Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT MATEMATIKA DI KONSEP ULANG


(Dosen Pengampu: Dr. Drs. Lambertus, M.Pd.)

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Intan Sri Milani (G2I122017)


Desy Rahayu (G2I122018)
Sukiyatun (G2I122019)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini berjudul “Filsafat Matematika Di konsep Ulang” yang
disusun untuk memenuhi salah tugas mata kuliah “Filsafat Matematika” pada
Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo. Makalah ini dibuat berdasarkan
sumber yang berasal dari buku dan internet yang kemudian dikumpulkan dan
dikemas dalam bentuk suatu makalah. Tidak lupa pula, penulis kirimkan shalawat
serta salam kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat sebagai
pembawa ajaran kebenaran umat manusia.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada


dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Matematika Bapak Dr. Drs. Lambertus,
M.Pd. yang telah memberikan kesempatan waktu untuk menyelesaikan makalah
ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan


maupun kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar penulisan makalah selanjutnya dapat menjadi
lebih baik.

Kendari, 31 Oktober 2023


Penyusun,

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Kedudukan Filsafat Matematika.................................................... 3
B. Ruang Lingkup Filsafat Matematika ............................................. 4
C. Aliran-Aliran Filsafat Matematika ................................................ 8
D. Quasi Empirisme ......................................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini semakin dirasakan
manfaatnya oleh kemaslahatan umat manusia. Berbagai kemudahan telah hadir
ditengah-tengah masyarakat penghuni bumi yang kian menua ini. Berbagai bidang
ilmu baru mulai bermunculan dan kian bercabang. Namun kehadiran ilmu
pengetahuan dengan berbagai rupa tersebut harus dapat disadari oleh kita semua
para pengkaji ilmu bahwa sumber dari ilmu itu sendiri yang bernama filsafat
adalah muara dari berbagai ilmu yang ada.
Filsafat matematika merupakan salah satu ilmu yang merupakan dasar dari
berbagai bidang ilmu lainnya. Kehadiran filsafat matematika dapat menjawab
berbagai teka-teki yang sebelumnya menjadi misteri di jagad raya ini. Filsafat
matematika dengan ciri khasnya dapat menguak berbagai keajaiban-keajaiban
yang ada di semesta. Filsafat dan matematika bukan berbicara tentang siapa yang
dahulu dan siapa yang kemudian, namun keduanya telah dibuktikan seperti dua
orang teman yang seiring sejalan, saling melengkapi dan membutuhkan satu
dengan yang lainnya, filsafat dan matematika ibarat saudari kembar yang sama
rupa.
Filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan tetap menjadi aktual,
karena berbagai persoalan-persoalan dari sejumlah disiplin ilmu zaman modern
ini, arus dasarnya adalah masalah filsafat dan kaitanya dengan ilmu pengetahuan,
merupakan penelahan dua aspek sekaligus menyangkut paham dan pandangan
para ahli pikir atau filsafat. Filsafat merupakan hasil pemikiran filosof-filosof
sepanjang zaman diseluruh dunia. Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil
pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara
fundamental. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan
perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi
perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Dengan adanya filsafat telah
mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya.

1
Memahami sistem filsafat berarti menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran
mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistem, filsafat
berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir
filsafat termasuk aliran-aliran filsafat mempunyai kaitan dengan ilmu
pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kedudukan filsafat matematika?
2. Bagaimana ruang lingkup filsafat matematika?
3. Apa saja aliran filsafat matematika?
4. Apa yang dimaksud Quasi empirisme?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kedudukan filsafat matematika
2. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat matematika
3. Untuk mengetahui aliran filsafat matematika
4. Untuk mengetahui Quasi empirisme

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Filsafat Matematika
Filsafat Matematika merupakan bentuk spesifik dari epistemologi (yang
secara umum membahas asal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan manusia
dibentuk), dimana filsafat matematika membahas asal matematika dan bagaimana
suatu sistem ilmu matematika dibentuk. Filsafat matematika memiliki fungsi
teramat penting, yakni memberi fondasi yang kuat dan sistematis pada
pengetahuan dan kebenaran metematika. Paradigma berpikir yang tertawan oleh
situasi saat ini (spasio temporal) justru bertentangan dengan keunggulan manusia
sebagai mahkluk transendental, yakni kemampuan kreatif nalar insani untuk
mampu melampaui batasan-batasan spasio temporal.(Heriyanto, 2016, p. 84).
Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam
kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu sendiri
membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat
lainnya. Peran filsafat matematika adalah untuk memberikan landasan yang
sistematis dan absolut untuk pengetahuan matematika, yaitu dalam nilai
kebenaran matematika. Asumsi ini adalah dasar dari doktrin bahwa fungsi filsafat
matematika adalah untuk memberikan dasar-dasar tertentu untuk pengetahuan
matematika. Dalam memecahkan permasalahan menterjemahkan persoalan
konkret yang disajikan dalam bahasa sehari hari ke dalam bahasa matematika
sehingga diperoleh model matematika berkaitan erat sekali dengan logika.
Filsafat matematika mempunyai tujuan untuk menjelaskan dan menjawab
tentang kedudukan dan dasar dari obyek dan metode matematika yaitu
menjelaskan apakah secara ontologism obyek matematika itu ada, dan
menjelaskan secara epistemologis apakah semua pernyataan matematika
mempunyai tujuan dan menentukan suatu kebenaran. Mengingat bahwa hukum-
hukum alam dan hukum-hukum matematika mempunyai kesamaan status, maka
obyek-obyek pada dunia nyata mungkin dapat menjadi pondasi matematika.

3
Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan diantaranya yaitu:
1. Peran filsafat sangat penting artinya bagi perkembangan dan penyempurnaan
ilmu pengetahuan. Meletakkan kerangka dasar orientasi dan visi penyelidikan
ilmiah, dan menyediakan landasan-landasan ontologisme, epistemologis, dan
aksiologis ilmu pada umumnya. Filsafat ilmu melakukan kritik terhadap asumsi
dan postulat ilmiah serta analisis-kritis tentang istilah-istilah teknis yang
berlaku dalam dunia keilmuan. Filsafat ilmu juga menjadi pengkritik yang
sangat konstruktif terhadap sistem kerja dan susunan ilmu.
2. Pada dasarnya filsafat bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi
pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-
masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis
dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat
mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin
ilmu masing-masing.
3. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan
ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu

B. Ruang Lingkup Filsafat Matematika


Filsafat matematika dimulai ketika kita meminta penjelasan umum tentang
matemtika, sebuah visi sinoptik dari disiplin ilmu yang mengungkapkan ciri-ciri
esensinya dan menjelaskan bagaimana manusia mampu mengerjakan matematika.
Peran filsafat matematika adalah untuk merefleksikan dan memberikan penjelasan
tentang hakikat matematika. Filsafat matematika absolut seperti logikaisme,
formalisme, dan intuisionisme berupaya memberikan penjelasan preskriptif
tentang sifat matematika.
Filsafat pendidikan matematika termasuk filsafat yang membahas proses
pendidikan dalam bidang studi matematika. Pendidikan matematika adalah bidang
studi yang mempelajari aspek-aspek sifat dasar dan sejarah matematika, psikologi

4
belajar dan mengajar matematika, kurikulum matematika sekolah, baik
pengembangan maupun penerapannya di kelas. Filsafat matematika membentuk
filsafat pendidikan matematika, artinya bahwa filsafat pendidikan matematika
didukung oleh filsafat matematika (Martin, 2009: 63). Oleh karena itu antara
filsafat matematika dan filsafat pendidikan matematika saling keterkaitan
sehingga untuk memahami bagaimana proses pembelajaran matematika,
kurikulum pendidikan matematika dan pengembangannya, serta psikologi
pendidikan matematika adalah dengan memahami juga filsafat matematika seperti
yang telah dibahas sebelumnya.
Dalam filsafat pendidikan matematika, yaitu pemikiran reflektif tentang
pendidikan matematika, perlu menyadari komponen-komponen yang ada dalam
pendidikan matematika. Komponen-komponen itu adalah (1) materi matematika,
(2) anak yang belajar, (3) sekolah & guru yang “mengajar” dan (4) realitas
lingkungan yang ada. Komponen-komponen itu perlu saling terkait atau dikaitkan
secara bermanfaat. Khusus tentang materi matematika, orang selama ini, sadar
atau tidak memandangnya sebagai “alat”, jadi dikatakan “mathematics as a tool”.
Pandangan atau anggapan semacam itu sama sekali tidaklah salah dan sama sekali
juga tidak harus dibuang (Wahyu & Mahfudy, 2016).
Kalau dalam pembelajaran seorang guru cenderung menganggap
matematika sebagai alat, tidaklah mustahil anak akan lebih mengutamakan
“pokok bisa pakai” atau “pokok bisa selesaikan soal” cukup menghafal. PMR
tidak memandang matematika sedemikian itu, tetapi memandang matematika
sebagai kegiatan manusia atau “mathematics as human activity”. Ini lebih sesuai
dengan tumbuhnya atau munculnya matematika di berbagai bagian dunia. Sejarah
matematika akan memperjelas hal itu. Karena adanya tantangan hiduplah manusia
berupaya untuk mengatasinya. Pandangan itulah yang kemudian dinilai lebih tepat
untuk melaksanakan pendidikan matematika, lebih-lebih diawal pendidikan
matematika, yang objeknya abstrak itu. Sesuai dengan pandangan itu atau filsafat
itu, maka dalam PMR diupayakan semaksimal mungkin anak aktif dan
membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian dasar filosofis PMRI
adalah bahwa Matematika adalah kegiatan manusia dan sekaligus sebagai alat. Ini

5
berarti bahwa perlu menempatkan kedua pandangan itu pada tempat yang
cocok/sesuai dengan perkembangan jiwa peserta didik (Soedjadi, 2014, p. 2).
Ruang lingkup filsafat matematik meliputi: Epistemologi Matematik,
Ontologi Matematik, Metodologi Matematik, Struktur Logis dari matematik,
Implikasi etis dari matematik, Aspek estetis dari matematik, Peranan matematika
dalam sejarah peradaban. Berikut adalah penjelasan secara sederhana dari ruang
lingkup tersebut.

1. Epistemologi Matematika
Epistemoologi matematika merupakan teori pengetahuan yang sasaran
penelaahnya ialah pengetahuan matematik. Epistemology meruupakan
pemikiran reflektif terhadap berbagai segi dari pengetahuan seperti
kemungkinan, asal mula, sifat alami, batas- batas, asumsi dan landasan,
validitas, dan reliabilitas hingga kebenaran pengetahuan. Epistemology
menjawab berbagai pertanyaan antara lain:
a. Termasuk jenis penngetahuan apa (empiric ataukah pra-pengalaman)?
b. Bagaimana cirri-cirinya (deduktif, abstrak, hipotesis, eksak, simbolik,
universal, rasional,dll)? Bagaimana pembagian pengetahuan matematika
(murni atau terapan
c. Bagaimanakah kebenaran matematika (sifat alaminnya)?

2. Ontologi Matematika
Ontology merupakan sebuah teori yang dipandang mengenai apa adanya.
Dalam ontology matematika dipersoalkan mengenai cakupan dari pernyataan
matematik (cakupannnya suatu dunia yang nyata atau bukan). Misalnya Dalam
geometri diantara 2 titik terdapat 1 garis lurus, tetapi dalam kehidupan
manusia, tidak pernah dapat dijumpai titik dan garis dalam arti secara harafiah.
Filsuf Platonisme menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya ada
dalam jiwa manusia di dunia ini.
3. Metodologi Matematika
Metodologi matematik adalah penelaah terhadap metode yang khusus
dipergunakan dalam matematika. Hal ini menyangkut problem-problem seperti

6
pemilihan, kebebasan, dan penyederhanaan dari istilah-istilah pangkal dan
aksioma-aksioma, formalisasi dari batasan-batasan dan pembuktian-
pembuktian.
4. Struktur Logis dari matematika
Struktur logis dari matematika merupakan bagian dari filsafat matematika yang
membahas sasarannya sebagai sebuah struktur yang sepenuhnya bercorak
logis. Dan mencapai kesimpulan-kesimpulan logis. Struktur ini tunduk pada
kaidah-kaidah logis, mencapai kesimpulan-kesimpulan logis. Perkembangan
matematik perduaan (Binary arithmetic) yang dipadu dengan tekhnologi
elektronik telah melahirkan ilmu computer, dengan berbagai tugas menyimpan
data, mengatur persediaan barang, menyiapkan surat menyurat, penjualankarcis,
hingga teori antrian.

5. Implikasi etis dari matematika

Kajian ini merupakan puncak dari sebuah kajian ilmu matematika, yaitu apa itu
sesungguhnya ilmu matematik. Implikasi etis dari pelajaran matematika dapat
terhubung pada segala aspek kegiatan sehari-hari manusia. Sadar atau tidak,
mempelajari matematika membangun etika pembelajarnya menjadi lebih baik.
Proses memahami sebuah soal dapat membentuk sikap sabar, proses
menyelesaikan permasalahan aljabar dapat membentuk pemikiran kritis. Ada
banyak sekali impilikasi etis dari matematik yang akhirnya menjadi salah satu
kajian dalam filsafat matematika.
6. Aspek estetis dari matematik
Matematika dipandang sebagai suatu seni (art). Hal ini mengandung arti
bbahwa matematika mempunyai unsure keindahan. Seorang filsuf Morris Kline
menyatakan bahwa Matematika yang baik harus memenuhi salah satu dari 3
ukuran yaitu keguanaan langsung, dalam ilmu, keguanaan potensial, atau
keindahan. Keindahan dapat dicapai karena adanya ide-ide orisinil,
kesedehanaan, dalil, kecermelangan jalan pikiran, atau sesuatu ciri lainnya
dalam matematik. Inilah aspek estetis dari matematik. Salah satu contoh dari
keindahan matematika adalah pada teoriphytagoras.

7
7. Peranan matematika dalam sejarah peradaban
Sudah menjadi sebuah fakta bahwa matematika sudah menjadi pemeran utama
dalam terciptanya banyak sekali karya yang berpengerahu dalam perbadaban
manusia. Salah satunya adalah alat untuk saya menulis tulisan ini, sebuah alat
yang penuh dengan bahasa-bahasa komputer yang logis, bahasa yang dibangun
dengan konsep matematika, alat tersebut adalah komputer. Ilmu matematika
diharapkan dapat memiliki peranan dalam berbagai bidang kehidupan baik itu
aspek analisa, deskriptif, evaluasi, maupun interpretasi hingga akhir zaman
kelak.

C. Aliran-Aliran filsafat Matematika


Aliran-aliran filsafat matematika antara lain sebagai berikut:
1. Aliran Absolutisme
Pandangan absolutis dalam pengetahuan matematika adalah bahwa hal itu
terdiri dari kebenaran tertentu dan unchallengeable (tidak dapat ditantang).
Menurut pandangan ini, pengetahuan matematika adalah kebenaran mutlak.
Banyak filsuf yang memiliki pandangan absolut dari pengetahuan matematika.
Misalnya seperti Hempel yang menyatakan validitas matematika berasal dari
ketentuan yang menentukan makna dari konsep-konsep matematika, dan
proposisi matematika pada dasarnya adalah benar dengan definisi (FeigI dan
Sellars, 1949, halaman 225). Pandangan absolutis terhadap pengetahuan
matematika didasarkan pada dua jenis asumsi yaitu para pakar matematika
mengenai asumsi aksioma dan definisi, dan para pakar logika tentang asumsi
aksioma, aturan inferensi, bahasa formal dan sintaksnya. Namun semua ini
adalah suatu pendapat yang masih lokal atau masih termasuk mikro-asumsi,
sehingga membutuhkan makro asumsi untuk mendirikan semua kebenaran
matematis.

2. Absolutisme Progresif
Absolutis progresif yang lebih memandang (dari sudut padang aliran absolutis)
matematika sebagai akibat dari upaya manusia untuk mencari kebenaran dari
pada hasilnya. Filsafat absolut progresif:

8
a. Menerima penciptaan dan perubahan teori-teori aksiomatis (yang
kebenarannya hampir dianggap mutlak).
b. mengakui bahwa keberadaan matematika formal karena intuisi matematika
diperlukan sebagai dasar dari penciptaan teori
c. mengakui aktifitas manusia dan akibatnya dalam penciptaan pengetahuan
dan teori-teori baru. Intusionisme (dan konstruktifisme, lebih umumnya)
sesuai dengan deskripsi ini. Karena intusionisme adalah pondasionis dan
absolutis yang berusaha mencari pondasi (dasar) yang kuat untuk
pengetahuan matematika melalui pembuktian-pembuktian intusionistik dan
“ur – intuition” (Kalmar, 1967).

3. Platonisme
Platonisme tentang matematika (Platonisme Matematika) adalah pandangan
metafisik tentang adanya benda abstrak matematika yang keberadaannya
independen dari kita dan bahasa, pola pikir, dan praktik. Sama halnya elektron
dan planet-planet keberadaannya independen dari kita, begitu juga angka dan
himpunan. Dan seperti pernyataan-pernyataan tentang elektron-elektron dan
planet-planet yang dibuat benar atau salah oleh benda-benda terkait dan sifat
benda-benda obyektif ini sempurna, begitu juga pernyataan tentang angka dan
himpunan. Kebenaran matematika itu kemudian ditemukan, bukan diciptakan.

4. Konvensionalisme
Pandangan pengikut aliran konvensionalis menyebutkan bahwa pengetahuan
matematika dan kebenaran didasarkan pada konvensi (kesepakatan) linguistik.
Atau lebih jauh kebenaran logika dan matematika memiliki sifat analitis, benar
karena ada hubungan nilai dari makna istilah yang digunakan. Bentuk moderat
dari konvensionalisme seperti Quine (1936) atau Hempel (1945) menggunakan
konvensi linguistic sebagai sumber kebenaran matematika dasar yang menjadi
landasan konstruksi bangunan matematika.

9
5. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/penginderaan. Pengalaman merupakan
faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan
manusia.
Contoh empirisme:
a. Kita percaya bahwa kura-kura jalannya lambat, karena punya pengalaman
melihat cara berjalan reptil ini.
b. Manusia meyakini bahwa interaksi sosial bisa terjadi antarindividu, karena
pernah mengalami dan melihatnya secara langsung.

D. Quasi Empirisme
Empirisme Quasi adalah nama yang diberikan kepada filsafat matematika
yang dikembangkan oleh Imre Lakatos (1976, 1978). Aliran ini memandang
matematika sebagai apa yang ahli matematika lakukan dan dengan semua
kekurangan yang melekat pada aktifitas atau ciptaan manusia. Para pendukung
dari pandangan ini adalah Davis (1975), Hallett (1979), Hersh (1979), Tymoczko
(1979) dan setidaknya sebagian, Putnam (1975). Quasi empirisme adalah
pandangan filosofis yang menggabungkan elemen-elemen dari empirisme dan
rasionalisme. Pendukung quasi empirisme percaya bahwa pengetahuan tidak
hanya diperoleh dari pengalaman, tetapi juga melalui proses pemikiran rasional.
Matematika adalah sebuah dialog diantara orang-orang yang mencoba
menyelesaikan persoalan matematika. Ahli matematika tidak bisa lepas dari
kesalahan dan produk mereka termasuk konsep dan pembuktian tidak dapat
dianggap produk akhir atau sempurna tetapi masih membutuhkan negosiasi
kembali sebagai standar perubahan yang harus dilakukan dengan teliti atau
sebagai tantangan baru atau makna yang muncul. Lima tesis dari empirisme kuasi
dapat diidentifikasisebagai berikut:
1. Pengetahuan matematika dapat keliru
2. Matematika Bersifat Hipotetis-deduktif

10
3. Sejarah adalah pusat
4. Penegasan Pentingnya Matematika Informal
5. Dimasukkannya Teori Penciptaan Pengetahuan
Empirisme kuasi dapat dikritik berdasarkan pada beberapa alasan.
1. Pertama, tidak ada penjelasan tentang kepastian kebenaran matematika.
2. Kedua, Lakatos tidak menguraikan hakikat dari objek-objek matematika atau
asal-usul objek-objek tersebut.
3. Ketiga, Lakatos tidak memberikan penjelasan tentang hakikat atau
keberhasilan aplikasi matematika atau keefektifannya dalam sains, teknologi
dan di wilayah lain.
4. Keempat, Lakatos tidak begitu mengembangkan untuk membawa sejarah
matematika kedalam inti dari filsafat matematikanya.
5. Kelima, Lakatos tidak dapat memberikan dasar kebenaran untuk memasukan
tesis sejarah empiris kedalam pendekatan filsafat analitis dengan menggunakan
pijakan yang sama dengan metodologi logis.
6. Keenam, filsafat matematika empiris-kuasi Lakatos memberikan alasan yang
diperlukan tetapi tidak cukup banyak untuk mengembangkan pengetahuan
matematis.
7. Ketujuh, tidak ada eksposisi sistematis dari empirisme kuasi yang dijelaskan
secara detail ntuk membantah penolakan terhadap dia. Publikasi Lakatos
tentang filsafat matematika berisi studi kasus historis dan tulisan polemik.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Filsafat Matematika merupakan bentuk spesifik dari epistemologi (yang secara


umum membahas asal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan manusia
dibentuk), dimana filsafat matematika membahas asal matematika dan
bagaimana suatu sistem ilmu matematika dibentuk.
2. Peran filsafat matematika adalah untuk merefleksikan dan memberikan
penjelasan tentang hakikat matematika. Filsafat matematika absolut seperti
logikaisme, formalisme, dan intuisionisme berupaya memberikan penjelasan
preskriptif tentang sifat matematika. Filsafat pendidikan matematika termasuk
filsafat yang membahas proses pendidikan dalam bidang studi matematika.
Pendidikan matematika adalah bidang studi yang mempelajari aspek-aspek
sifat dasar dan sejarah matematika, psikologi belajar dan mengajar matematika,
kurikulum matematika sekolah, baik pengembangan maupun penerapannya di
kelas. Filsafat matematika membentuk filsafat pendidikan matematika, artinya
bahwa filsafat pendidikan matematika didukung oleh filsafat matematika.
3. Aliran Filsfat terdiri dari: Absolutisme, Absolutisme Progresif, Platonisme,
Konvensionalisme, dan Empirisme.
4. Quasi empirisme adalah pandangan filosofis yang menggabungkan elemen-
elemen dari empirisme dan rasionalisme. Pendukung quasi empirisme percaya
bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pengalaman, tetapi juga
melalui proses pemikiran rasional.

B. Saran
Tidak ada yang sempurnah di dunia ini begitupun dengan makalah yang
telah penulis susun. Untuk itu diperlukan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ernest Paul. 2004. The Philosophy of Mathematics Education. Francis.

Heriyanto, H. (2016). Peran Filsafat Islam Dalam Membangun Tradisi Keilmuan.


Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin. 13(2), 81.

Soedjadi, R. (2014). Inti Dasar-Dasar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.


JurnalPendidikan Matematika, 1(2), 1–10.

Wahyu, K., & Mahfudy, S. (2016). Sejarah Matematika: Alternatif Strategi


Pembelajaran Matematika. Beta Jurnal Tadris Matematika, 9(1), 89.

13

Anda mungkin juga menyukai