DISUSUN OLEH:
DESI KURNIA WATI (2210246964)
Kelompok-7
DOSEN PENGAMPU:
Dr. NAHOR MURANI HUTAPEA, M.Pd.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas filsafat pendidikan matematika yang berjudul “Hakekat dan
Karakteristik Filsafat Matematika”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika. Dalam makalah ini penulis menjabarkan tentang faktor-
faktor pendorong timbulnya filsafat matematika, hakekat dan karakteristik filsafat
matematika, relasi filsafat dan matematika, relasi matematika dan filsafat
matematika, alran dalam filsafat matematika dan filsafat formalisme dalam
matematika. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Nahor Murani
Hutapea, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Faktor-Faktor Pendorong Timbulnya Filsafat Matematika................3
B. Hakekat dan Karakteristik Filsafat Matematika.................................6
C. Relasi Filsafat dan Matematika...........................................................8
D. Relasi Matematika dan Filsafat Matematika....................................10
E. Aliran dalam Filsafat Matematika....................................................11
F. Filsafat Formalisme dalam Matematika...........................................16
BAB III PENUTUP............................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................19
B. Saran.................................................................................................20
C. Pertanyaan dan Solusi.......................................................................20
D. Berita Acara Diskusi (BAD).............................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya
ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya
masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi
tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat memberi penjelasan atau jawaban
substansial dan radikal atas masalah tersebut.
Ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini semakin dirasakan
manfaatnya oleh kemaslahatan umat manusia. Berbagai kemudahan telah
hadir ditengah-tengah masyarakat penghuni bumi yang kian menua ini.
Berbagai bidang ilmu baru mulai bermunculan dan kian bercabang. Namun
kehadiran ilmu pengetahuan dengan berbagai rupa tersebut harus dapat
disadari oleh kita semua para pengkaji ilmu bahwa sumber dari ilmu itu
sendiri yang bernama filsafat adalah muara dari berbagai ilmu yang ada.
Filsafat matematika merupakan salah satu ilmu yang merupakan dasar
dari berbagai bidang ilmu lainnya. Kehadiran filsafat matematika dapat
menjawab berbagai teka-teki yang sebelumnya menjadi misteri di jagad raya
ini. Filsafat matematika dengan ciri khasnya dapat menguak berbagai
keajaiban-keajaiban yang ada di semesta.
Filsafat dan matematika bukan berbicara tentang siapa yang dahulu dan
siapa yang kemudian, namun keduanya telah dibuktikan seperti dua orang
teman yang seiring sejalan, saling melengkapi dan membutuhkan satu
dengan yang lainnya, filsafat dan matematika ibarat saudari kembar yang
sama rupa. Menurut Korner (Ernest, 1991), filsafat matematika tidaklah
menambahkan sejumlah teorema dan teori matematika baru, sehingga
filsafat matematika bukanlah matematika. Filsafat matematika adalah
refleksi mengenai matematika, yang menimbulkan munculnya pertanyaan
dan jawaban tertentu.
1
2
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Apa saja faktor pendorong timbulnya filsafat matematika?
2. Bagaimana hakekat dan karakteristik matematika?
3. Bagaimana relasi filsafat dan matematika?
4. Bagaimana relasi matematika dan filsafat matematika?
5. Apa saja aliran dalam filsafat matematika ?
6. Apa saja filsafat formalisme dalam matematika ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui faktor pendorong timbulnya filsafat matematika.
2. Mengetahui hakekat dan karakteristik filsafat matematika.
3. Mengetahui relasi filsafat dan matematika.
4. Mengetahui relasi matematika dan filsafat matematika.
5. Mengetahui aliran dalam filsafat matematika.
6. Mengetahui filsafat formalisme dalam matematika.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini, bagi penulis ataupun pembaca adalah
menambah pengetahuan dan wawasan tentang hakekat dan karakteristik filsafat
matematika. Setelah mempelajari hakekat dan karakteristik filsafat matematika
hendaknya menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas. Selain itu
penulisan makalah ini diharapkan dapat mendorong penulis ataupun pembaca agar
dapat memahami pentingnya filsafat matematika dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
4
berikut (Prabowo, 2009)
1. Kontradiksi
Pengetahuan matematika diturunkan dengan deduksi logis,
sehingga
5
6
matematika diklaim sebagai ilmu yang sempurna dan suci tak ternoda kesalahan.
Namun, sesaat setelah itu bermunculan kontradiksi dalam matematika,
sekumpulan obyek matematika yang aneh dan liar, antara lain: tidak mungkin
dapat selalu menyatakan panjang diagonal sebuah persegi panjang dalam bentuk
bilangan kuadrat, adanya bilangan irasional seperti √ 2, adanya bilangan transfinit
dan bilangan transendental (pi) yang misterius, dan bilangan imajiner (i=√−1).
Matematika hari ini banyak ditemukan sekawanan obyek-obyek
matematika yang aneh dan liar yang belum dapat dijinakkan meskipun
berbagai upaya domestifikasi telah dilakukan. Contoh terbaru adalah
penemuan bilangan Q oleh Paul Dirac dalam mekanika kuantum yang
melanggar aturan matematika a × b=b ×a . Kawanan tersebut adalah
sejenis kontradiksi dalam matematika, yang jika ditolak akan
menyebabkan matematika menjadi mandul. Penerimaan setengah hati
yang disertai dengan upaya domestifikasi terhadap sekawanan yang
aneh dan liar tersebut justru terbukti memberikan manfaat yang sangat
besar bagi matematika.
2. Paradok
Matematikawan adalah mahluk yang cerdik dan tidak bersedia menerima jika
(re)konstruksinya gagal. Memilih menyembunyikan kontradiksi-kontradiksi
tersebut dengan sebuah penghalusan atau eufemisne, bahwa yang terjadi bukanlah
kontradiksi tetapi paradok, merupakan pilihan cerdas yang dapat dilakukan.
Semacam anomali. Dengan kecerdikan yang demikian matematika tetap berjaya,
terbebas dari segala kesalahan dan tentunya terbebas dari kontradiksi. Paradok
antara lain muncul dari dialog Socrates dengan Plato berikut ini (Sembiring,
2010). Socrates: ”Apa yang berikut ini akan dikatakan oleh Plato adalah salah.”
Plato mengatakan: ”Yang barusan dikatakan Socrates benar.” Contoh yang cukup
populer adalah paradok Zeno (±450 SM) yang menemukan adanya kesulitan
mengenai ide kuantitas kecil tak berhingga sebagai penyusun besaran kontinu.
Zeno mencoba membuktikan bahwa pergerakan ke arah kecil tak berhingga
adalah khayalan. Paradok Zeno mengenai ’Achiles si Gesit’ begitu terkenal dan
memukau ke arah penelusuran konsep ketakberhinggan. Kata Zeno, yang lebih
7
lambat tidak dapat disalip oleh yang lebih cepat, sehingga Achiles si Gesit tidak
akan mampu menyalip atau mendahului kuya. Paradok ini tidaklah menyatakan
bahwa dalam praktek lomba lari yang sebenarnya Achiles tidak dapat menyalip
kura-kura, tetapi memberi gambaran bagaimana terbatasnya pemikiran dalam
logika formal matematika.
Upaya menyelesaikan berbagai paradok menyebabkan terpecahnya
matematikawan ke dalam beberapa arus pikiran atau filsafat. Lahirlah faksi-faksi
dan aliran-aliran dalam filsafat matematika, yang saling berbeda dan saling tidak
mau menerima satu sama lain. Menyembunyikan kontradiksi dalam paradok
tidak selalu membuat pekerja matematika dapat tidur dengan nyenyak.
Matematikawan juga adalah mahluk yang tidak dapat menipu dirinya sendiri.
Kontradiksi tetaplah kontradiksi, bersifat mengurangi nilai keindahan matematika,
meskipun diperhalus terusmenerus.
Secara eksternal matematikawan menyatakan matematika bebas dari
kontradiksi, tetapi diam-diam mereka melanjutkan pekerjaan menyelesaikan
berbagai kontradiksi tersebut, dan memastikan bahwa penyelesaian yang
dilakukannya tidak akan menimbulkan kontradiksi baru, sehingga konsistensi
matematika tetap tegak berdiri, bendera matematika berkibar di tiang tertinggi
dengan lantang dan gagah berani menatap langit biru, tidak akan pernah berkibar
setengah tiang dan malu-malu. Para matematikawan mencoba menyelesaikan
masalah-masalah tersebut, membuang kontradiksi dan mengembangkan sistem
matematika baru yang kebal salah. Mereka membuat rekonstruksi baru atas
struktur logika matematika, dan mulai meninggalkan kepercayaan pada disain
alam semesta yang matematis. Meskipun merupakan suatu kebenaran bahwa
matematika telah tersedia di alam semesta dan orang tinggal menemukannya,
keyakinan tersebut harus ditinggalkan dan beralih pada matematika yang
merupakan hasil konstruksi pikiran bebas manusia yang kebenarannya tidak perlu
harus sesuai dengan apa yang terjadi di alam semesta, cukup kebenaran karena
kesepakatan. Tetapi, lagi-lagi muncul kontradiksi yang mencemari logika
matematika dalam rekonstruksi baru tersebut, misalnya paradok Russel dan
paradok Burali-Forti.
8
3. Krisis Matematika
Filsafat matematika muncul disebabkan oleh adanya kontradiksi, paradok dan
terjadinya krisis dalam matematika. Setidaknya, pernah tercatat tiga kali krisis
dalam metamatika: (1) Abad ke-5 SM, tidak semua besaran geometri yang sejenis,
tidak memiliki satuan ukuran yang sama. Krisis ini menyebabkan teori proporsi
Pythagoras harus dicoret dari matematika. Krisis yang disadari sangat terlambat,
lima abad kemudian baru dapat diatasi oleh Eudoxus dengan karyanya yang
membahas bilangan irasional, (2) Abad ke-17, Newton dan Leibniz menemukan
kalkulus yang didasarkan pada konsep infinitesimal, tetapi tidak dapat dijelaskan
dengan baik. Namun, hasil-hasil penerapan kalkulus justru digunakan untuk
menjelaskan konsep infinitesimal, suatu penjelasan yang tidak seharusnya
dilakukan. Baru awal abad ke-19, Cauchy memperbaiki konsep infinitesimal
sebagai landasan kalkulus dengan konsep limit. Weierstrass membuat konsep
limit menjadi lebih kokoh, (3) Georg Cantor menemukan teori himpunan yang
digunakan secara luas pada cabang-cabang matematika dan menjadi landasan
matematika. Namun demikian, penemuan ini juga menghasilkan paradok
misalnya paradok Burali-Forti dan paradok Russel.
tercakup dalam matematika (aliran formalisme) dan sejalan dengan hal itu,
intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari matematika. Sementara yang
tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah segalanya, sedangkan matematika
adalah sebagian kecil dari logika, atau matematika adalah cabang dari logika
(aliran logisisme).
Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika, yang melanda pondasi teori
himpunan dan logika formal, membawa matematikawan mencari landasan filsafat
untuk merekonstruksi matematika agar diperoleh landasan yang lebih kokoh.
3. Aliran Falibilisme
Aliran falibilisme menganggap, kebenaran matematika dapat menjadi subyek
yang begitu sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran
matematika bersifat tidak sempurna (falibel), tidak kokoh, dan di masa depan
dapat dikoreksi serta direvisi.
Tesis aliran falibilisme dinyatakan dalam dua pernyataan. Dalam bentuk
negatif, aliran falibilisme fokus untuk menolak pandangan absolutisme,
dinyatakan sebagai kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang mutlak dan
kebenarannya tidak mempunyai validasi yang mutlak. Dalam bentuk positif,
falibilisme menyatakan bahwa kebenaran matematika adalah tidak kokoh dan
setiap saat terbuka untuk direvisi sampai tak hingga kali. Aliran Falibilisme
menyatakan bahwa isi matematika murni pada akhirnya diturunkan dari dunia
material. Menurutnya, matematika menangani hubungan kuantitaif dalam dunia
nyata, sehingga asumsi kebenaran seperangkat aksioma baru akan nampak
terbukti setelah melalui masa-masa panjang pengamatan dan pengalaman atas
realitas, bukan berdasarkan pembuktian secara deduktifaksiomatik.
Terdapat 3 aliran dalam filsafat matematika (Haryono, 2015), yaitu:
1. Aliran Logisisme
Aliran logisisme merupakan sebuah aliran yang berpendapat bahwa
matematika murni (science) didasarkan pada prinsip logika dan pengkajiannya
juga harus menggunakan logika, sehingga matematika harus lebih logis dipahami.
Dengan demikian logika dan matematika merupakan bidang yang sama karena
seluruh konsep dan dalil matematika dapat diturunkan dari logika. Aliran
16
melalui teorema-teorema formal (Ernest, 1991). Dan kedua, keamanan dari sistem
formal ini dapat didemonstrasikan dengan terbebasnya dari ketidak konsistenan.
3. Aliran Intuitionalisme
Aliran Intuitionisme merupakan aliran yang ketiga dari landasan matematika
yang mengandalkan intuisi dalam mengkaji dan memahami matematika, karena
itu intuisi merupakan sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika
tentang matematika. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai
dasar menyusun pengetahuan secara teratur, Intuisi tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan.
Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam membuktikan
kebenaran matematika
Aliran ini dipelopori oleh ahli matematika Belanda yang bernama Luitzen
Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Dia berpendapat bahwa matematika adalah
sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil
matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada simbol-simbol di atas
kertas sebagaimana yang diimani oleh pengagum aliran formalisme di atas. Dalam
pemikiran aliran intuitionisme ini matematika berlandaskan pada intuisi dasar
mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah serangkaian bilangan yang
tidak terbatas (infinite). Intuisi ini pada hakekatnya merupakan dasar suatu
aktifitas berpikir yang tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan
simbolisme, serta bersifat objektif.
Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika
menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksioma-aksioma
intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam
pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusif pada
keyakinan subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan
intusionisme) tidak dapat didasarkan pada pandangan yang subyektif semata.
Intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi yang biasa dan
pengetahuan yang disimpulkan darinya (Praja, 2005). Intuisionisme setidak-
tidaknya dalam beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang
18
lengkap diperoleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi,
yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analitis. Ada yang berpendirian
bahwa apa yang diberikan oleh indra hanyalah yang menampakkan belaka,
sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.
pada dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari persyaratan yang menentukan
makna konsep-konsep matematika.
4. Aliran Formalisme
Aliran Formalisme banyak dianut oleh matematikawan Amerika akibat
pengaruh Oswald Veblen dan V.E. Huntington. Aliran ini sering disebut aliran
postulatsional atau aliran aksiomatik dan dalam pendidikan matematika
melahirkan jenis matematika yang disebut matematika modern (New Math)
seperti yang sekarang diberikan di sekolah-sekolah.
Formalisme dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan semua
kontradiksi dalam matematika, antara lain mengatasi paradok dalam teori
himpunan (Paradok Russel/Paradok Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan
tantangan matematika klasik yang disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis.
Dengan kata lain aliran formalisme bertujuan untuk menterjemahkan seluruh
matematika ke dalam sistem formal yang tidak dapat diinterpretasikan (kosong
dari arti). Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat
dari prinsip awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karya-
karya yang dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang tidak
perlu mempunyai) hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu
yang sangat membanggakan aliran ini.
Menurut aliran formalisme, matematika sekedar rekayasa simbol berdasarkan
aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan tautologis, yang
memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari makna. Matematika direduksi
hanya menjadi sebuah permainan intelektual, seperti catur. Dalam bahasa populer,
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna yang
dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat matematika sama seperti matematika yang tidak dapat muncul tiba-
tiba tetapi karena ada sebab-sebab tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya filsafat matematika adalah kontrakdisi, paradoks, dan krisis
matematika.
Filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafat yang sasarannya ialah
matematika itu sendiri yang bertujuan untuk menunjukkan dasar yang sistematis
dan kebenaran pada matematika. Karakteristik filsafat matematika, yaitu
pengetahuan matematika: sifat, justifikasi dan genesisnya; obyek-obyek
matematika: sifat dan asal-usulnya; aplikasi matematika: keefektifannya dalam
sains, teknologi dan bidang-bidang lainnya; dan pelaksanaan (praktik)
matematika: berbagai aktivitas para matematikawan, baik di masa sekarang
maupun di masa lampau.
Hubungan antara matematika dan filsafat ialah matematika dan
filsafat merupakan upaya-upaya intelektual paling awal untuk
memahami dunia di sekitar kita dan matematika adalah suatu studi
kasus penting bagi filsuf. Agenda filsafat kontemporer memiliki
formulasi-formulasi yang sangat jelas berfokus pada matematika, yang
meliputi Epistomologi dan Ontologi.
Filsafat matematika pada dasarnya merupakan pemikiran reflektif
terhadap matematika. Matematikalah yang menjadi objek kajian atau
pokok permasalahan yang dipertimbangkan secara cermat dengan
penuh perhatian.
Aliran-aliran filsafat matematika yaitu platonisme, absolutisme,
fibilisme, logisisme, formalisme, dan intuitionisme. Filsafat Formalisme
dalam matematika yaitu pengetahuan matematika yang merupakan
rekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu yang bertujuan untuk
menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem formal yang tidak
21
dapat diinterpretasikan.
22
23
B. Saran
Setelah membahas hakekat dan karakteristik filsafat matematika ini. Penulis
berharap kita dapat mengetahui lebih dalam tentang filsafat matematika,
khususnya dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkannya pada pendidik dan
peserta didik sehingga materi pendidikan dapat dimengerti dan dipahami oleh
pendidik dan peserta didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari- hari.
Makalah kami masih jauh dari kata sempurna, dan kami minta saran dan kritiknya
yang bersifat membangun untuk perbaikan pada makalah kami berikutnya.
31
32