Oleh:
Kelompo8
Atika Farhana (2210246960)
Rizatul Hasanah (2210246962)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat dan Karakteristik Epistimologi Matematika”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Nahor
Murani Hutapea, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Epistimologi Matematika.......................4
B. Hakikat dan Karakteristik Epistimologi Matematika.........................................5
C. Matematika Bagian dari Science........................................................................7
D. Standar Kebenaran Science..............................................................................10
E. Absraksi dalam Matematika.............................................................................15
F. Angka Nol (0) dan Al-Khawarizmi..................................................................19
G. Kuantitas, Pola dan Bentuk dalam Matematika................................................21
BAB III PENUTUP.....................................................................................................23
A. Kesimpulan.......................................................................................................23
B. Saran.................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahan dan tindakan yang
sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, karena bagaimana pun, tujuan dipelajari
ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke dalam kehidupan yang
nyata. Tanpa pemahaman, ilmu tidak akan mungkin dapat dikuasai. Matematika dan
filsafat memiliki hubungan yang cukup erat dibandingkanilm ulainnya. Alasannya,
filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari
segala ilmu.Ada juga yang beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu
dari segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena
kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis. Hasil dari keduanya tidak
memerlukan bukti secara fisik.
Filsafat matematika merupakan hasil pemikiran filsuf yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri.Filsafat matematika merupakan pemikiran reflektif
(menyeluruh) dan kompleks terhadap persoalan-persoalan mengenai suatu hal yang
berkaitan dengan landasan dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan
matematika di segala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi, ontologi,
metodologi, maupun etis dan estetika pengetahuan matematika.
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja.Akan
tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan dilingkungan
sekitar mereka.Untuk memperoleh informasi manusia sering kali melakukan
komunikasi.Salah satu informasi yang diperoleh dari komunikasi adalah
pengetahuan.Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat
memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.Dalam pencarian
pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari epistemologi.
Epistomologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme
berarti suatu pengetahuan dan logos berarti ilmu. Sehingga, epistomologi dapat
1
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan. Pengetahuan dan ilmu memiliki perbedaan,
pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan kepada apa
yang diketahui seseorang tentang sesuatu atau dengan kata lain pengetahuan hanya
sekedar untuk diketahui. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah proses pengkajian,
analisa dan penyimpulan yang dilakukan terhadap pengetahuan tersebut.
Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan
pengetahuan matematika. Cabang ini khusus menelaah segi-segi dasar pengetahuan
matematika seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan kebenaran pengetahuan beserta
ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran, simbolik, bentuk,
dan pola. Oleh karena itu, disini akan dibahas tentang abstraksi dalam matematika,
angka nol (0) dan Al-Khawarizmi, serta kuantitas, pola, dan bentuk dalam
matematika.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis rangkum dari latar belakang
di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor pendorong timbulnya epistemologi matematika?
2. Apa Hakikat dan Karakteristik Filsafat matematika?
3. Apakah matematika bagian dari science?
4. Bagaimana standar kebenaran science?
5. Bagaimana abstraksi dalam matematika?
6. Bagaimana angka 0 (Nol) dan Al-Khawarizmi?
7. Bagaimana kuantitas, pola dan bentuk dalam matematika?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis rangkum dari rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor pendorong timbulnya
epistemologi matematika.
2. Untuk mengetahui apa hakikat dan karakteristik filsafat matematika.
3. Untuk mengetahui apakah matematika bagian dari science.
4. Untuk mengetahui bagaimana standar kebenaran sciense.
5. Untuk mengetahui abstraksi dalam matematika.
6. Untuk mengetahui angka 0 (Nol) dan Al-Khawarizmi.
7. Untuk mengetahui kuantitas, pola dan bentuk dalam matematika.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan
penulis ataupun pembaca mengenai hakikat dan karakteristik Epistimologi
Matematika. Selain itu penulisan makalah ini diharapkan dapat mendorong penulis
ataupun pembaca agar dapat memahami pentingnya Epistimologi Maetematika dalam
dunia pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
pengetahuannya merupakan pencapaian terus-menerus.
Matematika tidak muncul secara tiba-tiba, matematika lahir karena sebab-
sebab yang melahirkanya seperti hal lainnya. Rentetan sejarah dari matematika
sangatlah panjang yang menghasilkan matematika pada saat ini, hal tersebut tidak
lepas dari rasa keingintahuan dimulai pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran, dari
pengalaman panca indera, dari ide-ide atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran
tentang validitas manusia, artinya sampai mana pengetahuan kita tentang
pengetahuan matematika. Matematika jika ditinjau dari segi epistemolgi,
matematika mengembangkan bahasa numerik yang mumungkin untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep kongkret, konstektual dan
terukur matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan
struktur mental dalam epistimologi matematika bergantung pengetahuan yang
dimiliki melalui proses asimilasi dan akomodasi. Hal inilah yang menjad faktor
pendorong timbulnya pemikiran para filsuf untuk merenungi objek-objek
matematika sebagai bagian dari kajian epistemologi pada filsafat matematika.
5
Epistemologi disebut juga dengan teori tentang pengetahuan, merupakan
cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan. Menurut Muzzayin Arifin
(Susanto, 2016), epistemologi merupakan pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran, dari
pengalaman panca indera, dari ide-ide atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran
tentang validitas manusia, artinya sampai mana pengetahuan kita.
Epistemologi adalah salah satu cabang pokok bahasannya dalam wilayah
filsafat yang memperbincang seluk beluk pengetahuan. Persoalan sentral
epistemologi adalah mengenai apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya. Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan
ciri-ciri umum dan hakikat dari pengetahuan manusia, bagaimana pengetahuan itu
diperoleh dan diuji kebenarannya. Singkatnya, epistemologi adalah pengetahuan
mengenai pengetahuan yang juga disebut dengan teori kebenaran.
Jika matamatika ditinjau dari aspek epistimologi, matematika mengembangkan
bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Epistemologis matematika merupakan cabang filsafat yang
berhubungan dengan pengetahuan matematika (Sadulloh, 2017). Epistemologi
juga merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan matematika yang meliputi matematika murni, matematika terapan
dan berbagai cabang matematika lainnya. Cabang ini khusus menelaah segi-segi
dasar pengetahuan matematika, seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan
kebenaran pengetahuan (Haryono, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa epistimologi matematika merupakan suatu
pemikiran filsafat yang mengkaji pengetahuan matematika yang berkaitan dengan
hakikat dan lingkup matematika itu sendiri.
6
Abstraksi dalam matematika adalah proses untuk memperoleh intisari
konsep matematika, menghilangkan kebergantungannya pada objek-objek
dunia nyata yang pada mulanya mungkin saling terkait, dan memperumumkan
sehingga ia memiliki terapan terapan yang luas atau bersesuaian dengan
penjelasan abstrak lain untuk gejala yang setara (Haryono, 2015). Contohnya
adalah geometri bermula dari perhitungan jarak dan luas di dunia nyata.
Aritmatika bermula dengan metode penyelesaian masalah-masalah aritmatika.
b. Besaran (Kuantitas)
Besaran dalam matematika adalah ukuran suatu objek matematika, suatu
sifat dengan mana objek itu dapat dibandingkan sebagai “lebih besar” atau
“lebih kecil” dengan objek sejenis yang lain (Haryono, 2015). Contohnya
besaran penataan (atau penempatan ranking) kelas objek pada kelompoknya.
c. Simbolik
Simbol adalah sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain (things that stand
for other things) sebagai penunjukkan pada benda tersebut. Simbol juga
merupakan suatu tanda yang digunakan untuk melambangkan bilangan dalam
matematika. Simbol dan bilangan memperoleh fungsi khususnya dari
kesepakatan bersama, misalkan beberapa jumlah benda, tanpa ada bilangan
maka kita tidak bisa mengetahui berapa buah benda tersebut (Haryono, 2015).
d. Bentuk
Bentuk adalah seluruh informasi geometris yangtidak akan berubah ketika
parameter, lokasi, skala dan rotasinya diubah. (David G Kendall, 1984).
Contoh nya adalah bentuk persamaan kuadrat, bentuk persamaan garis lurus
dan lain sebagainy.
e. Pola
Pola dalam matematika adalah suatu sistem mengenai hubungan-hubungan
menganalisis kejadian alam dan membuat suatu pola yang sama dengan
aslinya. Misalnya sebuah gunung yang berbentuk segitiga sebagai perwujudan
alamiah, maka dengan pola matematika fenomena perwujudan alamiah, maka
dengan pola matematika fenomena perwujudan gunung tersebut mengandung
keteraturan yang sama.
7
C. Matematika Bagian dari Science
Kemajuan ilmu pengetahuan selama dua abad terakhir mengalami
perkembangan yang pesat diberbagai bidang pengetahuan dibandingkan dengan
abad-abad sebelumnya dan banyak ilmuwan mengakui kebenaran dari kemajuan
tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan sebagian besar adalah hasil peradaban
barat pada periode modern sehingga ilmuwan barat pun mengakui bahwa mereka
telah berutang budi perkembangan islam pada masa kejayaannya atau dikenal
dengan abad the golden age.
Kata ilmu pengetahuan (science) berasal dari kata latin scire yang berarti
mengetahui. Science mencakup semua bidang ilmu pengetahuan baikilmu
pengetahuan murni (nature science) maupun ilmu pengetahuan terapan(applied
science).Perkemabangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari
keberhasilan terbesar dari akal dan pemikiran manusia, tanpa pengetahuan
tentang perkembangan science, pasti manusia akan sukar dan tidak mampu
memahami sejarah modern
Matematika sebagai bagian dari science yang merupakan sebuah pengetahuan
yang diperoleh dari proses belajar. Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa
matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (science). J.B Coales
dalam bukunya yang berjudul Leaders of the modern thought (1950) menyatakan
bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan-hubungan
dari bilangan-bilangan dan ruangan. Samuel Smith dan kawan-kawan dalam
bukunya yang berjudul Best Method of Study (1955) menyatakan bahwa
matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menguraikan bilangan dan
proses ruang kenyataan dalam segi kuantitatifnya(Haryono, 2015).
Beberapa klasifikasi ilmu yang telah dikemukakan, namun klasifikasi yang
paling sederhana dan universal telah membagi ilmu itu ke dalam tiga pembagian
besar sebagai berikut (Haryono, 2015)
1. Matematika yang subjek pengetahuannya berkaitan dengan ukuran
kuantitas, jumlah, volume, isi, dan bilangan.
2. Kimia, Fisika, Biologi yang membahas karakteristik universal materi dan
8
sifat-sifat yang berhubungan dengan kehidupan.
3. Etika, yang subjek kajiannya adalah manusia. Tujuan dari ilmu ini adalah
menyingkap hakikat actual dan tujuan hakiki dari aktifitasnya yang
dilakukan manusia.
Kelebihan klasifikasi ini adalah tidak ada satupun dari pembagian tersebut
yang bertolak belakang dengan yang lainnya. Matematika merupakan suatu ilmu
yang lebih banyak mengkaji tentang kuantitas-kuantitas, bangunan-bangunan,
ruang dan perubahan. Atau dalam perspektif lain matematika adalah suatu ilmu
yang menggunakan argumentasi logis dengan bantuan kaidah-kaidah dan definisi-
definisi untuk mencapai suatu hasil yang teliti, cermat dan baru.
Amsal Bakhtiar (2008) mengatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya
dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja tidak lepas dari usaha para ilmuwan
dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini matematika juga sebagai salah
satu sarana kegiatan ilmiah.Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berpikir.
Matematika juga mengembangkan bahasa numerik yang memungkikan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Menurut Ibnu Khaldun dalam
bukunya yang berjudul Muqaddimah menyatakan bahwa matematika merupakan
bagian dari keempat macam ilmu pengetahuan yang, dan terakhir ilmu
matematika. Beliau juga membagi dikemukakan oleh beliau, diantaranya ilmu
logika, ilmu alam yang objek kajiannya meliputi benda-benda yang dapat
diindera oleh manusia yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, barang
tambang beserta apa saja yang ada dalam alam ini, selanjutnya metafisika ilmu
matematika kedalam empat macam ilmu pengetahuan secara garis besar yaitu
ilmu geometri, ilmu aritmatika, ilmu musika dan ilmu astronomi (Haryono, 2015)
1. Geometri atau ilmu ukur. Mempelajari ukuran-ukuran, bentuk secara umum,
namun ada yang terputus seperti berkaitan dengan bentuk geometris suatu
bidang dan ruang, ada yang satu dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan
seterusnya. Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari
hubungan di dalam ruang.
9
2. Aritmatika, kata aritmatika berasal dari istilah Yunani yaitu arithnos yang
berarti angka. Ilmu aritmatika merupakan bagian dari ilmu matematika yang
berkaitan dengan sifat-sifat esensial dan sifat assidential objek yang bersifat
kuantitas yaitu berkaitan dengan angka-angka, yang kemudian berkembang
menjadi ilmu hitung, ilmu aritmatika bisnis,dll.
3. Musika, ilmu musika merupakan ilmu pengetahuan tentang ukuran suatu
nada-nada serta pengukurannya dengan angka-angka atau pengukuran nada-
nada dalam musik ditentukan oleh perbandingan antara angka dan
bilangan.Hasilnya merupakan pengetahuan tentang nada-nada musik.
4. Astronomi, ilmu astronomi merupakan ilmu yang menetapkan benda-benda
di angkasa, posisi dan jumlah planet dan bidang tertentu, dan diantaranya
memungkinkan mempelajari semuanya dari gerakan benda langit yang
kelihatan terdapat di setiap ruang angkasa.
Immanuel Kant berpendapat bahwa tiga disiplin pengetahuan matematika
terdiri dari logika, aritmetika, dan geometri sebagai cabang ilmu matematika
yang saling bebas dan masing-masing bersifat sintetik. Kant menyatakan
bahwakebenaran geometri bersifat sintetik a priori dan bukannya analitik. Oleh
sebab itu kebenaran analitik bersifat a priori dan kebenaran sintetik memerlukan
kegiatan mensintesis atau mengkombinasikan dengan informasi yang lain untuk
mmperoleh pengetahuan yang baru. Sedangkan kebenaran logika dan kebenaran
yang diperoleh hanya melalui penyebutan definisi merupakan kebenaran analitik.
Kriteria tersebut harus bersifat logis, harus berdasarkan filsafat matematika,
pondasi matematika harus berdasar kepada filsafat bahasa yang merupakan
bagian epistemology matematika. Dalam penerapan doktrin Kent pada aljabar dan
geometri memiliki kesimpulan bahwa aljabar adalah ilmu tentang waktu dan
geometri adalah ilmu tentang ruang.Sehingga terbentuk bahwa pengetahuan
matematika harus dipelajari dalam ruang dan waktu.
10
yang dikenal dan diungkapkan. Pengetahuan tentang alam matafisika tentu tidak
sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Pengetahuan alam fisikpun
memiliki perbedaan ukuran kebenaran pada setiap jenis dan bidang
pengetahuannya. Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan
sesungguhnya jika dihubungkan dengan realitas, sifat kelurusan hati yang sesuai
dengan persetujuan atau perkenan jika dihubungkan dengan idealitas.
Telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa pada kesimpulan bahwa
terdapat tiga jenis kebenaran yaitu kebenaran epistimologi merupakan suatu
kebenaran yang dihasilkan dari penelitian (research) yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia, kemudian kebenaran ontologis yang merupakan kebenaran
sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau
diadakan, selanjutnya kebenaran samantic yang merupakan kebenaran yang
melekat pada tutur kata dan bahasa manusia (Haryono, 2015).
Pada epistomologi kebenaran terdapat tiga teori yang dapat menjelaskannya
yaitu sebagai berikut (Haryono, 2015) :
1. Teori Korespondensi (Correpondence Theory of Truth)
Pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Pengetahuan itu dikatakan benar apabila di dalamnya terdapat
kesesuaian antara subjek dan objek. Hal ini karena puncak dari proses kognitif
(kesadaran/pengetahuan) manusia terdapat di dalam budi atau pikiran manusia
(intelectus), maka pengetahuan adalah benar bila terdapat di dalam budi pikiran
subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek. Suatu pernyataan
benar apabila terdapat fakta yang sesuai menyatakan apa adanya. Kebenaran
adalah kesesuaian dengan fakta, selaras dengan realitas, serasi (correspondens)
dengan situasi aktual.
Contoh penerapan dari teori ini misalnya pada pernyataan “Ibu kota propinsi
Sumatera Barat adalah Padang” merupakan pernyataan yang benar sebab
pernyataan tersebut faktual yaitu Padang sebagai ibu kota propinsi Sumatera
Barat. Sekiranya pernyataan “Ibu kota propinsi Sumatera Barat adalah
Bukittinggi”, maka pernyataan tersebut tidak benar sebab tidak terdapat
11
kesesuaian dengan objek yang dituju.
Teori korespondensi ini merupakan teori kebenaran yang paling awal,
sehingga dapat digolongkan kepada teori kebenaran tradisional, karena
Aristoteles sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan kebenaran
pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Pengikut
realisme adalah penganut teori ini, di antara pelopornya adalah Plato,
Aristoteles, Moore, Russel, Ramsey, dan Tarski, kemudian dikembangkan
oleh Bertrand Russel (1872-1970).
Menurut teori korespondensi ada atau tidaknya suatu tidak mempunyai
hubungan langsung terhadap kebenaran oleh karena kebenaran tersebut
bergantung pada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari jika suatu
pertimbangan sesuai dengan fakta maka pertimbangan itu benar jika tidak
maka pertimbangan itu salah. Akan tetapi teori korespondensi ini bukan juga
termasuk teori yang sempurna tanpa kelemahan, karena dengan mensyaratkan
kebenaran harus sesuai dengan kenyataan, maka dibutuhkan penginderaan
yang akurat, bagaimana dengan penginderan yang kurang cermat atau bahkan
indra yang tidak normal lagi? Disamping itu juga bagaimana dengan objek
yang tidak dapat diindra atau non- empiris? Maka dengan teori korespondensi
objek non empiris tidak dapat dikaji kebenarannya. Walau bagaimanapun,
dapat disimpulkan bahwa korespondensi merupakan teori persesuain dengan
kenyataan atau fakta.
2. Teori Koherensi (Coherence Theory of Turth)
Merupakan teori yang apabila menyimpulkan suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat kehoren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran koherensi
berpandangan bahwa pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian
antara pernyataan yang satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam
suatu sistem pengetahaun yang dianggap benar. Sebab sesuatu adalah anggota
dari suatu sistem yang unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Jerome R.
Ravertz menambahkan, uji coba suatu ilmu adalah bahwa ia harus memberikan
pengaturan-pengaturan teoritis yang menjangkau luas, konsisten, dan koheren.
12
Matematika merupakan salah satu contoh pengetahuan yang sistem
penyusunan pembuktiannya didasarkan pada koherensi, pernyataan yang
dianggap benar berupa aksioma disusun secara teorema kemudian
dikembangkan melaui kaedah- kaedah matematika berupa sistem yang
konsisten. Menurut Louis O. Kattsoff, teori koherensi atau konsistensi ini
berkembang pada abad ke-19 di bawah pengaruh Hegel dan diikuti oleh
penganut idealisme, seperti filosof Britania F. M Bradley (1864-1924).
Dengan demikian, suatu pernyataan dianggap benar apabila tahan uji
(testable). Karl Kopper menegaskan, apabila pernyataan terdahulu
bertentangan dengan pernyataan yang datang kemudian, maka yang pertama
gugur atau batal (refutability).Sebaliknya jika cocok dengan pernyataan
terdahulu, maka teori itu semakin kuat (corroboration).
Sebagai sebuah teori tentu memiliki kelemahan, teori koherensi ini terjebak
dalam validitas, di mana teorinya dijaga agar selalu ada koherensi internal.
Suatu pernyataan dapat benar dalam dirinya sendiri, namun ada kemungkinan
salah jika dihubungkan dengan pernyataan lain di luar sistemnya. Hal ini dapat
mengarah kepada relativisme kebenaran. Namun demikian bersama teori
korespondensi, teori koherensi inilah yang dipergunakan dalam cara berfikir
ilmiah untuk mendapat kebenaran ilmiah. Penalaran teoritis yang berdasarkan
logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Oleh karena itu
ukuran kebenaran pada teori koherensi tersebut adalah konsistensi dan presisi
yang telah menjadi kesepakatan.
3. Teori Pragmatisme (Pragmatic of Truth)
Pada teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Elemennya adalah pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan
fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu khususnya dalam
realitas kehidupan, artinya suatu penyataan adalah benar, jika pernyataan itu
atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Menurut William James, ide yang benar ialah ide yang
dapat kita serasikan, kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita
13
periksa. Sebaliknya ide yang salah ialah ide yang tidak dapat diserasikan,
tidak dapat diumumkan, tidak dapat diperiksa dan tidak dapat dijadikan
penguatan.
Kriteria pragmatisme ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam
menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu. Secara historis
pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar, mungkin pada satu masa
atau waktu tidak demikian. Dalam menghadapi masalah seperti ini maka para
ilmuawan bersikap pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan memilki
kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar. Sekiranya pernyataan itu tidak
lagi bersifat demikian disebababkan perkembangan ilmu pengetahuan maka
pernyataan itu akan ditinggalkan.
Teori ini dikembangkan oleh Charles S. Pierce (1839-19140), kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang mayoritas berkebangsaan
Amerika, makanya teori ini juga sering dikaitkan dengan filsafat Amerika.
Ahli-ahli filsafat ini antara lain William James (1842-1910), John Dewey
(1859-1952), George Herberd Mead (1863-1931), dan C. I. Lewis. Namun
demikian, informasi lain menyebutkan bahwa teori ini juga tidak asing di
Eropa, Hans Vaihinger (1852- 1933) misalnya berpendapat bahwa mengetahui
itu memiliki arti praktis. Persesuain dengan objeknya tidak mungkin
dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir adalah gunanya untuk
mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Indikator atau ciri dari hasil yang memuaskan (satisfactory result) tersebut
antara lain yang dikemukakan oleh penganutnya pragmatism yaitu,
pertama sesuatu ini dikatakan benar jika memuaskan keinginan dan tujuan
manusia, kedua sesuatu itu dikatakan benar jika dapat diuji kebenarannya
melalui eksperimen, ketiga sesuatu itu dikatakan benar jika ia mendorong atau
membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Masalah yang akan timbul dari teori ini adalah penentuan sebatas mana
perbuatan itu dianggap keberhasilan dan eksistensi kebenaran yang dinyatakan
dihadapkan pada situasi dinamis dengan perubahannya. Selain itu,
pragmatisme juga tidak dapat mengantarkan kita pada hakikat kebenaran itu
14
sendiri karena cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh hasil
dari penerapannya yang pada akhirnya akan menimbulkan pertentangan
dengan norma-norma yang ada.
Berdasarkan dari ketiga teori kebenaran tersebut harus dipahami bahwa
kebenaran matematika merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary
truth). Paling tidak dua pandangan untuk memperoleh kebenaran matematika,
pertama kebenaran metematika diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua
kebenaran metematika diperoleh berdasarkan pengalaman.
Dari berbagai macam teori kebenaran itu yang dianggap sebagai kriteria atau
ukuran kebenaran ilmiah (ilmu pengetahuan), teori koherensi berdasarkan logika
deduktif atau silogisme yang menarik kesimpulan khusus dari hal yang umum
dengan akal sebagai sarana utamanya merupakan teori kebanaran ilmiah. Selain
itu teori korespondensi dengan logika induktif atau empiris yang menarik
kesimpulan umum dari hal yang khusus dengan panca indra dan pengalaman
sebagai sarana utamanya, juga merupakan satu dari teori yang benar tentang
kebenaran. Ini dua hal yang urgen ketika melihat keadaan atau menjawab
keraguan.
Kata abstraction menurut grey & Tall (2007), mempunyai dua arti, pertama
sebagai proses ‘melukiskan’ suatu situasi, dan kedua merupakan konsep sebagai
hasil dari sebuah proses. Abstraksi merupakan proses dasar dalam matematika.
Grey & Tall (2007) berpendapat bahwa abstraksi merupakan proses
penggambaran keadaan tertentu kedalam suatu konsep melalui sebuah konstruksi.
Menurut Soedjadi (2000), abstraksi terjadi bila dari beberapa objek kemudian di
“gugurkan” ciri atau sifat objek itu yang dianggap tidak penting, dan akhirnya
hanya diperhatikan atau diambil sifat penting yang dimiliki bersama. Herskowitz
dkk. (2001) mendefinisikan abstraksi merupakan suatu aktivitas reorganisasi
vertical konsep matematika yang telah dikonstruksi sebelumnya melalui sebuah
struktur matematika baru.
15
Konsep yang dapat dipikirkan tersebut kemudian dapat digunakan pada level
berpikir yang lebih rumit dan kompleks. Menurutnya, proses abstraksi dapat
terjadi dalam beberapa keadaan, tetapi terdapat tiga keadaan yang dapat
memunculkan proses abstraksi dalam proses belajar matematika. Keadaan yang
pertama dapat muncul ketika individu memfokuskan perhatiannya pada
karakteristik objek-objek yang dicermatinya, kemudian member nama melalui
suatu proses penglasifikasian berdasarkan kategori kedalam suatu kelompok.
Keadaan yang kedua, ketika memfokuskan perhatian pada tindakan-tindakan yang
diberlakukan pada objek-objek yang megarahkan kepada simbol-simbol kemudian
dimanipulasi. Keadaan yang ketiga, terjadi ketika memformulasikan sebuah
himpunan teoritis tentang konsep untuk mengonstruksi sebuah konsep yang dapat
dipikirkan melalui serangkaian bukti matematis.
16
membentuk aksi-aksi individual untuk membentuk pasangan dua, tiga, dan
seterusnya. Selanjutnya mengkoordinasi aksi untuk membentuk urutan secara
total. Abstraksi reflektif merupakan suatu konsep yang dikenalkan oleh Piaget
untuk menjelaskan konstruksi struktur logika matematika seseorang dalam
pengembangan kognitif pada saat mempelajari suatu konsep. Terdapat dua hasil
penelitian yang penting yang diperoleh Piaget, yaitu :Abstraksi reflektif tidak
memiliki waktu mulai yang mutlak tetapi terjadi pada saat usia awal dalam
koordinasi struktur sensorik-motorik. Abstraksi reflektif akan terus berlangsung
sampai mencapai konsep matematika yang lebih tinggi yang diperlukan oleh
seseorang untuk mengisi seluruh sejarah perkembangan matematika dari awal
sampai saat ini. Oleh karena itu, proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu
contoh dari suatu proses abstraksi reflektif.
17
dan (3) penetrasi kedalam suatu esensi dari objek justru akan memperkaya
realitas yang dipresentasikan dalam konsep tersebut, bukan sebaliknya
(Mitchelmore & White). Alur proses abstraksi empiris dan abstraksi teoritis
berbeda; pada abstraksi empiris, individu membentuk konsep baru berdasar
pada pengamatan dan pengalaman sedangkan pada abstraksi teoritis, konsep
baru dibentuk dengan melakukan pencocokan konsep, jadi dengan pengalaman-
pengalaman yang sudah terbentuk dan tersimpan lebih dahulu dalam
pemikiran individu. Teori Piaget tentang abstraksi reflektif yang berfokus
pada hubungan-hubungan antara tindakan dan teori model abstraksi RBC
(Recognizing, Building-With and Construction) yang dikemukakan oleh
Dreyfus dkk. Dapat dikategorikan sebagai bentuk abstraksi teoritis.
Abstraksi di dalam matematika adalah proses untuk memperoleh inti sari
suatu konsep matematika, menghilangkan ketergantungannya pada objek-objek
yang nyata yang pada mulanya saling terkait, dan memperumumnya sehingga
memiliki terapan-terapan yang sangat luas atau bersesuaian dengan penjelasan
abstrak lain untuk gejala yang setara. Menurut Ferrari (2003) bahwa abstraksi
sering kali merupakan langkah dasar dalam menciptakan konsep-konsep baru dan
sering muncul objek baru. Sebagai contoh, bilangan asli diabstraksikan suatu
proses menghitung atau proses matching, kemudian bilangan tersebut digunakan
sebagai objek untuk membangun bilangan bulat melalui abstraksi, sehingga
bilangan rasional, bilangan riel dan bilangan kompleks berturut-turut dibangun
melalui proses abstraksi. Ada 3 manfaat dari proses abstraksi dalam matematika
yaitu sebagai berikut (Haryono, 2015):
1. Memahami bahwa proses abstraksi merupakan proses yang ada dalam
pikiran manusia saja yang diimplementasikan dalam dunia kenyataan.
Maka, dengan proses abstraksi dapat menentukan kuantitas dari jumlah
yang sebelumnya belum diketahui oleh manusia berdasarkan kesepakatan
yang dibangun menghasilkan aksioma-aksioma yang telah ditetapkan nilai
kebenarannya.
2. Proses abstrak menjadi pemicu perkembangan matematika sehingga angka
dan bilangan merupakan bagian dasar dalam pengetahuan matematika,
18
tanpa pengetahuan tentang matematika manusia tidak bisa menggunakan
segala apa yang berada dalam jagat raya (universe) dengan cermat dan
bijaksana.
3. Abstraksi menjelaskan secara mendalam hubungan antara cabang-cabang
dan bagian-bagian dari matematika antara satu dengan yang lainnya.
Teknik, cara atau metode dari satu cabang dapat ditetapkan untuk
membuktikan hasilnya pada cabang yang lain.
19
di bawah pemerintahan Khalifah al- Ma'mun (813-833). Al-Khawarizmi terkenal
dengan teori Algoritmanya. Selain itu, ia juga menciptakan teori matematika lain.
Misalnya, aljabar, yang disebut aritmetika (ilmu hitung) oleh para ilmuwan
Barat.Pada masa itu, aljabar menggunakan angka-angka Arab. Aljabar diambil
dari kata depan judul buku yang dikarangnya, yaitu al-Jabr wa Al-Muqabilah.
Dalam buku ini, ia merumuskan dan menjelaskan secara detail tabel trigonometri.
Tak hanya itu, buku tersebut juga memperkenalkan sejumlah Teori Kalkulus
Dasar. Kehebatan Al- Khawarizmilainnya adalah ia tidak hanya mampu
mengenali suatu hal sebagai subyek, tapi juga mampu menyelesaikan masalah
yang ada dalam subyek tersebut. Atas kontribusinya itu, Al-Khawarizmi dianggap
sebagai tokoh paling penting dalam sejarah perkembangan ilmu Matematika,
terutama Aljabar. Beliau adalah ilmuwan muslim pertama yang terkenal di bidang
ini. Sebuah karangan Al- Khawarizmi yang dianggap penting dan telah disalin
dalam bahasa Latin adalah Trattari d'Arithmetica. Buku tersebut membahas
beberapa soal hitungan, asal-usul angka,dan sejarah angka-angka yang sekarang
ini kita gunakan. Trattari d'Arithmetica diterbitkan pada tahun 1857 di Roma.
Penemuan angka nol oleh Al-Khawarizmi sangat perpengaruh dengan
pengembangan teknologi informasi yang dikenal angka biner yaitu 0 dan 1, nol
diidentikkan dengan off dan satu diidentikkan dengan on. Beliau menemukan
aturan mengeluarkan 9, yang berbunyi sebagai berikut : “Jika suatu bilangan
dibagi 9, maka sisanya sama dengan sisa jumlah angka penyusunan bilangan
tersebut di bagi oleh Sembilan”. Adapun angka yang digunakan oleh orang arab
sendiri sekarang, dan yang didalam Al-Qur’an adalah angka India (Hindy
Number) bukan angka Arab (Islam). Angka Al-Khawarizmi dengan pemberian
nama hanya berdasarkan banyak sudut.
20
Sehingga, pada abad modern Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma dikenal
sebagai berikut (Haryanto, 2015):
2. Pola
21
Pola (patterns) merupakan suatu sistem mengenai hubungan-hubungan
mengalisis kejadian alam dan membuat suatu pola yang sama dengan aslinya.
Misalnya pola pada dalil pytagoras yaitu 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐2 yang berarti jumlah
kuadrat dua sisi sesuah segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya.
Sehingga O.G. Sutton (1962) mengatakan bahwa mathematics is study of
patterns of idea (studi matematika merupakan studi tentang pola-pola dan ide-
ide)
3. Bentuk
Bentuk dalam matematika adalah simbol-simbol tertentu yang digunakan
dalam analisis pembuktian-pembuktian yang terjadi dalam bagian-bagian
matematika. Sebagaimana yang dikatakan oleh Edna E. Kramer (1952) dalam
bukunya berjudul The Main Stream of Mathematics bahwa :
Mathematics as a science of form, which neet not be restricted to number,
space, quality, or measurement, but instead all-embracing, including logic the
pure science, as well as the applied science for which the pure science furnish
the form.
(matematika sebagai suatu ilmu tentang bentuk yang tidak perlu dibatasi pada
bilangan, ruang, besaran, atau pengukuran, melainkan sebaiknya bersifat
mencakup semua (menyeluruh), termasuk berkaitan dengan logika, ilmu-ilmu
murni maupun ilmu-ilmu terapan, yang didalam ilmu murni tersebut telah
menyediakan bentuknya).
Kuantitatif, pola, dan bentuk dalam matematika mempunyai keterkaitan
dan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Kuantitatif berkaitan dengan
besaran atau banyaknya bilangan-bilangan, kemudian pola adalah suatu sistem
tentang hubungan-hubungan yang menganalisis kejadian alamiah, sedangkan
bentuk analisisnya merupakan langkah-langkah pembuktian yang digunakan
untuk menyederhanakan penyelesaian tersebut dalam simbol-simbol yang telah
diidentifikasi.
22
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan
pengetahuan matematika. Cabang ini khusus menelaah segi-segi dasar pengetahuan
matematika, seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan kebenaran pengetahuan beserta
ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran, simbolik,
bentuk, dan pola. Karakteristik Epistemologi Matematika terdiri dari abstraksi,
besaran (kuantitas), simbolik, bentuk dan pola.
24
langkah-langkah pembuktian yang digunakan untuk menyederhanakan penyelesaian
tersebut dalam simbol-simbol yang telah diidentifikasi.
B. Saran
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi pembaca. Sebagai penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, di dalamnya
banyak kekurangan. Pada penulisan makalah ini belum disebutkan secara
menyeluruh tentang hakikat dan karakteristik epistemologi matematika, para
pembaca perlu menggali lebih dalam terkait hakikat dan karakteristik epistemologi
matematika yang semakin sehari semakin bertambah ragamnya seiring dengan
interaksi di dunia pendidikan.
25
2. Jelaskan pembagian ilmu matematika secara umum menurur khaldun !
Penjelasan : Khaldun metafisika ilmu matematika kedalam empat macam ilmu
pengetahuan secara garis besar yaitu ilmu geometri, ilmu aritmatika, ilmu musika dan
ilmu astronomi (Haryono, 2015)
a. Geometri atau ilmu ukur. Mempelajari ukuran-ukuran, bentuk secara umum,
namun ada yang terputus seperti berkaitan dengan bentuk geometris suatu
bidang dan ruang, ada yang satu dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan
seterusnya. Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari
hubungan di dalam ruang.
b. Aritmatika, kata aritmatika berasal dari istilah Yunani yaitu arithnos yang
berarti angka. Ilmu aritmatika merupakan bagian dari ilmu matematika yang
berkaitan dengan sifat-sifat esensial dan sifat assidential objek yang bersifat
kuantitas yaitu berkaitan dengan angka-angka, yang kemudian berkembang
menjadi ilmu hitung, ilmu aritmatika bisnis,dll.
c. Musika, ilmu musika merupakan ilmu pengetahuan tentang ukuran suatu
nada-nada serta pengukurannya dengan angka-angka atau pengukuran nada-
nada dalam musik ditentukan oleh perbandingan antara angka dan
bilangan.Hasilnya merupakan pengetahuan tentang nada-nada musik.
d. Astronomi, ilmu astronomi merupakan ilmu yang menetapkan benda-benda di
angkasa, posisi dan jumlah planet dan bidang tertentu, dan diantaranya
memungkinkan mempelajari semuanya dari gerakan benda langit yang
kelihatan terdapat di setiap ruang angkasa.
3. Baerdarkan teori kebenaran science, teori manakan yang lebih digunakan ?
Penjelasan : Teori kebenaran science ada tiga yaitu (Haryono, 2015) :
a. Teori Korespondensi (Correpondence Theory of Truth)
Pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Pengetahuan itu dikatakan benar apabila di dalamnya terdapat
kesesuaian antara subjek dan objek. Kebenaran adalah kesesuaian dengan
26
fakta, selaras dengan realitas, serasi (correspondens) dengan situasi aktual.
b. Teori Koherensi (Coherence Theory of Turth)
Merupakan teori yang apabila menyimpulkan suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat kehoren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran koherensi
berpandangan bahwa pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian
antara pernyataan yang satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam
suatu sistem pengetahaun yang dianggap benar.
c. Teori Pragmatisme (Pragmatic of Truth)
Pada teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Elemennya adalah pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan
fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu khususnya dalam
realitas kehidupan, artinya suatu penyataan adalah benar, jika pernyataan itu
atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia.
Berdasarkan dari ketiga teori diatas harus dipahami bahwa suatu kebenaran
merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary truth). Paling tidak dua
pandangan untuk memperoleh kebenaran dari science, pertama kebenaran science
diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua kebenaran science diperoleh
berdasarkan pengalaman.
4. Jelaskan manfaat dari proses abstraksi dalam matematika!
Penjelasan: Ada 3 manfaat dari proses abstraksi dalam matematika yaitu sebagai
berikut (Haryono, 2015):
1. Memahami bahwa proses abstraksi merupakan proses yang ada dalam pikiran
manusia saja yang diimplementasikan dalam dunia kenyataan. Maka, dengan
proses abstraksi dapat menentukan kuantitas dari jumlah yang sebelumnya
belum diketahui oleh manusia berdasarkan kesepakatan yang dibangun
menghasilkan aksioma-aksioma yang telah ditetapkan nilai kebenarannya.
27
2. Proses abstrak menjadi pemicu perkembangan matematika sehingga angka
dan bilangan merupakan bagian dasar dalam pengetahuan matematika, tanpa
pengetahuan tentang matematika manusia tidak bisa menggunakan segala apa
yang berada dalam jagat raya (universe) dengan cermat dan bijaksana.
3. Abstraksi menjelaskan secara mendalam hubungan antara cabang-cabang dan
bagian-bagian dari matematika antara satu dengan yang lainnya. Teknik, cara
atau metode dari satu cabang dapat ditetapkan untuk membuktikan hasilnya
pada cabang yang lain.
5. Bagaimana pengenalan Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma pada abad modern?
Penjelasan: pada abad modern Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma dikenal sebagai
berikut (Haryanto, 2015):
28
segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya. Sehingga O.G. Sutton (1962)
mengatakan bahwa mathematics is study of patterns of idea (studi matematika
merupakan studi tentang pola-pola dan ide-ide).
Bentuk dalam matematika adalah simbol-simbol tertentu yang digunakan dalam
analisis pembuktian-pembuktian yang terjadi dalam bagian-bagian matematika.
29
D. BERITA ACARA DISKUSI
Pada tanggal 9 September 2022 telah dilaksanakan presentasi dan diskusi
pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, dengan rincian:
Pemakalah : Atika Farhana
NIM : 2210246960
Judul Makalah : Hakikat dan Karakteristik Epistemologi Ilmu
Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd.
Hasil Diskusi :
1. Bagaimanakah filsafat matematika dipandang dari aspek epistemologi matematika?
(Desi Kurniawati, Kelompok 7)
Penjelasan : filsafat matematika merupakan pemikiran menyeluruh dan komplek
terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan landasan
dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan matematika disegala bidang
kehidupan (Hryono, 2015). Epistimologi matematika merupakan cabang filsafat yang
berkaitan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan matematika yang meliputi
matematika murni, matematika terapan dan berbagai cabang matematika lainnya
(Sadulloh, 2017). Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa filsafat
matematika dari pandangan epistimologi matematika yaitu membangun pertanyaan-
pertanyaan yang mengkaji tentang matematika itu sendiri untuk mengkajinya lebih
dalam lagi.
2. Teori manakah yang paling dominan digunakan dalam standar kebenaran
matematika ? (Evandari Kristianto Simarmata, Kelompok 3)
Penjelasan : Menurut Prabowo (2009) Kebenaran matematika merukan kebenaran
menurut definisi atau persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci. Jadi
validitas kebenaran matematika tidak pada sifat self evidentnya dan tidak pila pada
dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari konsep-konsep metematika. Dapat dihat
bahwa berdasarkan dari teori kebenaran tersebut (Teori kerospondensi, teori
koherensi, teori pragmatisme) harus dipahami bahwa kebenaran matematika
30
merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary truth). Paling tidak dua
pandangan untuk memperoleh kebenaran matematika, pertama kebenaran metematika
diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua kebenaran metematika diperoleh
berdasarkan pengalaman
Dari berbagai macam teori kebenaran itu yang dianggap sebagai kriteria atau
ukuran kebenaran ilmiah (ilmu pengetahuan), teori koherensi berdasarkan logika
deduktif atau silogisme yang menarik kesimpulan khusus dari hal yang umum dengan
akal sebagai sarana utamanya merupakan teori kebanaran ilmiah. Selain itu teori
korespondensi dengan logika induktif atau empiris yang menarik kesimpulan umum
dari hal yang khusus dengan panca indra dan pengalaman sebagai sarana utamanya,
juga merupakan satu dari teori yang benar tentang kebenaran. Ini dua hal yang urgen
ketika melihat keadaan atau menjawab keraguan (Haryono, 2015).
3. Jelaskan relasi antara epistemologi matematika dan epistemologi pendidikan
matematika, berikan contoh yang nyata ! ( Darsono Simbolon, Kelompok 9)
Penjelasan : Epistemologi matematika yaitu mempelajari keaslian atau validitas dari
metematika pemikiran reflektif terhadap berbagai segi pengetahuan matematika.
Dimana epistemologi matematika dapat berpengaruh terhadap pembelajaran
matematika. Epistemologi pendidikan matematika mepelajari tentang sifat-sifat
pendidikan matematika. Relasi dari keduanya yaitu saling mempelajari matematika
itu sendiri untuk mengembangkan pengetahuan matematika. Contohnya adalah :
seorang guru yang meberikan LKPD tentang lingkaran kepada siswanya, dimana
didalah LKPD tersebut membimbing siswa untu menentukan luas lingkaran dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa yang
sistematis tentang lingkaran tersebut.
31
Pada tanggal 9 September 2022 telah dilaksanakan presentasi dan diskusi
pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, dengan rincian:
Pemakalah : Rizatul Hasanah
NIM : 2210246962
Judul Makalah : Hakikat dan Karakteristik Epistemologi Ilmu
Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd.
Hasil Diskusi :
1. Bagaimana perbedaan secara spesifik antara abstraksi empiris dan abstraksi
teoritis ? (Masrianti Fadillah, kelompok 14)
32
2. Bagaimana cara membangun abstraksi dalam matematika dan apakah hubungan
antara abstraksi dengan keterampilan tingkat tinggi khususnya representasi?
(Annisa Sonia, Kelompok 13)
Penjelasan: Proses abstraksi merupakan proses yang fundamental dalam penanaman
konsep awal matematika. Proses ini menciptakan kemampuan abstraksi matematika
yaitu kemampuan menyelesaikan masalah matematika tanpa harus menghadirkan
objeknya secara nyata. Untuk menciptakan dan meningkatkan kemampuan abstraksi
peserta didik dibutuhkan kemampuan konkretisasi guru untuk menemukan
pendekatan yang sesuai untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif yang
akan membantu peserta didik meningkatkan kemampuan abstraksinya. Pendekatan
yang membelajarkan peserta didik, yaitu pendekatan yang menggunakan paradigma
belajar dengan melibatkan paham behavioristik dan konstruktivis.
Pada proses abstraksi pembelajaran matematika, peserta didik diarahkan untuk
menggunakan permasalahan konstektual misalnya gambar dua dimensi (tahapan
manipulatif) untuk mewakili konsep yang sama. Pada tahap abstrak, peserta didik
diajarkan bagaimana menerjemahkan gambar dua dimensi ke dalam notasi
matematika konvensional untuk memecahkan masalah (Miller & Kaffar, 2011).
33
yang dimana titik nol berada diantara pada bilagan negatif dan positif, dimana nol itu
merupakan titik netral jadi pengenalan nol dapat dilakukan pada proses penjumlahan
yang mana sebagai contoh 2+2=4, hal ini menjelaskan bahwa pada garis kartesius
pada titik awalya nol bergerak kekanan sebanyak 2 dan dikarenakan penjumlahan
maka bergerak kekanan sebanyak 2.
E. POWERPOINT
34
35
36
37
38
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Suyitno, Hardi. 2018. Pengantar Filsafat Matematika. Yogyakarta : Magnum
Pustaka Utama
The Liang Gie. 1985. Filsafat Matematika. Yogyakarta : SUPERSUK
Wiryanto, “Level – Level Abstraksi Dalam Pemecahan Masalah Matematika”, dalam Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro 3, no. 3 (2014): 569-578
41