Anda di halaman 1dari 20

TEORI BRUNER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika

Disusun oleh:

Hairoh : (2225200016)

Putri Yasmin Atqiyya : (2225200071)

Maria Monica G. : (2225200086)

Deni Dwi Putra : (2225200088)

Ahmad Syauqi : (2225200105)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, Saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata
kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah
kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Teori Bruner” dapat diselesaikan dengan baik.


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Strategi Pembelajaran Matematika.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Heni Pujiastuti, S.Pd., M.Pd,
selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang telah
memberikan tugas ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dan membagi
ilmu pengetahuan dan wawasan dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya.


Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk menyempurnakan isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan2

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................4


A. Biografi Jerome S. Bruner............................................................................4
B. Jerome Bruner pada Pembelajaran dan Instruksi .........................................5
C. Instruksi Teori Bruner ..................................................................................6
D. Karakteristik Pertumbuhan Intelektual ........................................................6
E. Fitur Instruksi Teori .....................................................................................7
F. Teorema atau Dalil Bruner .........................................................................11
G. Alat-Alat Mengajar ....................................................................................12
H. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar ..........................................................................................................13
I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner .......................................13
J. Contoh Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar.............................................................................................14

BAB III : KESIMPULAN ...............................................................................16


A. Kesimpulan ................................................................................................16
B. Saran ...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk landasan
bagi teknologi dan pengetahuan modern. Matematika berkenaan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara
logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, (Hudoyo,
1990:3). Matematika itu sendiri sebenarnya lebih menekankan kegiatan dalam
dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).
Disamping itu, Matematika memberikan keterampilan yang tinggi pada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi sebagai bekal
peserta didik dalam kemampuan membantu dalam hal daya abstaksi, analisis
permasalahan, penalaran logika, serta kemampuan bekerjasama.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara


empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk
itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atua notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu
logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Selain penguasaan materi, dalam pembelajaran matematika kepada anak


didiknya nanti, seorang guru dituntut agar memahami tentang hakekat anak
didik dan teori pembelajaran. Pemahaman terhadap kedua aspek tersebut
diperlukan agar guru mampu mengajarkan matematika dengan baik melalui
metode atau strategi yang tepat dalam pembelajaran matematika.

1
Guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika. Unsur pokok
dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang
proses. Proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses
pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika
sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang
studi dalam pelajaran.

Dalam makalah ini penulis menjelaskan teori belajar dari para ahli yakni
teori belajar Bruner kemudian bagaimana penerapannya dalam pembelajaran
matematika, sehingga asumsi dari siswa bahwa mata pelajaran matematika
adalah pelajaran yang paling sulit sedikit demi sedikit akan terkikis dengan
digunakannya teori – teori belajar yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Jerome S. Bruner?
2. Bagaimana Jerome Bruner pada Pembelajaran dan Instruksi?
3. Bagaimana Instruksi Teori Bruner?
4. Bagaimana Karakteristik Pertumbuhan Intelektual?
5. Bagaimana Fitur Instruksi Teori?
6. Sebutkan Teorema atau Dalil Bruner?
7. Sebutkan Alat-Alat Mengajar?
8. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar?
9. Sebutkan Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner?
10. Bagaimana Contoh Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Jerome S. Bruner.
2. Untuk mengetahui Jerome Bruner pada Pembelajaran dan Instruksi.
3. Untuk mengetahui Instruksi Teori Bruner.
4. Untuk mengetahui Karakteristik Pertumbuhan Intelektual.

2
5. Untuk mengetahui Fitur Instruksi Teori.
6. Untuk mengetahui Teorema atau Dalil Bruner.
7. Untuk mengetahui Alat-Alat Mengajar.
8. Untuk mengetahui Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
9. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner.
10. Untuk mengetahui Contoh Penerapan Teori Belajar Bruner dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Jerome S. Bruner

Jerome S. Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia
menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia
berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah keluarganya dan
kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian
prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York
City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari
Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di
Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la
menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New
School For Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner
menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam
psikologi sejak pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner menjadikan
reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai
psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa
Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan
dan kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk
riset dari Asosiasi Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif.
Beberapa karya tulisnya antara lain:
1. Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)
2. The Culture of Education (Harvard University press, 1996)

4
3. The Process of Education (Harvard University press. 1960)
4. Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
5. Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing
(Norton, 1973)
6. Child’s Talk : Learning to Use Language (Norton, 1983)
7. Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di
Amerika Serikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari
tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam Struktur
Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang
profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.

B. Jerome Bruner pada Pembelajaran dan Instruksi


Psikolog terkenal, Jerome Bruner, telah banyak menulis tentang teori,
proses pembelajaran dan filsafat pendidikan. Sejak ia mengubah posisinya
pada instruksi yang alami dan filsafat pendidikannya antara tahun 1960 dan
1970, terdapat pertimbangan komprehensif dari kerja Bruner harus mencakup
perbandingan dari perubahan sikapnya. Pada akhir 1950 Bruner dan banyak
pendidik lainnya, terutama orang-orang yang telah memulai untuk
mengembangkan memandang struktur disiplin sebagai faktor yang sangat
penting (bahkan mungkin faktor yang paling penting) dalam pendidikan.
Setidaknya, hal itu tidak akan salah untuk mengatakan bahwa masalah konten
adalah perhatian utama bagi banyak pengembang dari beberapa variasi
kurikulum matematika modern. Buku yang sangat diakui Bruner, The Proses
of Education, yang ditulis pada 1959-1960, mencerminkan pemikiran pada saat
ini terhadap komunitas ilmiah yang berkaitan dengan pendidikan dasar dan
menengah. Buku ini merupakan sintesis dari diskusi dan persepsi yang
melibatkan 34 matematikawan, ilmuwan, psikolog dan pendidik yang bertemu
selama sepuluh hari di Woods Hole on Cape Cod untuk membahas metode-
metode untuk memperbaiki pendidikan di sekolah di Amerika Serikat. Diskusi
mereka berpusat di sekitar pentingnya pengajaran struktur disiplin, persiapan
untuk belajar, berpikir intuitif dan analitik, dan motif untuk belajar. Prinsip-

5
prinsip umum seperti yang tercantum dalam daftar berikut muncul dari
konferensi Woods Hole :
1. Belajar yang tepat dalam kondisi optimum mengarah siswa untuk "belajar
bagaimana untuk belajar".
2. Setiap topik dari subjek dapat diajarkan untuk setiap siswa dalam beberapa
bentuk kebenaran intelektual pada setiap tahap dalam perkembangan
intelektual siswa.
3. Kegiatan intelektual adalah sama di mana saja, apakah orang tersebut adalah
siswa kelas ketiga atau seorang ilmuwan penelitian.
4. Bentuk terbaik dari motivasi adalah ketertarikan kedalam subjek.

C. Instruksi Teori Bruner


Dalam bukunya Toward a Theory of Instruction, Bruner menyajikan sudut
pandangnya tentang pertumbuhan intelektual alami dan membahas enam
karakteristik pertumbuhan. Dia juga memberikan dua karakteristik umum yang
mana dia percaya hal tersebut seharusnya menjadi dasar dari instruksi teori
umum dan membahas empat fitur utama khusus yang ia pikir seharusnya dapat
hadir didalam setiap teori instruksi.

D. Karakteristik Pertumbuhan Intelektual


Menurut Bruner ada enam karakteristik dalam pertumbuhan intelektual.
Pertama, pertumbuhan intelektual ditandai dengan meningkatnya kemampuan
seseorang untuk memisahkan tanggapannya dari rangsangan langsung dan
spesifik. Sebagaimana orang-orang berkembang secara intelektual, mereka
belajar untuk menunda, restrukturisasi dan mengontrol respon untuk memberi
tekanan pada kumpulan rangsangan.
Karakteristik pertumbuhan kedua perkembangan kemampuan untuk
menginternalisasi peristiwa eksternal ke dalam struktur mental yang dapat
menyamakan lingkungan pelajar dan yang membantu peserta didik dalam
generalisasi dari kasus tertentu.
Karakteristik ketiga dari perkembangan mental adalah kemampuan yang
meningkat untuk menggunakan kata-kata dan simbol untuk mewakili hal-hal

6
yang telah dilakukan atau akan dilakukan di masa depan. Penggunaan kata-kata
dan simbol matematika memungkinkan orang untuk melampaui intuisi dan
adaptasi empiris dan menggunakan mode logis dan analitis pemikiran.
Pentingnya untuk matematika dari sistem simbol yang tepat sudah
digambarkan. Tanpa notasi simbolik, matematika akan berkembang sangat
lambat dan akan memiliki aplikasi terbatas untuk pemodelan situasi fisik dan
konseptual.
Karakteristik pertumbuhan keempat adalah bahwa perkembangan mental
tergantung pada interaksi sistematis dan terstruktur antara pelajar dan guru.
“Guru” adalah siswa, orang tua, guru sekolah, atau siapapun yang memilih
untuk memberi instruksi pada pelajar. Menurut Bruner dan Piaget,
perkembangan intelektual akan sangat terbelakang jika anak tidak memiliki
berbagai hubungan dengan orang lain. Satu hal yang banyak guru sekolah tidak
lakukan adalah untuk mengeksploitasi kemampuan unik yang siswa memiliki
untuk mengajar satu sama lain. Pada banyak kesempatan, siswa lebih mampu
mempelajari konsep dengan diskusi satu sama lain dan menjelaskan satu sama
lain bahwa melalui instruksi eksklusif dari guru.
Karakteristik Bruner kelima pertumbuhan adalah bahwa pengajaran dan
pembelajaran yang sangat difasilitasi melalui penggunaan bahasa. Dalam kelas
matematika, salah satu cara utama bagi siswa untuk menunjukkan pengetahuan
dan pemahaman tentang ide-ide matematika adalah melalui penggunaan
bahasa untuk mengekspresikan konsep mereka dari ide-ide.
Karakteristik keenam adalah pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh
kemampuan meningkatkan menangani variabel serveral secara bersamaan.

E. Fitur Instruksi Teori


Menurut Bruner, teori instruksi harus preskriptif dan normatif. Sebuah
instruksi teori adalah preskriptif jika mengandung prinsip untuk prosedur tetap
yang paling efektif untuk fakta-fakta pengajaran dan pembelajaran,
keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip.
Dalam memandang proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut

7
“(Free discovery learning)”. Ia mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan
beberapa konsep atau prinsip.
Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Misalnya untuk memahami konsep kejujuran, siswa
pertama-tama tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari
contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah siswa
dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”.
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses
kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome
Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika
siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam
hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1)
tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna
dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru
yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk
mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning.
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

8
• identifikasi kebutuhan siswa;
• seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
• seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
• membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa
serta peranan masing-masing siswa;
• mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
• mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan;
• memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
• membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
• memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
• merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
• membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Fitur pertama adalah bahwa teori instruksi harus menentukan pengalaman
yang mempengaruhi atau berbagai jenis memotivasi siswa untuk belajar; yaitu,
untuk belajar secara umum dan untuk belajar subjek tertentu seperti
matematika. Teory harus menentukan bagaimana lingkungan siswa, status
sosial, anak usia dini, citra diri, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
sikap tentang belajar. Predisposisi untuk belajar merupakan aspek penting dari
setiap teori instruksi.
Kedua, teori harus menentukan cara di mana pengetahuan umum dan
disiplin tertentu harus diselenggarakan sehingga berkaitan dengan karakteristik
peserta didik dan mewujudkan struktur spesifik subjek. Bruner percaya bahwa
struktur badan pengetahuan dapat digambarkan dalam tiga cara yaitu modus
representasi, ekonomi, dan kekuatan. Modus representasi contohnya untuk
siswa kelas tujuh, konsep fungsi dapat diwakili dengan himpunan tindakan
seperti menambahkan 2 untuk satu himpunan tertentu dari nomor, mengurangi
separuh setiap pengukuran dalam satu tetapan pengukuran, atau mengubah satu
tetapan pengukuran Fahrenheit ke skala Celcius. Mahasiswi sekolah tinggi

9
dapat diberikan contoh fungsi seperti himpunan pasangan pada objek. Atau
bisa ditampilkan hubungan linear seperti y = 2x, y = x / 5, dan y = -x, yang
semuanya adalah contoh yang tepat dari fungsi untuk siswa di sekolah tinggi.
Siswa SMA di kelas matematika lanjutan dapat diberikan represention simbolis
konsep fungsi dalam bentuk : y = f (x) adalah fungsi dari x jika untuk setiap
elemen yang milik satu himpunan X terdapat elemen yang unik b milik satu
himpunan Y sedemikian sehingga dipetakan ke b menurut b = f (a).
Ekonomi dalam mewakili struktur disiplin adalah kuantitas informasi yang
harus disimpan dalam memori untuk memahami unsur-unsur disiplin. Hal ini
lebih ekonomis untuk mengingat rumus untuk mengkonversi pengukuran skala
Fahrenheit daripada mengingat tabel konversi tertentu. Ekonomi representasi
tergantung pada cara di mana informasi terorganisir dan peruntunan, dimana
cara itu disajikan kepada siswa, dan gaya belajar yang unik dari setiap siswa.
Kekuatan struktur tubuh pengetahuan untuk setiap peserta didik adalah
terkait dengan struktur mental yang mana ia membentuk dalam belajar
informasi dan kapasitas pelajar untuk mengatur, menghubungkan, dan
menerapkan informasi yang telah dipelajari. Belajar yang telah terstruktur dari
kelompok konsep-konsep matematika, cincin, dan bidang dengan cara tidak
melihat hubungan antara ketiga ide-ide matematika, konsep mental yang telah
terstruktur akan tidak sangat kuat.
Fitur ketiga dari instruksi teori adalah bahwa teori harus menentukan cara
yang paling efektif bahan sequencing dan menyajikannya kepada siswa dalam
rangka memfasilitasi pembelajaran.
Fitur keempat Bruner teori harus menentukan sifat, seleksi, dan
memberikan penghargaan dan hukuman yang tepat dalam proses belajar
mengajar disiplin.
Keempat fitur dari teori instruksi (mengembangkan kecenderungan untuk
belajar, pengetahuan penataan, memberikan penyajian materi, dan memberikan
penghargaan dan penguatan) menyarankan kegiatan yang sesuai, guru
matematika harus terlibat dalam mempersiapkan mengajar kursus, unit, topik
dan pelajaran dalam matematika.

10
F. Teorema atau Dalil Bruner
1. Dalil Konstruksi / Penyusunan (Contruction Theorem)
Di dalam teorema kontruksi dikatakan bahwa cara yang terbaik bagi
seseorang siswa untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam Matematika
adalah dengan mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebagai sebuah
representasi dari konsep atau prinsip tersebut. Jika para siswa bisa
mengkontuksi sendiri representasi tersebut mereka akan lebih mudah
menemukan sendiri konsep atau prinsip yang terkandung dalam representasi
tersebut, sehingga untuk selanjutnya mereka juga mudah untuk mengingat
hal-hal tesebut dan dapat mengaplikasikan dalam situasi-situasi yang sesuai.
Contohnya, anak mempelajari konsep perkalian yang didasarkan pada
prinsip penjumlahan berulang, akan lebih memahami konsep tersebut. Jika
anak tersebut mencoba sendiri menggunakan garis bilangan untuk
memperlihatkan proses perkalian tersebut.
2. Dalil Notasi (Notation Theorem)
Menurut apa yang dikatakan dalam terorema notasi, representasi dari
sesuatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila
di dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Sebagai contoh, untuk siswa sekolah dasar,
yang pada umumnya masih berada pada tahap operasi kongkret, soal
berbunyi; ”Tentukanlah sebuah bilangan yang jika ditambah 3 akan menjadi
8”, akan lebih sesuai jika direpresentasikan dalam diberikan bentuk ... + 3 =
8 atau + 3 = 8 atau a + 3 = 8.

3. Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem)


Di dalam teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa sesuatu
konsep Matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep
itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga perbedaan
antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.
Selain itu di dalam teorema ini juga disebutkan bahwa pemahaman
siswa tentang sesuatu konsep matematika juga akan menjadi lebih baik
apabila konsep itu dijelaskan dengan menggunakan berbagai contoh yang

11
bervariasi. Misalnya, dalam pembelajaran konsep persegipanjang,
persegipanjang sebaiknya ditampilkan dengan berbagai contoh yang
bervariasi. Misalnya ada persegipanjang yang posisinya bervariasi (ada
yang dua sisinya behadapan terletak horisontal dan dua sisi yang lain
vertikal, ada yang posisinya miring, dan sebagainya), ada persegipanjang
yang perbedaan panjang dan lebarnya begitu mencolok, dan ada
persegipanjang yang panjang dan lebarnya hampir sama, bahkan ada
persegipanjang yang panjang dan lebarnya sama. Dengan digunakannya
contoh-contoh yang bervariasi tersebut, sifat-sifat atau ciri-ciri dari persegi
panjang akan dapat dipahami dengan baik. Dari berbagai contoh tersebut
siswa akan bisa memahami bahwa sesuatu konsep bisa direpresentasikan
dengan bebagai contoh yang spesifik. Sekalipun contoh-contoh yang
spesifik tersebut mengandung perbedaan yang satu dengan yang lain, semua
contoh (semua kasus) tersebut memiliki ciri-ciri umum yang sama.
4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Connectivity Theorem)
Di dalam teorema konektivitas disebutkan bahwa setiap konsep, setiap
prinsip, dan setiap ketrampilan dalam matematika berhubungan dengan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan yang lain.
Keempat dalil tersebut di atas tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu
per satu seperti di atas. Dalam penerapan (implementasi), dua dalil atau lebih
dapat diterapkan secara bersaa dalam proses pembelajaran sesuatu materi
matematika tertentu. Hal tersebut bergantung pada karakteristik dari materi
atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik dari siswa yang belajar.
Misalnya konsep Dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan Tripel
Pythagoras.

G. Alat-Alat Mengajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan
bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka
peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat
dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.

12
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip
suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga
eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-
langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
3. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa
atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk
hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
4. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma,
yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi
ballikan atau feedback tentang responds murid.

H. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika di


Sekolah Dasar
Langkah Penerapan Teori Belajar Bruner :
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang diajarkan. Misal:
untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedang-kan
bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
2. Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini ” apakah nama
bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa
cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari
jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin
tersebut?
4. Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan
intuisinya. Jangan dikomentari dahulu jawaban siswa, gunakan pertanyaan
yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang
sebenarnya.
5. Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat
dilakukan dengan metode penemuan.

I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner

13
Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah
diingat.
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara
bebas.

Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah :


1. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang
cerdas, hasilnya kurang efektif.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajari.

J. Berikut ini Disajikan Contoh Penerapan Teori Belajar Bruner dalam


Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Pembelajaran menemukan rumus luas daerah persegi panjang?
Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran,
sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya
seperti, persegipanjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi
enam, lingkaran.
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik) objek. Untuk

14
gambar a ukurannya: Panjang =20 satuan, Lebar = 1 satuan
gambar b ukurannya: Panjang = 10 satuan, Lebar = 2 satuan
gambar c ukurannya: Panjang = 5 satuan, Lebar = 4 satuan

b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran
internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar
atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Penyajian
pada tahap ini apat diberikan dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginery), gambar-gambar atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut.

c. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa diminta untuk
meneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika
simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas daerah persegi
panjang L. maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan. Jadi luas
persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu
tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri.
Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-
pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral
kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi
materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,
dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali
secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian
seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara
utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui


struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan
melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain
itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep
yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui
pembelajaran penemuan.

B. Saran

Sebaiknya teori belajar Bruner ini impelentasikan dalam pengajaran


pendidikan Sekolah Dasar kelas tinggi sesuai dengan penjelasan dan prosedur
yang telah dijelaskan agar pembelajaran dalam berlangsung secara
efektif hingga tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary


Schools). (Dubuque, Iowa : Wm. C. Brown).
Fuaidah, Tu’nas. 2011. Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner.
(http://www.TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S.
BRUNER _ 8tunas8's Blog.htm) diakses pada tanggal 11 November 2015
pukul 13.45.
Ninamath. 2013. Teori Belajar Bruner. (http://www.teori belajar bruner _
ninamath.htm) diakses pada tanggal 24 September 2021 pukul 13.34.
Wardhina, Elvira. 2013. Teori Belajar Bruner. (http://www.Teori Belajar Bruner _
Elvira Wardhina.html) diakses pada tanggal 25 September 2021 pukul 13.51.

17

Anda mungkin juga menyukai