Anda di halaman 1dari 44

Revisi

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


“Hakikat dan Karakteristik Epistemologi Matematika”

Oleh:
Kelompo8
Atika Farhana (2210246960)
Rizatul Hasanah (2210246962)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN


MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hakikat dan Karakteristik Epistimologi Matematika”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Nahor
Murani Hutapea, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 16 Oktober 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Epistimologi Matematika.......................4
B. Hakikat dan Karakteristik Epistimologi Matematika.........................................5
C. Matematika Bagian dari Science........................................................................7
D. Standar Kebenaran Science..............................................................................10
E. Absraksi dalam Matematika.............................................................................15
F. Angka Nol (0) dan Al-Khawarizmi..................................................................19
G. Kuantitas, Pola dan Bentuk dalam Matematika................................................21
BAB III PENUTUP.....................................................................................................23
A. Kesimpulan.......................................................................................................23
B. Saran.................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahan dan tindakan yang
sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, karena bagaimana pun, tujuan dipelajari
ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke dalam kehidupan yang
nyata. Tanpa pemahaman, ilmu tidak akan mungkin dapat dikuasai. Matematika dan
filsafat memiliki hubungan yang cukup erat dibandingkanilm ulainnya. Alasannya,
filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari
segala ilmu.Ada juga yang beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu
dari segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena
kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis. Hasil dari keduanya tidak
memerlukan bukti secara fisik.
Filsafat matematika merupakan hasil pemikiran filsuf yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri.Filsafat matematika merupakan pemikiran reflektif
(menyeluruh) dan kompleks terhadap persoalan-persoalan mengenai suatu hal yang
berkaitan dengan landasan dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan
matematika di segala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi, ontologi,
metodologi, maupun etis dan estetika pengetahuan matematika.
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja.Akan
tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan dilingkungan
sekitar mereka.Untuk memperoleh informasi manusia sering kali melakukan
komunikasi.Salah satu informasi yang diperoleh dari komunikasi adalah
pengetahuan.Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat
memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan.Dalam pencarian
pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari epistemologi.
Epistomologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme
berarti suatu pengetahuan dan logos berarti ilmu. Sehingga, epistomologi dapat

1
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan. Pengetahuan dan ilmu memiliki perbedaan,
pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan kepada apa
yang diketahui seseorang tentang sesuatu atau dengan kata lain pengetahuan hanya
sekedar untuk diketahui. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah proses pengkajian,
analisa dan penyimpulan yang dilakukan terhadap pengetahuan tersebut.
Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan
pengetahuan matematika. Cabang ini khusus menelaah segi-segi dasar pengetahuan
matematika seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan kebenaran pengetahuan beserta
ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran, simbolik, bentuk,
dan pola. Oleh karena itu, disini akan dibahas tentang abstraksi dalam matematika,
angka nol (0) dan Al-Khawarizmi, serta kuantitas, pola, dan bentuk dalam
matematika.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat penulis rangkum dari latar belakang
di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor pendorong timbulnya epistemologi matematika?
2. Apa Hakikat dan Karakteristik Filsafat matematika?
3. Apakah matematika bagian dari science?
4. Bagaimana standar kebenaran science?
5. Bagaimana abstraksi dalam matematika?
6. Bagaimana angka 0 (Nol) dan Al-Khawarizmi?
7. Bagaimana kuantitas, pola dan bentuk dalam matematika?

2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis rangkum dari rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor pendorong timbulnya
epistemologi matematika.
2. Untuk mengetahui apa hakikat dan karakteristik filsafat matematika.
3. Untuk mengetahui apakah matematika bagian dari science.
4. Untuk mengetahui bagaimana standar kebenaran sciense.
5. Untuk mengetahui abstraksi dalam matematika.
6. Untuk mengetahui angka 0 (Nol) dan Al-Khawarizmi.
7. Untuk mengetahui kuantitas, pola dan bentuk dalam matematika.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan
penulis ataupun pembaca mengenai hakikat dan karakteristik Epistimologi
Matematika. Selain itu penulisan makalah ini diharapkan dapat mendorong penulis
ataupun pembaca agar dapat memahami pentingnya Epistimologi Maetematika dalam
dunia pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Epistimologi Matematika


Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang yang mempelajari
tentang pengetahuan dalam pengetahuan matematika. Menurut Kent (1786)
epistemologi bagi matematika untuk menjamin bahwa matematika memang benar
dapat dipandang sebagai suatu ilmu. Dimana untuk memperoleh atau
memvaliditasinya melalui sensibilitas yang memungkinkan diperoleh dari
pengalaman indrawi. Dimana juga termasuk apakah dari akal pikiran, dari
pengalaman panca indera, dari ide-ide atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran
tentang validitas manusia, artinya sampai mana pengetahuan kita tentang
pengetahuan matematika.
Gallagher (1994) berpendapat bahwa usaha menyelidiki dan mengungkapkan
kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui.
Gallagher menjelaskan bahwa jika pengetahuan bermaksud untuk memahami
benda sebagaimana adanya, menjawab pertanyaan seputar bagaimana kita tahu
bahwa kita telah mencapainya sebagaimana adanya, bagaimana kita tahu bahwa
kita tidak seluruhnya terbatas pada kesan dan bahwa ada sesuatu yang sama sekali
mengatasi kesan, akan membutuhkan epistemologi. Kepastian yang sekarang
dicari oleh epistemologi dimungkinkan oleh suatu keraguan dan epistemologi
merupakan obatnya. Oleh karena itulah, epistemologi pada dasarnya bersifat
reflektif. Jika epistemologi berhasil mengusir keraguan tersebut, maka kita
mungkin mendapatkan kepastian reflektif yang lebih pantas dianggap
pengetahuan.
Gallagher (1994) juga menjelaskan bahwa epistemologi harus mulai dengan
pengakuan bahwa pengetahuan manusia ada, tetapi keberadaannya di bawah
syarat-syarat dari eksistensi manusia. Keprihatinan dari eksistensi manusia
terletak di dalam perjuangannya untuk melewati ketiadaan di dalam dirinya dan
untuk menegakkan dirinya di dalam keberadaan yang teguh. Sebagaimana
keberadaan manusia merupakan perkembangan yang terus-menerus, maka

4
pengetahuannya merupakan pencapaian terus-menerus.
Matematika tidak muncul secara tiba-tiba, matematika lahir karena sebab-
sebab yang melahirkanya seperti hal lainnya. Rentetan sejarah dari matematika
sangatlah panjang yang menghasilkan matematika pada saat ini, hal tersebut tidak
lepas dari rasa keingintahuan dimulai pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran, dari
pengalaman panca indera, dari ide-ide atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran
tentang validitas manusia, artinya sampai mana pengetahuan kita tentang
pengetahuan matematika. Matematika jika ditinjau dari segi epistemolgi,
matematika mengembangkan bahasa numerik yang mumungkin untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep kongkret, konstektual dan
terukur matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan
struktur mental dalam epistimologi matematika bergantung pengetahuan yang
dimiliki melalui proses asimilasi dan akomodasi. Hal inilah yang menjad faktor
pendorong timbulnya pemikiran para filsuf untuk merenungi objek-objek
matematika sebagai bagian dari kajian epistemologi pada filsafat matematika.

B. Hakikat dan Karakteristik Epistimologi Matematika


1. Hakikat Epistimologi Matematika
Epistimologi berasal dari dua kata, yaitu epistimologi dan matematika.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme berarti
suatu pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti ilmu (teori), pikiran atau kata
dan matematika berasal dari bahasa latin yaitu Mathematicha yang awalnya
mengambil istila Yunani Mathematike yang berarti hubungan pengetahuan.
Sehingga epistemologi diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Nasution &
Haris, 2019). Pengetahuan dan ilmu pengetahuan memiliki perbedaan,
pengetahuan merupakan suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa
yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu atau dengan kata lain pengetahuan
hanya sekedar untuk diketahui. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah proses
pengkajian, analisa dan penyimpulan yang dilakukan terhadap pengetahuan
tersebut.

5
Epistemologi disebut juga dengan teori tentang pengetahuan, merupakan
cabang filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan. Menurut Muzzayin Arifin
(Susanto, 2016), epistemologi merupakan pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh, apakah dari akal pikiran, dari
pengalaman panca indera, dari ide-ide atau dari Tuhan, termasuk juga pemikiran
tentang validitas manusia, artinya sampai mana pengetahuan kita.
Epistemologi adalah salah satu cabang pokok bahasannya dalam wilayah
filsafat yang memperbincang seluk beluk pengetahuan. Persoalan sentral
epistemologi adalah mengenai apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya. Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan
ciri-ciri umum dan hakikat dari pengetahuan manusia, bagaimana pengetahuan itu
diperoleh dan diuji kebenarannya. Singkatnya, epistemologi adalah pengetahuan
mengenai pengetahuan yang juga disebut dengan teori kebenaran.
Jika matamatika ditinjau dari aspek epistimologi, matematika mengembangkan
bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara
kuantitatif. Epistemologis matematika merupakan cabang filsafat yang
berhubungan dengan pengetahuan matematika (Sadulloh, 2017). Epistemologi
juga merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan matematika yang meliputi matematika murni, matematika terapan
dan berbagai cabang matematika lainnya. Cabang ini khusus menelaah segi-segi
dasar pengetahuan matematika, seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan
kebenaran pengetahuan (Haryono, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa epistimologi matematika merupakan suatu
pemikiran filsafat yang mengkaji pengetahuan matematika yang berkaitan dengan
hakikat dan lingkup matematika itu sendiri.

2. Karakteristik Epistimologi Matematika


Epistimologi matematika menalaah segi-segi pengetahuan matematika yang
mempunyai karakteristik atau ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi,
besaran, simbolik, bentuk dan pola (Haryono, 2015).
a. Abstraksi

6
Abstraksi dalam matematika adalah proses untuk memperoleh intisari
konsep matematika, menghilangkan kebergantungannya pada objek-objek
dunia nyata yang pada mulanya mungkin saling terkait, dan memperumumkan
sehingga ia memiliki terapan terapan yang luas atau bersesuaian dengan
penjelasan abstrak lain untuk gejala yang setara (Haryono, 2015). Contohnya
adalah geometri bermula dari perhitungan jarak dan luas di dunia nyata.
Aritmatika bermula dengan metode penyelesaian masalah-masalah aritmatika.
b. Besaran (Kuantitas)
Besaran dalam matematika adalah ukuran suatu objek matematika, suatu
sifat dengan mana objek itu dapat dibandingkan sebagai “lebih besar” atau
“lebih kecil” dengan objek sejenis yang lain (Haryono, 2015). Contohnya
besaran penataan (atau penempatan ranking) kelas objek pada kelompoknya.
c. Simbolik
Simbol adalah sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain (things that stand
for other things) sebagai penunjukkan pada benda tersebut. Simbol juga
merupakan suatu tanda yang digunakan untuk melambangkan bilangan dalam
matematika. Simbol dan bilangan memperoleh fungsi khususnya dari
kesepakatan bersama, misalkan beberapa jumlah benda, tanpa ada bilangan
maka kita tidak bisa mengetahui berapa buah benda tersebut (Haryono, 2015).
d. Bentuk
Bentuk adalah seluruh informasi geometris yangtidak akan berubah ketika
parameter, lokasi, skala dan rotasinya diubah. (David G Kendall, 1984).
Contoh nya adalah bentuk persamaan kuadrat, bentuk persamaan garis lurus
dan lain sebagainy.
e. Pola
Pola dalam matematika adalah suatu sistem mengenai hubungan-hubungan
menganalisis kejadian alam dan membuat suatu pola yang sama dengan
aslinya. Misalnya sebuah gunung yang berbentuk segitiga sebagai perwujudan
alamiah, maka dengan pola matematika fenomena perwujudan alamiah, maka
dengan pola matematika fenomena perwujudan gunung tersebut mengandung
keteraturan yang sama.

7
C. Matematika Bagian dari Science
Kemajuan ilmu pengetahuan selama dua abad terakhir mengalami
perkembangan yang pesat diberbagai bidang pengetahuan dibandingkan dengan
abad-abad sebelumnya dan banyak ilmuwan mengakui kebenaran dari kemajuan
tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan sebagian besar adalah hasil peradaban
barat pada periode modern sehingga ilmuwan barat pun mengakui bahwa mereka
telah berutang budi perkembangan islam pada masa kejayaannya atau dikenal
dengan abad the golden age.
Kata ilmu pengetahuan (science) berasal dari kata latin scire yang berarti
mengetahui. Science mencakup semua bidang ilmu pengetahuan baikilmu
pengetahuan murni (nature science) maupun ilmu pengetahuan terapan(applied
science).Perkemabangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari
keberhasilan terbesar dari akal dan pemikiran manusia, tanpa pengetahuan
tentang perkembangan science, pasti manusia akan sukar dan tidak mampu
memahami sejarah modern
Matematika sebagai bagian dari science yang merupakan sebuah pengetahuan
yang diperoleh dari proses belajar. Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa
matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan (science). J.B Coales
dalam bukunya yang berjudul Leaders of the modern thought (1950) menyatakan
bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan-hubungan
dari bilangan-bilangan dan ruangan. Samuel Smith dan kawan-kawan dalam
bukunya yang berjudul Best Method of Study (1955) menyatakan bahwa
matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menguraikan bilangan dan
proses ruang kenyataan dalam segi kuantitatifnya(Haryono, 2015).
Beberapa klasifikasi ilmu yang telah dikemukakan, namun klasifikasi yang
paling sederhana dan universal telah membagi ilmu itu ke dalam tiga pembagian
besar sebagai berikut (Haryono, 2015)
1. Matematika yang subjek pengetahuannya berkaitan dengan ukuran
kuantitas, jumlah, volume, isi, dan bilangan.
2. Kimia, Fisika, Biologi yang membahas karakteristik universal materi dan

8
sifat-sifat yang berhubungan dengan kehidupan.
3. Etika, yang subjek kajiannya adalah manusia. Tujuan dari ilmu ini adalah
menyingkap hakikat actual dan tujuan hakiki dari aktifitasnya yang
dilakukan manusia.
Kelebihan klasifikasi ini adalah tidak ada satupun dari pembagian tersebut
yang bertolak belakang dengan yang lainnya. Matematika merupakan suatu ilmu
yang lebih banyak mengkaji tentang kuantitas-kuantitas, bangunan-bangunan,
ruang dan perubahan. Atau dalam perspektif lain matematika adalah suatu ilmu
yang menggunakan argumentasi logis dengan bantuan kaidah-kaidah dan definisi-
definisi untuk mencapai suatu hasil yang teliti, cermat dan baru.
Amsal Bakhtiar (2008) mengatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya
dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja tidak lepas dari usaha para ilmuwan
dalam mengembangkannya, maka dalam hal ini matematika juga sebagai salah
satu sarana kegiatan ilmiah.Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik
diperlukan sarana berpikir.
Matematika juga mengembangkan bahasa numerik yang memungkikan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Menurut Ibnu Khaldun dalam
bukunya yang berjudul Muqaddimah menyatakan bahwa matematika merupakan
bagian dari keempat macam ilmu pengetahuan yang, dan terakhir ilmu
matematika. Beliau juga membagi dikemukakan oleh beliau, diantaranya ilmu
logika, ilmu alam yang objek kajiannya meliputi benda-benda yang dapat
diindera oleh manusia yang berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, barang
tambang beserta apa saja yang ada dalam alam ini, selanjutnya metafisika ilmu
matematika kedalam empat macam ilmu pengetahuan secara garis besar yaitu
ilmu geometri, ilmu aritmatika, ilmu musika dan ilmu astronomi (Haryono, 2015)
1. Geometri atau ilmu ukur. Mempelajari ukuran-ukuran, bentuk secara umum,
namun ada yang terputus seperti berkaitan dengan bentuk geometris suatu
bidang dan ruang, ada yang satu dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan
seterusnya. Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari
hubungan di dalam ruang.

9
2. Aritmatika, kata aritmatika berasal dari istilah Yunani yaitu arithnos yang
berarti angka. Ilmu aritmatika merupakan bagian dari ilmu matematika yang
berkaitan dengan sifat-sifat esensial dan sifat assidential objek yang bersifat
kuantitas yaitu berkaitan dengan angka-angka, yang kemudian berkembang
menjadi ilmu hitung, ilmu aritmatika bisnis,dll.
3. Musika, ilmu musika merupakan ilmu pengetahuan tentang ukuran suatu
nada-nada serta pengukurannya dengan angka-angka atau pengukuran nada-
nada dalam musik ditentukan oleh perbandingan antara angka dan
bilangan.Hasilnya merupakan pengetahuan tentang nada-nada musik.
4. Astronomi, ilmu astronomi merupakan ilmu yang menetapkan benda-benda
di angkasa, posisi dan jumlah planet dan bidang tertentu, dan diantaranya
memungkinkan mempelajari semuanya dari gerakan benda langit yang
kelihatan terdapat di setiap ruang angkasa.
Immanuel Kant berpendapat bahwa tiga disiplin pengetahuan matematika
terdiri dari logika, aritmetika, dan geometri sebagai cabang ilmu matematika
yang saling bebas dan masing-masing bersifat sintetik. Kant menyatakan
bahwakebenaran geometri bersifat sintetik a priori dan bukannya analitik. Oleh
sebab itu kebenaran analitik bersifat a priori dan kebenaran sintetik memerlukan
kegiatan mensintesis atau mengkombinasikan dengan informasi yang lain untuk
mmperoleh pengetahuan yang baru. Sedangkan kebenaran logika dan kebenaran
yang diperoleh hanya melalui penyebutan definisi merupakan kebenaran analitik.
Kriteria tersebut harus bersifat logis, harus berdasarkan filsafat matematika,
pondasi matematika harus berdasar kepada filsafat bahasa yang merupakan
bagian epistemology matematika. Dalam penerapan doktrin Kent pada aljabar dan
geometri memiliki kesimpulan bahwa aljabar adalah ilmu tentang waktu dan
geometri adalah ilmu tentang ruang.Sehingga terbentuk bahwa pengetahuan
matematika harus dipelajari dalam ruang dan waktu.

D. Standar Kebenaran Science


Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar,
misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan

10
yang dikenal dan diungkapkan. Pengetahuan tentang alam matafisika tentu tidak
sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Pengetahuan alam fisikpun
memiliki perbedaan ukuran kebenaran pada setiap jenis dan bidang
pengetahuannya. Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan
sesungguhnya jika dihubungkan dengan realitas, sifat kelurusan hati yang sesuai
dengan persetujuan atau perkenan jika dihubungkan dengan idealitas.
Telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa pada kesimpulan bahwa
terdapat tiga jenis kebenaran yaitu kebenaran epistimologi merupakan suatu
kebenaran yang dihasilkan dari penelitian (research) yang berhubungan dengan
pengetahuan manusia, kemudian kebenaran ontologis yang merupakan kebenaran
sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau
diadakan, selanjutnya kebenaran samantic yang merupakan kebenaran yang
melekat pada tutur kata dan bahasa manusia (Haryono, 2015).
Pada epistomologi kebenaran terdapat tiga teori yang dapat menjelaskannya
yaitu sebagai berikut (Haryono, 2015) :
1. Teori Korespondensi (Correpondence Theory of Truth)
Pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Pengetahuan itu dikatakan benar apabila di dalamnya terdapat
kesesuaian antara subjek dan objek. Hal ini karena puncak dari proses kognitif
(kesadaran/pengetahuan) manusia terdapat di dalam budi atau pikiran manusia
(intelectus), maka pengetahuan adalah benar bila terdapat di dalam budi pikiran
subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek. Suatu pernyataan
benar apabila terdapat fakta yang sesuai menyatakan apa adanya. Kebenaran
adalah kesesuaian dengan fakta, selaras dengan realitas, serasi (correspondens)
dengan situasi aktual.
Contoh penerapan dari teori ini misalnya pada pernyataan “Ibu kota propinsi
Sumatera Barat adalah Padang” merupakan pernyataan yang benar sebab
pernyataan tersebut faktual yaitu Padang sebagai ibu kota propinsi Sumatera
Barat. Sekiranya pernyataan “Ibu kota propinsi Sumatera Barat adalah
Bukittinggi”, maka pernyataan tersebut tidak benar sebab tidak terdapat

11
kesesuaian dengan objek yang dituju.
Teori korespondensi ini merupakan teori kebenaran yang paling awal,
sehingga dapat digolongkan kepada teori kebenaran tradisional, karena
Aristoteles sejak awal (sebelum abad modern) mensyaratkan kebenaran
pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Pengikut
realisme adalah penganut teori ini, di antara pelopornya adalah Plato,
Aristoteles, Moore, Russel, Ramsey, dan Tarski, kemudian dikembangkan
oleh Bertrand Russel (1872-1970).
Menurut teori korespondensi ada atau tidaknya suatu tidak mempunyai
hubungan langsung terhadap kebenaran oleh karena kebenaran tersebut
bergantung pada kondisi yang sudah ditetapkan atau diingkari jika suatu
pertimbangan sesuai dengan fakta maka pertimbangan itu benar jika tidak
maka pertimbangan itu salah. Akan tetapi teori korespondensi ini bukan juga
termasuk teori yang sempurna tanpa kelemahan, karena dengan mensyaratkan
kebenaran harus sesuai dengan kenyataan, maka dibutuhkan penginderaan
yang akurat, bagaimana dengan penginderan yang kurang cermat atau bahkan
indra yang tidak normal lagi? Disamping itu juga bagaimana dengan objek
yang tidak dapat diindra atau non- empiris? Maka dengan teori korespondensi
objek non empiris tidak dapat dikaji kebenarannya. Walau bagaimanapun,
dapat disimpulkan bahwa korespondensi merupakan teori persesuain dengan
kenyataan atau fakta.
2. Teori Koherensi (Coherence Theory of Turth)
Merupakan teori yang apabila menyimpulkan suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat kehoren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran koherensi
berpandangan bahwa pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian
antara pernyataan yang satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam
suatu sistem pengetahaun yang dianggap benar. Sebab sesuatu adalah anggota
dari suatu sistem yang unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Jerome R.
Ravertz menambahkan, uji coba suatu ilmu adalah bahwa ia harus memberikan
pengaturan-pengaturan teoritis yang menjangkau luas, konsisten, dan koheren.

12
Matematika merupakan salah satu contoh pengetahuan yang sistem
penyusunan pembuktiannya didasarkan pada koherensi, pernyataan yang
dianggap benar berupa aksioma disusun secara teorema kemudian
dikembangkan melaui kaedah- kaedah matematika berupa sistem yang
konsisten. Menurut Louis O. Kattsoff, teori koherensi atau konsistensi ini
berkembang pada abad ke-19 di bawah pengaruh Hegel dan diikuti oleh
penganut idealisme, seperti filosof Britania F. M Bradley (1864-1924).
Dengan demikian, suatu pernyataan dianggap benar apabila tahan uji
(testable). Karl Kopper menegaskan, apabila pernyataan terdahulu
bertentangan dengan pernyataan yang datang kemudian, maka yang pertama
gugur atau batal (refutability).Sebaliknya jika cocok dengan pernyataan
terdahulu, maka teori itu semakin kuat (corroboration).
Sebagai sebuah teori tentu memiliki kelemahan, teori koherensi ini terjebak
dalam validitas, di mana teorinya dijaga agar selalu ada koherensi internal.
Suatu pernyataan dapat benar dalam dirinya sendiri, namun ada kemungkinan
salah jika dihubungkan dengan pernyataan lain di luar sistemnya. Hal ini dapat
mengarah kepada relativisme kebenaran. Namun demikian bersama teori
korespondensi, teori koherensi inilah yang dipergunakan dalam cara berfikir
ilmiah untuk mendapat kebenaran ilmiah. Penalaran teoritis yang berdasarkan
logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Oleh karena itu
ukuran kebenaran pada teori koherensi tersebut adalah konsistensi dan presisi
yang telah menjadi kesepakatan.
3. Teori Pragmatisme (Pragmatic of Truth)
Pada teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Elemennya adalah pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan
fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu khususnya dalam
realitas kehidupan, artinya suatu penyataan adalah benar, jika pernyataan itu
atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Menurut William James, ide yang benar ialah ide yang
dapat kita serasikan, kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita

13
periksa. Sebaliknya ide yang salah ialah ide yang tidak dapat diserasikan,
tidak dapat diumumkan, tidak dapat diperiksa dan tidak dapat dijadikan
penguatan.
Kriteria pragmatisme ini juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam
menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu. Secara historis
pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar, mungkin pada satu masa
atau waktu tidak demikian. Dalam menghadapi masalah seperti ini maka para
ilmuawan bersikap pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan memilki
kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar. Sekiranya pernyataan itu tidak
lagi bersifat demikian disebababkan perkembangan ilmu pengetahuan maka
pernyataan itu akan ditinggalkan.
Teori ini dikembangkan oleh Charles S. Pierce (1839-19140), kemudian
dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang mayoritas berkebangsaan
Amerika, makanya teori ini juga sering dikaitkan dengan filsafat Amerika.
Ahli-ahli filsafat ini antara lain William James (1842-1910), John Dewey
(1859-1952), George Herberd Mead (1863-1931), dan C. I. Lewis. Namun
demikian, informasi lain menyebutkan bahwa teori ini juga tidak asing di
Eropa, Hans Vaihinger (1852- 1933) misalnya berpendapat bahwa mengetahui
itu memiliki arti praktis. Persesuain dengan objeknya tidak mungkin
dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir adalah gunanya untuk
mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
Indikator atau ciri dari hasil yang memuaskan (satisfactory result) tersebut
antara lain yang dikemukakan oleh penganutnya pragmatism yaitu,
pertama sesuatu ini dikatakan benar jika memuaskan keinginan dan tujuan
manusia, kedua sesuatu itu dikatakan benar jika dapat diuji kebenarannya
melalui eksperimen, ketiga sesuatu itu dikatakan benar jika ia mendorong atau
membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Masalah yang akan timbul dari teori ini adalah penentuan sebatas mana
perbuatan itu dianggap keberhasilan dan eksistensi kebenaran yang dinyatakan
dihadapkan pada situasi dinamis dengan perubahannya. Selain itu,
pragmatisme juga tidak dapat mengantarkan kita pada hakikat kebenaran itu

14
sendiri karena cenderung menghalalkan segala cara untuk memperoleh hasil
dari penerapannya yang pada akhirnya akan menimbulkan pertentangan
dengan norma-norma yang ada.
Berdasarkan dari ketiga teori kebenaran tersebut harus dipahami bahwa
kebenaran matematika merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary
truth). Paling tidak dua pandangan untuk memperoleh kebenaran matematika,
pertama kebenaran metematika diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua
kebenaran metematika diperoleh berdasarkan pengalaman.
Dari berbagai macam teori kebenaran itu yang dianggap sebagai kriteria atau
ukuran kebenaran ilmiah (ilmu pengetahuan), teori koherensi berdasarkan logika
deduktif atau silogisme yang menarik kesimpulan khusus dari hal yang umum
dengan akal sebagai sarana utamanya merupakan teori kebanaran ilmiah. Selain
itu teori korespondensi dengan logika induktif atau empiris yang menarik
kesimpulan umum dari hal yang khusus dengan panca indra dan pengalaman
sebagai sarana utamanya, juga merupakan satu dari teori yang benar tentang
kebenaran. Ini dua hal yang urgen ketika melihat keadaan atau menjawab
keraguan.

E. Absraksi dalam Matematika

Kata abstraction menurut grey & Tall (2007), mempunyai dua arti, pertama
sebagai proses ‘melukiskan’ suatu situasi, dan kedua merupakan konsep sebagai
hasil dari sebuah proses. Abstraksi merupakan proses dasar dalam matematika.
Grey & Tall (2007) berpendapat bahwa abstraksi merupakan proses
penggambaran keadaan tertentu kedalam suatu konsep melalui sebuah konstruksi.
Menurut Soedjadi (2000), abstraksi terjadi bila dari beberapa objek kemudian di
“gugurkan” ciri atau sifat objek itu yang dianggap tidak penting, dan akhirnya
hanya diperhatikan atau diambil sifat penting yang dimiliki bersama. Herskowitz
dkk. (2001) mendefinisikan abstraksi merupakan suatu aktivitas reorganisasi
vertical konsep matematika yang telah dikonstruksi sebelumnya melalui sebuah
struktur matematika baru.

15
Konsep yang dapat dipikirkan tersebut kemudian dapat digunakan pada level
berpikir yang lebih rumit dan kompleks. Menurutnya, proses abstraksi dapat
terjadi dalam beberapa keadaan, tetapi terdapat tiga keadaan yang dapat
memunculkan proses abstraksi dalam proses belajar matematika. Keadaan yang
pertama dapat muncul ketika individu memfokuskan perhatiannya pada
karakteristik objek-objek yang dicermatinya, kemudian member nama melalui
suatu proses penglasifikasian berdasarkan kategori kedalam suatu kelompok.
Keadaan yang kedua, ketika memfokuskan perhatian pada tindakan-tindakan yang
diberlakukan pada objek-objek yang megarahkan kepada simbol-simbol kemudian
dimanipulasi. Keadaan yang ketiga, terjadi ketika memformulasikan sebuah
himpunan teoritis tentang konsep untuk mengonstruksi sebuah konsep yang dapat
dipikirkan melalui serangkaian bukti matematis.

Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001), pengetahuan seseorang merupakan


abstraksi atas suatu objek atau hal. Piaget membedakan adanya tiga macam,
yaitu:
a) Abstraksi Empiris
Dalam abstraksi empiris, individu memperoleh pengetahuan dari sifat-sifat
obyek. Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalama- pengalaman yang muncul. Pengetahuan yang diperoleh pada sifat ini
bersifat internal dan hasil konstruksi dibangun secara internal oleh subyek.
Berdasarkan Piaget, abstraksi jenis ini menghasilkan penurunan sifat-sifat umum
suatu objek dan perluasan suatu generalisasi, berarti objek-objek itu dijelaskan
dari hal khusus ke yang umum.
b) Abstraksi empiris palsu
Abstraksi empiris palsu merupakan pertengahan antara Abstraksi Empirirs
dan Abstraksi Reflektif dan memisahkan kedua sifat ini sehingga aksi subjek
dikenalkan menjadi objek.
c) Abstraksi Reflektif
Abstraksi reflektif digambarkan oleh Piaget yang disebut koordinasi umum
(general coordination). Dari aksi demikian, sumbernya adalah subjek yang
dilengkapi dengan sifat internal lengkap. Sebagai contoh, anak-anak yang

16
membentuk aksi-aksi individual untuk membentuk pasangan dua, tiga, dan
seterusnya. Selanjutnya mengkoordinasi aksi untuk membentuk urutan secara
total. Abstraksi reflektif merupakan suatu konsep yang dikenalkan oleh Piaget
untuk menjelaskan konstruksi struktur logika matematika seseorang dalam
pengembangan kognitif pada saat mempelajari suatu konsep. Terdapat dua hasil
penelitian yang penting yang diperoleh Piaget, yaitu :Abstraksi reflektif tidak
memiliki waktu mulai yang mutlak tetapi terjadi pada saat usia awal dalam
koordinasi struktur sensorik-motorik. Abstraksi reflektif akan terus berlangsung
sampai mencapai konsep matematika yang lebih tinggi yang diperlukan oleh
seseorang untuk mengisi seluruh sejarah perkembangan matematika dari awal
sampai saat ini. Oleh karena itu, proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu
contoh dari suatu proses abstraksi reflektif.

Menurut Mitchelmore & White (2007), secara garis besar membedakan


abstraksi menjadi dua, yaitu abstraksi empiris dan abstraksi teoritis.
a) Abstraksi empiris
Abstraksi empiris yaitu proses pembentukan pengertian tentang suatu objek
yang abstrak berdasar pada pengalaman empiris. Salah satu contohnya adalah
konsep abstraksi yang disampaikan oleh Skemp dan konsep abstraksi empiris
yang disampaikan oleh Piaget. Kedua proses abstraksi tersebut didasarkan pada
pengalaman sosial dan fisik dari anak, sehingga dikenal sebagai abstraksi
empiris. Abstraksi impiris memiliki focus terhadap proses identifikasi tampilan-
tampilan penting umum, sehingga konsep yang dihasilkan dari proses abstraksi
empiris disebut juga sebagai konsep abstract-general (Mitchelmore & White).
b) Abstraksi teoritis
Abstraksi teoritis terdiri atas pembentukan konsep - konsep untuk
disesuaikan dengan beberapa teori. Vygotsky membedakan antara makna konsep
dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan makna konsep dalam konteks
bidang ilmiah. Menurut Vygotsky, konsep dalam konteks kehidupan sehari-hari
dibentuk melalui proses abstraksi empiris. Adapun pembentukan konsep- konsep
ilmiah terdiri atas tiga aspek, yaitu (1) penetapan sebuah system dari berbagai
relasi diantara konsep-konsep, (2) kesadaran dari aktivitas mental seseorang,

17
dan (3) penetrasi kedalam suatu esensi dari objek justru akan memperkaya
realitas yang dipresentasikan dalam konsep tersebut, bukan sebaliknya
(Mitchelmore & White). Alur proses abstraksi empiris dan abstraksi teoritis
berbeda; pada abstraksi empiris, individu membentuk konsep baru berdasar
pada pengamatan dan pengalaman sedangkan pada abstraksi teoritis, konsep
baru dibentuk dengan melakukan pencocokan konsep, jadi dengan pengalaman-
pengalaman yang sudah terbentuk dan tersimpan lebih dahulu dalam
pemikiran individu. Teori Piaget tentang abstraksi reflektif yang berfokus
pada hubungan-hubungan antara tindakan dan teori model abstraksi RBC
(Recognizing, Building-With and Construction) yang dikemukakan oleh
Dreyfus dkk. Dapat dikategorikan sebagai bentuk abstraksi teoritis.
Abstraksi di dalam matematika adalah proses untuk memperoleh inti sari
suatu konsep matematika, menghilangkan ketergantungannya pada objek-objek
yang nyata yang pada mulanya saling terkait, dan memperumumnya sehingga
memiliki terapan-terapan yang sangat luas atau bersesuaian dengan penjelasan
abstrak lain untuk gejala yang setara. Menurut Ferrari (2003) bahwa abstraksi
sering kali merupakan langkah dasar dalam menciptakan konsep-konsep baru dan
sering muncul objek baru. Sebagai contoh, bilangan asli diabstraksikan suatu
proses menghitung atau proses matching, kemudian bilangan tersebut digunakan
sebagai objek untuk membangun bilangan bulat melalui abstraksi, sehingga
bilangan rasional, bilangan riel dan bilangan kompleks berturut-turut dibangun
melalui proses abstraksi. Ada 3 manfaat dari proses abstraksi dalam matematika
yaitu sebagai berikut (Haryono, 2015):
1. Memahami bahwa proses abstraksi merupakan proses yang ada dalam
pikiran manusia saja yang diimplementasikan dalam dunia kenyataan.
Maka, dengan proses abstraksi dapat menentukan kuantitas dari jumlah
yang sebelumnya belum diketahui oleh manusia berdasarkan kesepakatan
yang dibangun menghasilkan aksioma-aksioma yang telah ditetapkan nilai
kebenarannya.
2. Proses abstrak menjadi pemicu perkembangan matematika sehingga angka
dan bilangan merupakan bagian dasar dalam pengetahuan matematika,

18
tanpa pengetahuan tentang matematika manusia tidak bisa menggunakan
segala apa yang berada dalam jagat raya (universe) dengan cermat dan
bijaksana.
3. Abstraksi menjelaskan secara mendalam hubungan antara cabang-cabang
dan bagian-bagian dari matematika antara satu dengan yang lainnya.
Teknik, cara atau metode dari satu cabang dapat ditetapkan untuk
membuktikan hasilnya pada cabang yang lain.

F. Angka Nol (0) dan Al-Khawarizmi


Angka nol yang disimbolkan dengan “0” merupakan salah satu penemuan
yang sangat berpengaruh dan terpenting pada perkembang ilmu matematika dunia
modern. Angka nol berkembang di Timur Tengah, tepatnya ditemukan oleh
seorang Muslim bernama Al-Khawarizmi. Angka nol sendiri dideskripsikan
secara jelas atas peranannya dalam sistem komputasi dan sistem penempatan
bilangan yang ditulis dalam buku Al-Khawarizmi, al-Jabr wa al-Muqabalah pada
tahun 773 M. Dalam buku itu disebutkan bahwa angka nol merupakan bagian dari
angka Arab yang didasari sistem bilangan di India. Kemudian Al-Khawarizmi
memberi tanda lingkaran kecil dalam melambangkan ketidakadaan sebuah
bilangan tersebut yang hingga kini disebut dengan nol.(Ahmad Fuad, 2015 dalam
M.Kharis, 2019)
Selanjutnya angka nol karya Al-Khawarizmi masuk ke Eropa saat Islam
masuk ke Andalusia.Itulah awal mula bangsa Eropa mengenal nol sebagaimana
yang digunakan saat ini.Semenjak itu pula, angka nol mulai digunakan oleh
matematikawan Barat bernama Leonardo Fibonacci.Ia menerjemahkan karya-
karya Muslim dalam bidang matematika (Majid, 2019)
Al Khawarizmi atau bernama lengkap Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi.
beliau lahir pada tahun 780 M di Khwarizmi dan meninggal sekitar tahun 850 M.
Ia dipanggil dengan sebutan Al- Khawarizmi untuk menunjukkan tempat
kelahirannya. Di Barat, terutama Eropa, ia dikenal dengan nama Algoarismi,
Algorism, atau Algoritma. Ketika Al- Khawarizmi masih kecil, kedua orang
tuanya pindah dari Uzbekistan menuju Baghdad, Irak. Pada masa itu, Irak berada

19
di bawah pemerintahan Khalifah al- Ma'mun (813-833). Al-Khawarizmi terkenal
dengan teori Algoritmanya. Selain itu, ia juga menciptakan teori matematika lain.
Misalnya, aljabar, yang disebut aritmetika (ilmu hitung) oleh para ilmuwan
Barat.Pada masa itu, aljabar menggunakan angka-angka Arab. Aljabar diambil
dari kata depan judul buku yang dikarangnya, yaitu al-Jabr wa Al-Muqabilah.
Dalam buku ini, ia merumuskan dan menjelaskan secara detail tabel trigonometri.
Tak hanya itu, buku tersebut juga memperkenalkan sejumlah Teori Kalkulus
Dasar. Kehebatan Al- Khawarizmilainnya adalah ia tidak hanya mampu
mengenali suatu hal sebagai subyek, tapi juga mampu menyelesaikan masalah
yang ada dalam subyek tersebut. Atas kontribusinya itu, Al-Khawarizmi dianggap
sebagai tokoh paling penting dalam sejarah perkembangan ilmu Matematika,
terutama Aljabar. Beliau adalah ilmuwan muslim pertama yang terkenal di bidang
ini. Sebuah karangan Al- Khawarizmi yang dianggap penting dan telah disalin
dalam bahasa Latin adalah Trattari d'Arithmetica. Buku tersebut membahas
beberapa soal hitungan, asal-usul angka,dan sejarah angka-angka yang sekarang
ini kita gunakan. Trattari d'Arithmetica diterbitkan pada tahun 1857 di Roma.
Penemuan angka nol oleh Al-Khawarizmi sangat perpengaruh dengan
pengembangan teknologi informasi yang dikenal angka biner yaitu 0 dan 1, nol
diidentikkan dengan off dan satu diidentikkan dengan on. Beliau menemukan
aturan mengeluarkan 9, yang berbunyi sebagai berikut : “Jika suatu bilangan
dibagi 9, maka sisanya sama dengan sisa jumlah angka penyusunan bilangan
tersebut di bagi oleh Sembilan”. Adapun angka yang digunakan oleh orang arab
sendiri sekarang, dan yang didalam Al-Qur’an adalah angka India (Hindy
Number) bukan angka Arab (Islam). Angka Al-Khawarizmi dengan pemberian
nama hanya berdasarkan banyak sudut.

20
Sehingga, pada abad modern Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma dikenal
sebagai berikut (Haryanto, 2015):

a. Aritmatika berkaitan dengan persamaan angka-angka yang sangat


sederhana, misalkan 2 + 3 = 5, 3 + 3 = 6, dan seterusnya.
b. Aljabar berhubungan dengan persamaan yang menggunakan notasi
simbol- simbol tertentu seperti 𝑥, 𝑦, 𝑧 , misalakan 2𝑥 + 2 = 6 yang
merupakan persamaan linear, termasuk juga yang menggunakan nilai-
nilai kuadrat seperti 𝑥2 + 3𝑥 + 2 = 10.
c. Algoritma yang di ambil dari nama beliau sendiri merupakan sebuah set
jalur atau prosedur sebagaimana dalam flow chart , yang harus diikuti
untuk dapat menilai keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah
tertentu. Sistem ini sebagaimana digunakan dalam pembuatan program
komputer.

G. Kuantitas, Pola dan Bentuk dalam Matematika

Perkembangan abstraksi bilangan dalam matematika cukup berpengaruh dan


berkaitan penemuan istilah kuantitas, pola dan bentuk dalam matematika.
1. Kuantitas
Kuantitas merupakan kata yang menunjukkan tentang besaran suatu benda
yang berkaitan dengan bilangan. Kuantitas berfungsi sebagai penunjukkan dari
banyaknya objek benda dengan menggunakan angka dalam suatu bilangan.

2. Pola

21
Pola (patterns) merupakan suatu sistem mengenai hubungan-hubungan
mengalisis kejadian alam dan membuat suatu pola yang sama dengan aslinya.
Misalnya pola pada dalil pytagoras yaitu 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐2 yang berarti jumlah
kuadrat dua sisi sesuah segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya.
Sehingga O.G. Sutton (1962) mengatakan bahwa mathematics is study of
patterns of idea (studi matematika merupakan studi tentang pola-pola dan ide-
ide)
3. Bentuk
Bentuk dalam matematika adalah simbol-simbol tertentu yang digunakan
dalam analisis pembuktian-pembuktian yang terjadi dalam bagian-bagian
matematika. Sebagaimana yang dikatakan oleh Edna E. Kramer (1952) dalam
bukunya berjudul The Main Stream of Mathematics bahwa :
Mathematics as a science of form, which neet not be restricted to number,
space, quality, or measurement, but instead all-embracing, including logic the
pure science, as well as the applied science for which the pure science furnish
the form.
(matematika sebagai suatu ilmu tentang bentuk yang tidak perlu dibatasi pada
bilangan, ruang, besaran, atau pengukuran, melainkan sebaiknya bersifat
mencakup semua (menyeluruh), termasuk berkaitan dengan logika, ilmu-ilmu
murni maupun ilmu-ilmu terapan, yang didalam ilmu murni tersebut telah
menyediakan bentuknya).
Kuantitatif, pola, dan bentuk dalam matematika mempunyai keterkaitan
dan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Kuantitatif berkaitan dengan
besaran atau banyaknya bilangan-bilangan, kemudian pola adalah suatu sistem
tentang hubungan-hubungan yang menganalisis kejadian alamiah, sedangkan
bentuk analisisnya merupakan langkah-langkah pembuktian yang digunakan
untuk menyederhanakan penyelesaian tersebut dalam simbol-simbol yang telah
diidentifikasi.

22
23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Epistemologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan
pengetahuan matematika. Cabang ini khusus menelaah segi-segi dasar pengetahuan
matematika, seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan kebenaran pengetahuan beserta
ciri-ciri matematika yang meliputi abstraksi, ruang, waktu, besaran, simbolik,
bentuk, dan pola. Karakteristik Epistemologi Matematika terdiri dari abstraksi,
besaran (kuantitas), simbolik, bentuk dan pola.

Matematika sebagai bagian dari science yang merupakan sebuah pengetahuan


yang diperoleh dari proses belajar. Klasifikasi ilmu terdiri dari 3 yaitu matematika,
kimia fisika biologi dan eika.Ilmu matematika juga terbagi kedalam 4 garis besar
yaitu ilmu geometri, aritmatika, musika dan astronomi.Standar kebenaran science
terdiri dari 3 teori yaitu teori korespondensi, koherensi, dan pragmatis.

Abstraksi di dalam matematika merupakan suatu proses untuk memperoleh


pokok dasar atau intisari konsep matematika, kemudian menghilangkan
kebergantungannya pada objek-objek suatu benda di dunia nyata. Pada hal yang pada
awalnya mungkin saling terkait, sehingga ia memiliki terapan-terapan yang lebih
luas atau bersesuaian dengan penjelasan abstrak lainnya untuk gejala-gejala yang
sama. Angka nol merupakan bagian dari angka Arab yang didasari sistem bilangan di
India. Kemudian al-Khawarizmi memberi tanda lingkaran kecil dalam
melambangkan ketidakadaan sebuah bilangan tersebut yang hingga kini disebut
dengan nol.

Kuantitatif, pola, dan bentuk dalam matematika mempunyai keterkaitan dan


hubungan antara satu dengan yang lainnya. Kuantitatif berkaitan dengan besaran atau
banyaknya bilangan-bilangan, pola adalah suatu sistem tentang hubungan- hubungan
yang menganalisis kejadian alamiah, sedangkan bentuk analisisnya merupakan

24
langkah-langkah pembuktian yang digunakan untuk menyederhanakan penyelesaian
tersebut dalam simbol-simbol yang telah diidentifikasi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi pembaca. Sebagai penulis
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, di dalamnya
banyak kekurangan. Pada penulisan makalah ini belum disebutkan secara
menyeluruh tentang hakikat dan karakteristik epistemologi matematika, para
pembaca perlu menggali lebih dalam terkait hakikat dan karakteristik epistemologi
matematika yang semakin sehari semakin bertambah ragamnya seiring dengan
interaksi di dunia pendidikan.

C. Pertanyaan dan Solusi


1. Jelaskan menurut pendapat para ahli tentang hakikat dari epistemologi
matematika !
Penjelasan : Epistimologi berasal dari dua kata, yaitu epistimologi dan matematika.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme berarti suatu
pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti ilmu (teori), pikiran atau kata dan
matematika berasal dari bahasa latin yaitu Mathematicha yang awalnya mengambil
istila Yunani Mathematike yang berarti hubungan pengetahuan.
Epistemologis matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan
pengetahuan matematika (Sadulloh, 2017). Epistemologi juga merupakan cabang
filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan matematika yang
meliputi matematika murni, matematika terapan dan berbagai cabang matematika
lainnya. Cabang ini khusus menelaah segi-segi dasar pengetahuan matematika,
seperti sumber, hakikat, batas-batas, dan kebenaran pengetahuan (Haryono, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa epistimologi matematika merupakan suatu pemikiran
filsafat yang mengkaji pengetahuan matematika yang berkaitan dengan hakikat dan
lingkup matematika itu sendiri.

25
2. Jelaskan pembagian ilmu matematika secara umum menurur khaldun !
Penjelasan : Khaldun metafisika ilmu matematika kedalam empat macam ilmu
pengetahuan secara garis besar yaitu ilmu geometri, ilmu aritmatika, ilmu musika dan
ilmu astronomi (Haryono, 2015)
a. Geometri atau ilmu ukur. Mempelajari ukuran-ukuran, bentuk secara umum,
namun ada yang terputus seperti berkaitan dengan bentuk geometris suatu
bidang dan ruang, ada yang satu dimensi, dua dimensi, tiga dimensi, dan
seterusnya. Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari
hubungan di dalam ruang.
b. Aritmatika, kata aritmatika berasal dari istilah Yunani yaitu arithnos yang
berarti angka. Ilmu aritmatika merupakan bagian dari ilmu matematika yang
berkaitan dengan sifat-sifat esensial dan sifat assidential objek yang bersifat
kuantitas yaitu berkaitan dengan angka-angka, yang kemudian berkembang
menjadi ilmu hitung, ilmu aritmatika bisnis,dll.
c. Musika, ilmu musika merupakan ilmu pengetahuan tentang ukuran suatu
nada-nada serta pengukurannya dengan angka-angka atau pengukuran nada-
nada dalam musik ditentukan oleh perbandingan antara angka dan
bilangan.Hasilnya merupakan pengetahuan tentang nada-nada musik.
d. Astronomi, ilmu astronomi merupakan ilmu yang menetapkan benda-benda di
angkasa, posisi dan jumlah planet dan bidang tertentu, dan diantaranya
memungkinkan mempelajari semuanya dari gerakan benda langit yang
kelihatan terdapat di setiap ruang angkasa.
3. Baerdarkan teori kebenaran science, teori manakan yang lebih digunakan ?
Penjelasan : Teori kebenaran science ada tiga yaitu (Haryono, 2015) :
a. Teori Korespondensi (Correpondence Theory of Truth)
Pernyataan dianggap benar jika materi yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Pengetahuan itu dikatakan benar apabila di dalamnya terdapat
kesesuaian antara subjek dan objek. Kebenaran adalah kesesuaian dengan

26
fakta, selaras dengan realitas, serasi (correspondens) dengan situasi aktual.
b. Teori Koherensi (Coherence Theory of Turth)
Merupakan teori yang apabila menyimpulkan suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan tersebut bersifat kehoren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori kebenaran koherensi
berpandangan bahwa pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian
antara pernyataan yang satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam
suatu sistem pengetahaun yang dianggap benar.
c. Teori Pragmatisme (Pragmatic of Truth)
Pada teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak.
Elemennya adalah pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan
fakta- fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu khususnya dalam
realitas kehidupan, artinya suatu penyataan adalah benar, jika pernyataan itu
atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia.
Berdasarkan dari ketiga teori diatas harus dipahami bahwa suatu kebenaran
merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary truth). Paling tidak dua
pandangan untuk memperoleh kebenaran dari science, pertama kebenaran science
diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua kebenaran science diperoleh
berdasarkan pengalaman.
4. Jelaskan manfaat dari proses abstraksi dalam matematika!
Penjelasan: Ada 3 manfaat dari proses abstraksi dalam matematika yaitu sebagai
berikut (Haryono, 2015):
1. Memahami bahwa proses abstraksi merupakan proses yang ada dalam pikiran
manusia saja yang diimplementasikan dalam dunia kenyataan. Maka, dengan
proses abstraksi dapat menentukan kuantitas dari jumlah yang sebelumnya
belum diketahui oleh manusia berdasarkan kesepakatan yang dibangun
menghasilkan aksioma-aksioma yang telah ditetapkan nilai kebenarannya.

27
2. Proses abstrak menjadi pemicu perkembangan matematika sehingga angka
dan bilangan merupakan bagian dasar dalam pengetahuan matematika, tanpa
pengetahuan tentang matematika manusia tidak bisa menggunakan segala apa
yang berada dalam jagat raya (universe) dengan cermat dan bijaksana.
3. Abstraksi menjelaskan secara mendalam hubungan antara cabang-cabang dan
bagian-bagian dari matematika antara satu dengan yang lainnya. Teknik, cara
atau metode dari satu cabang dapat ditetapkan untuk membuktikan hasilnya
pada cabang yang lain.
5. Bagaimana pengenalan Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma pada abad modern?
Penjelasan: pada abad modern Aritmatika, Aljabar, dan Algoritma dikenal sebagai
berikut (Haryanto, 2015):

d. Aritmatika berkaitan dengan persamaan angka-angka yang sangat sederhana,


misalkan 2 + 3 = 5, 3 + 3 = 6, dan seterusnya.
e. Aljabar berhubungan dengan persamaan yang menggunakan notasi simbol-
simbol tertentu seperti 𝑥, 𝑦, 𝑧 , misalakan 2𝑥 + 2 = 6 yang merupakan
persamaan linear, termasuk juga yang menggunakan nilai-nilai kuadrat
seperti 𝑥2 + 3𝑥 + 2 = 10.
f. Algoritma yang di ambil dari nama beliau sendiri merupakan sebuah set
jalur atau prosedur sebagaimana dalam flow chart , yang harus diikuti untuk
dapat menilai keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Sistem ini sebagaimana digunakan dalam pembuatan program komputer.
6. Jelaskan pengertian Kuantitas, Pola dan Bentuk!
Penjelasan: Kuantitas merupakan kata yang menunjukkan tentang besaran suatu
benda yang berkaitan dengan bilangan. Kuantitas berfungsi sebagai penunjukkan dari
banyaknya objek benda dengan menggunakan angka dalam suatu bilangan.
Pola (patterns) merupakan suatu sistem mengenai hubungan-hubungan mengalisis
kejadian alam dan membuat suatu pola yang sama dengan aslinya. Misalnya pola
pada dalil pytagoras yaitu 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐2 yang berarti jumlah kuadrat dua sisi sesuah

28
segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya. Sehingga O.G. Sutton (1962)
mengatakan bahwa mathematics is study of patterns of idea (studi matematika
merupakan studi tentang pola-pola dan ide-ide).
Bentuk dalam matematika adalah simbol-simbol tertentu yang digunakan dalam
analisis pembuktian-pembuktian yang terjadi dalam bagian-bagian matematika.

29
D. BERITA ACARA DISKUSI
Pada tanggal 9 September 2022 telah dilaksanakan presentasi dan diskusi
pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, dengan rincian:
Pemakalah : Atika Farhana
NIM : 2210246960
Judul Makalah : Hakikat dan Karakteristik Epistemologi Ilmu
Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd.
Hasil Diskusi :
1. Bagaimanakah filsafat matematika dipandang dari aspek epistemologi matematika?
(Desi Kurniawati, Kelompok 7)
Penjelasan : filsafat matematika merupakan pemikiran menyeluruh dan komplek
terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan landasan
dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan matematika disegala bidang
kehidupan (Hryono, 2015). Epistimologi matematika merupakan cabang filsafat yang
berkaitan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan matematika yang meliputi
matematika murni, matematika terapan dan berbagai cabang matematika lainnya
(Sadulloh, 2017). Berdasarkan dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa filsafat
matematika dari pandangan epistimologi matematika yaitu membangun pertanyaan-
pertanyaan yang mengkaji tentang matematika itu sendiri untuk mengkajinya lebih
dalam lagi.
2. Teori manakah yang paling dominan digunakan dalam standar kebenaran
matematika ? (Evandari Kristianto Simarmata, Kelompok 3)
Penjelasan : Menurut Prabowo (2009) Kebenaran matematika merukan kebenaran
menurut definisi atau persyaratan yang menentukan makna dari term-term kunci. Jadi
validitas kebenaran matematika tidak pada sifat self evidentnya dan tidak pila pada
dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari konsep-konsep metematika. Dapat dihat
bahwa berdasarkan dari teori kebenaran tersebut (Teori kerospondensi, teori
koherensi, teori pragmatisme) harus dipahami bahwa kebenaran matematika

30
merupakan kebenaran yang bersifat bersyarat (necessary truth). Paling tidak dua
pandangan untuk memperoleh kebenaran matematika, pertama kebenaran metematika
diperoleh murni menggunakan akal pikiran, kedua kebenaran metematika diperoleh
berdasarkan pengalaman
Dari berbagai macam teori kebenaran itu yang dianggap sebagai kriteria atau
ukuran kebenaran ilmiah (ilmu pengetahuan), teori koherensi berdasarkan logika
deduktif atau silogisme yang menarik kesimpulan khusus dari hal yang umum dengan
akal sebagai sarana utamanya merupakan teori kebanaran ilmiah. Selain itu teori
korespondensi dengan logika induktif atau empiris yang menarik kesimpulan umum
dari hal yang khusus dengan panca indra dan pengalaman sebagai sarana utamanya,
juga merupakan satu dari teori yang benar tentang kebenaran. Ini dua hal yang urgen
ketika melihat keadaan atau menjawab keraguan (Haryono, 2015).
3. Jelaskan relasi antara epistemologi matematika dan epistemologi pendidikan
matematika, berikan contoh yang nyata ! ( Darsono Simbolon, Kelompok 9)
Penjelasan : Epistemologi matematika yaitu mempelajari keaslian atau validitas dari
metematika pemikiran reflektif terhadap berbagai segi pengetahuan matematika.
Dimana epistemologi matematika dapat berpengaruh terhadap pembelajaran
matematika. Epistemologi pendidikan matematika mepelajari tentang sifat-sifat
pendidikan matematika. Relasi dari keduanya yaitu saling mempelajari matematika
itu sendiri untuk mengembangkan pengetahuan matematika. Contohnya adalah :
seorang guru yang meberikan LKPD tentang lingkaran kepada siswanya, dimana
didalah LKPD tersebut membimbing siswa untu menentukan luas lingkaran dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa yang
sistematis tentang lingkaran tersebut.

31
Pada tanggal 9 September 2022 telah dilaksanakan presentasi dan diskusi
pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, dengan rincian:
Pemakalah : Rizatul Hasanah
NIM : 2210246962
Judul Makalah : Hakikat dan Karakteristik Epistemologi Ilmu
Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd.
Hasil Diskusi :
1. Bagaimana perbedaan secara spesifik antara abstraksi empiris dan abstraksi
teoritis ? (Masrianti Fadillah, kelompok 14)

Penjelasan: - Abstraksi empiris yaitu proses pembentukan pengertian tentang suatu


objek yang abstrak berdasar pada pengalaman empiris. Salah satu contohnya adalah
konsep abstraksi yang disampaikan oleh Skemp dan konsep abstraksi empiris yang
disampaikan oleh Piaget. Kedua proses abstraksi tersebut didasarkan pada
pengalaman sosial dan fisik dari anak, sehingga dikenal sebagai abstraksi empiris.
Abstraksi impiris memiliki focus terhadap proses identifikasi tampilan-tampilan
penting umum, sehingga konsep yang dihasilkan dari proses abstraksi empiris
disebut juga sebagai konsep abstract-general (Mitchelmore & White).
- Abstraksi teoritis terdiri atas pembentukan konsep - konsep untuk disesuaikan
dengan beberapa teori. Vygotsky membedakan antara makna konsep dalam konteks
kehidupan sehari-hari dengan makna konsep dalam konteks bidang ilmiah. Menurut
Vygotsky, konsep dalam konteks kehidupan sehari-hari dibentuk melalui proses
abstraksi empiris. Adapun pembentukan konsep- konsep ilmiah terdiri atas tiga aspek,
yaitu (1) penetapan sebuah system dari berbagai relasi diantara konsep-konsep, (2)
kesadaran dari aktivitas mental seseorang, dan (3) penetrasi kedalam suatu esensi
dari objek justru akan memperkaya realitas yang dipresentasikan dalam konsep
tersebut, bukan sebaliknya (Mitchelmore & White).

32
2. Bagaimana cara membangun abstraksi dalam matematika dan apakah hubungan
antara abstraksi dengan keterampilan tingkat tinggi khususnya representasi?
(Annisa Sonia, Kelompok 13)
Penjelasan: Proses abstraksi merupakan proses yang fundamental dalam penanaman
konsep awal matematika. Proses ini menciptakan kemampuan abstraksi matematika
yaitu kemampuan menyelesaikan masalah matematika tanpa harus menghadirkan
objeknya secara nyata. Untuk menciptakan dan meningkatkan kemampuan abstraksi
peserta didik dibutuhkan kemampuan konkretisasi guru untuk menemukan
pendekatan yang sesuai untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif yang
akan membantu peserta didik meningkatkan kemampuan abstraksinya. Pendekatan
yang membelajarkan peserta didik, yaitu pendekatan yang menggunakan paradigma
belajar dengan melibatkan paham behavioristik dan konstruktivis.
Pada proses abstraksi pembelajaran matematika, peserta didik diarahkan untuk
menggunakan permasalahan konstektual misalnya gambar dua dimensi (tahapan
manipulatif) untuk mewakili konsep yang sama. Pada tahap abstrak, peserta didik
diajarkan bagaimana menerjemahkan gambar dua dimensi ke dalam notasi
matematika konvensional untuk memecahkan masalah (Miller & Kaffar, 2011).

3. Mengapa angka 0 begitu sangat penting dalam epistemologi matematika dan


bagaimana menjelaskan angka 0 dalam pembelajaran matematika? (Evandari
Kristianto Simarmata, Kelompok 3)
Penjelasan: Penemuan angka nol oleh Al-Khawarizmi sangat perpengaruh dengan
matematika karena menurut wikipedia nol (0) adalah suatu angka dan digit angka
yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol adalah angka netral,
Angka nol memainkan peranan penting dalam matematika sebagai identitas tambahan
bagi bilangam bulat, bilangan real dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol
digunakan sebagai tempat dalam sistem nilai tempat.
Cara menjelaskan angka nol dalam pembelajaran matematika bahwa angka
nol pada pembelajaran contohnya pada materi bilangan bulat terdapat garis kartesius

33
yang dimana titik nol berada diantara pada bilagan negatif dan positif, dimana nol itu
merupakan titik netral jadi pengenalan nol dapat dilakukan pada proses penjumlahan
yang mana sebagai contoh 2+2=4, hal ini menjelaskan bahwa pada garis kartesius
pada titik awalya nol bergerak kekanan sebanyak 2 dan dikarenakan penjumlahan
maka bergerak kekanan sebanyak 2.

E. POWERPOINT

34
35
36
37
38
39
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khawarizmi, Muhammad bin Musa. 2014. Algebra (Kitab al-Jabar wa al-


Muqabalah). Kuala Lumpur: InstitutTerjemah dan Buku Malaysia Berhad.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 03 Nomer 03 Tahun 2014, 569-
578.
Bakhtiar, Amsal. 2008. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Pers Haryono, Didi. 2014.
Filsafat Matematika. Bandung : Alfabeta
Gallagher, K.T. (1994). Epistemologi Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
Haryono, Didi. 2015. Filsafat Matematika. Bandung : Alfabeta
Nasution, Muhammad Syukri Albani, Haris Muhammad Rizki. 2019. Filsafat Ilmu.
Jakarta: Rajawali Pers
Kendall, D.G. (1984). "Shape Manifolds, Procrustean Metrics, and Complex
Projective Spaces".Bulletin of the London Mathematical Society
Krantz, Steven G. 2010. An Episodic History of Mathematics. Washington: The
Mathematical Association of America
Majid, M. K. 2019. Angka Nol sebagai Konstribusi Muslim terhadap Matematika
Modern.Kalimah: Jurnal studi agama-agama dan pemikiran islam17(1).
Michelmore,M. C., White, P. 2007. Abstraction in Mathematics Learning. Journal
for Research in Mathematics Education, Vol. 19, No. 2, 1-9
Rinjin, Ketut. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar.Bandung : CV
Kayumas.
Sadulloh, Uyoh. 2017. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sopamena, Patma. 2018. Teori Jalur Berpikir Berdasarkan Abstraksi Reflektif.
Ambon: LP2M IAIN Ambon
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta;
Kanisius
Susanto. (2016). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

40
Suyitno, Hardi. 2018. Pengantar Filsafat Matematika. Yogyakarta : Magnum
Pustaka Utama
The Liang Gie. 1985. Filsafat Matematika. Yogyakarta : SUPERSUK
Wiryanto, “Level – Level Abstraksi Dalam Pemecahan Masalah Matematika”, dalam Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro 3, no. 3 (2014): 569-578

41

Anda mungkin juga menyukai