Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat,nikmat, taufik, serta hidayahNya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang merupakan Tugas Kelompok mata kuliah
Filsafat Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam semester ini.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Ibu
Sri Sudaryati, M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat MIPA, dan rekan-rekan yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini walaupun tidak terlibat langsung.

Akhirnya tiada gading yang tak retak, tidak ada kesempurnaan tanpa adanya
perbaikan, untuk itu kepada rekan-rekan serta Ibu Sri dan juga semua pihak, kami
mengharapkan dan selalu menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan dunia pendidikan.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Page 1 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..........…..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….............3

1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………………………..........……..4

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...........………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Beberapa Konsep dalam Ilmu : Klasifikasi, Perbandingan, Kuantitatif,

dan Peluang......……………………………………………..............................................................…….5

2.1.1 Pengenalan Beberapa Konsep dalam Ilmu : Klasifikasi,

Perbandingan,Kuantitatif,danPeluang…………………………………………..5

2.1.2 Induksi dan Peluang Statistika …………………………………..................………7


2.1.3 Cara Berpikir Induktif Serta Karakteristiknya………………………........…..8

2.2 Pengukuran.............………………………………………………………….....……............................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran………………………………………………………………………….…….15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………................…………….18

Page 2 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bagi para pendidik atau guru mempelajari filsafat itu akan besar sekali
manfaatnya. Seorang guru dituntut memiliki wawasan yang luas mengenai profesinya.
Ia harus mengetahui hakekat pendidikan dan hakekat tujuan pendidikan. Dasar-dasar
pendidikan dan tehnik-tehnik penyampaian materi pelajaran sehingga mudah menjadi
milik anak. Berpikir secara filsafat bagi guru terasa sangat penting dalam menghadapi
kepesatan kemajuan ilmu dan teknologi. Selain itu ia akan selalu berpikir kreatif,
bersikap terbuka terhadap pembaharuan sehingga dia tidak ketinggalan jaman.

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan


(Kneller,1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi
pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau
oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana
pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan
tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa
berhubungan langsungdengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan.

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik


(guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar
mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan.

Pengetahuan alam adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan
beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para sciencetis mencari pola dan dimensi-
dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam,

Page 3 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya. Dalam pandangan formalis,
matematika dan pengetahuan alam adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan
struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain
tergambar dalam filsafat matematika dan ilmu pengetahuan. Para ilmuan merumuskan
konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa
aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.

Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupak cabang ilmu yang harus
dikuasai dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah
menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh penguasaan ilmu
Pengetahuan dan Teknologi tidak mungkin terjadi secara instant melainkan
memerlukan usaha yang konsisten dan terus menerus. Salah satu misi pembangunan
IPTEK 2025 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan kreatif dalam
suatu peradaban masyarakat yang berbasis pengetahuan.
Dalam pembelajaran ilmu IPTEK konsep-konsep dalam mempelajari suatu ilmu
yaitu klasifikasi, perbandingan, kuantitatif, dan peluang yang dapat membantu kita
dalam mengusai ilmu IPTEK. Dalam mempelajari ilmu kita akan dapat banyak manfaat
dari ilmu tersebut. Kegiatan dasar seorang ilmuan adalah melakukan pengukuran.
Tanpa pengukuran tak akan terjadi kemajuan dalam ilmu modern.. Oleh sebab itu
ilmuwan yang memiliki banyak ilmu pengetahuan melakukan penemuan suatu ilmu
dibdampingi dengan konsep-konsep dalam ilmu serta pengukurannya agar didapatkan
ilmu yang valid kebenarannya dan sistematis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari Beberapa Konsep dalam Ilmu : Klasifikasi, Perbandingan,
Kuantitatif, dan Peluang?
2. Apakah itu pengukuran?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu
pengetahuan. Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

Page 4 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa Konsep dalam Ilmu : Klasifikasi, Perbandingan,


Kuantitatif, dan Peluang

Pengenalan Konsep dalam Ilmu : Klasifikasi, Perbandingan, Kuantitatif,


dan Peluang
KONSEP ILMU seperti juga konsep dalam semua kehidupan kita
sehari hari dapat dibagi kedalam 3 golongan yakni, klasifikasi, perbandingan dan
kuantitatif. Konsep klasifikasi adalah suatu konsep yang meletakkan objek yang
sedang ditelaah dalam suatu kelas tertentu. Semua konsep taksonomi dalam
botani dan zoologi dengan bermacam-macam spesies, famili, genus dan
sebagainya merupakan konsep klasifikasi.

Konsep yang lebih efektif dalam memberikan informasi adalah konsep


perbandingan (komparatif). Konsep ini berperan sebagai perantara antara
konsep klasifikasi dan konsep kuantitatif. Seorang ilmuwan pernah berkata
“memang kami berharap untuk mampu menggunakan konsep kuantitatif, konsep
yang dapat diukur dalam sebuah skala, dalam bidang kami,namun sayang sekali
hal itu belum dapat dilaksanakan. Kami belum lagi mengembangkan teknik-
teknik pengukuran dan oleh sebab itu kami harus membatasi diri pada sesuatu
yang nonkuantitatif yakni bahasa kualitatif”. Ilmuwan itu mungkin benar,namun
dia membuat kesalahan dalam mengambil kesimpulan,bahwa karena dia harus
bercakap dalam norma kualitatif, maka dia hanya terbatas dalam konsep
klasifikasi.

Konsep seperti ini membawa banyak kegunaan, umpamanya, bahwa


terdapat 35 orang yang melamar pekerjaan yang membutuhkan kemampuan
tertentu dan perusahaan memanggil ahli psikologi. Ahli psikologi itu dapat
memutuskan kemampuan 35 orang itu pada bidangnya serta mampu membuat
klasifikasi kasar berdasarkan keterampilan, kemampuan dibidang matematika,
stabilitas emosional dan sebagainya . Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan
Page 5 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
konsep klasifikasi terutama pada bidang-bidang dimana metode keilmuan dan
metode kuantitatif belum berkembang. Bidang psikologi telah menggunakan
metode kuantitatif lebih sering, tapi ada juga bagian dari psikologi yang
memanfaatkan perbandingan. Bidang antropologi hampir tak mempunyai
konsep kuantitatif sama sekali dan lebih banyak memanfaatkan klasifikasi. Tapi
juga sering terjadi bahwa sebuah konsep perbandingan kemudian dijadikan
dasar untuk sebuah konsep kuantitatif. Contoh klasiknya adalah konsep tentang
“lebih panas” yang kemudian berkembang menjadi temperatur.

Tiap konsep kuantitatif mempunyai pasangan yang berhubungan dengan


konsep komparatif, dimana dalam perkembangan sebuah bidang keilmuan,
biasanya berfungsi sebagai langkah pertama terhadap kuantitatif. Contohnya :
konsep perbandingan tentang “kurang berat” dan “sama berat” akan membawa
kita kepada konsep tentang berat yang dapat diukur dan diekspesikan dengan
bilangan.selain itu, kita juga harus menandaskan bahwa perbedaan antara
kualitatif dan kuntitatif bukanlah perbedaan dalam hakekat, tapi dalam sistem
konsep kita- bahasa kita.kita punya bahasa fisika, bahasa antropologi, bahasa
teori gugus . Perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif adalah perbedaan dalam
bahasa. Bahasa kualitatif dibatasi oleh predikat sedangkan bahasa kuantitatif
mempergunakan simbol yang mempunyai arti tertentu.

Satu hal lain yang penting diiingat, adalah peranan konvensi (perjanjian),
yang mempunyai fungsi yang penting dalam pemakaian konsep kuantitatif.kita
tidak boleh melupakan peranan ini , tapi kita juga tidak boleh membesar-
besarkan segi konvensi tersebut. Kesalahan seperti ini dilakukan oleh bberapa
ahli filsafat diantaranya Hugo Dinger, dia mengatakan bahwa”semua konsep
bahkan hukum-hukum ilmu adalah sesuatu yang berdasarkan konvensi. Selain
itu ada juga Poincare yang disebut sebagai konvensionalis tapi bukan
konvensionalis yang radikal.

Induksi dan Peluang Statistika

Page 6 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
Dalam logika deduktif,ketika premis-premis yang ada benar ,metode
penarikan kesimpulannya benar maka kesimpulannya sudah pasti benar, tapi
berbeda halnya dengan logika induktif,ketika premis-premisnya tepat,
metodenya sudah benar tak ada jaminan kesimpulannya akan benar karena
logika induktif berpatokan pada peluang yang bisa benar atau salah.

sebuah hukum mengenai alam biasanya menyebutkan bahwa dalam keadaan


tertentu,tempat tertentu dan waktu tertentu pula ,jika hal yang satu benar maka
hal yang lainnya juga benar.contohnya:dalam ilmu fisiologi ketika pisau menusuk
jantung manusia maka manusia itu akan mati, itu adalah benar karena tak
pernah melihat pengecualian dalam hukum tersebut maka secara universal maka
itu dianggap benar.

Suatu hukum deterministik adalah hukum yang menyebutkan bahwa dengan


syarat-syarat tertentu maka suatu kejadian akan berlaku.hukum ini dapat
dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif.”sebatang logam apabila dipanaskan
maka panjangnya akan memuai “ itu adalah pernyataan kualitatif. “sebatang
logam jika dipanaskan akan memuai dengan pertambahan tertentu” itu adalah
pernyataan kuantitatif.

Hukum statistik adalah hukum yang hanya menyatakan distribusi


kemungkinan dari nilai suatu besaran dari kasus-kasus individual.dia hanya
memberikan harga rata-rata dari sebuah besaran dalam sebuah kelas yang
mempunyai anggota yang banyak.hukum statistika dianggap baik untuk alasan
yang baik untuk memudahkan dalam penggunaannya karena tidak ada
pengetahuan yang cukup untuk menguraikan suatu situasi secara
deterministik.contohnya:sensus penduduk yang menghabiskan banyak
usaha,waktu dan biaya dengan memanfaatkan hukum statistik maka perhitungan
akan lebih mudah dilakukan dengan cara mengambil sampel yang dianggap
mewakili populasi secara keseluruhan.

Cara Berpikir Induktif Serta Karakteristiknya

Page 7 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah
teruji kebenarannya ,yang dapat diuji baik dengan panca indera maupun alat-
alat yang membantu panca indera.pengujian mengharuskan kita untuk menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang sifatnya individual
.misalkan kita ingin mengetahui tinggi rata-rata anak usia 10 tahun di seluruh
indonesia ,maka kita cukup mengukur tinggi rata-ratanya saja.jadi dalam hal ini
kita menarik kesimpula dengan logika induktif.dalam hal ini kita tidak hanya
menggunaka logika induktif,tapi ada juga yang namanya logika deduktif.logika
deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penarikan kesimpulan
sedangkan logika induktif berpaling kepada statistika .penarikan kesimpulan
pada logika induktif berbeda dengan deduktif .dalam logika deduktif apabila
premis-premis benar,prosedur penarikkannya benar maka kesimpulannya
pasti benar,tapi beda halnya dengan logika induktifmeskipun premis-
premisnya benar,prosedurnya benar belum tentu kesimpulannya benar
(mempunyai peluang untuk benar).penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita pada suatu permasalahan mengenai banyaknya kasus-
kasus yang harus diamati sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat
umum.jika kita ingin mengamati tinggi rata-rata anak usia 10 tahun diseluruh
indonesia maka,apakah kita akan mengukur tinggi badan anak-anak tersebut
satu per satu walaupun keakuratan nya sangat tinggi?

Untungnya dalam masalah ini statistika memberikan kita jalan


keluar,dalam penyelesaiannya kita hanya perlu mengamati sebagian (sampel)
yang bisa dianggap mewakili seluruh populasi yang ada.selain itu statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik.semakin banyak sampel yang diambil maka keakuratannya pun semakin
tinggi dan sebaliknya.setiap permasalahan tentunya memiliki penyelesaian
dengan tingkat ketelitian yang berbeda-beda .misalkan tingkat ketelitian dalam
bidang kedokteran tentunya berbeda dengan tingkat ketelitian pengukuran
tinggi rata-rata anak usia 10 tahun tersebut .statistika juga memberikan
kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita
antara dua faktor atau lebih itu terjadi karena kebetulan atau memang terkait
pada suatu hubungan. misalkan pertambahan tinggi tanaman padi,berdasarkan
hipotesisnya padi yang dipupuk tentunya akan tumbuh lebih tinggi
Page 8 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
dibandingkan yang tidak,tapi kenyataannya bisa berbeda dengan hipotesis
tersebut karena adanya faktor-faktor lainnya atau memang kebetulan.jadi
dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita
dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang
bersifat kebetulan.

Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat dibedakan menjadi


statistika teoritis dan statistika terapan.statistika teoritis merupakan
pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistika ,yang dimulai dari teori
penarikan ,contohnya ,distribusi,penaksiran dan peluang.statistika terapan
adalah penggunaan statistika teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat
penerapannya.penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir
ilmiah secara sah dan untuk mempercepat perkembangan keilmuan dinegara
kita maka, berpikir induktif dengan statistika sebagai alat berpikir perlu
mendapat perhatian khusus.hal ini karena menurut mereka data dalam
statistika sering disulap atau kurang dapat dipercaya.berdasarkan masalah
tersebut maka,dalam hal ini agar perspektif tersebut dapat dihilangkan maka
statistika harus mendapatkan tempat yang sejajar dengan matematika agar
keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir
ilmiah dapat dilakukan dengan baik.

Singkatnya, statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk


memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di
semua bidang.

PENGUKURAN
Kita sering mendengar bahwa :

 Kegiatan dasar seorang ilmuan adalah melakukan pengukuran.


 Tanpa pengukuran tak akan terjadi kemajuan dalam ilmu modern

Yang di maksud dengan pengukuran adalah : penentuan besaran, kapasitas,


atau dimensi. Biasanya terhadap suatu standar Kali ini kita akan mempelajari

Page 9 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
pengukuran dari konsep yang sangat sederhana hingga ke dalam pengukuran
yang sesungguhnya , yaitu dari :

1. Klasifikasi
Klasifikasi adalah : metode untuk menyusun data secara sistematis dengan
aturan atau kaidah yang telah ditetapkan. Secara harfiah klasifikasi merupakan
pembagian sesuatu menurut kelas – kelas.

Klasifikasi dalam bab pengukuran ini, adalah agar klasifikasi mempunyai arti
maka beberapa syarat harus dipenuhi yang merupakan sifat dari klasifikasi itu
sendiri : yang pertama klasifikasi tersebut harus mampu untuk
mengkalsifikasikan tiap-tiap hari ke dalam salah satu dari kelas-kelas
tersebut.dan kedua harus dapat dipastikan bahwa tak ada satu hari pun yang
dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelas.

2. Penataan Sebagian (Partial Order)

Tugas utama ilmuwan adalah mencoba membandingkan berbagai obyek dari


golongan yang berbeda. Yang kemudian, pengertian ini lah pengertian implisit
dari partial order. Pada materi kali ini terdapat hubungan penataan sebagian
yaitu yang merupakan sifat dari partial order tersebut, dikatakan penataan
sebagian (partial order) jika terdapt hubungan yang bersifat A Simetri dan
Transitif.

 A Simetri

Secara garis besar, suatu hubungan yang mempertalikan dua kelas yang
berbeda yang di ekspresikan dalam suatu bentuk penjelasan menyatakan
bahwa a lebih dari b dalam suatu hal, atau a lebih disukai daripada b karena hal
tersebut. Maka dalam contoh ini b tidak boleh mempunyai hubungan yang
sama terhadap a. yang juga dalam hal ini di namakan a simetri (tidak simetri)

Contoh : Hari Rabu lebih panas dari pda hari Selasa (artinya , jika hari rabu
lebih panas dari hari selasa, maka hari Selasa tidak boleh lebih panas dari hari
Rabu)

 Transitif

Page 10 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
Transitif adalah membandingkan tiga obyek atau lebih. Contoh : jika hari
Rabu lebih panas daripada hari Selasa dan Hari Selasa lebih panas dari hari
Minggu, maka hari Rabu lebih panas daripada hari Minggu.

3. Penataan Sederhana (Simple Order)

Disebut penataan sederhana (Simple Order) adanya persyaratan baru yang


menetapkan bahwa dua golongan tak boleh berada dalam suatu tingkat yang
sama, maka penggolongan tersebut akan merupakan garis lurus tanpa cabang.
ciri – ciri penataan sederhana yaitu : A simetri, Transitif, dan dua golongan yang
berbeda yang mana pun dapat kita bandingkan satu sama lain. Kenyataan
dalam hal ini kita mempunyai banyak kemungkinan dalam mengubah penataan
sebagian ke dalam penataan sederhana yang juga merupakan kesukaran
tersendiri

4. Skala Bilangan (Numercial Scale)

Konsep pengukuran dalam pikiran kita mempunyai hubungan erat dengan


konsep bilangan. Skala bilangan merupakan bilangan nyata yang diterapkan
pada objek yang sedang di telaah. Yang akan kita pelajari disini pada skala
bilangan ada dua : Skala bilangan panjang dan Skala bilangan berat

Contoh skala bilangan panjang sebagai berikut : Dalam kasus temperatur


maka hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan kolom air raksa dalam
termometer. Disini seseorang akan melihat bahwa suhu yang bertambah tinggi
akan menyebabkan kolom air raksa naik, jadi dalam hal ini maka panjang
kolom air raksa merupakan suatu bilangan yang mana pertambahan panjang
dari kolom air raksa merupakan skala bilangan panjang.

Contoh skala bilangan berat sebagai berikut : Menimbang merupakan cara


untuk mengetahui berat benda, langkah pertama dalam proses menimbang
adalah mempergunakan neraca untuk memeriksa apakah dua objek
mempunyai berat yang sama. Katakanlah A merupakan benda yang terdapat di
sebelah kiri dan B sebelah kanan. Ketika melakukan penimbangan, jika sebelah
kiri tertarik ke bawah maka A adalah lebih berat, dan demikian juga

Page 11 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
sebaliknya.Dapat disimpulkan tujuan dari Skala Bilangan sama kegunaannya
dengan penataan sederhana.

Kesimpulan dari materi pengukuran di atas adalah kita melihat dewasa ini,
pengukuran merupakan peranan utama dalam ilmu, karena dengan
memberikan bilangan kepada berbagai objek kita dapat mendeskripsikan gejala
ini dalam hukum bilangan. Namun harus kita sadari bahwa titik berat yang di
tekankan pada pengukuran merupakan gejala sementara yang akan mengubah
sesuai dengan kemajuan matematika.

A. HASIL DISKUSI KELOMPOK KAMI

1. Bagaimana akibat dari penggunaan ilmu pengetahuan yang mengabaikan


moral?

Banyak hal negatif ketika pengembangan ilmu pengetahuan


mengabaikan moral yang berlaku di masyarakat, kita bisa ambil contoh :

Pada tingkat global, banyak negara-negara maju yang mengembangkan


senjata nuklir dengan alasan untuk mencegah perang, padahal nyatanya
penciptaan senjata nuklir bertujuan untuk menunjukkan bahwa negara
mereka adalah negara yang kuat serta untuk menundukkan negara-
negara yang lemah

Pada tingkat lokal, di Indonesia banyak kasus seperti tingginya tingkat


kriminalitas kerah putih (kejahatan yang dilakukan orang
berpendidikan). Hal ini menandakan bahwa telah diabaikannya
moralitas yang berlaku di masyarakat oleh pejabat-pejabat yang korupsi.
Ilmu yang mereka miliki dan jabatan yang diamanahkan rakyat bukan
ditujukan untuk kesejahteraan rakyat melainkan untuk kepentingan
pribadi yang akhirnya menyengsarakan rakyat

2. Hukum seperti apa yang dapat mewakili pandangan generalisasi secara


tidak sempurna? Syarat? Contoh!

Generalisasi Tidak Sempurna Adalah generalisasi berdasarkan


sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diselidiki.

Page 12 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
Syaratnya yaitu tidak melakukan penelitian terlebih dahulu pada
kasus/fenomena yang sedang diselidiki.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian mahasiswa UNJ bahwa mereka memiliki
antusias tinggi untuk membaca di UPT perpustakaan, kemudian kita
simpulkan bahwa mahasiswa UNJ adalah mahasiswa yang memiliki
antusias tinggi untuk membaca, maka penyimpulan ini adalah
generalisasi tidak sempurna.

3. Apakah setiap orang harus memiliki moral? Berikan alasannya!


Manusia harus memiliki moral karena moral merupakan sifat dasar
manusia yang menunjukkan perilaku baik. Jika manusia memiliki moral
maka ia dapat membina hubungan baik dengan orang lain dan saling
menghormati. Jika ia tidak memiliki moral maka ia akan dipandang buruk
oleh lingkubgan. Hal ini disebut amoral.

4. Perbedaan moral dengan etika?


Menurut Surajiyo, moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.

5. Contoh dari hubungan kausalita?

- Hubungan kausalita adalah hubungan sebab akibat seperti yang


terdapat dalam fisika yaitu hukum ke 3 newton yang menyatakan ada
aksi dan reaksi.
- Contohnya adalah pada kali rawabuaya di Jakarta banyak sampah
akibatnya Jakarta terendam banjir pada musim hujan sehingga kali
tersebut yang banyak terdapat sampahnya meluap ke rumah
penduduk dan menyebabkan Jakarta banjir pada saat musim hujan.

6. Mengapa statistika harus setara dengan matematika?


Agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang
merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapan dilakukan dengan baik.
Lagipula berpikir induktif sama berhubungan dengan statistika,dalam

Page 13 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
statistika kita mempelajari peluang. Jadi kita dapat mengambil keputusan
dengan melihat berbagai kemungkinan yang ada jika menggunakan pola
pikir induktif.

BAB III
PENUTUP

3.1          KESIMPULAN

Page 14 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
1. BEBERAPA KONSEP DALAM ILMU:
KLASIFIKASI, PERBANDINGAN, KUANTITATIF DAN PELUANG

 Konsep ilmu, seperti juga konsep dalam semua kehidupan kita sehari-hari, da
pat dibagi ke dalam tiga golongan, yakni klasifikasi, perbandingan dan kuantit
atif.
 Konsep klasifikasi adalah suatu konsep yang meletakkan obyek yang sedang
ditelaah dalam kelas tertentu. Konsep yang lebih efektif dalam memberikan in
formasi adalah konsep perbandingan (komparatif). Konsep ini berperan antar
akonsep klasifikasi dan kuantitatif.
 Logika induktif mengajari kita bagaimana caranya menghitung nilai peluang. 
Kebenaran suatu kesimpulan induksi tak pernah pasti. Karena pun jika premis
nya dianggap benar, dan kesimpulan yang ditarik adalah kesimpulan deduktif 
yang sah, masih juga terdapat kemungkinan bahwa mungkin kesimpulan itu 
salah.

2. PENGUKURAN

Oleh: John G. Kemeny

 Klasifikasi

Suatu bentuk klasifikasi haruslah mempunyai arti maka beberapa syarat haru
s dipenuhi. 

Pertama, klasifikasi tersebut harus mampu untuk mengklasifikasikan tiap-tiap 
hari ke dalam salah satu dari kelas kelas tersebut.

 Kedua, bahwa tak ada satu hari pun yang dapat dimasukkan ke lebih dari satu 
kelas. 

Page 15 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
Kedua persyaratan ini memungkinkan kita untuk saling mereduksikan obyek 
yang berjumlah banyak menjadi kelas-kelas yang jumlahnya relatif sedikit.

 Penataan Sebagian (Partial Order)

Suatu hubungan yang bersifat asimetri dan transitif dikenal sebagai penataan 
sebagian. Masalah penataan sebagian adalah penataan para anggota menurut 
kategori yang lebi dari satu.

 Penataan Sederhana (Simple Order)

Pengurutan penataan penataan sederhana. Ciricirinya adalah 1) asimetri, 2) tr
ansitif dan 3) dua golongan yang berbeda yang mana pun dapat kita bandingk
an satu sama lain. Kebanyakan penataan sebagian dapat dibentuk menjadi pen
ataan sederhana, karena terdapat kecenderungan tertentu dalam menentukan 
dasar penataan kelas.

 Skala Bilangan (Numerical Scale)

Skala bilangan merupakan bilangan nyata yang diterapkan pada obyek yang s
edang ditelaah.

Suatu teori adalah tak ada gunanya kecuali kalau kita bisa menjabarkan secara d
eduktif konsekuensinya. Deduksi ini pada dasarnya adalah proses matematis, di 
mana bentuk teori akan menentukan bentuk matematika yang dipakai. Pengukur
an merupakan peranan utama dalam ilmu, karena dengan memberikan bilangan 
kepada berbagai obyek atau gejala dalam alam, kita mampu mendeskripsikan gej
ala ini dalam hukum bilangan.

3.2        SARAN

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang


dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat pemahaman yang lebih

Page 16 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-
literatur yang telah dilampirkan pada daftar rujukan.

Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik yang


membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat memberikan
pengetahuan tentang hubugan dan manfaat filsafat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6
• Suriasumantri,jujun.S . 2003 . Ilmu Dalam Perspektif . Jakarta :Yayasan Obor
Indonesia.

• Suriasumantri,Jujun.S . 2003 . Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer . Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

• antotwin.blogspot.com/2011/.../makalah-filsafat-ilmu-bab-klasifikasi.htm...

• Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

• Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
•  http://ari_zulaicha-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-73180-Book
%20Review-Ilmu%20Dalam%20Perspektif.html#ixzz3sYUcn3dX

Page 18 of 18
MAKALAH FILSAFAT MIPA | PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A| kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai