Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“LOGIKA FILSAFAT”

Dosen Pengampu :
Drs. Belsasar Sihombing, M.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK 11
1. Ristika Ulyartha Silalahi (2001010093)
2. Betty Sinaga (2001010097)
3. Amanda Agustina Sinambela (2001010152)
4. Artha Paulina Napitu (2001010208)

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANG SIANTAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini telah selesai.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat. Penulis
menyadari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis masih terbatas untuk
menciptakan sebuah karya tanpa cela. Tentulah masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mohon segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak, agar menjadi bahan koreksi pada penulis, sehingga kelak penulis mampu
menghasilkan sebuah karya yang jauh lebih baik dan penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pematang Siantar,19 Juli 2023

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….......... 1
KATA PENGANTAR...………...……………………………………............. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3
I. PENDAHULUAN………………………………………………………….. 4
A. Latar Belakang……..………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah …….…………………………………………………… 5
C. Tujuan Pembahasan ……...……………………………………................... 5
II. PEMBAHASAN……………………………………………...................... 6
A. Pengertian Logika ........................................................................................ 6
B. Sejarah dan Perkembangan Logika .............................................................. 7
C. Objek Logika ................................................................................................ 8
D. Macam-macam Logika.................................................................................. 9
E. Logika Sebagai Cabang Filsafat………………………..………………….. 12
F. Manfaat Logika…………………………………………………………….. 12
III. KESIMPULAN……………………………………….………................. 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya
tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis
adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.Bahwa keseluruhan informasi
keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin
melepaskan kepentingannya terhadap logika. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari
metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul
dari penalaran yang salah.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran
dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat
berpikir benar.
Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara
menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan
menggunakan logika. Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan
bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang
menarik dan mengandung daya positif.
Alasan kita perlu mempelajari filsafat dan logika adalah filsfat ilmu mendorong
orang untuk mengembangkan cara berkemampuan berpikir tanpa mengandalkan
hafalan. Alasan yang kedua adalah memberikan pertobatan dimana menunjukan ke jalan
yang benar atau kembali ke nenek moyang kita.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami
dengan melakukan eksperimen – eksperimen, dan percobaan – percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses – proeses itu

4
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi filsafat, mutlak diperlukan
logika berpikir, dan logika bahasa.
Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang
jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang
konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. Secara umum
manfaat filsafat adalah filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tindak selalu
tampak seperti apa adanya filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan
dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan
mendasar dan filsafat membuat kita lebih kritis. Secara khusus manfaat filsafat ilmu
ialah sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada mempertahankan,
menunjang, dan melawan atau berdiri netral terhadap filsafat lainnya memberikan
pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup, dan pandangan dunia dan memberikan
ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Dengan kata lain,
disadari atau tidak, filsafat digunakan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Jika orang menyadarinya, lebih banyak lagi manfaat berpikir filosofis yang
dapat diperoleh. Dengan berpikir filosofis, orang dapat berpikir mendalam dan
mendasar. Orang juga dapat memperoleh kemampuan analisis, berpikir kritis dan logis
sehingga ia mampu juga berpikir secara luas dan menyeluruh. Berpikir filosofis juga
membuat orang dapat berpikir sistematis dalam mengumpulkan pengetahuan sebanyak
mungkin secara tertata. Berpikir filosofis juga membantu orang untuk menjajaki
kemungkinan baru sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa itu logika ?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan logika ?
3. Apa saja objek logika ?
4. Apa saja macam-macam logika?
5. Bagaimana hubungan logika dengan filsafat?
6. Apa saja manfaat logika?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian logika.

5
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan logika.
3. Mengetahui objek-objek logika.
4. Mengetahui macam macam logika.
5. Mengetahui hubungan antara logika dengan filsafat.
6. Mengetahui manfaat logika.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Logika
Logika merupakan salah satu cabang dari filsafat. Secara etimologis, logika
berasal dari kata Yunani yaitu ‘logos’ yang digunakan dalam beberapa arti seperti
ucapan, kata, pengertian, pikiran dan ilmu pengetahuan (Luce, 1958). Dari sejarah
filsafat kita mengenal Aristoteles sebagai filsuf yang pertama kali menjelaskan logika
secara komprehensif. Sebelumnya memang ada beberapa filsuf Yunani Kuno yang
sudah mengemukakan prinsip-prinsip berpikir dan pemerolehan pengetahuan, seperti
Parmenides, Zeno, dan Pythagoras. Akan tetapi, penjelasan khusus dan menyeluruh
tentang bagaimana pikiran manusia bekerja dan dapat memperoleh pengetahuan yang
benar ditulis secara sistematis oleh Aristoteles (Hadinata, Putri, & Takwin, 2015).
Sebagai ilmu, logika juga disebut dengan logika episteme (Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur, (Rapar, Jon Hendrik 1978). Ilmu disini mengacu pada
kecakapan rasional untuk mengetahui kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.
Aristoteles sendiri menggunakan istilah analitika untuk merujuk kepada
penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan
yang sudah dipastikan kebenarannya, serta dialektika untuk penyelidikan terhadap
argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang belum pasti
kebenarannya (Luce, 1958). Pengertian logika yang dikenal lebih mengacu kepada
Alexander Aphrodisias, sekitar permulaan abad ke-3 M. Dia menyebutnya sebagai
cabang filsafat yang mengkaji prinsip, aturan, dan metode berpikir yang benar.
Dalam konteks tersebut Penalaran merupakan aktivitas , logika adalah suatu
studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan
antara penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru.pikiran yang bertujuan
memperoleh pengetahuan. Aktivitas pikiran itu melibatkan proses penarikan kesimpulan
berdasarkan alasan-alasan yang relevan. Dalam logika dikaji bagaimana berlangsungnya
proses penarikan kesimpulan yang meliputi unsur-unsur, langkah-langkah, serta prinsip-
prinsip dari proses tersebut. Pada akhirnya, melalui logika kita dapat membedakan

7
antara penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru. Oleh karena itu, logika sebagai
suatu studi bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga keterampilan. Artinya, logika
memberikan seseorang pengetahuan dan keterampilan untuk menguji ketepatan dari
suatu penalaran secara kritis serta menghindari melakukan bentuk-bentuk penalaran
yang keliru.
B. Sejarah dan Perkembangan Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa
air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa dari segala sesuatu.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara
khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan
dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang
masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM – 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi
pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama
kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium (334 SM – 226 SM) pelopor Kaum Stoa.
Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus
(200 M) dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan
logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus
mengembangkan metoda Ars Magna, semacam al-jabar, dengan maksud membuktikan
kebenaran -kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metode induktif dalam

8
bukunya Novum Organum Scientiarum. W.Leibniz menyusun logika al-jabar untuk
menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan
Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar
Boolean), Bertrand Russel, dan G.Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa
dalam mengembangkan Logika Modern.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh
Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632- 1704)
dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 – 1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum. J.S. Mills (1806 – 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
C. Objek Logika
Segala sesuatu yang ada senantiasa memiliki materidan bentuk. Aristoteles
menyebut materiitu dengan kata hyle dan bentuk dengan kata eidos atau morphe.Materi
yang sama atau satu materi, dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda. Misalnya kayu
sebagai materi dapat dibuat menjadi bentuk patung, atau dapat dibuat menjadi bentuk
meja, kursi, tiang, pintu, dan sebagainya. Dapat pula bentuknya sama, tapi materinya
berbeda, misalnya tiga buah patung kuda serupa, yang satu materialnya dari kayu, yang
kedua materialnya dari tanah liat, sedangkan yang ketiga materialnya dari batu. Dengan
demikian, jelas bahwa materi harus senantiasa memiliki bentuk, dan tidak mungkin ada
bentuk tanpa materi.
Pikiran yang digunakan dalam penalaran danyang diungkapkan lewat bahasa
juga memiliki materi dan bentuk. Contohnya kalau kita mengatakan bundar, materialnya
ialah isi dan arti kata itu sendiri, sedangkan bentuknya adalah positif. Akan tetapi jika
kita mengatakan tidak bundar, bentuknya adalah negatif. Apabila kita mengatakan
semua bola adalah bundar, materinya adalah isi atau arti dari kalimat itu, sedangkan
bentuknya disebut universal afirmatif.
Bentuk dapat benar atau salah, demikian pula materi. Contohnya semua manusia adalah
pohon. Dari segi bentuk proposisi kalimat tersebut benar. Bentuknya disebut universal
afirmatif. Akan tetapi materinya tidak benar karena tidak seorang pun manusia adalah
pohon.

9
Untuk melihat suatu objek secara jelas, kita tidak hanya melihat isi (material)
objek melainkan juga bentuknya. Kita dapat melihat pohon karena materi pohon dalam
bentuk pohon. Setiap ilmu pengetahuan selalu memiliki objek formal (bentuk) dan
objek material. Begitu juga dengan logika, untuk memahami logika kita perlu juga
melihat objek material logika yakni kegiatan berpikir atau bernalar. Sementara objek
formalnya adalah ketepatan bernalar.
D. Macam-macam Logika
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam, ternyata didalamnya
terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Salah satunya adalah tentang logika, dan
logika sendiri dapat dibedakan menjadi kriteria tertentu, yaitu :
1) Dilihat dari segi kemampuan untuk berlogika
a. Logika kodratiah
Logika kodratiah adalah kemampuan berlogika yang sudah ada pada setiap
manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Tanpa belajar logika setiap orang
sudah memiliki kemampuan berlogika kodratiah.
b. Logika ilmiah
Logika ilmiah adalah kemampuan berlogika yang didapatkan dengan belajar
secara khusus. Contohnya seperti dengan membaca buku, maka mendapatkan
kemampuan logika ilmiah.
2) Dilihat dari sejarah dan penggunaan lambang atau simbol
a. Logika klasik / tradisional
Logika yang diperkenalkan oleh Aristoteles pada sekitar abad ke-5 sebelum
masehi; menggunakanlambang bahasa; disebut juga logika aristotelian atau logika
tradisional.
b. Logika modern
Logika yang dikembangkan di zaman modern oleh tokoh-tokoh seperti A. de
Morgan (1809-1871), George Boole (1815-1864), Bertrand Russel (1872-1970);
menggunakan lambang non bahasa. Logika ini menerapkan prinsip-prinsip
matematika pada logika modern; sering disebut juga logika matematika atau logika
simbolik.

10
3) Dilihat dari segi bentuk dan isi argumen
a. Logika formal (bentuk)
Logika formal adalah logika yang membahas kebenaransebuah argumen
dilihat dari segi bentuk. Kebenaran bentuk adalah kebenaran yang dimiliki sebuah
argumen. Di sini, logika formal berurusan dengan proses penalarannya terkait
bagaimana dari premis-premis ke kesimpulan dalam suatu argumentasi tepat atau
tidak tepat. Dalam konteks ini, apabila proses penalarannya tepat, maka kesimpulan
yang dihasilkan pastilah tepat pula. Bentuk argumentasi dengan proses penalaran
yang tepat itu dalam logika formal disebut sahih (valid). Dengan demikian, suatu
bentuk argumentasi dapat dikatakan sahih hanya jika proses penalaran tesebut tepat
jika kesimpulan yang dihasilkan merupakan implikasi logis dari premis-premisnya.
Sebaliknya, jika proses penalarannya tidak tepat, dapat dikatakan argumentasi
tersebut tidak sahih (invalid).
b. Logika material (isi)
Logika material adalah logika yang membahas kebenaran sebuah argumen
dilihat dari segi isinya Sebuah argumen dinyatakan benar dari segi isi jika
pernyataan yang terdapat dalam argumen sesuai dengan kenyataan. Logika material
lebih berfokus pada benar-tidaknya dari konten suatu argumentasi. Di sini, apa yang
dimaksud dengan benar-tidaknya proposisi-proposisi tersebut ditentukan dengan
kesesuaiannya (korespondensinya) dengan kenyataan. Oleh karena itu, suatu
argumentasi hanya dapat dikatakan benar (true), jika semua proposisinya benar,
dalam arti, semua proposisi tersebut bersesuaian dengan kenyataan. Jika salah satu
saja proposisi-proposisi yang membangun argumentasi itu salah, dalam pengertian
tidak bersesuai dengan kenyataan, argumentasi itu dinyatakan salah dari segi
kontennya.
4) Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan
Louis Kattsoff, seorang pengarang buku pengantar filsafat menulis bahwa logika
terbagi dalam dua cabang pokok, yaitu induktif dan deduktif.
a. Logika induktif
Logika induktif adalah bentuk penalaran yang berdasarkan kebenaran-
kebenaran tunggal yang ditarik menjadi satu kesimpulan umum, biasa dikenal
sebagai metode induktif. Logika induktif sangat bertumpu pada observasi empiris.

11
Oleh karena itu, pengetahuan yang dihasilkan merupakan generalisasi yang
didasarkan pada pengamatan atas kasus-kasus yang dinilai mempunyai persamaan.
Dengan begitu, logika induktif menghasilkan kesimpulan yang bentuk sintetis atau
penggabungan dari kasus-kasus yang digunakan sebagai titik tolak penalaran.
Selain itu, dikarenakan titik tolak penalarannya merupakan hasil pengamatan
indera, logika induktif bersifat a posteriori. Atas dasar itulah logika induktif
memiliki tiga ciri berikut:
1. Sintetis, di mana kesimpulan ditarik dengan jalan menggabungkan kasus-kasus
yang dinilai mempunyai persamaan;
2. General, di mana kesimpuylan yang dihasilkan selalu meliputi kasus yang lebih
banyak atau lebih umum sifatnya daripada jumlah kasus yang terhimpun sebagai
titik tolak penalaran;
3. a posteriori, di mana kesimplan didasarkan pada kasus-kasus yang teramati
secara pengalaman indera.
Atas dasar itu pula, logika induktif tidak memberikan suatu kepastian
mutlak, tetapi dinilai dengan probabilitas yang diberikan oleh premis-premis
kepada kesimpulannya.
b. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yaitu penalaran yang berdasarkan kebenaran
umum (atau yang sudah ada) ditarik satu kesimpulan untuk hal yang khusus
(kebenaran baru). Secara umum, logika deduktif terwujud dalam suatu bentuk logis
yang disebut silogisme. Silogisme merupakan suatu bentuk argumentasi yang terdiri
dari tiga proposisi. Dalam konteks ini, proposisi pertama dan kedua merupakan
landasan penalaran, sedang proposisi ketiga merupakan hasil dari penalaran
tersebut. Hubungan antarproposisi ini adalah hubungan yang tidak terpisahkan. Oleh
karena itu, dalam logika deduktif tepat atau tidak tepatnya hubungan tersebut.
Contoh: Semua manusia adalah makhluk berakal budi. Sokrates adalah manusia.
Dari kedua proposisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa “Sokrates adalah
makhluk berakal budi”. Kesimpulan itu dihasilkan hanya melalui analisis terhadap
dua proposisi tersebut tanpa bersandar pada observasi empiris terhadap Sokrates.
Oleh karena itu, dapat dikatakan pengetahuan yang dihasilkan dari logika deduktif

12
bersifat a priori. Selain itu, kita mengetahui bahwa kesimpulan “Sokrates adalah
makluk berakal budi” merupakan konsekuensi yang sudah langsung terkandung di
dalam dua proposisi di atas. Dengan demikian, logika deduktif memiliki tiga ciri,
yaitu
1. Analitis, di mana kesimpulan hanya ditarik dengan menganalisis proposisi-
proposisi yang sudah ada
2. Tautologis, di mana kesimpulan yang ditarik sesungguhnya secara implisit
sudah terkandung dari premis-premisnya
3. a priori, di mana kesimpulan ditarik tanpa bersandar pada observasi empiris atau
pengalaman indera.
E. Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /perenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik kenyataan atau
teori yang ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional. Logika adalah
sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika
mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional,
logika dipelajari sebagai cabang filsafat, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang
matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis
O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperolehkesimpulan dari
suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
F. Manfaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir
dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada
berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena

13
itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.

Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga
telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu.
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai
pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan
untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan
perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai
penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik,
yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai
berikut:
1. Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu
berpikir benar.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asasasassistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.

14
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Logika merupakan salah satu cabang dari filsafat. Secara etimologis, logika
berasal dari kata Yunani yaitu ‘logos’ yang digunakan dalam beberapa arti
seperti ucapan, kata, pengertian, pikiran dan ilmu pengetahuan (Luce, 1958).
Dalam konteks tersebut Penalaran merupakan aktivitas , logika adalah suatu
studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk
membedakan antara penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru.pikiran
yang bertujuan memperoleh pengetahuan. Aktivitas pikiran itu melibatkan
proses penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang relevan.
2. Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica,
yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika
Aristoteles adalah silogisme. Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul
Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun
logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal
sebagai logika modern. Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles
secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan karyanya
Leviatan dan John Locke (1632- 1704) dalam An Essay Concrning Human
Understanding.
3. Untuk melihat suatu objek secara jelas, kita tidak hanya melihat isi (material)
objek melainkan juga bentuknya. Kita dapat melihat pohon karena materi pohon
dalam bentuk pohon. Setiap ilmu pengetahuan selalu memiliki objek formal
(bentuk) dan objek material. Begitu juga dengan logika, untuk memahami logika

15
kita perlu juga melihat objek material logika yakni kegiatan berpikir atau
bernalar. Sementara objek formalnya adalah ketepatan bernalar.
4. Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam, ternyata didalamnya
terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Salah satunya adalah tentang
logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi kriteria tertentu, yaitu :
a. Dilihat dari segi kemampuan untuk berlogika
b. Dilihat dari sejarah dan penggunaan lambang atau simbol
c. Dilihat dari segi bentuk dan isi argumen
d. Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan
5. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut
dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-
aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil
keputusan.
6. Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu
berpikir benar, dan meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat,
dan objektif, serta menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan
berpikir secara tajam dan mandiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

I Gusti Bagus, R. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika, Badung: Universitas Dhayana Pura

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta: Tiara


Wacana, 1987).

Rapar, Hendrik, J. 1996. Pengantar Filsafat,Yogyakarta: Kanisius

Russell, Bertrand, History of Western Philosophy, London: George Allen & Unwin,
1974.
Takwin, Bagus, Finoza, Lamuddin, dan Mubarak Zakky. 2011. Filsafat, Logika, Etika,
dan Kekuatan dan Keutamaan Karakter. Jakarta: Penerbit FEUI.

Takwin, B., Hadinata, F., dan Putri, S. 2013. Kekuatan dan Keutamaan Karakter,
Filsafat, Logika, dan Etika. Depok : Universitas Indonesia

17

Anda mungkin juga menyukai