Logika Kel.8 (Logika Simbolik)
Logika Kel.8 (Logika Simbolik)
LOGIKA SIMBOLIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Logika
Dosen Pengampu: Ibu Nafsiyatul L. S.Fil.I., M.Ag.,
Disusun oleh:
1.Siti Khoiriyah (53020200105)
2. Fanni Izzatun Ni’mah (53020200106)
3. Shofi Malia Rohmah (53020200108)
Ttd.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................
BAB I.............................................................................................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................................................
A. Logika Simbolik........................................................................................................................
1. Gagasan Logika Simbolik..................................................................................................
2. Pelopor dan Tokoh Logika Simbolik.................................................................................
3. Pengertian Logika Simbolik..............................................................................................
B.Logika Modalitas........................................................................................................................
C.Logika Fuzzy .............................................................................................................................
BAB III .........................................................................................................................................
PENUTUP .....................................................................................................................................
Kesimpulan....................................................................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Logika merupakan ilmu yang mempelajari metode metode-metode dan hukum-hukum
yang digunakan untuk membedakan antara penalaran yang benar dan penalaran yang salah. Kata
‘’logika’’ pertama kali digunakan oleh zeno dan citium, sedangkan perintis lahirnya logika yaitu
kaum sofis,Socrates,dan plato. Logika lahir sebagai ilmu dan jasa Aritoteles, Theoprostus, dan kaum
stoa. Logika bersifat sistematis, rasionalis, dan kritis yang identic dengan matematika. Logika dan
matematika pun saling mendukung perkembangannya masing-masing. Logika berkembang menjadi
modern atas jasa matematika dalammemperkenalkan symbol matematika. Kaidah-kaidah dalam
logika pun ditranformasi ke dalam bentuk symbol matematika guna mempermudah dalam
penggunaan logika.
Secara umum, logika bertujuan untuk mencari kebenaran. Manfaat yang diperoleh dari
logika yaitu manusia bisa berfikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatlan kebenaran dan
menghindari kekeliruan, dalam segala akyivitas berfikir dan bertindak.manusia dari prinsip ini logika
menyampaikan kepada berfikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakianan seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat hanya mengenal logika sebagai suatu istilah untuk sesuatu
yang masuk akal, mereka hanya menggunakan logika secara pasif, maksudnya mereka berlogika
tanpa mengetahui sebenarnya mereka menggunakan logika. Logika yang sering mereka gunakan
adalah informal. Salah satu cabang dari logika informal adalah penalaran penalaran logis. Penalaran
logis merupakan proses kognitif dalam mencari alasan-alasan untuk mendukung keyakinan,
kesimpulan, Tindakan, dan perasaan.
Dari sedikit uraian diatas, penulis bermaksud mengenalkan tentang logika simbolik
kepada pembaca yang masih belum terbaca dengan symbol matematika. Hal ini di ditjabrkan dalam
gagasan logika simbolik, pelopor dan tokoh logika simbolik, pengertian logika simbolik sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Apa itu gagasan logika simbolik?
2. Siapa Pelopor dan Tokoh Logika Simbolik?
3. Apa pengertian logika simbolik?
4. Apa perngertian logika modalitas?
5. Apa pengertian logika Fuzzy?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,
1. Untuk mengahui gagasan logika simbolik
2. Untuk mengetahui pelopor dan tokoh logika simbolik.
3. Untuk mengetahui logika simbolik
4. Untuk pengertian logika modalitas
5. Untuk pengertian logika Fuzzy
BAB II
PEMBAHASAN
A. LOGIKA SIMBOLIK
Logika Formal sesudah masa Mill meneruskan perkembangannya lahirlah sekian banyak buku-
buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan abad ke-19 mulai lahir satu
cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik.
1. Gagasan Logika-Simbolik
Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz. Ia mengusulkan suatu
teknik yang disebut ars combinatoria untuk menurunkan pengertian-pengertian yang rumit dari
penggabungan sejumlah kecil konsep sederhana yang dijadikan pangkal. Diusulkannya pula suatu
program pembaruan yang menyangkut bahasa dan penalaran dalam segenap ilmu. Program ini
meliputi pengembangan seperti berikut.
Bahasa ini yang khusus diciptakan dengan sejumlah simbol dasar dan berdasarkan suatu
teknik penggabungan direncanakan untuk dapat mengungkapkan semua buah pikiran sehingga dapat
dipergunakan oleh segenap ilmuwan dan filsuf.
Logika simbolik ini bertujuan menjabarkan logika agar menjadi sebuah ilmu pasti. Setiap
pengertian, setiap pernyataan, setiap hubungan digantikan dengan simbol-simbol. Gagasan ini
dicetuskan mula-mula oleh Leibniz dan barulah pada pertengahan abad ke-19 memperoleh perhatian
yang sungguh-sungguh.
Buku Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol yang cukup luas dan metode
analisis menurut matematika mulai memperkembangkan logika simbolik. Oleh karena Boole
menggunakan rumus-rumus seperti aljabar dalam mengungkapkan hubungan-hubungan logik maka
pada permulaannya sistem penalarannya itu dinamakan algebraic logic atau algebra of logic (aljabar
dari logika).
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (18341923), ia menulis buku Symbolic
Logic (1881) dan berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram
lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk
menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk
melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-
masing dianggap sebagai himpunan.
Sebagai pelopor kedua setelah Boole adalah (Friedrich Ludwig) Gottlob Frege, seorang ahli
matematika dan logika dari Jerman. Oleh para ahli logika dewasa ini ia dianggap sebagai ahli logika
terbesar dari abad ke-19 karena dengan karya tulisnya Begriffschrift (1879) ia mengubah aljabar
logika dari Boole sehingga benar-benar menjadi logika simbolik yang diformalkan.
Dalam karya tulisnya itu, pertama kalinya dibahas logika proposisi, ungkapan ubahan,
pembilang, dan aturan-aturan penyimpulan. Seorang ahli matematika Jerman Ernst Schroeder
(18411902) memberikan sumbangan penting terhadap pertumbuhan logika simbolik dalam karya
tulisnya Vorlesungen uber die Algebra der Logik yang terdiri atas 3 jilid terbit dalam jangka 5 tahun
(18901895) menyempurnakan simbolisme dari Boole, mensistematikan dan menyatupadukan karya-
karya para ahli yang terdahulu. Ia juga memberikan sumbangan mengenai masalah ungkapan ubahan
dan logika relasi.
Sumbangan terhadap pertumbuhan logika simbolik diberikan pula oleh filsuf Amerika Serikat
Charles Sanders Peirce dalam karya tulisnya The Grand Logic di samping menjadi editor dari Studies
in Logic (1883). Hasil pemikirannya dalam logika proposisi menelurkan dalil yang kini disebut
Peirce’s Law dan mengembangkan juga logika relasi. Perkembangan logika simbolik mencapai
puncaknya pada awal abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris
Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia Mathematica
(19101913) dengan jumlah 1992 halaman. Dalam karya tulis tersebut mereka secara sangat luas dan
terperinci membuktikan bahwa logika adalah masa muda dari matematika dan matematika adalah
masa dewasa dari logika. Karya tulis Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan
dorongan yang besar bagi pertumbuhan logika simbolik. Penelaahan yang lebih luas, lebih mendalam,
dan lebih teknis dalam logika ini dilakukan oleh berbagai ahli logika.
Logika simbolik didefinisikan sebagai studi tentang sifat dan fungsi sistem simbol secara
umum, di mana sifat mengacu pada hubungan dan koneksi antara simbol sedangkan fungsi mengacu
pada hubungan sistem simbol dengan dunia non-simbolik. Hal penting dari Logika Simbol adalah,
pertama, logika formal atau logika konsistensi; yang kedua merupakan instrumentalisme atau logika
kebenaran. Kedua kutub teori logis ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi.
Kontribusi besar dari logika simbolik adalah pemisahan tajam sistem simbol dari
hubungan sistem ini ke ranah non-simbolik (yang mencakup sistem simbol atau simbol selain dari
yang bersangkutan). Logika Aristotelian telah memprediksikan hubungan simbolik dengan non-
simbolik hanya dengan mengasumsikan bahwa terdapat suatu relasi. Itu membingungkan konsistensi
dan kebenaran. Ia mencoba mengendarai dua kuda sekaligus tanpa bisa mengendalikan keduanya
secara terpisah. Tujuannya bagus tapi cara untuk mencapainya salah. 1
Logika simbolik dijadikan dasar pembuatan aljabar Boole yang dikembangkan oleh
George Boole dan menjadi dasar teori tentang pengembangan komputer digital.
1 Morris, Charles W 1939“Esthetics and TheTheory of Signs”, The Journal of United Science, Springer, Erkenntnis Vo. 8, No 1/3.
Suatu well-formed sentences akan diformulasikan dalam bentuk suatu rumus sehingga
dinamakan well-formed formulae (wff). WFF berbentuk suatu ekspresi logika atau bentuk logika yang
menggunakan tanda kurung biasa yang tepat dan sempurna sehingga disebut fully parenthized
expression (fpe).
Dalam bentuk yang biasa, semua well-formed sentences di dalam logika simbolik
2
memiliki satu nilai saja dari dua nilai berikut, yaitu benar (true, atau 1) atau salah (false, atau 0).
Berdasarkan sub cabangnya, logika simbolis terbagi menjadi dua diantaranya adalah: 3
1.logika predikat
Predicate Logic merupakan sebuah sistem yang ada pada variabel masing-masing, yang
didalamnya terdapat rumus-rumus tersebut. Pernyataan-pernyataan yang tidak dapat digolongkan
sebagai proposisi, dan tidak dapat diproses dengan logika proposisional akan ditangani logika predikat
yang memfokuskan diri pada predikat yang selalu menyertai suatu pernyataan dalam bentuk kalimat.
2. Logika Proposisional
Logika Proposisional atau yang sering disebut dengan logika merupakan salah satu
sistem yang menjadi bagian dalam rumus untuk mewakilkan proposisi yang tidak dibentuk dari
penggabungan logis dari penggabungan proposisi atomik. Fokus utama logika ini pada pernyataan-
pernyataan yang dapat digolongkan dalam pengertian proposisi-proposisi. Setiap pernyataan yang
hanya memiliki satu nilai benar atau salah disebut proposisi. Logika yang menangani atau memproses
atau memanipulasi penarikan kesimpulan secara logis dari proposisi-proposisi disebut logika
proposisional (propositional logic atau propositional calculus).
Diantara logika Proposisi ada logika proposisi majemuk adalah gabungan dari berbagai
proposisi atomik, yaitu proposisi yang tidak dapat dipecah lagi. 4
2 Gie, The Liang., Hardjosatoto, Suhartoyo., Asdi, Endang Daruni. 1978. Pengantar Logika Modern. Jilid I. Yogyakarta: Karya Kencana. hal.
119
3 Ibrahimi, M. N. 2012. Logika Lengkap. (terjemahan Achmad Bahrur Rozi). Yogyakarta: IRCiSoD. hal. 87
4 Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika: Asas-Asas Penalaran Sistematis.Yogyakarta: Kanisius. hal. 109
Proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar disebut tautologi. Tautologi menghasilkan
implikasi-implikasi secara logis dan ekivalen-ekivalen secara logis. Sedangkan lawan dari
tautologi adalah kontradiksi, yaitu pernyataan majemuk yang bernilai salah untuk semua
kemungkinan dari premis-premisnya. Hal ini dapat dibuktikan menggunakan tabel kebenaran
ataupun sifat-sifat logika.5
B. LOGIKA MODALITAS
Modalitas merupakan sikap pembicara terhadap peristiwa tuturan yang sekaligus juga
merupakan ciri universalisme bahasa. Pandangan Halliday (1985) mengenai fungsi interpersonal
bahasa yakni bahasa digunakan untuk menyatakan sikap pembicara sehubungan dengan peristiwa
nonaktual yang diungkapkannya.
Dalam menyatakan sikap nonaktual, penutur bahasa dihadapkan pada pilihan sifat unsur
internal terhadap waktu pada peristiwa yang berlangsung. Seorang ahli yang pertama kali menaruh
minat pada modalitas ialah Aristoteles.
Aristoteles menggunakan sudut pandang logika modal (modal logic) dengan menyebutkan
adanya faktor keperluan (necessity), kemungkinan (possibility), dan ketakmungkinan (impossibility)
sebagai permasalahan modalitas. Di dalam bahasa Inggris, pengungkap modalitas yang sering kita
temukan seperti can, could, may, might, must, have to, had to, will dll.yang dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan bisa, dapat, boleh, harus, dll secara umum banyak ditemukan pembahasaannya dari
segi gramatikal, sedang secara semantik kurang begitu mendalam
Maingueneau (1976:112) menyoroti modalitas tidak hanya dari sudut logika karena menurut
pendapatnya, modalitas pikiran (modalite Iogique) perlu dibedakan dari modalitas apresiatif (modalite
appreciative). Yang dimaksudkannya dengan modalitas pikiran ialah sikap pembicara yang
menggambarkan, antara lain, kebenaran (la verite), kementakan atau kebolehjadian (la probabilite),
dan kepastian (la certitude), sedangkan yang menggambarkan perasaan gembira (1'heureux) dan sedih
(le triste) digolongkannya ke dalam modalitas apresiatif.
C. LOGIKA FUZZY
Logika fuzzy adalah logika yang kabur atau mengandung unsur ketidakpastian. Logika ini
mulai dikembangkan pada tahun 1960-an di Amerika. Saat ini, logika fuzzy sudah banyak digunakan
Logika ini memang cenderung lebih praktis untuk digunakan karena sederhana, mudah
dimengerti, fleksibel, serta lebih baik dan hemat. Namun, pengaplikasian logika fuzzy dalam industri
masih banyak terhambat karena beberapa hal, antara lain karena ilmu ini belum banyak dikenal dan
belum adanya metode yang baku dan sistematik untuk mengembangkannya.
Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh, seorang peneliti dari
Universitas California, pada tahun 1960-an. Logika fuzzy dikembangkan dari teori himpunan fuzzy.
1. Himpunan fuzzy
pengelompokan sesuatu berdasarkan variabel bahasa (linguistik variable), yang dinyatakan
dengan fungsi keanggotaan, dalam semesta U. Keanggotaan suatu nilai pada himpunan dinyatakan
dengan derajat keanggotaan yang nilainya antara 0.0 sampai 1.0. Himpunan fuzzy didasarkan pada
gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi karakteristik sedemikian hingga fungsi tersebut akan
mencakup bilangan real pada interval [0,1]. Nilai keanggotaannya menunjukkan bahwa suatu item
tidak hanya bernilai benar atau salah. Nilai 0 menunjukkan salah, nilai 1 menunjukkan benar, dan
masih ada nilai-nilai yang terletak antara benar dan salah.
a. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran logika fuzzy
sangat sederhana dan mudah dimengerti.
b. Logika fuzzy sangat fleksibel.
c. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
d. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi nonlinear yang kompleks.
Selain itu, logika fuzzy juga memiliki kekurangan, terutama dalam penerapannya.
Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:
a. Para enjiner dan ilmuwan generasi sebelumnya dan sekarang banyak yang tidak mengenal teori
kendali fuzzy, meskipun secara teknik praktis mereka memiliki pengalaman untuk menggunakan
teknologi dan perkakas kontrol yang sudah ada.
b. Belum banyak terdapat kursus/balai pendidikan dan buku-buku teks yang menjangkau setiap
tingkat pendidikan (undergraduate, postgraduate, dan on site training)
c. Hingga kini belum ada pengetahuan sistematik yang baku dan seragam tentang metodologi
pemecahan problema kendali menggunakan pengendali fuzzy. 4.Belum adanya metode umum untuk
mengembangkan dan implementasi pengendali fuzzy.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Logika simbolik didefinisikan sebagai studi tentang sifat dan fungsi sistem simbol secara
umum, di mana sifat mengacu pada hubungan dan koneksi antara simbol sedangkan fungsi mengacu
pada hubungan sistem simbol dengan dunia non-simbolik. Hal penting dari Logika Simbol adalah,
pertama, logika formal atau logika konsistensi; yang kedua merupakan instrumentalisme atau logika
kebenaran. Kedua kutub teori logis ini tidak bertentangan tetapi saling melengkapi. Pelopor
munculnya, logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz. Yang mengusulkan suatu
teknik yang disebut ars combinatoria untuk menurunkan pengertian-pengertian yang rumit dari
penggabungan sejumlah kecil konsep sederhana yang dijadikan pangkal. Diusulkannya pula suatu
program pembaruan yang menyangkut bahasa dan penalaran dalam segenap ilmu.
Berdasarkan sub cabangnya, logika simbolis terbagi menjadi dua, logika predikat dan
proposisional. Sedangkan logika simbolik terdapat pada logika modalitas dan logika fuzzy.
DAFTAR PUSTAKA
Chales W Morris, 1939. “Esthetics and TheTheory of Signs”, The Journal of United
Science, Springer, Erkenntnis.
Jan Hendrik Rapar, 1992. Pengantar Logika: Asas-Asas Penalaran Sistematis:Yogyakarta
N.M Ibrahimi, 2012. Logika Lengkap. terjemahan Achmad Bahrur Rozi): Yogyakarta
The Liang Gie, hardjosanto, Suhartoyo., Asdi, Endang Daruni 1978. Pengantar Logika
Modern: Yogyakarta