematika. Namun, dapat dilihat bahwa dalam kedua tuntutan formalisme telah
disangkal. Tidak semua kebenaran matematika dapat dipresentasikan sebagai teorema
dalam sistem formal, dan selanjtunya sistem itu sendiri tidak dapat dijamin
kebenarannya.

C. Intuisionisme
Pelopor aliran Intuitionism ini adalah Luitzen Egnertus Jan Brouwer dari
belanda. Ia berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia.
Bilangan, seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada
apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis
menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya
hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada.
Sehingga Matematika merupakan salah satu bentuk nyata pemikiran manusia.
Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas,
oleh karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar
itu p atau bukan p (Anglin, 1994). Intuisionisme mengaku memberikan suatu
dasar untuk kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya
(secara mental) dari aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif

18
merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan
pengetahuan yang eksklusifpada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran
absolut (yang diakui diberikan intusionisme) tidak dapat didasarkan pada
padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991).
Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain;
a. Intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek
matematika bebas, jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4
b. Matematisi intusionisme adalah manusi timpang yang buruk dengan
menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada
matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberata tersebut
seperti berikut; tidak ada dapat diperbuat untuk manusia untuk
mencoba membayangkansuatu dunia tanpa manusia
c. Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh
dan ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang
kebanyakan omong kosong (Anglin, 1994).

F. Filsafat Formalisme dalam Matematika

Matematika adalah ilmu yang kebenarannya mutlak, tidak dapat direvisi


karena didasarkan pada deduksi murni yang merupakan kesatuan sistem dalam
pembuktian matematika. Sistem deduksi itu menjelaskan bahwa dalam pembuktikan
mateamtika, suatu proposisi dinyatakan bernilai benar apabila aksioma atau postulat
yang mendasarinya juga benar. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang dipelajari di sekolah. Pelajaran matematika tidak melulu tetang
angka, tetapi jauh lebih dalam dari itu (Puspaningtyas, 2019).

Kesahihan dalam ilmu matematika dikembangkan dengan tujuan bukan


untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Berdasarkan pernyataan Einstein
(Sriasumantri, 2005) bahwa apabila suatu hukum matematika mengacu pada
realitas, huku tersbut menjadi tidak pasi, dan sebaliknya apabila hukum tersebut pasti,
artinya tidak mengacu pada realitas. Aliran formalisme memberikan gambaran bahwa
matematika hanya sekedar rekayasa dari simbol-simbol berdasarkan suatu aturan
tertentu sehingga menghasilkan suatu sistem pernyataan tautologis yang konsisten
dan tidak mempunyai makna. Selain itu, matematika memberikan kemampuan
penyelesaian masalah secara logis, kritis, sistematis dan kreatif (Ulfa, 2019).

Permainan catur merupakan salah satu permainan intelektual hasil dari


tuurnan ilmu matematika. Berdasarkan aliran formalisme, matematika adalah sebuah

19
permainan formal dengan makna menggunakan lambang atau simbol-simbol dengan
aturan tertentu. Van Den Heuvel dalam Maskar (2018) berpendapat bahwa
pembelajaran matematika harus terhubung dengan realitas, terdapat pada kehdupan
sehari-hari dan dekat anak-anak serta relevan dengan nilai yang terdapat pada
masyarakat. Pemodelan matematika tidak dapat menangani masalah yang berubah
secara tiba-tiba, oleh karena itu pendekatan matematika pada dunia nyata cenderung
bersifat kasar.

Seperti dalam Saputra & Febriyanto (2019) menyatakan bahwa bilangan


adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat, ditulis, dibaca dan dikatakan, karena bilangan
merupakan suatu idea yang hanya dapat dihayati atau dipikirkan saja, maka
diperlukan adanya simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan yang disebut sebagai angka. Hasil-hasil perkembangan matematika
kontemporer memperlihatkan adanya perkembangan yang sama sekali keluar dari
jalur formalisme, meskipun hasil-hasil tersebut disajikan dengan menggunakan logika
dalam bentuk sistem aksiomatik milik kaum Formalis.

Secara tidak langsung ini memperlihatkan penerimaan kaum Formalis atas


perkembangan kontemporer matematika atau mengindikasikan telah terjadinya revisi
diam-diam atas fondasi matematika kaum Formalis. Perubahan mendadak yang tidak
dapat digambarkan oleh rumus matematika klasik, sebuah perubahan yang
melibatkan patahan-patahan dalam rangkaian perubahan yang kontinum, suatu bentuk
ketakberaturan matematis yang ditemukan dalam dunia nyata. Seiring waktu dan
perkembangan matematika, cakupan matematika makin meluas. Dalam hubungan
matematika dan filsafat ini maka dibagilah bidang bidang filsafat matematika.
Pembagian berikut ini telah sistematis yaitu:

1. Epistemologi Matematika Tujuan pengetahuan dalam hal ini adalah


matematika, yang merupakan reflesi pikiran dari pengetahuan, asal
usul, sifat alami, batas, dasar dan asumsi, prinsip validitaas dan
reliabilitas.
2. Ontologi Matematika Pembahasan mengenai apa yang ada di dalam
matematika. Tercakup di dalamnya pernyataan pernyataan
matematika.
3. Metodologi Matematika Mencakup metoda apa yang digunakan dalam
matematika. Dalam hal ini dikenal dua metoda spesial yaitu metoda
aksiomatik (axiomatic method) dan metode hipotetik deduktif
(hipothetical-deductive method).

20
4. Logical Structure Struktur logika yang melingkupi kesatuan struktur
logis. Dalam hal ini haru disajikan sebuah kesimpulan yang logis
dalam penulisan pengetahuan matematika.
5. Implikasi Etis Tentang penerapan matematika ilmiah sesuai
pribadi individual dalam melakukan perhitungan angka dan aplikasi
teorema dan rumus. Ini berkaitan erat dengan impliaksi tingkah
laku manusia yang bersifat etis, contoh perkembangan teknik teknik
dalam statistik. Semakin hari ini akan semakin rumit menimbang
banyaknya faktor penyebab lain yang berkembang juga.
Bagaimana perkembangan manusia secara etis dan penerapan
matematika di dalamnya, ini yang menjadi permasalahan filsafat
matematika secara estetis

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata „filsafat‟ berasal dari bahasa Yunani, yaitu „philosophia‟ . Kata
philosophia merupakan gabungan dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos
berarti sahabat atau kekasih, sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan,
pengetahuan, kearifan. Dengan demikian maka arti dari kata philosophia
adalah cinta pengetahuan. Plato dan Socrates dikenal sebagai philosophos
(filsuf) yaitu orang yang cinta pengetahuan.

Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan,


dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.

Filsafat matematika adalah cabang filsafat yang merenungkan dan


menjelaskan sifat matematika yang menjadikan dasar pengetahuan
matematika.

Ada beberapa faktor pendorong timbulnya Filsafat Matematika yaitu


kontradiksi, paradok, dan krisis matematika.filsafat dan matematika akan terus
saling memengaruhi satu sama lain dalam lingkup memperkuat pondasi
perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung di muka bumi ini.

Dalam hubungan matematika dan filsafat ini maka dibagilah bidang


bidang filsafat matematika. Pembagian bidang ini telah sistematis yaitu
epistemologi matematika, ontologi matematika, metodologi matematika,
struktur logika, implikasi etis. Aliran-aliran dalam filsafat matematika yaitu
aliran logikalisme, aliran formalisme, aliran intuisionisme, aliran
konstruktivisme.

B. Saran
Penulis mengharapkan agar kita semua dapat memahami tentang
matematika dan filsafat dengan lebih mendalam lagi . Agar kita semua bisa
mengetahui makna sebenarnya dari matematika dan filsafat tersebut.
Dan juga penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya, Tentunya penulis akan terus memperbaiki sehingga agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dibutuhkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA
A, Susanto. 2011. Filsafat Ilmu : Suatu kajian dalam dimensi ontologis,
epistemologis, dan aksiologis. PT Bumi Aksara : Jakarta
Wiramihardja, S. A. (2007). Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.
Ahmad Syadali & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia
M. Solihin. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga modern.
Bandung: Pustaka Setia.
Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu dalam Pendidikan. Jakarta : CV. Reineka
Beerling at al. (1998) Pengantar Filsafat Ilmu.Yogyakarta : Tiara Wacana.
Haryono, Didi. 2014. Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri. (1996) Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik :
Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta : Gramedia.
Lasiyo dan Yuwono.(1994) Pengantar Ilmu Filsafat.Yogyakarta : Liberty.
Pengetahuan Modern, IRE Press.
Prabowo. 2009. Aliran-aliran Filsafat Dalam Matematika. JMP. Vol.1 No.2
Rinjin, Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar.Bandung : CV
Kayumas.
Semiawan, Conny et al. (1998) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu.Bandung : CV
Remaja Karya.
The Liang Gie.(1991) Pengantar Filsafat Ilmu.Yogyakarta : Liberty.
Woods, A. dan Grant, T. 2006. Reason in Revolt : Revolusi Berpikir dalam Ilmu

23

Anda mungkin juga menyukai