Aksiologi
Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Sejarah
Matematika
Dosen Pengampu :
Drs. Hj. Wati Susilawati, M.Pd
T. Tutut Widiawati A, M.Pd
Disusun Oleh :
Khoirun Nisa Fadhilah (1182050051)
Muhamad Asep Ridwan (1182050057)
Naisa Maulia Adawiyah (1182050068)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan limpahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini dan terima kasih kepada Ibu Drs. Hj. Wati Susilawati, M.Pd dan Ibu T. Tutut
Widiawati A, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika yang telah
memberikan kami tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun ada kata-kata
yang kurang berkenan bagi pembaca. Segala kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan
juga sebagai bekal pengalaman kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha
memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia. Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya
menjawab pertanyaanpertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan
manusia, termasuk masalah kehidupan dalam bidang pendidikan. Jawaban hasil
pemikiran filsafat bersifat sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar. Filsafat
dalam mencari jawaban dilakukan dengan cara ilmiah, objektif, memberikan
pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia, demikian halnya
untuk menjawab persoalan-persoalan manusia dalam bidang pendidikan, (Jalaludin,
2007: 125).
Pada prinsipnya filsafat menempatkan sesuatu berdasarkan kemampuan daya
nalar manusia. Kebenaran dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung
sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia. Kemampuan berpikir atau bernalar
merupakan satu bentuk kegiatan akal manusia melalui pengetahuan yang diterima
melalui panca indera, diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Ada
beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,
epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126).
Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga disebut
dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Epistemologi adalah nama lain dari
logika material atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia, yaitu
pengetahuan. Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan
implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai
kehidupan sosio-politik) di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam
kepribadian anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat ?
2. Bagaimana Filsafat matematika berdasarkan perspektif ontologi ?
3. Bagaimana Filsafat matematika berdasarkan perspektif epistemologi ?
1
4. Bagaimana Filsafat matematika berdasarkan perspektif aksiologi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan filsafat
2. Menjelaskan filsafat matematika berdasarkan perspektif ontologi
3. Menjelaskan filsafat matematika berdasarkan perspektif epistemologi
4. Menjelaskan filsafat matematika berdasarkan perspektif aksiologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasaYunani yaitu dari kata “philein”
yang berarti cinta (love) dan ”sophia” yang berarti kebijaksanaan (wisdom), maka
dapat disimpulkan bahwa secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom). Seorang filosof (philosopher) adalah pencinta, pendamba dan pencari
kebijaksanaan.
Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan
bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya mengenai segala yang ada dalam alam
semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.
Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakekat. Sedangkan menurut Aristoteles (384-322 SM), filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan
pengetahuan praktis. Menurut R. Beerling, filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang
bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman.
Maka dapat kita simpulkan bahwa filsafat adalah suatu pemikiran serta kajian
kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi kebenarannya melalui
pencarian dan analisis konsep dasar mengenai kegiatan pemikiran seperti prinsip,
keyakinan, konsep dan sikap umum dari suatu individu atau kelompok dengan tujuan
menciptakan kebijaksanaan dan pertimbangan yang lebih baik.
Ada banyak sekali cabang ilmu filsafat, diantaranya adalah ontologi yaitu
yang membahas keberadaan atau hakikat dari segala sesuatu yang ada baik itu berupa
realitas fisik maupun metafisik, epistemologi yaitu ilmu yang membahas tentang teori
pengetahuan, dan aksiologi yaitu ilmu yang membahas tentang teori yang berkaitan
dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.
Ciri-ciri Filsafat menurut Nur A. Fadhil Lubis, yaitu :
1. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu
saja.
3
2. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental dan essensial.
3. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis
meskipun spekulatif.
4
Pendekatan ontologis merupakan refleksi untuk menangkap kenyataan
matematika sebagaimana kenyataan tersebut telah ditemukan. Dalam kesadaran akan
dirinya maka orang yang memikirkan matematika adalah orang yang paling dekat
dengan kenyataan matematika dan dari sinilah maka dia dapat memulai untuk
menemukan kenyataan seluruh matematika dan hubungan dirinya dengan matematika.
Kesadaran ontologis berusaha merefleksikan dan menginterpretasikan kenyataan
matematika kemudian secara implisit menghadirkannya sebagai suatu pengetahuan
yang berguna dalam pergaulan dengan orang lain serta secara eksplisit dapat
dirumuskan dalam bentuk-bentuk formal untuk mendapatkan tema-tema yang
bersesuaian.
Ontologis tidak dapat diberikan di muka melainkan akan tampak melalui
uraian ontologis itu sendiri, artinya kajian matematika secara ontologis tidak dapat
dimulai dengan cara menentukan definisi-definisi atau teorema-teorema tentang
kenyataan dasar matematika karena hal demikian akan mempersempit batas-batas
pemikiran dan dengan demikian akan menutup jalan pemikiran yang lain. Jadi
penjelasan ontologis tentang kenyataan matematika hanya dapat ditampakan sambil
menjalankan ontologi matematika sebagai suatu cabang.
5
Menurutnya tiap-tiap yang ada di dalam pasti ada idenya yaitu konsep universal
dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa
bayangan dari alam itu saja.
6
matematika adalah dengan metode matematika dan metode matematika dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem
solving. Metode non-ilmiah dalam matematika adalah prosedur untuk mengkaji ilmu
matematika yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan, trial and error,
common sense, prasangka, otoritas, dan pengalaman biasa.
Intinya filsafat matematika berdasarkan perspektif epistemologis adalah ilmu
filsafat yang mempelajari keaslian atau validitas dari sifat-sifat matematika. Misalnya
seperti kebenaran sebuah teorema. Untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah
teorema, maka diperlukan adanya pembuktian. Sehingga pembuktian teorema dalam
matematika ini merupakan contoh dari epistemologi matematika.
7
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa
objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula
bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik
di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-
norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk
(good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku etis.
8
diberi nilai? Apakah nilai dari kenyataan matematika bersifat intrinsik, ekstrinsik atau
sistemik? Apakah nilai matematika bersifat pragmatis atau semantik? Apakah nilai
matematika bersifat subyektif atau obyektif? Apakah nilai matematika bersifat hakiki
atau sementara? Apakah nilai matematika bersifat bebas atau tergantung? Apakah
nilai matematika bersifat tunggal atau jamak? Apakah terdapat unsur keindahan di
dalam kenyataan matematika, dan bagaimana hubungan kenyataan matematika
dengan seni? Adakah tanggung jawab diri terhadap kenyataan matematika?
Menurut Hartman, nilai matematika paling sedikit memuat empat dimensi:
matematika mempunyai nilai karena maknanya, matematika mempunyai nilai karena
keunikannya, matematika mempunyai nilai karena tujuannya, dan matematika
mempunyai nilai karena fungsinya. Tiap-tiap dimensi nilai matematika tersebut selalu
terkait dengan sifat nilai yang bersifat intrinsik, ekstrinsik atau sistemik. Jika
seseorang menguasai matematika hanya untuk dirinya maka pengetahuan
matematikanya bersifat intrinsik; jika dia bisa menerapkan matematika untuk
kehidupan sehari hari maka pengetahuan matematika bersifat ekstrinsik; dan jika dia
dapat mengembangkan matematika dalam kancah pergaulan masyarakat matematika
maka pengetahuan matematikanya bersifat sistemik.
Menurut Moore di dalam Hartman, nilai matematika dapat digunakan untuk
mengembangkan pertimbangan mengenai kapasitas matematika. Pertimbangan
demikian bukanlah untuk mengetahui bagaimana seseorang memikirkan matematika
atau apa yang seseorang pikirkan tetapi untuk mengetahui mengapa seseorang
memikirkan matematika. Pertimbangan demikian akhirnya mengarah kepada refleksi
pemikiran tentang dasar-dasar dan filsafat matematika.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah suatu pemikiran serta kajian kritis terhadap kepercayaan dan
sikap yang dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian dan analisis konsep dasar
mengenai kegiatan pemikiran seperti prinsip, keyakinan, konsep dan sikap umum dari
suatu individu atau kelompok dengan tujuan menciptakan kebijaksanaan dan
pertimbangan yang lebih baik.
Ontologi Matematika adalah objek yang ditelaah dalam matematika atau
disebut kenyataan matematika. Sedangkan contoh dari Ontologi Matematika yaitu
segala pengertian pangkal, definisi, aksioma, dan teorema-teorem yang diturunkan
dari aksioma tersebut serta teori-teori ilmuwan beserta metode-metode penemuannya.
Selain itu, Ontologi Matematika dapat berupa konsep pengetahuan matematika yang
dibangun dalam pemikiran pelaku matematika berdasarkan pengalaman akan adanya
objek matematika yang konkret.
Filsafat matematika berdasarkan perspektif epistemologis adalah ilmu filsafat
yang mempelajari keaslian atau validitas dari sifat-sifat matematika. Misalnya seperti
kebenaran sebuah teorema. Untuk mengetahui benar atau tidaknya sebuah teorema,
maka diperlukan adanya pembuktian. Sehingga pembuktian teorema dalam
matematika ini merupakan contoh dari epistemologi matematika.
Aksiologi matematika yaitu ilmu dalam filsafat yang mempelajari tentang
kebermanfaatan matematika dalam kehidupan. Mengkaji tentang manfaat dari aspek-
aspek yang terkandung dalam matematika, apa sajakah manfaat itu dan bagaimana
efeknya dalam kehidupan. Nilai matematika dapat digunakan untuk mengembangkan
pertimbangan mengenai kapasitas matematika. Pertimbangan demikian bukanlah
untuk mengetahui bagaimana seseorang memikirkan matematika atau apa yang
seseorang pikirkan tetapi untuk mengetahui mengapa seseorang memikirkan
matematika.
10
DAFTAR PUSTAKA
11