Anda di halaman 1dari 35

REVISI

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

“HAKEKAT DAN KARAKTERISTIK FILSAFAT MATEMATIKA”

DISUSUN OLEH:
DESI KURNIA WATI (2210246964)
Kelompok-7

DOSEN PENGAMPU:
Dr. NAHOR MURANI HUTAPEA, M.Pd.

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas filsafat pendidikan matematika yang berjudul “Hakekat dan
Karakteristik Filsafat Matematika”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika. Dalam makalah ini penulis menjabarkan tentang faktor-
faktor pendorong timbulnya filsafat matematika, hakekat dan karakteristik filsafat
matematika, relasi filsafat dan matematika, relasi matematika dan filsafat
matematika, alran dalam filsafat matematika dan filsafat formalisme dalam
matematika. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Nahor Murani
Hutapea, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 06 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika................3
B. Hakekat dan Karakteristik Filsafat Matematika.................................6
C. Relasi Filsafat dan Matematika...........................................................8
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika....................................10
E. Aliran dalam Filsafat Matematika....................................................11
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika...........................................16
BAB III PENUTUP............................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................19
B. Saran.................................................................................................20
C. Pertanyaan dan Solusi.......................................................................20
D. Berita Acara Diskusi (BAD).............................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya
ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya
masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi
tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban
substansial dan radikal atas masalah tersebut.
Ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini semakin dirasakan
manfaatnya oleh kemaslahatan umat manusia. Berbagai kemudahan telah
hadir ditengah-tengah masyarakat penghuni bumi yang kian menua ini.
Berbagai bidang ilmu baru mulai bermunculan dan kian bercabang. Namun
kehadiran ilmu pengetahuan dengan berbagai rupa tersebut harus dapat
disadari oleh kita semua para pengkaji ilmu bahwa sumber dari ilmu itu
sendiri yang bernama filsafat adalah muara dari berbagai ilmu yang ada.
Filsafat matematika merupakan salah satu ilmu yang merupakan dasar
dari berbagai bidang ilmu lainnya. Kehadiran filsafat matematika dapat
menjawab berbagai teka-teki yang sebelumnya menjadi misteri di jagad raya
ini. Filsafat matematika dengan ciri khasnya dapat menguak berbagai
keajaiban-keajaiban yang ada di semesta.
Filsafat dan matematika bukan berbicara tentang siapa yang dahulu dan
siapa yang kemudian, namun keduanya telah dibuktikan seperti dua orang
teman yang seiring sejalan, saling melengkapi dan membutuhkan satu
dengan yang lainnya, filsafat dan matematika ibarat saudari kembar yang
sama rupa. Menurut Korner (Ernest, 1991), filsafat matematika tidaklah
menambahkan sejumlah teorema dan teori matematika baru, sehingga
filsafat matematika bukanlah matematika. Filsafat matematika adalah
refleksi mengenai matematika, yang menimbulkan munculnya pertanyaan
dan jawaban tertentu.

1
2
3

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Apa saja faktor pendorong timbulnya filsafat matematika?
2. Bagaimana hakekat dan karakteristik matematika?
3. Bagaimana relasi filsafat dan matematika?
4. Bagaimana relasi matematika dan filsafat matematika?
5. Apa saja aliran dalam filsafat matematika ?
6. Apa saja filsafat formalisme dalam matematika ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui faktor pendorong timbulnya filsafat matematika.
2. Mengetahui hakekat dan karakteristik filsafat matematika.
3. Mengetahui relasi filsafat dan matematika.
4. Mengetahui relasi matematika dan filsafat matematika.
5. Mengetahui aliran dalam filsafat matematika.
6. Mengetahui filsafat formalisme dalam matematika.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini, bagi penulis ataupun pembaca adalah
menambah pengetahuan dan wawasan tentang hakekat dan karakteristik filsafat
matematika. Setelah mempelajari hakekat dan karakteristik filsafat matematika
hendaknya menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas. Selain itu
penulisan makalah ini diharapkan dapat mendorong penulis ataupun pembaca agar
dapat memahami pentingnya filsafat matematika dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika


Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu phillein dan shopia yang
artinya cinta dan kebijaksanaan. Berfilsafat akan membawa pada
hakekat pengetahuan atau dengan kata lain membawa pada pengetahuan
yang paling dalam. Keraguan, ketidakpuasan, hasrat, dan ketakjuban
merupakan empat hal yang mendorong orang dalam berfilsafat.
Menurut Korner dalam (Lily & Marchamah, 2020), pada filsafat
matematika tidak terdapat penambahan teorema atau teori baru
matematika, oleh karena itu filsafat matematika tidak dapat dikatakan
sebagai ilmu matematika. Filasafat matematika dapat dikatakan sebagai
refleksi terhadap ilmu matematika yang mengakibatkan hadirnya
pertanyaan dan jawaban tertentu.
Matematika tidak muncul secara tiba-tiba. Matematika lahir karena
ada sebab-sebab yang melahirkannya seperti halnya produk manusia
lainnya semisal lampu, sepeda, jenis musik dan lain-lain. Matematika
muncul pada kala dihadapinya masalah-masalah yang melibatkan
kuantitas, struktur, ruang atau perubahan. Mulanya masalah-masalah itu
dijumpai di dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan kemudian
astronomi. Sekarang, semua ilmu menganjurkan masalah-masalah yang
dikaji oleh para matematikawan, dan banyak masalah yang muncul di
dalam matematika itu sendiri. Misalnya, seorang fisikawan Richard
feynam menemukan rumus integral lintasan mekanika kuantum
menggunakan paduan nalar matematika dan wawan fisika, dan teori
dawai masa sekarang, teori ilmiah yang masih mengembang yang
berupanya mempersatukan empat gaya landasan alami.
Filsafat matematika sama seperti matematika yang tidak dapat
muncul tiba-tiba tetapi karena ada sebab-sebab tertentu. Beberapa faktor
yang mempengaruhi munculnya filsafat matematika adalah sebagai

4
berikut (Prabowo, 2009)
1. Kontradiksi
Pengetahuan matematika diturunkan dengan deduksi logis,
sehingga

5
6

matematika diklaim sebagai ilmu yang sempurna dan suci tak ternoda kesalahan.
Namun, sesaat setelah itu bermunculan kontradiksi dalam matematika,
sekumpulan obyek matematika yang aneh dan liar, antara lain: tidak mungkin
dapat selalu menyatakan panjang diagonal sebuah persegi panjang dalam bentuk
bilangan kuadrat, adanya bilangan irasional seperti √ 2, adanya bilangan transfinit
dan bilangan transendental (pi) yang misterius, dan bilangan imajiner (i=√−1).
Matematika hari ini banyak ditemukan sekawanan obyek-obyek
matematika yang aneh dan liar yang belum dapat dijinakkan meskipun
berbagai upaya domestifikasi telah dilakukan. Contoh terbaru adalah
penemuan bilangan Q oleh Paul Dirac dalam mekanika kuantum yang
melanggar aturan matematika a × b=b ×a . Kawanan tersebut adalah
sejenis kontradiksi dalam matematika, yang jika ditolak akan
menyebabkan matematika menjadi mandul. Penerimaan setengah hati
yang disertai dengan upaya domestifikasi terhadap sekawanan yang
aneh dan liar tersebut justru terbukti memberikan manfaat yang sangat
besar bagi matematika.
2. Paradok
Matematikawan adalah mahluk yang cerdik dan tidak bersedia menerima jika
(re)konstruksinya gagal. Memilih menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi
tersebut dengan sebuah penghalusan atau eufemisne, bahwa yang terjadi bukanlah
kontradiksi tetapi paradok, merupakan pilihan cerdas yang dapat dilakukan.
Semacam anomali. Dengan kecerdikan yang demikian matematika tetap berjaya,
terbebas dari segala kesalahan dan tentunya terbebas dari kontradiksi. Paradok
antara lain muncul dari dialog Socrates dengan Plato berikut ini (Sembiring,
2010). Socrates: ”Apa yang berikut ini akan dikatakan oleh Plato adalah salah.”
Plato mengatakan: ”Yang barusan dikatakan Socrates benar.” Contoh yang cukup
populer adalah paradok Zeno (±450 SM) yang menemukan adanya kesulitan
mengenai ide kuantitas kecil tak berhingga sebagai penyusun besaran kontinu.
Zeno mencoba membuktikan bahwa pergerakan ke arah kecil tak berhingga
adalah khayalan. Paradok Zeno mengenai ’Achiles si Gesit’ begitu terkenal dan
memukau ke arah penelusuran konsep ketakberhinggan. Kata Zeno, yang lebih
7

lambat tidak dapat disalip oleh yang lebih cepat, sehingga Achiles si Gesit tidak
akan mampu menyalip atau mendahului kuya. Paradok ini tidaklah menyatakan
bahwa dalam praktek lomba lari yang sebenarnya Achiles tidak dapat menyalip
kura-kura, tetapi memberi gambaran bagaimana terbatasnya pemikiran dalam
logika formal matematika.
Upaya menyelesaikan berbagai paradok menyebabkan terpecahnya
matematikawan ke dalam beberapa arus pikiran atau filsafat. Lahirlah faksi-faksi
dan aliran-aliran dalam filsafat matematika, yang saling berbeda dan saling tidak
mau menerima satu sama lain. Menyembunyikan kontradiksi dalam paradok
tidak selalu membuat pekerja matematika dapat tidur dengan nyenyak.
Matematikawan juga adalah mahluk yang tidak dapat menipu dirinya sendiri.
Kontradiksi tetaplah kontradiksi, bersifat mengurangi nilai keindahan matematika,
meskipun diperhalus terusmenerus.
Secara eksternal matematikawan menyatakan matematika bebas dari
kontradiksi, tetapi diam-diam mereka melanjutkan pekerjaan menyelesaikan
berbagai kontradiksi tersebut, dan memastikan bahwa penyelesaian yang
dilakukannya tidak akan menimbulkan kontradiksi baru, sehingga konsistensi
matematika tetap tegak berdiri, bendera matematika berkibar di tiang tertinggi
dengan lantang dan gagah berani menatap langit biru, tidak akan pernah berkibar
setengah tiang dan malu-malu. Para matematikawan mencoba menyelesaikan
masalah-masalah tersebut, membuang kontradiksi dan mengembangkan sistem
matematika baru yang kebal salah. Mereka membuat rekonstruksi baru atas
struktur logika matematika, dan mulai meninggalkan kepercayaan pada disain
alam semesta yang matematis. Meskipun merupakan suatu kebenaran bahwa
matematika telah tersedia di alam semesta dan orang tinggal menemukannya,
keyakinan tersebut harus ditinggalkan dan beralih pada matematika yang
merupakan hasil konstruksi pikiran bebas manusia yang kebenarannya tidak perlu
harus sesuai dengan apa yang terjadi di alam semesta, cukup kebenaran karena
kesepakatan. Tetapi, lagi-lagi muncul kontradiksi yang mencemari logika
matematika dalam rekonstruksi baru tersebut, misalnya paradok Russel dan
paradok Burali-Forti.
8

3. Krisis Matematika
Filsafat matematika muncul disebabkan oleh adanya kontradiksi, paradok dan
terjadinya krisis dalam matematika. Setidaknya, pernah tercatat tiga kali krisis
dalam metamatika: (1) Abad ke-5 SM, tidak semua besaran geometri yang sejenis,
tidak memiliki satuan ukuran yang sama. Krisis ini menyebabkan teori proporsi
Pythagoras harus dicoret dari matematika. Krisis yang disadari sangat terlambat,
lima abad kemudian baru dapat diatasi oleh Eudoxus dengan karyanya yang
membahas bilangan irasional, (2) Abad ke-17, Newton dan Leibniz menemukan
kalkulus yang didasarkan pada konsep infinitesimal, tetapi tidak dapat dijelaskan
dengan baik. Namun, hasil-hasil penerapan kalkulus justru digunakan untuk
menjelaskan konsep infinitesimal, suatu penjelasan yang tidak seharusnya
dilakukan. Baru awal abad ke-19, Cauchy memperbaiki konsep infinitesimal
sebagai landasan kalkulus dengan konsep limit. Weierstrass membuat konsep
limit menjadi lebih kokoh, (3) Georg Cantor menemukan teori himpunan yang
digunakan secara luas pada cabang-cabang matematika dan menjadi landasan
matematika. Namun demikian, penemuan ini juga menghasilkan paradok
misalnya paradok Burali-Forti dan paradok Russel.

B. Hakekat dan Karakteristik Filsafat Matematika


Berikut penjelasan mengenai hakekat dan karakteristik filsafat
matematika.
1. Hakekat Filsafat Matematika
Filsafat matematika terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan matematika. Kata
filsafat diambil dari akar kata ‘Philos’ yang berarti cinta dan ‘Sophia’ yang berarti
kebijaksanaan. Adapun kata istilah matematika berasal dari bahasa latin yaitu
‘Mathematicha’ yang awalnya mengambil istilah Yunani yaitu ‘Mathematike’
yang berarti berkaitan dengan hubungan pengetahuan.
Filsafat matematika merupakan pemikiran meyeluruh (komprehensif) dan
kompleks terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan
dengan landasan dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan
matematika di segala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi,
9

ontologi, metodologi, maupun aspek etis dan estetika pengetahuan matematika


(Haryono, 2015). Refleksi dari ilmu matematika dan berakibat munculnya
pertanyaan serta jawaban tertentu dapat dinyatakan sebagai filsafat matematika
(Parnabhakti & Ulfa, 2020). Filsafat matematika adalah ilmu yang mencari
kebenaran matematika dengan akal pikiran (Nugraheni, Rochmad, & Isnarto,
2019).
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-
anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari
filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi
matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan
manusia (Puspaningtyas, 2019). Filsafat matematika adalah hasil pemikiran
filsafat yang sasarannya ialah matematika itu sendiri. Filsafat dan matematika
sudah tidak diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang
pengetahuan ini sangat erat hubungannya. Filsafat matematika pada dasarnya
adalah pemikiran reflektif terhadap matematika.
Filsafat matematika secara langsung memberikan perhatian pada apa yang
merupakan kegiatan filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun dalam
orientasi. Filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki hakekat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan matematika adalah alat untuk
memahami filsafat. Prinsip pertama dan utama dalam matematika saat ini adalah
abstraksi, karena bagi para filsuf Yunani yang mengembangkan matematika,
kebenaran pada hakekatnya hanya bersangkut paut dengan suatu entitas permanen
serta suatu keterhubungan dan pertalian yang tidak berubah-ubah. Dengan
demikian, jelas sejak semula matematika bukan hanya merupakan alat bagi
pemahaman filsafat, tetapi juga merupakan bagian dari pemikiran filsafat itu
sendiri. Peran filsafat matematika adalah untuk menunjukkan dasar yang
sistematis dan benar-benar aman untuk pengetahuan matematika, diperuntukkan
untuk kebenaran matematika.
Jadi, filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri yang bertujuan untuk menunjukkan dasar yang sistematis
dan kebenaran pada matematika.
10

2. Karakteristik Filsafat Matematika


Filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri. Filsafat matematika pada dasarnya adalah pemikiran
reflektif terhadap matematika. Menurut Soedjadi, karakteristik matematika
(Susanah, et al., 2014), yaitu:
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperhatikan semesta pembicaraan (universal)
f. Konsisten dalam sistemnya.
Karakteristik filsafat matematika menurut Ernest (Qadry, Asyari, Ismiyati, &
Patimbangi, 2021; Sinaga, Parhusip, Tarigan, & Sitepu, 2021), yaitu:
a. pengetahuan matematika: sifat, justifikasi dan genesisnya;
b. obyek-obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usulnya;
c. aplikasi matematika: keefektifannya dalam sains, teknologi dan bidang-
bidang lainnya; dan
d. pelaksanaan (praktik) matematika: berbagai aktivitas para matematikawan,
baik di masa sekarang maupun di masa lampau.
Karakteristik tersebut merepresentasikan suatu rekonseptualisasi
peranan filsafat matematika. Setelah rekonseptualisasi, filsafat
matematika berperan merepresentasikan tugas filsafat matematika
secara tepat. Maksudnya, merepresentasikan tugas yang telah
dikaburkan oleh identifikasi yang keliru tentang filsafat matematika
dengan fondasi yang logis tentang pengetahuan matematika. Adanya
karakteristik di atas, berarti terbuka jalan untuk menguji layak tidaknya
suatu aliran itu diterima, untuk selanjutnya bisa dianggap sebagai
filsafat matematika.
11

C. Relasi Filsafat dan Matematika


Dua bidang pengetahuan rasional yang tidak diragukan lagi
berhubungan sangat erat sejak dulu sampai sekarang ialah filsafat dan
matematika. Matematika dan filsafat berkembang secara bersama-sama
dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan masukan
dan umpan balik.
Menurut Wahyudi (Sinaga, Parhusip, Tarigan, & Sitepu, 2021),
mengemukakan hubungan antara matematika dan filsafat sebagai
berikut:
1. Matematika dan filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal
untuk memahami dunia di sekitar kita, dan keduanya lahir di Yunani Kuno
serta mengalami transformasi-transformasi penting dunia.
2. Matematika adalah suatu studi kasus penting bagi filsuf. Agenda filsafat
kontemporer memiliki formulasi-formulasi yang sangat jelas berfokus pada
matematika, yang meliputi Epistomologi dan Ontologi.
Hubungan matematika dengan filsafat, antara lain (Haryono, 2015):
1. Filsafat dan geometri ( suatu cabang matematik ) lahir pada masa yang sama,
di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal , yakni sekitar 640-546
sebelum Masehi, di Miletus ( terletak di pantai barat negara Turki sekarang )
dan dari pikiran seorang bernama Thales.
2. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya berkembang
bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan
masuk dan umpan balik.
3. Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno memperbincangkan
paradoks-paradoks yang bertalian dengan pengertian-pengertian gerak,
waktu, dan ruang yang kemudian selama berabad-abad membingungkan para
filsuf dan ahli matematika
Filsafat dan matematika tumbuh dan berkembang secara bersama-
sama di bawah asuhan dan dipelopori oleh para filsuf termasyhur yaitu
sebagai berikut:
12

1. Thales (624-546 SM)


Thales berasal dari Miletus (terletak di pantai barat Negara Turki sekarang)
thales merupakan seorang perintis matematika dan filsafat Yunani. Dalam suatu
kesempatan berdagang ke Mesir dan Babilonia (pada masa pemerintahan
Nebuchadnezzar), dalam waktu senggangnya Thales mempelajari astronomi dan
geometri. Hal ini dipicu ketertarikannya bahwa dengan menggunakan alat-alat
yang biasa dipakai oleh orang-orang Babylon, mereka dapat memprediksi gerhana
matahari setiap tahunnya.
2. Pythagoras (572-497 SM)
Pythagoras, nama yang tidak asing lagi dikenal bagi mereka yang menyukai
matematika. Pythagoras lahir di pulau Samos daerah lonia dan dikenal sebagai
The Father of Number (bapak bilangan). Pythagoras juga adalah seorang filosof
yang mendirikan mazhab Phytagoreanisme di Crotona yang menjelaskan bahwa
ajaran yang sangat substansial dari suatu benda adalah bilangan dan seluruh gejala
yang terjadi di jagat raya (alam semesta) merupakan pengungkapan indrawi dari
perbandingan-perbandingan matematis. Jadi, dalam ajarah mazhab tersebut
disimpulkan bahwa bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat
benda.
3. Plato (427-347 SM)
Plato dilahirkan di Athena, di tengah-tengah lingkungan Aristokrat. Plato
sangat besar pengaruhnya dengan perkembangan matematika, ia membahas
tentang konsep, universal dan tidak membahas benda material. Karena
terpengaruh oleh Pythagoras ia sangat tertarik dengan matematika akan tetapi
tidak berkeinginan untuk mempergunakan matematika tersebut untuk mempelajari
dunia.
Menurut Plato bahwa geometri merupakan suatu ilmu yang dengan akal sehat
membuktikan proposisi abstrak mengenai hal-hal yang abstrak seperti garis lurus,
segitiga, segi empat, lingkaran, benda empat dimensi dan lain sebagainnya. Plato
juga menegaskan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah berdasarkan akal
sehat menjadi kunci kearah pengetahuan dan kebenaran filsafat serta pemahaman
mengenai sifat alami dari kenyataan yang tak terhingga.
13

D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika


Kant (Danuri, Qurohman, Rochmad, & Isnarto, 2021) berpendapat bahwa
matematika adalah hasil penalaran yang murni, dan sepenuhnya adalah
merupakan sintesa. Kant juga menyatakan tanpa intuisivisual yang tidak empiris,
matematika tak dapat berkembang, berbeda dengan filsafat yang harus puas
dengan penilaian yang bersifat diskursif dari konsep semata. Yang membangun
matematika adalah konsep-konsep yang intuitif, matematika murni dan intuisi
murni. Filsafat digunakan untuk memahami kehidupan, alam, dan hubungan-
hubungan di dalamnya, juga memahami bagaimana manusia berpikir dan
mendapatkan pengetahuan (Soyomukti, 2011).
Secara khusus bahwa filsafat matematika pada dasarnya sama dengan suatu
percobaan penyusunan kembali yang dengannya kumpulan pengetahuan
matematika yang kacau balau terhimpun selama berabad- abad diberi suatu makna
atau simbol tertentu. Sehingga, pada intinya bahwa matematikalah yang
merupakan pokok permasalahan filsafat matematika.
Relasi matematika dan filsafat matematika sebagai berikut:
1. Filsafat matematika pada dasarnya pemikiran reflektif terhadap matematika
(Haryono, 2015)
2. Refleksi dari ilmu matematika dan berakibat munculnya pertanyaan serta
jawaban tertentu merupakan filsafat matematika (Parnabhakti & Ulfa, 2020)
3. Filsafat matematika mencari kebenaran matematika dengan akal pikiran
(Nugraheni, Rochmad, & Isnarto, 2019)
Dapat disimpulkan bahwa relasi filsafat matematika dan matematika ialah
filsafat matematika itu mengkaji tentang matematika itu sendiri. Matematikalah
yang menjadi objek kajian atau pokok permasalahan yang dipertimbangkan secara
cermat dengan penuh perhatian dalam filsafat matematika.

E. Aliran dalam Filsafat Matematika


Aliran-aliran filsafat matematika (Prabowo, 2009), yaitu:
1. Aliran Platonisme
Platonisme menganggap matematika adalah kebenaran mutlak dan
pengetahuan matematika merupakan hasil ilham Illahi. (Tuhan adalah salah
14

seorang ahli matematika atau matematikawan). Platonisme memandang obyek-


obyek matematika adalah real dan eksistensi real obyek dan struktur matematika
adalah sebagai eksistensi realitas yang ideal dan bebas dari sifat manusiawi.
Kegiatan matematika adalah proses menemukan hubungan-hubungan yang telah
ada di alam semesta.
Platonisme juga berpandangan bahwa manusia (dan Tuhan) dapat
mengidentifikasi obyek-obyek abstrak, mengenal ruas garis atau himpunan.
Kenyataan bahwa dalam memahami konsep abstrak, seringkali dengan cara
menghubungkan obyek-obyek fisik secara bebas dan terbuka, tidak berarti
manusia tidak dapat mengidentifikasi obyek-obyek abstrak tersebut.
2. Aliran Absolutisme
Pengetahuan matematika terdiri dari kebenaran yang sudah pasti dan tidak
dapat diubah, kebenaran yang bersifat absolut/mutlak, merupakan satu-satunya
realitas pengetahuan yang sudah pasti, dan kebenarannya hanya tergantung pada
logika dan kebenaran yang terkandung dalam term-term-nya. Kebenaran
matematika diturunkan dari definisi-definisi dan tidak dapat dikonfirmasi dengan
fakta empiris. Metode deduktif memberikan jaminan untuk melakukan asersi
pengetahuan matematika dengan benar.
Klaim bahwa matematika (dan logika) adalah pengetahuan yang pasti benar
secara mutlak, ditopang oleh pernyataan dasar yang digunakan dalam pembuktian
merupakan pernyataan yang benar. Untuk tujuan mengembangkan sebuah sistem
matematika berdasarkan kesepakatan, aksioma-aksioma matematika diasumsikan
benar. Dengan demikian definisi matematika benar by fiat, dan teorema-
teoremanya secara logika diterima sebagai benar. Selain itu, aturan-aturan logika
yang digunakan untuk menarik pengetahuan baru adalah benar, menolak segala
sesuatu, kecuali bahwa kebenaran diturunkan dari kebenaran pula. Sukardjono
menyatakan munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya
perbedaan setidaknya dalam dua hal berikut (Prabowo, 2009).
Pertama, pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara
sistem aksiomatik dan sistem logika. Pandangan ini menyatakan eratnya
hubungan antara matematika dengan logika. Sebagian menganggap logika
15

tercakup dalam matematika (aliran formalisme) dan sejalan dengan hal itu,
intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari matematika. Sementara yang
tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah segalanya, sedangkan matematika
adalah sebagian kecil dari logika, atau matematika adalah cabang dari logika
(aliran logisisme).
Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika, yang melanda pondasi teori
himpunan dan logika formal, membawa matematikawan mencari landasan filsafat
untuk merekonstruksi matematika agar diperoleh landasan yang lebih kokoh.
3. Aliran Falibilisme
Aliran falibilisme menganggap, kebenaran matematika dapat menjadi subyek
yang begitu sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran
matematika bersifat tidak sempurna (falibel), tidak kokoh, dan di masa depan
dapat dikoreksi serta direvisi.
Tesis aliran falibilisme dinyatakan dalam dua pernyataan. Dalam bentuk
negatif, aliran falibilisme fokus untuk menolak pandangan absolutisme,
dinyatakan sebagai kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang mutlak dan
kebenarannya tidak mempunyai validasi yang mutlak. Dalam bentuk positif,
falibilisme menyatakan bahwa kebenaran matematika adalah tidak kokoh dan
setiap saat terbuka untuk direvisi sampai tak hingga kali. Aliran Falibilisme
menyatakan bahwa isi matematika murni pada akhirnya diturunkan dari dunia
material. Menurutnya, matematika menangani hubungan kuantitaif dalam dunia
nyata, sehingga asumsi kebenaran seperangkat aksioma baru akan nampak
terbukti setelah melalui masa-masa panjang pengamatan dan pengalaman atas
realitas, bukan berdasarkan pembuktian secara deduktifaksiomatik.
Terdapat 3 aliran dalam filsafat matematika (Haryono, 2015), yaitu:
1. Aliran Logisisme
Aliran logisisme merupakan sebuah aliran yang berpendapat bahwa
matematika murni (science) didasarkan pada prinsip logika dan pengkajiannya
juga harus menggunakan logika, sehingga matematika harus lebih logis dipahami.
Dengan demikian logika dan matematika merupakan bidang yang sama karena
seluruh konsep dan dalil matematika dapat diturunkan dari logika. Aliran
16

logisisme dipelopori oleh filisofis inggris bernama Betrand Arthur William


Russell (1872-1970) dengan diterbitkan bukunya yang berjudul The Principles of
Mathematics. Dalam bukunya dia menyatakan bahwa matematika dan logika yang
berkembang secara bersamaan ibarat anak kecil dan orang dewasa.
Pengakuan Betrand Russell menerima logisisme adalah yang paling jelas dan
dalam rumusan yang sangat eksplisit. Ada dua pernyataan penting yang
dikemukakannya, yaitu semua konsep matematika secara mutlak dapat
disederhanakan pada konsep logika; dan semua kebenaran matematika dapat
dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika
semata.
2. Aliran Formalisme
Aliran formalisme menyatakan bahwa matematika merupakan sistem
lambang yang digunakan dalam mewakili benda-benda yang ada atau
menggunakan simbol dan proses pengolahan terhadap lambang-lambang yang
digunakan. Aliran formalisme dipelopori oleh ahli matematika terbesar yaitu
David Hilbert (1862-1943) yang berpendapat bahwa matematika adalah tidak
lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal ini disederhanakan
sebagai deretan permainan dengan rangkaian simbol-simbol linguistik Simbol-
simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi objek matematika
Bilangan-bilangan dipandang misalnya dipandang sebagai sifat struktural
yang paling sederhana dari benda-benda tersebut. Dengan simbolisme abstraksi
yang dilepaskan dari sesuatu dan hanya menunjukkan bentuknya saja, aliran
formalisme berusaha menyelidiki struktur dari berbagai sistem. Sehingga, dengan
itu matematika dikatakan sebagai ilmu tentang sistem-sistem formal (the science
of formal system).
Penganut aliran formalisme memandang matematika sebagai suatu permainan
formal yang tak bermakna (meaningless) dengan tulisan pada kertas, yang
mengikuti aturan. Penganut aliran ini memiliki dua pendapat yang biasa dibahas
oleh para filsuf, yaitu pertama, matematika dapat dinyatakan sebagai sistem
formal yang tidak dapat ditafsirkan sembarangan, kebenaran matematika disajikan
17

melalui teorema-teorema formal (Ernest, 1991). Dan kedua, keamanan dari sistem
formal ini dapat didemonstrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan.
3. Aliran Intuitionalisme
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan matematika
yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami matematika, karena
itu intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika
tentang matematika. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai
dasar menyusun pengetahuan secara teratur, Intuisi tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan.
Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam membuktikan
kebenaran matematika
Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang bernama Luitzen
Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa matematika adalah
sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil
matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada simbol-simbol di atas
kertas sebagaimana yang diimani oleh pengagum aliran formalisme di atas. Dalam
pemikiran aliran intuitionisme ini matematika berlandaskan pada intuisi dasar
mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah serangkaian bilangan yang
tidak terbatas (infinite). Intuisi ini pada hakekatnya merupakan dasar suatu
aktifitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan
simbolisme, serta bersifat objektif.
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika
menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksioma-aksioma
intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam
pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusif pada
keyakinan subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan
intusionisme) tidak dapat didasarkan pada pandangan yang subyektif semata.
Intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi yang biasa dan
pengetahuan yang disimpulkan darinya (Praja, 2005). Intuisionisme setidak-
tidaknya dalam beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang
18

lengkap diperoleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analitis. Ada yang berpendirian
bahwa apa yang diberikan oleh indra hanyalah yang menampakkan belaka,
sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.

F. Filsafat Formalisme dalam Matematika


Matematika merupakan suatu ilmu yang menggunakan argumentasi logis
dengan bantuan kaidah-kaidah dan definisi-definisi untuk mencapai suatu hasil-
hasil yang teliti, cermat, dan baru (Haryono, 2015).
Untuk mengetahui filsafat matematika dapat dimulai dengan pertanyaan
tradisional mengenai ontologi dan epistemologi, antara lain: apa itu pengetahuan
matematika, bagaimana cara memperoleh pengetahuan matematika, apakah
basis/landasan bagi pengetahuan matematika, apa yang dikaji filsafat matematika
dan bagaimana eksistensi obyek-obyek matematika (Prabowo, 2009).
1. Aspek Ontologi Filsafat Formalisme
Objek-objek yang dikaji dalam matematika adalah fakta abstrak, konsep,
definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Dalam matematika objek
dasar yang dipelajari adalah objek abstrak, atau berupa objek mental. Dengan
demikian, eksistensi obyek-obyek tersebut hanya ada dalam benak dan mental
orang yang memikirkannya, dan tidak pernah dapat dibuat menjadi nyata atau
bersifat fisik, serta tidak perlu dihubungkan dengan benda fisik atau diberi makna
tertentu. Konsekuensinya, matematika tidak akan pernah menderita nasib menjadi
tidak cocok dengan bukti empiris yang baru ditemukan.
2. Aspek Epistemologi Filsafat Formalisme
Pengetahuan matematika merupakan keyakinan yang terbuktikan atau lebih
tepatnya merupakan pengetahuan proposisional yang memuat proposisi-proposisi
yang diterima, dan tersedia landasan yang cukup untuk melakukan asersi.
Matematika adalah pengetahuan apriori, karena memuat proposisi yang diasersi
melalui pemikiran, menggunakan logika deduktif dan definisi, konjungsi, aksioma
atau postulat metamatika, sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan
matematis. Pendekatan yang lebih luas yang dapat diadopsi secara epistemologi,
mendasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dalam matematika dinyatakan
19

dengan sebuah himpunan proposisi, bersamasama dengan sebuah himpunan


prosedur untuk pembuktian proposisi, sehingga tersedia jaminan untuk melakukan
asersi.
Berdasarkan hal ini, pengetahuan matematika terdiri dari seperangkat
himpunan proposisi bersama-sama dengan pembuktiannya. Karena pembuktian
matematika didasarkan pada cara berpikir, dan tidak menggunakan fakta-fakta
empiris, maka pengetahuan matematika adalah pengetahuan yang bersifat paling
pasti dari seluruh pengetahuan yang ada di dunia. Layaklah jika secara agak
anarkis matematika menyebut dirinya sebagai dewa pengetahuan yang hanya mau
mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri.
3. Kebenaran Matematis dalam Filsafat Formalisme
Kebenaran matematika adalah kebenaran menurut definisi atau persyaratan
yang menentukan makna dari term-term kunci. Persyaratan ini memberikan ciri
khas bahwa validitas kebenaran matematika tidak memerlukan bukti empiris.
Kebenaran matematika semata-mata dapat ditunjukkan dengan menganalisis
makna yang terkandung dalam term-term di dalamnya, yang di dalam logika
disebut sebagai benar secara apriori yang mengindikasikan bahwa nilai
kebenarannya bebas secara logis dari atau apriori secara logis pada sebarang bukti
eksperimental.
Sementara itu, proposisi/pernyataan dalam sains empiris, dapat divalidasi
secara posteriori, dan terus-menerus terbuka untuk direvisi terhadap bukti baru.
Kebenaran matematika adalah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat, tidak
dapat direvisi, mutlak benar dan pasti yang didasarkan pada deduksi murni, yang
merupakan satu-satunya metode pembuktian dalam matematika bahwa proposisi-
proposisi itu pasti benar asalkan postulat (aksioma) yang mendasarinya itu benar.
Jadi proposisi adalah implikasi logis dari postulatpostulat yang digunakan. Ciri
khas kepastian teoritis berakibat pada pernyataan analitis yang tidak membawa
informasi faktual, tidak memiliki implikasi faktual, tidak memuat kandungan
empiris, sesuatu yang berbeda dengan pernyataan sintetis, sehingga kebenaran
pernyataan analitis dapat divalidasi tanpa referensi bukti empiris. Jadi validitas
kebenaran matematika tidak terletak pada sifat self-evident-nya dan tidak pula
20

pada dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari persyaratan yang menentukan
makna konsep-konsep matematika.
4. Aliran Formalisme
Aliran Formalisme banyak dianut oleh matematikawan Amerika akibat
pengaruh Oswald Veblen dan V.E. Huntington. Aliran ini sering disebut aliran
postulatsional atau aliran aksiomatik dan dalam pendidikan matematika
melahirkan jenis matematika yang disebut matematika modern (New Math)
seperti yang sekarang diberikan di sekolah-sekolah.
Formalisme dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan semua
kontradiksi dalam matematika, antara lain mengatasi paradok dalam teori
himpunan (Paradok Russel/Paradok Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan
tantangan matematika klasik yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis.
Dengan kata lain aliran formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh
matematika ke dalam sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong
dari arti). Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat
dari prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karya-
karya yang dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang tidak
perlu mempunyai) hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu
yang sangat membanggakan aliran ini.
Menurut aliran formalisme, matematika sekedar rekayasa simbol berdasarkan
aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis, yang
memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari makna. Matematika direduksi
hanya menjadi sebuah permainan intelektual, seperti catur. Dalam bahasa populer,
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna yang
dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat matematika sama seperti matematika yang tidak dapat muncul tiba-
tiba tetapi karena ada sebab-sebab tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya filsafat matematika adalah kontrakdisi, paradoks, dan krisis
matematika.
Filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri yang bertujuan untuk menunjukkan dasar yang sistematis
dan kebenaran pada matematika. Karakteristik filsafat matematika, yaitu
pengetahuan matematika: sifat, justifikasi dan genesisnya; obyek-obyek
matematika: sifat dan asal-usulnya; aplikasi matematika: keefektifannya dalam
sains, teknologi dan bidang-bidang lainnya; dan pelaksanaan (praktik)
matematika: berbagai aktivitas para matematikawan, baik di masa sekarang
maupun di masa lampau.
Hubungan antara matematika dan filsafat ialah matematika dan
filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal untuk
memahami dunia di sekitar kita dan matematika adalah suatu studi
kasus penting bagi filsuf. Agenda filsafat kontemporer memiliki
formulasi-formulasi yang sangat jelas berfokus pada matematika, yang
meliputi Epistomologi dan Ontologi.
Filsafat matematika pada dasarnya merupakan pemikiran reflektif
terhadap matematika. Matematikalah yang menjadi objek kajian atau
pokok permasalahan yang dipertimbangkan secara cermat dengan
penuh perhatian.
Aliran-aliran filsafat matematika yaitu platonisme, absolutisme,
fibilisme, logisisme, formalisme, dan intuitionisme. Filsafat Formalisme
dalam matematika yaitu pengetahuan matematika yang merupakan
rekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu yang bertujuan untuk
menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem formal yang tidak

21
dapat diinterpretasikan.

22
23

B. Saran
Setelah membahas hakekat dan karakteristik filsafat matematika ini. Penulis
berharap kita dapat mengetahui lebih dalam tentang filsafat matematika,
khususnya dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkannya pada pendidik dan
peserta didik sehingga materi pendidikan dapat dimengerti dan dipahami oleh
pendidik dan peserta didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari- hari.
Makalah kami masih jauh dari kata sempurna, dan kami minta saran dan kritiknya
yang bersifat membangun untuk perbaikan pada makalah kami berikutnya.

C. Pertanyaan dan Solusi


Lima pertanyaan beserta solusi dari materi hakekat dan karakteristik filsafat
matematika sebagai berikut.
1. Jelaskan faktor-faktor pendorong timbulnya filsafat matematika!
Jawaban :
Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat matematika adalah
sebagai berikut (Prabowo, 2009)
1. Kontradiksi
Pengetahuan matematika diturunkan dengan deduksi logis, sehingga
matematika diklaim sebagai ilmu yang sempurna dan suci tak ternoda
kesalahan. Namun, sesaat setelah itu bermunculan kontradiksi dalam
matematika, sekumpulan obyek matematika yang aneh dan liar, antara lain:
tidak mungkin dapat selalu menyatakan panjang diagonal sebuah persegi
panjang dalam bentuk bilangan kuadrat, adanya bilangan irasional seperti √ 2,
adanya bilangan transfinit dan bilangan transendental (pi) yang misterius, dan
bilangan imajiner ( i= √−1 ) .
2. Paradok
Matematikawan adalah mahluk yang cerdik dan tidak bersedia menerima
jika (re)konstruksinya gagal. Memilih menyembunyikan kontradiksi-
kontradiksi tersebut dengan sebuah penghalusan atau eufemisne, bahwa yang
terjadi bukanlah kontradiksi tetapi paradok, merupakan pilihan cerdas yang
dapat dilakukan. Upaya menyelesaikan berbagai paradok menyebabkan
terpecahnya matematikawan ke dalam beberapa arus pikiran atau filsafat.
24

Lahirlah faksi-faksi dan aliran-aliran dalam filsafat matematika, yang saling


berbeda dan saling tidak mau menerima satu sama lain. Menyembunyikan
kontradiksi dalam paradok tidak selalu membuat pekerja matematika dapat
tidur dengan nyenyak. Matematikawan juga adalah mahluk yang tidak dapat
menipu dirinya sendiri. Kontradiksi tetaplah kontradiksi, bersifat mengurangi
nilai keindahan matematika, meskipun diperhalus terusmenerus.
3. Krisis Matematika
Filsafat matematika muncul disebabkan oleh adanya kontradiksi, paradok
dan terjadinya krisis dalam matematika. Setidaknya, pernah tercatat tiga kali
krisis dalam metamatika: (1) Abad ke-5 SM, tidak semua besaran geometri
yang sejenis, tidak memiliki satuan ukuran yang sama. Krisis ini
menyebabkan teori proporsi Pythagoras harus dicoret dari matematika. Krisis
yang disadari sangat terlambat, lima abad kemudian baru dapat diatasi oleh
Eudoxus dengan karyanya yang membahas bilangan irasional, (2) Abad ke-
17, Newton dan Leibniz menemukan kalkulus yang didasarkan pada konsep
infinitesimal, tetapi tidak dapat dijelaskan dengan baik. Namun, hasil-hasil
penerapan kalkulus justru digunakan untuk menjelaskan konsep infinitesimal,
suatu penjelasan yang tidak seharusnya dilakukan. Baru awal abad ke-19,
Cauchy memperbaiki konsep infinitesimal sebagai landasan kalkulus dengan
konsep limit. Weierstrass membuat konsep limit menjadi lebih kokoh, (3)
Georg Cantor menemukan teori himpunan yang digunakan secara luas pada
cabang-cabang matematika dan menjadi landasan matematika. Namun
demikian, penemuan ini juga menghasilkan paradok misalnya paradok Burali-
Forti dan paradok Russel.
2. Jelaskan hakekat filsafat matematika!
Jawaban :
Filsafat matematika terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan matematika. Kata
filsafat diambil dari akar kata ‘Philos’ yang berarti cinta dan ‘Sophia’ yang
berarti kebijaksanaan. Adapun kata istilah matematika berasal dari bahasa
latin yaitu ‘Mathematicha’ yang awalnya mengambil istilah Yunani yaitu
‘Mathematike’ yang berarti berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Filsafat
25

matematika merupakan pemikiran meyeluruh (komprehensif) dan kompleks


terhadap persoalan-persoalan mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan
landasan dan dasar dari pengetahuan matematika serta hubungan matematika
di segala bidang kehidupan manusia baik secara epistemologi, ontologi,
metodologi, maupun aspek etis dan estetika pengetahuan matematika
(Haryono, 2015). Refleksi dari ilmu matematika dan berakibat munculnya
pertanyaan serta jawaban tertentu dapat dinyatakan sebagai filsafat
matematika (Parnabhakti & Ulfa, 2020). Filsafat matematika adalah ilmu
yang mencari kebenaran matematika dengan akal pikiran (Nugraheni,
Rochmad, & Isnarto, 2019). Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat
yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak
matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan
rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan
matematika di dalam kehidupan manusia (Puspaningtyas, 2019). Filsafat
matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang sasarannya ialah matematika
itu sendiri. Jadi, filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang
sasarannya ialah matematika itu sendiri yang bertujuan untuk menunjukkan
dasar yang sistematis dan kebenaran pada matematika.
3. Jelaskan relasi filsafat dan matematika!
Jawaban :
Hubungan matematika dengan filsafat, antara lain (Haryono, 2015):
1. Filsafat dan geometri (suatu cabang matematik) lahir pada masa yang
sama, di tempat yang sama, dan dari ayah yang tunggal , yakni sekitar
640-546 sebelum Masehi, di Miletus ( terletak di pantai barat negara
Turki sekarang ) dan dari pikiran seorang bernama Thales.
2. Matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan keduanya
berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik.
3. Adanya hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
matematik dipacu pula oleh filsuf Zeno dari Elea. Zeno
memperbincangkan paradoks-paradoks yang bertalian dengan
26

pengertian-pengertian gerak, waktu, dan ruang yang kemudian selama


berabad-abad membingungkan para filsuf dan ahli matematika
4. Jelaskan Filsafat formalisme dalam matematika jika dipandang dari aspek
epistemologi!
Jawaban :
Pengetahuan matematika merupakan keyakinan yang terbuktikan atau lebih
tepatnya merupakan pengetahuan proposisional yang memuat proposisi-
proposisi yang diterima, dan tersedia landasan yang cukup untuk melakukan
asersi (Prabowo, 2009). Matematika adalah pengetahuan apriori, karena
memuat proposisi yang diasersi melalui pemikiran, menggunakan logika
deduktif dan definisi, konjungsi, aksioma atau postulat metamatika, sebagai
dasar untuk memperoleh pengetahuan matematis. Pendekatan yang lebih luas
yang dapat diadopsi secara epistemologi, mendasarkan pada asumsi bahwa
pengetahuan dalam matematika dinyatakan dengan sebuah himpunan
proposisi, bersamasama dengan sebuah himpunan prosedur untuk pembuktian
proposisi, sehingga tersedia jaminan untuk melakukan asersi. Berdasarkan hal
ini, pengetahuan matematika terdiri dari seperangkat himpunan proposisi
bersama-sama dengan pembuktiannya. Karena pembuktian matematika
didasarkan pada cara berpikir, dan tidak menggunakan fakta-fakta empiris,
maka pengetahuan matematika adalah pengetahuan yang bersifat paling pasti
dari seluruh pengetahuan yang ada di dunia. Layaklah jika secara agak
anarkis matematika menyebut dirinya sebagai dewa pengetahuan yang hanya
mau mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri.
5. Jelaskan aliran Intuitionalisme dalam filsafat matematika!
Jawaban :
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan matematika
yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami matematika,
karena itu intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika tentang matematika. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa
diramalkan. Sebagai dasar menyusun pengetahuan secara teratur, Intuisi tidak
dapat diandalkan. Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang
27

bernama Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa


matematika adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia.
Ketepatan dalil-dalil matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada
simbol-simbol di atas kertas sebagaimana yang diimani oleh pengagum aliran
formalisme di atas. Dalam pemikiran aliran intuitionisme ini matematika
berlandaskan pada intuisi dasar mengenai kemungkinan untuk membangun
sebuah serangkaian bilangan yang tidak terbatas (infinite). Intuisi ini pada
hakekatnya merupakan dasar suatu aktifitas berpikir yang tergantung pada
pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolisme, serta bersifat objektif.
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika
menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksioma-
aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman
dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusif
pada keyakinan subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan
intusionisme) tidak dapat didasarkan pada pandangan yang subyektif semata.
Intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi yang biasa dan
pengetahuan yang disimpulkan darinya (Praja, 2005). Intuisionisme setidak-
tidaknya dalam beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang
lengkap diperoleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analitis. Ada yang
berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indra hanyalah yang
menampakkan belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi,
yaitu kenyataan.
28

D. Berita Acara Diskusi (BAD)


Pada tanggal 14 Oktober 2022 telah dilaksanakan presentasi dan diskusi
pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika, dengan rincian:
Pemakalah : Desi Kurnia Wati
NIM : 2210246964
Judul Makalah : Hakekat dan Karakteristik Filsafat Matematika
Dosen Pengampu : Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd.
Hasil Diskusi :
1. Atika Farhana 2210246960 (Kelompok 8)
Aliran mana yang paling dominan dalam filsafat matematika dalam proses
pembelajaran?
Jawaban :
Aliran yang paling dominan dalam filsafat matematika adalah logisisme.
Aliran logisisme merupakan sebuah aliran yang berpendapat bahwa
matematika murni (science) didasarkan pada prinsip logika dan
pengkajiannya juga harus menggunakan logika, sehingga matematika harus
lebih logis dipahami. Pengakuan Betrand Russell menerima logisisme adalah
yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat eksplisit. Ada dua
pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu semua konsep matematika
secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika; dan semua
kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui
penarikan kesimpulan secara logika semata. (Haryono, 2015)

2. Darsono Simbolon 2210246969 (Kelompok 9)


Berdasarkan karakteristik, apa tujuan filsafat matematika dan kaitannya
dalam pembelajaran matematika di sekolah?
Jawaban :
Menurut Ernest tujuan filsafat berdasarkan karakteristik untuk
merepresentasikan suatu rekonseptualisasi peranan filsafat matematika.
Setelah rekonseptualisasi, filsafat matematika berperan merepresentasikan
tugas filsafat matematika secara tepat. Maksudnya, merepresentasikan tugas
yang telah dikaburkan oleh identifikasi yang keliru tentang filsafat
29

matematika dengan fondasi yang logis tentang pengetahuan matematika.


Adanya karakteristik di atas, berarti terbuka jalan untuk menguji layak
tidaknya suatu aliran itu diterima, untuk selanjutnya bisa dianggap sebagai
filsafat matematika (Qadry, Asyari, Ismiyati, & Patimbangi, 2021). Dalam
pembelajaran matematika, tujuan filsafat matematika sebagai latar belakang
lahirnya suatu konsep matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan
mau mempelajarinya sampai tuntas dan mencintai matematika dengan lebih
mendalam. Manfaat yang ditimbulkan dari implementasi filsafat matematika
pada pelajaran matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika akan
meningkat (Bakhtiar, 2004). Kecintaan siswa pada pelajaran matematika
menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak, sehingga siswa mampu
menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar, membuktikan
teorema serta dapat menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka,
bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit.

3. Irma Fetria Ningsih 2210246968 (Kelompok 4)


Pada aliran logisisme, jika objek matematika didasarkan pada pemikiran
manusia. Maka bagaimana menjelaskan keterkaitan aplikasi matematika
terhadap ilmu teknologi?
Jawaban :
Dalam perkembangan teknologi, penggunaan teknologi awalnya digunakan
oleh Al-Khawarizmi bersama penemuannya dalam bidang algoritma
(Haryono, 2015). Dengan menggunakan logika sebagai dasar bahasa
pemograman yang akan dijalankan oleh manusia. Seiring perkembangan
zaman teknologi dalam suatu sistem dibutuhkan logika dari dasar pemikiran.
Jadi, keterkaitan antara aplikasi matematika dengan teknologi jika didasarkan
pada objek yang berasal dari pemikiran adalah bagaimana pemikiran manusia
mampu mengoperasikan atau menjalankan suatu program yang telah dibuat.
Pada dasarnya matematika maupun penerapannya tidak terlepas dari
logika/pemikiran manusia.
30

4. Evan Dari Kristianto Simarmata 2210246957 (Kelompok 3)


a. Apakah bisa dikatakan matematika itu lahir dari filsafat dan begitu pula
sebaliknya?
Jawaban :
Menurut wahyudi, matematika tidak pernah lahir dari filsafat, melainkan
keduanya berkembang bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-
persoalan sebagai bahan masuk dan umpan balik (Sinaga, Parhusip, Tarigan,
& Sitepu, 2021). Filsafat dan matematika tumbuh dan berkembang secara
bersama-sama di bawah asuhan para filsuf termasyhur yaitu Thales,
Pythagoras, dan Plato (Haryono, 2015).

b. Bagaimana menerapkan pemikiran reflektif dalam pembelajaran matematika?


Jawaban :
Menurut Yola Ariestyan, berpikir reflektif merupakan suatu kegiatan berpikir
yang dapat membuat siswa berusaha menghubungkan pengetahuan yang
diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan
pengetahuan lamanya (Wulansari, Purnomo, & Utami, 2019). Strategi guru
agar tercipta proses berpikir reflektif dengan cara membantu siswa dengan
memunculkan masalah yang fokus untuk direfleksikan oleh siswa,
membimbing siswa bagaimana berpikir refleksi, melalui kata tanya seperti
bagaimana dan mengapa. Secara kolaborasi antara guru, teman sebaya atau
nara sumber untuk diskusi, memunculkan pengalaman siswa yang paling
terkesan atau sebaliknya untuk dibahas, tidak saja kegiatan mental berpikir
tetapi kegiatan fisik yang sifatnya kongkrit akan membuatnya enjoy belajar,
susun kegiatan belajar mengajar secara bertahap sesuai perkembangan usia
siswa. Oleh sebab itu guru perlu strategi bagaimana cara membiasakan
siswanya berpikir refleksi (habist of minds). Ada 3 tahap agar siswa berpikir
reflektif yaitu tahap mempersiapkan siswa untuk dapat menghadirkan
kembali pengetahuan dan pengalamannya. Selanjutnya tahap kedua adalah
mengajak siswa untuk berpikir ulang dan menjelaskan perasaannya dan tahap
ketiga adalah mengevaluasi pengalamannya sebagai pemantapan diri. (Karli,
2018).
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar. (2004). Filsafat Ilmu dalam Pendidikan. Jakarta: CV. Reineka.


Danuri, Qurohman, M. T., Rochmad, & Isnarto. (2021). Pengaruh Aliran Filsafat
Rasionalisme Terhadap Matematika: Pemikiran Imanuel Kant. PRISMA,
Prosiding Seminar Nasional Matematika, 5, 145-149.
Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. New York: The
Flamer Press.
Haryono, D. (2015). Filsafat Matematika: Suatu Tinjauan Epsitemologi dan
Filosofis. Bandung: Alfabeta.
Karli, H. (2018). Implementasi Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur.
Lily, & Marchamah. (2020). Perkembangan Matematika Dalam Filsafat Dan
Aliran Formalisme Yang Terkandung Dalam Filsafat Matematika. Jurnal
Ilmiah Matematika Realistik, 1(1).
Nugraheni, N., Rochmad, & Isnarto. (2019). Aliran Humanis dalam Filsafat
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika, 4, 393-396.
Parnabhakti, L., & Ulfa, M. (2020). Perkembangan Matematika Dalam Filsafat
Dan Aliran Formalisme Yang Terkandung Dalam Filsafat Matematika.
Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 1(1).
Prabowo, A. (2009). Aliran- Aliran Filsafat Dalam Matematika. JMP, 1(2).
Praja, J. S. (2005). Aliran-aliran filsafat & etika. Jakarta: Kencana.
Qadry, I. K., Asyari, S., Ismiyati, N., & Patimbangi, A. (2021). Karakteristik
Kultural dan Filosofi Matematika. Jurnal Matematika dan Aplikasinya
(IJMA), 2(1), 61-71.
Sadewo, Y. D., Purnasari, P. D., & Muslim, S. (2022). Filsafat Matematika:
Kedudukan, Peran, Dan Persepektif Permasalahan Dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Kelitbangan, 10(1).
Sinaga, W., Parhusip, B. H., Tarigan, R., & Sitepu, S. (2021). Perkembangan
Matematika Dalam Filsafat dan Aliran Formalisme Yang Terkandung
Dalam Filsafat Matematika. Journal of Mathematics Education and
Applied, 2(2).
Soyomukti. (2011). Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Susanah, Kusrini, Manoy, Tineke, J., Wijayanti, & Pradnyo. (2014). Strategi
Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wulansari, M. D., Purnomo, D., & Utami, R. E. (2019). Analisis Kemampuan
Berpikir Reflektif Siswa Kelas VIII dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Visual dan Auditorial. Imajiner:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(6), 393-402.

31
32

Anda mungkin juga menyukai