Anda di halaman 1dari 7

INSTRUMEN PENELITIAN

Yustika Heslia Ningsi


1
Metodologi Penelitian
PTIK-C

Makassar, 17 September 2020


ABSTRAK
Instrumen merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
Suatu instrumen dikatakan baik bila valid dan reliabel, konsistensi tanggapan, maupun reliabilitas
konsistensi gabungan butir. Validitas internal skor butir dikotomi dan validitas internal skor butir
politomi berturut-turutdigunakan korelasi biserial dan korelasi poduct moment. Kriteria suatu butir
validatau tidak valid didasarkan pada nilai r-tabel.. Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas
merupakan intrepretasi relatif dalam artian bahwa tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan
berapa angka koefisien minimal yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel.
Tujuan mengestimasi reliabilitas tidak lain adalah untuk menentukan seberapa besar variabilitas
yang terjadi akibat adanya kesalahan pengukuran dan seberapa besar variabilitas skortes
sebenarnya.
Kata kunci: Instrumen, Penelitian, Validitas, Reliabel.

I. PENDAHULUAN

Penelitian merupakan cara mencari Djaali (2000: 9), secara umum yang
kebenaran melalui metode ilmiah, karena dimaksud dengan instrumen adalah
dalam mengungkapkan kebenaran suatu alat yang karena memenuhi
penelitian menggunakan metode ilmiah persyaratan akademis maka dapat
yang meliputi: perumusan masalah, dipergunakan sebagai alat untuk
melakukan studi literatur, merumuskan mengukur suatu objek ukur atau
praduga-praduga, pengumpulan data, mengumpulkan data mengenai suatu
mengolah data, menganalisis data, dan variabel.
mengambil kesimpulan. Dalam hal
pengumpulan data, instrumen sangat Selanjutnya, dinyatakan bahwa
penting dalam penelitian, karena instrumen pada dasarnya instrumen dapat dibagi
merupakan alat ukur dan akan memberikan menjadi dua macam, yakni tes dan
informasi tentang apa yang kita teliti. non-tes. Yang termasuk kelompok tes,
Informasi yang akurat diperoleh melalui misalnya tes prestasi belajar, tes
instrumen yang valid dan reliabel. inteligensi, tes bakat; sedangkan yang
Dalam penelitian pendidikan termasuk non-tes misalnya pedoman
khususnya penelitian kuantitatif wawancara, angket atau kuesioner,
dikenal dengan nama variabel, lembar observasi, daftar cocok (check
misalnya variabel laten, variabel list), skala sikap, skala penilaian, dan
manifes dan sebagainya. Variabel sebagainya, selanjutnya, dalam hal
inilah yang pada umumnya ingin pengukuran, Weitzenhoffer (dalam
diketahui karakteristik yang Nur, 1987: 1) menyatakan bahwa
dimilikinya, misalnya rata-rata, pengukuran sebagai suatu operasi yang
median, modus, standar deviasi dan dilakukan terhadap alam fisik oleh
lain-lain. Untuk mengukur suatu pengamat. Misalnya, ingin mengukur
variabel diperlukan alat ukur yang hasil belajar, intelegensi, sikap,
biasa disebut instrumen. Menurut motivasi berprestasi, dan sebagainya.
Dalam hal validitas dan reliabilitas, prosedur sistematis untuk mengamati
tentunya dipengaruhi oleh (1) dan mencandrakan satu atau lebih
instrumen, (2) subjek yang diukur, dan karakteristik seseorang dengan
(3) petugas yang melakukan menggunakan skala numerik atau
pengukuran. Dalam hal pengukuran, sistem kategori.
khususnya dalam pendidikan tentunya
yang terpenting adalah informasi hasil Tes juga dapat diartikan sebagai
ukur yang benar. Sebab dengan hasil alat pengukur yang mempunyai
ukur yang tidak atau kurang benar standar objektif sehingga dapat
akan memberikan informasi yang tidak dipergunakan untuk mengukur dan
benar, sehingga kesimpulan yang membandingkan keadaan psikis atau
diambil juga tidak benar. Mengutip tingkah laku individu. Menurut Azwar
pendapat Steven (dalam Nur, 1987: 1) (1987: 3) tes adalah prosedur yang
menyatakan bahwa pengukuran adalah sistematis, karena: (a) butir-butir
pemberian angka atas objek atau dalam tes disusun menurut cara dan
kejadian sesuai dengan aturan. Dengan aturan tertentu, (b) prosedur
menitikberatkan pada alat ukurnya, administrasi tes dan pemberian angka
maka dalam hal ini akan dibahas (scoring) terhadap hasilnya harus jelas
instrumen tes. Silverius (1991: 9) dan dispesifikasi secara terperinci, dan
berpendapat bahwa tujuan utama (c) setiap orang yang mengambil tes
dalam melakukan evaluasi dalam itu harus mendapat butir-butir yang
proses belajar-mengajar adalah untuk sama dalam kondisi yang sebanding.
mendapatkan informasi yang akurat
mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh peserta didik, Validitas
sehingga dapat diadakan tes yang
Azwar (1987: 173) menyatakan
diberi nama: (1) tes penempatan, (2)
bahwa validitas berasal dari kata
tes formatif, (3) tes diagnostik, dan (4)
validity yang mempunyai arti sejauh
tes sumatif.
mana ketepatan dan kecermatan suatu
II. PEMBAHASAN instrumen pengukur (tes) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
Instrumen merupakan suatu alat dikatakan memiliki validitas yang
yang memenuhi persyaratan akademis tinggi apabila alat tersebut
sehingga dapat dipergunakan sebagai menjalankan fungsi ukur secara tepat
alat untuk mengukur suatu objek ukur atau memberikan hasil ukur yang
atau mengumpulkan data mengenai sesuai dengan maksud dilakukannya
suatu variabel. Instrumen dapat pengukuran tersebut. Artinya, hasil
berbentuk tes dan juga dapat berbentuk ukur dari pengukuran tersebut
non-tes, namun untuk memperoleh merupakan besaran yang
sampel tingkah laku dari ranah mencerminkan secara tepat fakta atau
kognitif digunakan tes. Misalnya: tes keadaan sesungguhnya dari apa yang
hasil belajar, tes intelegensi, tes bakat diukur.
dan sebagainya.
Suryabrata (2000: 41) berpendapat
Pengertian Tes bahwa validitas tes pada dasarnya
Tes adalah prosedur sistematik menunjuk kepada derajat fungsi
yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas pengukurnya suatu tes, atau derajat
yang distandardisasikan dan diberikan kecermatan ukurnya sesuatu tes.
kepada individu atau kelompok untuk Validitas suatu tes mempermasalahkan
dikerjakan, dijawab, atau direspon, apakah tes tersebut benar-benar
baik dalam bentuk tertulis, lisan mengukur apa yang hendak diukur.
maupun perbuatan. Silvirius (1991: 5) Maksudnya adalah seberapa jauh suatu
berpendapat bahwa tes adalah suatu tes mampu mengungkapkan dengan
tepat ciri atau keadaan yang
sesungguhnya dari objek ukur, akan proses penelaahan teoretik dari suatu
tergantung dari tingkat validitas tes konsep dari variabel yang hendak
yang bersangkutan. Pendapat lain, diukur, mulai dari perumusan
Sudjana (2004:12) bahwa validitas konstruk, penentuan dimensi dan
berkenaan dengan ketepatan alat indikator, sampai kepada penjabaran
penilaian terhadap konsep yang dinilai dan penulisan butir-butir instrumen.
sehingga betul-betul menilai apa yang Perumusan, konstruk harus dilakukan
seharusnya dinilai. berdasarkan sintesis dari teori-teori
mengenai konsep variabel yang
Suatu tes yang valid untuk tujuan hendak diukur melalui proses analisis
tertentu atau pengambilan keputusan dan komparasi yang logik dan cermat.
tertentu, mungkin tidak valid untuk Menyimak proses teoretik seperti telah
tujuan atau pengambilan keputusan dikemukakan, maka proses validasi
lain. Jadi validitas suatu tes, harus konstruk sebuah instrumen dilakukan
selalu dikaitkan dengan tujuan atau melalui penelaahan atau justifikasi
pengambilan keputusan tertentu. Tes pakar atau melalui penilaian
masuk di SMA misalnya harus selalu sekelompok panel yang terdiri atas
dikaitkan dengan seberapa jauh tes orang-orang yang menguasai substansi
masuk tersebut dapat mencerminkan atau konten dari variabel yang hendak
prestasi atau hasil belajar para calon diukur.
peserta didik baru setelah belajar nanti.
Sedangkan Djaali (2000: 70) Validitas empiris sama dengan
membedakan konsep validitas tes validitas kriteria yang berarti bahwa
menjadi tiga macam yaitu validitas isi validitas ditentukan berdasarkan
(content validity), validitas konstruk kriteria, baik kriteria internal maupun
(construct validity), dan validitas kriteria eksternal. Validitas empiris
empiris atau validitas kriteria. diperoleh melalui hasil uji coba tes
Validitas isi suatu tes kepada responden yang setara dengan
mempermasalahkan seberapa jauh responden yang akan dievaluasi atau
suatu tes mengukur tingkat penguasaan diteliti. Kriteria internal adalah tes atau
terhadap isi atau konten atau materi instrumen itu sendiri yang menjadi
tertentu yang seharusnya dikuasai kriteria, sedang kriteria eksternal
sesuai dengan tujuan pengajaran. adalah hasil ukur instrumen atau tes
Dengan kata, lain tes yang mempunyai lain di luar instrumen itu sendiri yang
validitas isi yang baik ialah tes yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang
benar-benar mengukur penguasaan sudah dianggap baku atau dapat
materi yang seharusnya dikuasai sesuai dipercaya dapat pula dijadikan sebagai
dengan konten pengajaran yang kriteria eksternal. Validitas yang
ercantum dalam Garis-garis Besar ditentukan berdasarkan kriteria
Program Pengajaran (GBPP). internal disebut validitas internal
sedangkan validitas yang ditentukan
Validitas isi menunjukkan berdasarkan kriteria eksternal disebut
sejauhmana pertanyaan, tugas atau validitas eksternal.
butir dalam suatu tes atau instrumen
mampu mewakili secara keseluruhan Selanjutnya, Djaali (2000: 76)
dan proporsional perilaku sampel yang menyatakan bahwa validitas internal
dikenai tes tersebut. Artinya tes itu (validitas butir) termasuk kelompok
valid apabila butir-butir tes itu validitas kriteria yang merupakan
mencerminkan keseluruhan konten validitas yang diukur dengan besaran
atau materi yang diujikan atau yang yang menggunakan tes sebagai suatu
seharusnya dikuasai secara kesatuan (keseluruhan butir) sebagai
proporsional. kriteria untuk menentukan validitas
butir dari tes itu. Dengan demikian,
Untuk menentukan validitas validitas internal mempermasalahkan
konstruk suatu instrumen dilakukan
validitas butir dengan menggunakan
hasil ukur tes tersebut sebagai suatu
kesatuan sebagai kriteria, sehingga
biasa juga disebut validitas butir.
Validitas internal diperlihatkan oleh
seberapa jauh hasil ukur butir tersebut di mana:
konsisten dengan hasil ukur tes secara rit = koefisien korelasi antara skor butir soal
keseluruhan. Oleh karena itu, validitas dengan skor total.
butir tercermin pada besaran koefisien xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi .
korelasi antara skor butir dengan skor xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt .
total tes. Jika koefisien korelasi skor
butir dengan skor total tes positif dan Nilai koefisien korelasi baik skor
signifikan maka butir tersebut valid butir dikotomi maupun skor butir
berdasarkan ukuran validitas internal. politomi untuk masing-masing butir
Koefisien korelasi yang tinggi antara dibandingkan dengan nilai koefisien
skor butir dengan skor total korelasi yang ada di tabel-r pada alpha
mencerminkan tingginya konsistensi tertentu misalnya  = 0,05. Jika
antara hasil ukur keseluruhan tes koefisien korelasi skor butir dengan
dengan hasil ukur butir tes atau dapat skor total lebih besar dari koefisien
dikatakan bahwa butir tes tersebut korelasi dari r-tabel, koefisien korelasi
konvergen dengan butir-butir lain butir signifikan dan butir tersebut valid
dalam mengukur suatu konsep atau secara empiris.
konstruk yang hendak diukur Validitas eksternal dapat berupa
hasil ukur tes baku atau tes yang
Menurut Djaali (2000: 77) untuk dianggap baku dapat pula berupa hasil
menghitung validitas internal untuk ukur lain yang sudah tersedia dan
skor butir dikotomi digunakan dapat dipercaya sebagai ukuran dari
koefisien korelasi biserial (rbis) suatu konsep atau variabel yang
dengan rumus: hendak diukur. Validitas eksternal
diperlihatkan oleh suatu besaran yang
merupakan hasil perhitungan statistika.
Jika kita menggunakan basil ukur tes
yang sudah baku sebagai kriteria
eksternal, maka besaran validitas
Keterangan: eksternal dari tes yang kita
kembangkan didapat dengan jalan
rbisi =koefisien korelasi biserial antara skor mengkorelasikan skor hasil ukur tes
butir soal nomor i dengan skor total. yang dikembangkan dengan skor hasil
Xi = rata-rata skor total responden yang ukur tes baku yang dijadikan kriteria.
menjawab benar butir soal nomor i. Makin tinggi koefisien korelasi yang
Xt = rata-rata skor total semua responden. didapat, maka validitas tes yang
St = standar deviasi skor total semua dikembangkan juga makin baik.
responden. Kriteria yang digunakan untuk
pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir menguji validitas eksternal digunakan
soal nomor i. nilai r-tabel.
qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir Jika koefisien korelasi antara skor
soal nomor i. hasil ukur tes yang dikembangkan
Selanjutnya, dikatakan bahwa dengan skor hasil ukur tes baku lebih
untuk menghitung koefisien validitas besar daripada r-tabel maka tes yang
internal untuk skor butir politomi dikembangkan adalah valid
digunakan korelasi product moment (r) berdasarkan kriteria eksternal yang
dengan rumus: dipilih (hasil ukur instrumen baku).
Jadi keputusan uji-validitas dalam hal
ini adalah mengenai valid atau
tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, pengukuran ulang terhadap kelompok
bukan valid atau tidaknya butir tes subyek yang sama.
seperti pada validitas
internal. Nunnaly (dalam Supranata, 2004:
90) menyatakan bahwa sumber
Reliabilitas kesalahan pengukuran antara lain: (1)
variasi dalam tes itu sendiri, (2)
Reliabilitas berasal dari kata struktur sampel yang dipilih, (3)
reliability berarti sejauh mana hasil variasi di antara tes yang sedang
suatu pengukuran dapat dipercaya. digunakan. Sedangkan konsep
Nunnaly (dalam Surapranata, 2004: reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil
89) menyatakan bahwa reliabilitas ukur berkaitan erat dengan kekeliruan
kestabilan skor yang diperoleh orang dalam pengambilan sampel yang
yang sama ketika diuji ulang dengan mengacu pada inkonsistensi hasil ukur
tes yang sama pada situasi yang apabila pengukuran dilakukan ulang
berbeda atau dari satu pengukuran ke pada kelompok yang berbeda. Sudjana
pengukuran lainnya. Suatu hasil (2004: 16) menyatakan bahwa
pengukuran hanya dapat dipercaya reliabilitas alat penilaian adalah
apabila dalam ketepatan atau keajegan alat tersebut
beberapa kali pelaksanaan dalam menilai apa yang dinilainya.
pengukuran terhadap kelompok Artinya, kapanpun alat penilaian
subyek yang sama, diperoleh hasil tersebut digunakan akan memberikan
pengukuran yang relatif sama, selama hasil yang relatif sama. Menurut Djaali
aspek yang diukur dalam diri subyek (2000: 81) reliabilitas dibedakan atas
memang belum berubah. Sedangkan dua macam, yaitu reliabilitas
Nur (1987: 47) menyatakan bahwa konsistensi tanggapan, dan reliabilitas
reliabilitas ukuran menyangkut tentang konsistensi gabungan butir.
seberapa jauh skor deviasi individu, Reliabilitas konsistensi tanggapan
atau skor-z, relatif konsisten apabila responden mempersoalkan apakah
dilakukan pengulangan tanggapan responden atau objek ukur
pengadministrasian dengan tes yang terhadap tes atau instrumen tersebut
sama atau dengan tes yang ekivalen. sudah baik atau konsisten. Dalam hal
Azwar (2003 : 176) menyatakan ini apabila suatu tes atau instrumen
bahwa reliabilitas merupakan salah- digunakan untuk melakukan
satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran terhadap objek ukur
pengukuran yang baik. Arifin (1991: kemudian dilakukan pengukuran
122) berpendapat bahwa suatu tes kembali terhadap objek ukur yang
dikatakan reliabel jika selalu sama, apakah hasilnya masih tetap
memberikan hasil yang sama bila sama dengan pengukuran sebelumnya.
diteskan pada kelompok yang sama Jika hasil pengukuran kedua
pada waktu atau kesempatan yang menunjukkan ketidakkonsistenan,
berbeda. maka jelas hasil pengukuran itu tidak
mencerminkan keadaan objek ukur
Konsep reliabilitas dalam arti yang sesungguhnya. Untuk
reliabilitas alat ukur berkaitan erat mengetahui apakah tanggapan
dengan masalah kekeliruan terhadap tes atau instrumen itu mantap,
pengukuran. Surapranata (2004: 90) atau konsisten, dapat dilakukan dengan
menyatakan bahwa dalam pengukuran cara memberikan tes yang sama secara
perlu diidentifikasi sumber-sumber berulang kali (dua kali) kepada objek
utama yang menyebebkan terjadinya ukur atau responden yang sama.
kesalahan pengukuran. Kekeliruan Pengetesan dua kali merupakan syarat
pengukuran sendiri menunjukkan minimal untuk mengetahui apakah
sejauh mana inkonsistensi hasil tanggapan objek ukur terhadap tes
pengukuran terjadi apabila dilakukan tersebut konsisten atau tidak.
Dalam pelaksanaan pengetesan dua hasil ukur melalui butir yang satu
kali ini dapat ditempuh berbagai cara, kontradiksi atau tidak konsisten
yaitu kita melakukan pengetesan dua dengan hasil ukur melalui butir yang
kali dengan tes sama terhadap objek lain maka pengukuran dengan tes (alat
ukur yang sama, atau dengan ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak
melakukan pengetesan sekali dengan dapat dipercaya. Dengan kata lain
menggunakan dua tes yang tidak reliabel dan tidak dapat
butirbutirnya setara. Jika kita digunakan untuk mengungkap ciri atau
menggunakan pengetesan sekali maka keadaan yang sesungguhnya dari objek
kesamaan atau kesetaraan tes yang ukur. Kalau hasil pengukuran pada
digunakan merupakan syarat mutlak bagian objek ukur yang sama antara
yang harus dipenuhi, karena butir yang satu dengan butir yang lain
kemantapan atau konsistensi saling kontradiksi atau tidak konsisten
tanggapan terhadap butir-butir yang maka kita jangan menyalahkan objek
akan diperiksa. ukur, melainkan alat ukur (tes) yang
dipersalahkan dengan mengatakan
Pada pengetesan sekali, dilakukan bahwa tes tersebut tidak reliabel
dengan dua kelompok butir yang terhadap objek yang diukur.
setara pada saat yang sama. Karena
setiap kelompok butir merupakan Koefisien reliabilitas konsistensi
separuh dari seluruh tes, maka gabungan butir untuk skor butir
biasanya kelompok butir pertama dikotomi dapat dihitung dengan
diambil dari butir-butir tes yang menggunakan rumus Kuder-
bernomor ganjil, sedangkan kelompok Richardson yang dikenal dengan nama
butir yang kedua diambil dari butir- KR-20 (Djaali, 2000: 77) dengan
butir tes yang bernomor genap. Perlu rumus sebagai berikut.
diketahui bahwa reliabilitas dengan
teknik ini sangat relatif, karena
reliabilitas akan tergantung pada cara
penomoran dan pengelompokan butir
yang diambil. Di sini pengukuran k = cacah butir.
dilakukan dengan menggunakan dua piqi = varians skor butir.
tes yang dibuat setara kemudian pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir
diberikan kepada responden atau objek nomor i.
tes dalam waktu yang bersamaan. Skor qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir
dari kedua kelompok butir tes tersebut nomor i.
dikorelasikan untuk mendapatkan St2 = varians skor total responden.
reliabilitas tes. Selanjutnya, Djaali
(2000: 81) menegaskan bahwa Koefisien reliabilitas gabungan
reliabilitas konsistensi merupakan butir untuk skor butir politomi, maka
gabungan butir berkaitan dengan koefisien reliabilitas dihitung
kemantapan antara butir-butir suatu menggunakan koefisien Alpha (Djaali,
tes. 2000: 122) dengan rumus:

Hal ini dapat diungkapkan dengan


pertanyaan, apakah terhadap objek
ukur yang sama, butir yang satu
menunjukkan hasil ukur yang sama Keterangan:
dengan butir yang lainnya? Dengan rii = koefisien reliabilitas.
kata lain bahwa terhadap bagian objek k = cacah butir.
ukur yang sama, apakah hasil ukur si2 = varians skor butir.
butir yang satu tidak kontradiksi st2 = varians skor total responden.
dengan hasil ukur butir yang lain. Jika
terhadap bagian objek ukur yang sama,
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
Pertama, instrumen merupakan Pertama. Dalam penelitian
suatu alat yang memenuhi persyaratan pendidikan khususnya penelitian
akademis sehingga dapat dipergunakan kuantitatif disarankan kepada peneliti
sebagai alat untuk mengukur suatu pemula bahwa instrumen yang
objek ukur atau mengumpulkan data mengukur variabel manifes digunakan
mengenai suatu variabel. instrumen yang valid, baik melalui
validitas isi maupun validitas internal.
Kedua, validitas isi
mempermasalahkan sejauh mana suatu Kedua. Bila instrumen yang akan
tes mengukur tingkat penguasaan digunakan adalah instrumen yang
terhadap isi atau materi tertentu yang mengukur variabel laten, maka
seharusnya dikuasai sesuai dengan instrumen yang digunakan dalam
tujuan pengajaran dan validitas isi penelitian adalah instrumen yang valid
tidak mempunyai besaran. berdasarkan konstruk dan valid
berdasarkan kriteria.
Ketiga, validitas konstruk
mempermasalahkan seberapa jauh Ketiga. Dalam menentukan
butir-butir tes mampu mengukur apa validitas butir dan reliabilitas
yang benar-benar hendak diukur sesuai instrumen, agar menggunakan rumus
dengan definisi konseptual yang telah yang tepat dengan memperhatikan
ditetapkan. apakah butir tersebut diskor dikotomi
atau diskor politomi.
Keempat, validitas empiris
(validitas kriteria) yang berarti bahwa Keempat. Koefisien reliabilitas
validitas ditentukan berdasarkan yang telah diperoleh, baik instrumen
kriteria, baik kriteria internal maupun yang diskor dikotomi maupun yang
kriteria eksternal. diskor politomi, agar menginterpretasi
koefisien reliabilitasnya.
Kelima, reliabilitas
mempermasalahkan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya.
Suatu hasil pengukuran hanya dapat DAFTAR PUSTAKA
dipercaya apabila dalam beberapa kali [1] Khumaedi, Muhammad. 2012. Reliabilitas
pelaksanaan pengukuran terhadap Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal
kelompok subyek yang sama, Pendidikan Teknik Mesin Vol. 12 No.1
diperoleh hasil pengukuran yang relatif
sama. [2] Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan
Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.
Keenam, penentuan koefisien Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.6
reliabilitas instrumen untuk skor butir No.1
dikotomi digunakan rumus KR-20,
sedang untuk skor politomi digunakan [3] Sappaile, BS. 2007. Konsep Instrumen
rumus Alpha. Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 066 hal. 379-391
Ketujuh, interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas merupakan
intrepretasi relatif, artinya tidak ada
batasan mutlak yang menunjukkan
berapa angka koefisien minimal yang
harus dicapai agar suatu pengukuran
dapat disebut reliabel. Namun,
memberikan informasi tentang
hubungan varians skor teramati dengan
varians skor sejati kelompok individu.

Anda mungkin juga menyukai