Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pembelajaran Matematika SD/MI Azkia Maulida, M. Pd

MAKALAH

LANDASAN FILOSOFIS, DIDAKTIS, DAN PEDAGOGIS


PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

Oleh:
Nisa Anggraini (21.01.21.1834)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH

BANJARBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Adapun tujuan dari pembuatan tugas makalah ini adalah sebagai tambahan
wawasan yang bermanfaat bagi mahasiswa yang sudah diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Pembelajaran Matematika SD/MI.

Kami menyadari bahwa kemampuan dan pengalaman kami miliki masih


sangat terbatas, sehingga dalam penyusunan makalah ini baik dalam kata-kata,
penyajian maupun penulisan masih banyak terdapat kekurangan.Namun semuanya
ini adalah usaha yang maksimal dari kami.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran khususnya dari dosen pembimbing dan dari semua pihak yang bersifat
membangun.Atas bimbingan dosen serta bantuan yang diberikan selama ini kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Akhir kata semoga hasil yang dituangkan dalam penulisan makalah ini
dapat bermanfaat.Khususnya untuk kami dan bermanfaat bagi pembaca atau yang
membaca.

Banjarbaru, 09 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Aliran-Aliran Filsafat Matematika .................................................. 2


B. Hakikat Mtematika ............................................................................ 4
C. Karakteristik Matematika................................................................. 5
D. Landasan Filosofis Dalam Pembelajaran Matematika .................. 7
E. Desain Dedaktis .................................................................................. 7
F. Landasan Pedagogis ........................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landasan filosofis pendidikan matematika berakar dan bersumber dari pertanyaan-
pertanyaan mendasar dan radikal tentang matematika. Pertanyaan-pertanyaan hakikat
matematika itu apa? Matematika itu ilmu atau bukan? Matematika itu diciptakan atau
ditemukan? merupakan pertanyaan-pertanyaan filsafat yang harus bisa dijawab oleh semua
guru matematika. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memberikan landasan
yang kuat bagi guru matematika untuk melaksanakan tugas mengajarnya. Pengetahuan tentang
hakikat matematika, akan memberikan inspirasi bagaimana seharusnya matematika diajarkan
oleh guru kepada siswanya.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa topik yang terkait dengan landasan filosofis,
didaktis, dan pedagogis pendidikan matematika SD dan implikasinya dalam pembelajaran.
Topik-topik yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi: aliran-aliran filsafat matematika,
hakikat matematika, cara mengajar secara dedaktif, pengertian landasaan pedaggogis serta
implikasi landasan filosofis dalam pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah
a. Apa aliran-aliran filsafat matematika ?
b. Bagaimana implikasi landasan Filosofis ?
c. Bagaimana cara mengajar secara dedaktif ?
d. Apa itu landasan Pedagogis ?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran filsafat yang ada dalam pendidikan.matematika
di SD/MI.
b. Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan landasan filosofis dalam
pembelajaran matematika di SD/MI.
c. Untuk mengetahui bagaiamana cara mengajar secara dedaktif
d. Untuk mengetaui apa saja landasan pedagogis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran-Aliran Filsafat Matematika


Filsafat matematika berperan untuk memberikan landasan yang sistematis dan absolut untuk
pengetahuan matematika, yaitu dalam nilai kebenaran matematika. Filsafat matematika berfungsi
untuk memberikan dasar-dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
Pemahaman tentang hakikat matematika sangat dipengaruhi oleh landasan filsafat
matematika. Perbedaan-perbedaan pemahaman tentang hakikat matematika sebagian besar
dilatarbelakangi oleh perbedaan aliran filsafat yang digunakan. Dalam memahami hakikat
matematika, terdapat 5 aliran yang populer di samping aliran-aliran lain yang banyak
digunakan sebagai landasan dalam belajar dan pembelajaran matematika. Lima aliran
dimaksud adalah absolutisme, fallibilisme, formalisme, logisisme, dan intuisionisme. Berikut
ini akan dijelaskan secara sepintas beberapa aliran filsafat dan pandangannya tentang
matematika yang dapat digunakan sebagai landasan filosofis pendidikan dan atau pembelajaran
matematika.
1. Aliran Absolutisme (Intuisiniosme)
Matematika merupakan pengetahuan yang sudah pasti kebenaran dan tidak dapat
diubah. Kebenaran matematika bersifat absolut (mutlak) dan merupakan satu-satunya
realitas pengetahuan yang sudah pasti. Munculnya aliran absolutisme dalam
matematika dipicu oleh adanya perbedaan setidaknya dalam dua hal berikut :
a. Pertama, pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara
sistem aksiomatik dan sistem logika. Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan
antara matematika dengan logika.
b. Kedua, terjadinya krisis landasan metamatika, yang melanda pondasi teori
himpunan dan logika formal, membawa matematikawan mencari landasan filsafat
untuk merekonstruksi matematika agar diperoleh landasan yang lebih kokoh.
c. Kedua kenyataan ini memunculkan tiga arus utama filsafat matematika yaitu aliran
logisisme dipimpin oleh Russell dan Whitehead, aliran intuisionisme dipimpin
oleh Brouwer, dan aliran formalisme dipimpin oleh David Hilbert.

2. Aliran Fallibilisme

2
Menurut fallibilisme, kebenaran matematika dapat menjadi subyek yang begitu
sederhana, dan dalam banyak hal dapat dikritisi. Kebenaran matematika bersifat tidak
sempurna (fallibel), tidak kokoh, dan di masa depan dapat dikoreksi serta direvisi.
Tesis aliran fallibilisme dinyatakan dalam dua pernyataan.
a. Dalam bentuk negatif, aliran fallibilisme fokus untuk menolak pandangan
absolutisme, dinyatakan sebagai kebenaran matematika bukanlah kebenaran yang
mutlak dan kebenarannya tidak mempunyai validasi yang mutlak.
b. Dalam bentuk positif, fallibilisme menyatakan bahwa kebenaran matematika
adalah tidak kokoh dan setiap saat terbuka untuk direvisi sampai tak hingga kali.

3. Aliran Logisisme
Aliran logisisme dikembangkan oleh filosuf Inggris Bertrand Arthur William.
Prinsipnya menjelaskan bahwa matematika semata-mata merupakan deduksi-deduksi
dengan prinsip-prinsip logika. Matematika dan logika merupakan bidang yang sama,
karena seluruh konsep-konsep dan teorema-teorema diturunkan dari logika.
Tesis Logisisme adalah matematika sebagai cabang dari logika. Menurut aliran ini,
seluruh matematika dari sejak jaman kuno perlu dikonstruksi kembali ke dalam term-
term logika dan tentu saja programnya adalah mengubah seluruh matematika ke dalam
logika. Semua konsep matematika haruslah dirumuskan dalam term-term logika dan
semua teorema matematika harus dikembangkan sebagai teorema logika. Tesis ini
muncul sebagai upaya untuk meletakkan pondasi matematika ke tempat yang paling
dasar dan paling dalam. Pondasi matematika yang saat ini digunakan dibangun dengan
sistem bilangan real, didorong ke sistem bilangan asli, dan akhirnya didorong lagi ke
teori himpunan.
Tugas logisisme adalah menyediakan dasar logika untuk pengetahuan matematika
secara pasti dan meyakinkan serta mengukuhkan kembali kemutlakan kepastian dalam
matematika.

4. Aliran Formalisme
Aliran formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari prinsip
awal, dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karya- karya yang
dihasilkannya sama sekali tidak mempunyai (dan memang tidak perlu mempunyai)
3
hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu yang sangat
membanggakan aliran ini. Menurut aliran formalisme, matematika sekedar rekayasa
simbol berdasarkan aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan
tautologis, yang memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari makna. Matematika
direduksi hanya menjadi sebuah permainan intelektual. Dalam bahasa populer,
formalisme memandang matematika sebagai permainan formal penuh makna yang
dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan aturan tertentu.
Kaum formalis memandang matematika sebagai koleksi perkembangan abstrak, di
mana term-term matematika semata-mata hanyalah lambang-lambang dan pernyataan
adalah rumus-rumus yang melibatkan lambang-lambang tersebut. Dasar untuk
aritmatika tidak terletak pada logika tetapi pada koleksi tanda-tanda pralogis atau
lambang-lambang dalam seperangkat operasi dengan tanda-tanda ini. Oleh karena itu,
menurut aliran Formalisme, matematika kosong dari muatan konkrit dan hanya
memuat elemen-elemen lambang ideal, sehingga membangun konsistensi dari berbagai
cabang matematika menjadi sangat penting. Tanpa disertai bukti konsistensi, seluruh
penyelidikan matematika tidak berarti sama sekali. Dengan tesis kaum Formalis ini,
perkembangan matematika aksiomatis terdorong ke puncak kejayaan tertinggi.

5. Aliran Intuisionisme
Intuisionisme merupakan aliran filsafat dalam tradisi Kant yang berpandangan bahwa
semua pengetahuan manusia diawali oleh intuisi yang menghasilkan konsep-konsep
dan diakhiri dengan ide-ide. Setidaknya untuk semua tujuan praktis, segala sesuatu,
termasuk matematika, hanya ada dalam pikiran. Brouwer menyatakan bahwa
matematika adalah kreasi pikiran manusia. Bilangan, misalnya, hanyalah entitas
mental, yang tidak akan pernah ada, kecuali dalam pikiran manusia yang
memikirkannya.
Aliran Intuisionisme tidak memandang kebenaran matematis sebagai struktur objektif
seperti pendapat aliran Formalisisme dan Logisisme. Menurut aliran ini, matematika
tidak akan dapat seluruhnya dilambangkan. Berpikir matematis tidak tergantung pada
bahasa tertentu yang digunakan untuk mengungkapkannya.

B. Hakikat Matematika
Apa sebenarnya matematika itu? Pembahasan tentang matematika, pada umumnya
dikaitkan dan diasosiasikan dengan “bilangan”, “angka”, “simbol-simbol”, atau “perhitungan”.
4
Hal ini sebagai akibat dari pandangan para ahli yang sangat tertarik dengan perilaku bilangan
dan melihat matematika dari sudut bilangan.
Adakah definisi matematika yang disepakati bersama? Sejauh ini, beberapa definisi atau
ungkapan pengertian matematika hanya dikemukakan terutama berfokus pada sudut pandang
masing-masing pakar yang merumuskan definsi tersebut. Hal demikian dikemukakan dengan
maksud agar pembaca dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli
matematika.
Berikut ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika.

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan
bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang
ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

C. Karakteristik Matematik
Matematika sebagai ilmu memiliki ciri-ciri, yaitu :
1. Memiliki objek abstrak
Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Fakta, konsep, prinsip, dan operasi merupakan
contoh dari objek dasar matematika. Dari objek dasar itulah dapat disusun pola dan
struktur matematik.
2. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Lambang
bilangan seperti 1, 2, dan 3 merupakan contoh kesepakatan dalam matematika.
Penggunaan kata ”satu” untuk lambang ”1” atau ”sama dengan” untuk ”=” juga
merupakan suatu kesepakatan.
3. Berpola pikir deduktif
Matematika sebagai ”ilmu” hanya diterima jika berpola pikir deduktif. Pola pikir deduktif
secara sederhana dapat dikatakan sebagai pemikiran ”yang berpangkal dari hal yang

5
bersifat umum diterapkan dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. Berikut ini
dikemukakan dua contoh pola pikir deduktif.
Contoh : Seorang siswa yang telah memahami konsep ”lingkaran”, ketika berada di dapur
dapat menggolongkan peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan yang bukan
lingkaran. Ketika siswa mampu menunjukkan peralatan yang berbentuk lingkaran dan
yang bukan maka siswa tersebut telah menggunakan pola pikir deduktif secara sederhana.
4. Memiliki simbol-simbol yang kosong dari arti
Dalam matematika banyak simbol yang digunakan, baik yang berupa huruf ataupun
bukan huruf. Simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk model matematika.
Model matematika dapat berupa persamaan, pertaksamaan, bangun geometri, dan
sebagainya.
Contoh simbol yang kosong dari arti adalah huruf-huruf yang dipergunakan dalam model
persamaan x + y = z belum tentu bermakna atau berarti bilangan.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan,
Pernyataan tentang kekosongan arti simbol dan tanda dalam matematika sebagaimana
disebutkan sebelumnya, ditunjukkan dengan jelas bahwa dalam penggunaan matematika
diperlukan kejelasan lingkup model yang dipakai. Jika lingkup pembicaraannya
bilangan, maka simbol-simbol itu diartikan suatu bilangan. Jika lingkup pembicaraannya
transformasi, simbol-simbol itu diartikan suatu transformasi. Lingkup pembicaraan
itulah yang disebut dengan semesta pembicaraan. Benar atau salahnya ataupun ada
tidaknya penyelesaian suatu model matematika ditentukan oleh semesta
pembicaraannya.
Contoh: Dalam semesta himpunan bilangan bulat, persamaan 2x + 3 = 4 tidak memiliki
selesaian. Persamaan 2x + 3 = 4 memiliki selesaian jika semesta pembicaraannya
himpunan bilangan real. Selesaian x = 0,5 merupakan anggota himpunan bilagan real,
tetapi x = 0,5 bukan anggota himpunan bilangan bulat.

6. Konsisten dalam sistemnya.


Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu
sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain, misalnya,
dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem
geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam sistem aljabar
sendiri terdapat beberapa subsistem yang lebih ”kecil” yang terkait satu sama lain.

6
D. Implikasi Landasan Filosofis Dalam Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Sifat atau teorema yang
ditemukan secara induktif dan empiris harus dibuktikan kebenarannya dengan langkah-
langkah deduktif sesuai dengan strukturnya. Dalam matematika sekolah, kalaupun siswa pada
akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif, namun dalam proses pembalajarannya
dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang digunakan sebagai bentuk
penyesuaian dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Pola induktif dan empiris dalam pembelajaran matematika pada tahap tertentu sangat
diperlukan. Karakteristik objek matematika yang abstrak, menuntut guru untuk memilih pola-
pola pembelajaran yang bisa membanu siswa belajar matematika. Sifat abstrak objek
matematika tersebut tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan salah satu
penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah. Seorang guru matematika
harus berusaha untuk mengurangi sifat abstrak dari objek matematika itu sehingga
memudahkan siswa menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian, seorang
guru matematika harus mengusahakan agar fakta konsep, prinsip, dan keterampilan (operasi)
dalam matematika itu terlihat konkret sesuai dengan perkembangan penalaran siswanya. Pada
jenjang SD/MI, sifat konkret objek matematika tersebut diusahakan lebih banyak atau lebih
besar dibandingkan jenjang sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang sekolahnya,
semakin besar atau banyak sifat abstraknya.

E. Desain Didaktis
Didaktik merupakan, metode pengajaran yang berpusat pada guru di mana guru
menyampaikan dan siswa menerima pelajaran, paling cocok untuk penyampaian informasi
faktual secara singkat .
Desain situasi didaktis merupakan rancangan bahan ajar yang dirancang sebagai solusi
untuk meminimalkan hambatan belajar siswa (salah satunya kecemasan siswa terhadap
matematika) yang mungkin muncul dalam diri siswa.
Situasi didaktis bisa dikatakan sebagai, situasi pembelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik yang merupakan masalah-masalah yang harus peserta didik selesaikan. Masalah
yang diberikan merupakan learning trajectory atau lintasan belajar peserta didik di mana
adanya alur proses berpikir peserta didik dalam pembelajaran yang diberikan. Semua situasi
dapat berubah tergantung pada proses berpikir peserta didik.

7
Dalam perancangan desain didaktis digunakannya beberapa teori, diantaranya teori
abstraksi karena desain didaktis harus mengikuti alur pikir anak yang sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Cara mengajar matematika agar siswa cepat mengerti dan tidak takut lagi pada pelajaran
yang satu ini.
1. Ajarkan konsep dengan benar.
Jika siswa sudah memahami konsep yang diajarkan dengan benar, belajar Matematika
tidak akan menjadi momok lagi bagi siswa. Ilmu Matematika merupakan ilmu yang
abstrak. Ketika mengajar pelajaran Matematika terutama di level dasar, harus dimulai
dari yang konkret sebelum masuk ke konsep abstrak.
2. Mengajar secara kontekstual
Guru Pintar dapat menggunakan media pembelajaran atau peraga yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya ketika sedang mengajarkan tentang persegi
panjang, Guru Pintar dapat menggunakan media yang ada di sekitar misalnya papan
tulis, permukaan meja, jendela, dan lain sebagainya.
3. Gunakan metode mengajar yang menyenangkan
Metode mengajar matematika yang menarik dan menyenangkan juga menjadi tips
supaya pelajaran Matematika mudah dipahami siswa. Guru Pintar harus selalu
memperhatikan penerapan model, metode, teknik dan pendekatan yang benar dan
sesuai dengan materi yang diajarkan. metode belajar Matematika hanya dengan drilling
dan latihan soal saja. Ajarkan Pelajaran Matematika melalui permainan/games atau
dengan lagu.
4. Mencari tau pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajarkan
Cara mudah belajar matematika adalah dengan memahami dasar-dasar atau
pengetahuan yang menjadi prasyarat. Belajar Matematika tidak bisa sekaligus. Materi-
materi yang diajarkan hendaknya diajarkan secara bertahap mulai dari level
Pendidikan yang paling bawah. Sering kali yang bisa membuat siswa putus asa belajar
Matematika adalah gagal paham konsep-konsep dasar sehingga terkendala saat
memahami materi-materi pada tahap berikutnya. Oleh karena itu, Guru Pintar wajib
berusaha menggali atau mengecek pemahaman siswa tentang materi yang akan
diajarkan. Misalnya konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
5. Tanamkan mindset “Math is Fun”
Cara mengajar matematika biar lebih mudah adalah dengan membuat siswa menyukai
pelajaran Matematika. Menanamkan pola pikir yang tepat pada siswa akan
8
berimplikasi besar terhadap paradigma siswa terhadap mata pelajaran matematika. Jika
siswa merasa pelajaran Matematika itu menyenangkan dan penuh tantangan, maka
secara otomatis akan meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk belajar
matematika. Sugesti-sugesti semacam ini penting. Jangan membuat siswa berpikir
Matematika itu identik dengan hal yang sulit-sulit.
6. Jangan hanya teori
Cara agar siswa mudah mengerti dengan pelajaran matematika yang sedang diajarkan
adalah dengan mempraktekkannya. Jika siswa hanya diberikan teori-teori saja, siswa
akan mengalami kesulitan dalam memahami konsepnya. Pemberian teori atau konsep
yang diikuti dengan praktek yang aplikatif akan membuat siswa lebih mudah
memahami dan pengetahuan yang didapatkan akan lebih bermakna. Terlebih jika
praktek yang dilakukan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
7. Beri waktu istirahat
Semua orang pasti tahu bahwa pelajaran Matematika berhubungan erat dengan rumus-
rumus dan angka-angka. Jangan membuat siswa tegang dengan memberikan latihan-
latihan soal terus menerus dari awal hingga akhir pelajaran. Sangat disarankan bagi
Guru Pintar untuk jeli melihat situasi. Jika siswa terlihat sudah lelah, beri waktu
istirahat. Bukan berarti membiarkan siswa ke kantin saat pelajaran, ya. Waktu istirahat
yang dimaksud adalah waktu siswa untuk refreshing untuk menurunkan ketegangan
atau stres saat belajar.

F. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis merupakan suatu landasan yang digunakan oleh pendidik untuk dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencapai tujuannya, yaitu membimbing
peserta didik ke arah tujuan tertentu, yaitu agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah
dengan mandiri. Landasan pedagogis ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran,
karena dapat dijadikan sebagai dasar oleh pendidik. Landasan pedagogis terbagi menjadi dua,
yaitu pembelajaran abad 21 dan pembelajaran tematik integratif.
Dalam mengembangkan pembelajaran abad 21 ini, harus ada hal-hal yang diperhatikan
dengan baik adalah sebagai berikut.
1. Tugas Guru sebagai Perencana Pembelajaran
Guru sebelum melakukan pembelajaran di kelas harus memiliki perencanaan yang
baik, yaitu berupa RPP yang menjelaskan tujuan, skenario pembelajaran, penilaian ,

9
dan media yang digunakan . Komponen-komponen tersebut harus dijelaskan secara
detail.
2. Memasukkan unsur HOT (High Order Thinking)
Kemajuan teknologi telah memudahkan semua orang untuk memperoleh informasi
secara cepat dan tepat dari sumber yang terpercaya. Dengan begitu, guru dalam
melaksanakan pembelajaran harus dapat mengkombinasikan pembelajaran yang
memunculkan permasalahan dari berbagai tingkatan, seperti aplikasi, evaluasi, analisa,
dan berkreasi. Hal tersebut dapat membuat siswa untuk berpikir secara kritis dan logis.
3. Menerapkan Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Bervariasi
Dalam pembelajaran tidak hanya menggunakan metode klasik saja, yaitu berceramah
karena siswa akan lebih mudah merasa bosan. Maka guru harus dapat menggunakan
berbagai model pembelajaran yang ada, seperti PBL, PjBL, Discovery, Inquiry,
maupun Jigsaw. Dengan begitu siswa dapat mengkaitakan pembelajaran dalam kelas
dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran abad 21 meliputi :
a. Active Learning
Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk
memberdayakan peserta didik agar dapat belajar dengan menggunakan berbagai
cara/strategi secara aktif. Dalam aktivitas ini peserta didik didorong untuk
menggunakan otaknya dalam memcahkan suatu masalah yang sedang dipelajari,
selain itu juga untuk melatih fisik dan mental seseorang.
b. Student Center
Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk
memberdayakan peserta didik agar dapat belajar dengan menggunakan berbagai
cara/strategi secara aktif. Dalam aktivitas ini peserta didik didorong untuk
menggunakan otaknya dalam memcahkan suatu masalah yang sedang dipelajari,
selain itu juga untuk melatih fisik dan mental seseorang.
c. Berorientasi pada Proses
Dalam proses pembelajaran yang diutamakan bukan untuk mencapai hasil
akhirnya, namun bagaimana proses pembelajaran itu dapa berjalan dengan baik dan
sitematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
d. Collaborative Learning

10
Dalam proses pembelajaran guru harus mengajarkan siswa untuk dapat
bekerjasama dengan orang lain. Bekerjasama dengan orang lain yang memiliki
latar belakang dan karakteristik yang berbeda-beda.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Setelah memahami hakikat matematika berdasarkan perbedaan-perbedaan pandangan
filsafat yang digunakan, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana membelajarkan
matematika kepada siswa di kelas. Membelajarkan matematika dengan menggunakan salah
satu landasan aliran filsafat secara ekstrim dengan mengabaikan aliran filsafat yang lain
bukanlah cara yang konstruktif. Dalam memahami matematika, setiap aliran filsafat memiliki
kelebihan dan kelemahan.
 Desain situasi didaktis merupakan rancangan bahan ajar yang dirancang sebagai solusi
untuk meminimalkan hambatan belajar siswa (salah satunya kecemasan siswa terhadap
matematika) yang mungkin muncul dalam diri siswa.
 Landasan pedagogis merupakan landasan yang digunakan untuk mengubah perilaku
sesorang untuk menjadi lebih baik dengan bimbingan orang yang lebih dewasa kepada orang
yang sedang belajar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mustangin. Pendidikan Matematika : Landasan Filosofis Pendidikan Matematika dan


Implikasinya dalam Pembelajaran. Universitas Islam Malang.

Supriatna, Irfan, Lusa Herman. Ilmu Pendidikan : Desain Didaktis Sebagai Pengenalan
Konsep Pembagian Pada Pembelajaran Matematika SD. Universitas Bengkulu :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Ainuddina, Rizka. Landasan Pedagogis Sebagai Salah Satu Dasar Proses Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Universitas Negri Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan.

Oktifa, Nita. Cara Mengajar Matematika Supaya Mudah Dipahami Siswa.


https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/cara-mengajar-mengajar-matematika

13

Anda mungkin juga menyukai