Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU

Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd

Disusun Oleh

Nama : Santi Pikoli

NIM : 411419016

Kelas : D

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
pertolongan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan dan
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, serta keluarga, sahabat, dan
pengikutnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Matematika Semester 4 Program Studi Pendidikan Matematika yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah, Bapak Drs. Abdul Wahab Abdullah, M.Pd.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Gorontalo, April 2021

Santi Pikoli

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA.............................................................................................................4
B. JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA.......10
C. PENDEKATAN MATERIAL.....................................................................................17
D. PENDEKATAN METODOLOGIK............................................................................17
E. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI DEPAN
KELAS.........................................................................................................................33

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................36
LAMPIRAN............................................................................................................................38

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan


pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting bagi
manusia, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang. Sekolah sebagai pelaksana
lembaga pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, yang berfungsi untuk meneruskan nilai-nilai luhur bangsa pada generasi
muda. Pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) baik fisik, mental maupun spiritual.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, siswa mempelajari beberapa bidang studi
termasuk matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam membantu bidang ilmu lainnya. Mengingat pentingnya peranan
matematika, timbul harapan agar prestasi belajar matematika dapat ditingkatkan. Tetapi
dalam kenyataan menunjukkan prestasi belajar matematika siswa masih tergolong rendah.
Berbagai upaya telah dilakukan, dan berbagai metode pembelajaran telah dicobakan, namun
hasil yang diperoleh belum optimal sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan
karena masih banyaknya anggapan siswa yang kurang positif terhadap matematika.

Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Diberikannya pelajaran
matematika untuk setiap jenjang pendidikan menunjukkan bahwa matematika merupakan
salah satu dari sejumlah mata pelajaran yang penting dalam menghasilkan sumber daya
manusia.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting, karena
matematika sebagai mata pelajaran yang memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Matematika adalah salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di
taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat untuk

1
melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Dengan belajar matematika kita akan belajar
bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena
begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika
yang praktis menurut Russfendi (2006:2008), yaitu: 1) Dengan belajar matematika kita
mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan yang lainnya 2)
Matematika merupakan prasyarat untuk beberapa mata pelajaran lainnya. 3) Dengan belajar
matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis. 4) Dengan belajar matematika
diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung
jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa metematika itu sangat penting, tetapi banyak yang
beranggapan bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari.
Wahyudin (2001:2) mengemukakan beberapa alasan tentang sulitnya matematika untuk
dipelajari dan diajarkan yaitu: Matematika merupakan pelajaran yang sangat hierarkis, karena
hampir setiap materi yang diajarkan akan menjadi prasyarat bagi materi yang selanjutnya,
sehingga jika materi terdahulu tidak dipahami, akan sulit untuk memahami materi berikutnya.
Beragam kecepatan siswa dalam memahami materi atau konsep yang diajarkan oleh guru,
misalnya sejumlah siswa dapat memahami yang diajarkan oleh guru setelah guru
menyampaikan materi tersebut, sementara sejumlah siswa yang lainnya baru memahami
materi setelah satu minggu, satu bulan, bahkan mungkin saja sampai keluar sekolahpun tidak
memahaminya.

Menurut Ruseffendi, matematika merupakan “Queen and Servant ofScience”,


maksudnya adalah matematika selain sebagai fondasi bagi ilmu pengetahuan lain juga
sebagai pembantu bagi ilmu pengetahuan yang lain,khususnya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tersebut. Hal ini dikarenakan matematika dalam dunia pendidikan merupakan
salah satu ilmu dasar yang dapat digunakan untuk menunjang adanya ilmu-ilmu lain seperti
ilmu fisika, kimia, komputer dan lain-lain. Selain itu, matematika juga bersifat lentur yang
selalu berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Tuntutan dari kemajuan zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih
kreatif dalam mengembangkan dan menerapkan matematika sebagai ilmu dasar. Para ahli
pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan
praktek pembelajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu
mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dan ruang lingkup pendekatan pembelajaran matematika!
2. Jelaskan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika!
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan material?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan metodologik!
5. Jelaskan penerapan pendekatan pembelajaran matematika di depan kelas!

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup pendekatan pembelajaran matematika.
2. Menjelaskan jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan material.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan metodologik.
5. Menjelaskan penerapan pendekatan pembelajaran matematika di depan kelas.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDEKATAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah
“Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something
‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai
pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara
belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat,
atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis.
Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.

Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful (2003:68) adalah sebagai aktifitas guru


dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan juga
mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah siswa
untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.

2. Pengertian Pembelajaran Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa latin yakni “manthanein” atau “mathema”
yang maknanya adalah belajar atau hal yang dipelajari, selain itu dalam bahasa Belanda
Matematika disebut “wiskunde” yang berarti ilmu pasti.

Pada dasarnya mata pelajaran matematika selalu identik dengan kegiatan menghitung.
Menghitung mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dalam menjalani
kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari kegiatan hitung-menghitung. Matematika

4
merupakan mata pelajaran penting dalam dunia pendidikan, hal ini dibuktikan dengan
diujikannya mata pelajaran matematika di Ujian Nasional. Selain itu, Matematika merupakan
salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembelajaran matematika adalah proses memperoleh pengetahuan yang dibangun


oleh siswa sendiri dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika.

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar
matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan
partisipasi aktif peserta didik di dalamnya. Pembelajaran matematika berorientasi pada
matematika formal dengan beberapa pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vektor
diperkenalkan dan dimasukkan dalam definisi dan dihubungkan satu dengan lain dalam satu
sistem yang disusun secara deduktif. Konsep lain berhubungan dengan sekeliling di mana
pembelajaran matematika bertugas mematematisasikan lingkungan sekitar. Dalam konsep
heuristic, pembelajaran matematika merupakan suatu system di mana peserta didiknya
diarahkan dan dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri.

3. Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang


ditetapkan sering kali juga kebijakan guru atau pengajar agar mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pendekatan yang dilakukan guru yaitu untuk mempermudah pemahaman siswa atas
materi pelajaran yang diberikannya dengan berbeda penekanannya. Pendekatan pembelajaran
diartikan sebagai cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
direncanakan agar siswa memahami konsep yang sedang dipelajarinya.

Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep atau prosedur yang


digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
pelaksanaannya memerlukan satu atau lebih metode pembelajaran. Sementara itu, metode
pembelajaran adalah cara yang dapat digunakan untuk membelajarkan suatu bahan pelajaran

5
yang pelaksanaannya memerlukan satu atau beberapa teknik. Teknik pembelajaran adalah
cara yang sistematis melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk melaksanakannya
diperlukan keahlian dan bakat tertentu misalnya teknik menjelaskan teknik bertanya, teknik
demonstrasi.

4. Ruang Lingkup

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi


dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan
materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana
siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika
yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang


dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran
matematika. Standar ini dirinci dalam kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk
setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan
menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran dan geomerti, peluang
dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.

 Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan


operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.
 Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat dan aturan
dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi.
 Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data dengan
berbagai cara.
 Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan
identitas trigonometri.
 Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan fungsi.

Standar Kompetensi Bahan Kajian Matematika Sekolah Kecakapan atau kemahiran


matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai SD dan MI
sampai SMA dan MA, adalah sebagai berikut:

6
a. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau
diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
c. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
d. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan
menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Kecakapan di atas diharapkan dapat dicapai siswa dengan memilih materi matematika
melalui aspek berikut:

1. Bilangan
 Melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah
 Menafsirkan hasil operasi hitung
 Pengukuran dan Geometri
2. Mengidentifikasi bangun datar dan ruang menurut sifat, unsur, atau kesebangunan
 Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan
pengukuran
 Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri
 Mengaplikasian konsep geometri dalam menentukan posisi, jarak, sudut, dan
transformasi, dalam pemecaham masalah
3. Peluang dan Statistika
 Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data
 Menentukan dan menafsirkan peuang suatu kejadian dan ketidakpastian
4. Trigonometri
 Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri dalam
pemecahan masalah
5. Aljabar

7
 Melakukan operasi hitung dan manipulasi aljabar pada persamaan, pertidaksamaan,
dan fungsi, yang meliputi: bentuk linear, kuadrat, suku banyak, eksponen dan
logaritma, barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam pemecahan masalah.
6. Kalkulus
 Menggunakan konsep laju limit perubahan fungsi (diferensial dan integral) dalam
pemecahan masalah Standar Kompetensi Matematika Sekolah Standar kompetensi
dirancang secara berdiversifikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal,
sedang, tinggi). Dalam hal ini, guru perlu mengenal dan mengidentifikasi
kelompok-kelompok tersebut. Kelompok normal adalah kelompok yang
memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu
diberikan pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan
remidiasi. Sedangkan kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan
belajar lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan
layanan dalam bentuk akselerasi (percepatan) belajar atau memberikan materi
pengayaan.

Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi dirancang sesuai


dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, serta
memperhatikan pula perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk
mencapai standar kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan
memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat-sifat esensial materi
dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup untuk pembelajaran matematika sekolah dasar (SD/MI) sebagai


berikut:

a) Bilangan
b) Geometrid an pengukuran
c) Pengolahan data

Menurut Depdiknas (2001: 9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran


matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta


operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

8
b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana,
termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d. Menggunakan pengukuran satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran
pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-
rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan
secara matematika.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk sekolah menengah pertama adalah
sebagai berikut:

a) Bilangan
 Melakukan dan mengunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah
 Menaksir hasil operasi hitung
b) Pengukuran dan Geometri
 Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat, unsur, atau
kesebangunannya
 Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan
pengukuran
 Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri
 Mengidentifikasi sifat garis dan sudut dalam pemecahan masalah
c) Peluang dan statistika
 Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data (ukuran pemusatan data)
 Menentukan dan menafsirkan peluang suatu kejadian
d) Aljabar
 Melakukan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan, dan fungsi, meliputi:
bentuk linear, kuadrat, barisan dan deret, dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Atas dan
Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:

 Pengukuran dan geometri

9
 Menggunakan sifat dan aturan dalam menentukan posisi, jarak, sudut, volum, dan
transformasi dalam pemecahan masalah
 Peluang dan Statistika
 Menyusun dan menggunakan kaidah pencacahan dalam menentukan banyak
kemungkinan
 Menentukan dan menafsirkan peluang kejadian majemuk
 Menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara dan memberi tafsiran
 Trigonometri
 Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam
pemecahan masalah
 Menggunakan manipulasi aljabar untuk merancang/menyusun bukti
 Aljabar
 Menggunakan operasi dan manipulasi aljabar dalam pemecahanmasalah yang
beraitan dengan: bentuk pangkat, akar, logaritma, persamaan dan fungsi komposisi
dan fungsi invers
 Menyusun/menggunakan persamaan lingkaran dan garis singgungnya
 Menggunakan algoritma pembagian, teorema sisa, dan teorema faktor dalam
pemecahan masalah
 Merancang dan menggunakan model matematika program linear
 Menggunakan sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks,
vektor, transformasi, fungsi eksponen, dan logaritma dalam pemecahan masalah
 Kalkulus
 Menggunakan konsep limit fungsi, turunan, dan integral dalam pemecahan masalah

B. JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Ditinjau dari penggunaan proses matematisasi horizontal dan vertikal, secara umum
terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Treffers (1991)
membaginya dalam mekanistik (mechanistic), strukturalistik (structuralistic), empiristik
(empiristic) dan realistik (realistic).

a. Menurut filosofi mekanistik, bahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat diprogram
dengan cara drill untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu dan menampilkan
aljabar pada level yang paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian

10
geometri serta berbagai masalah, membedakan dengan mengenali pola-pola dan proses
yang berulang-ulang.
b. Dalam filosofi strukturalistik, yang secara historis berakar pada pengajaran geometri
tradisional, bahwa matematika dan sistemnya terstruktur secara baik. Manusia dengan
kemuliaannya, belajar dengan pandangan dan pengertian dalam berbagai rational, ia
dianggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih efisien dengan cara
menggunakan subjek mater sistematik dan terstruktur secara baik. Dalam filosofi ini, yang
pada mulanya dijalankan oleh Sokrates, para siswa diharapkan patuh untuk mengulang-
ulang deduksi pokok. Untuk menguji hasil pengulangan ini, apakah hanya membeo saja
atau benar-benar menguasai suatu kumpulan permasalahan selanjutnya siswa dilatih secara
drill. Menurut Freudenthal (1991) matematika strukturalis diajarkan di menara gading oleh
ratio individu yang jauh dari dunia masyarakat.
c. Selanjutnya, menurut filosofi empiristik, bahwa dunia adalah kenyataan. Dalam
pandangan ini, kepada siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia
kehidupan para siswa. Para siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman yang berguna, namun sayangnya para siswa tidak dengan segera
mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.
d. Dalam filosofi realistik, kepada siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan,
yaitu yang dari dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemajuan individu
maupun kelompok dalam proses belajar –seberapa jauh dan seberapa cepat– akan
menentukan spektrum perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut. Dalam
kerangka Realistic Mathematics Education, Freudenthal (1991) menyatakan bahwa
“Mathematics is human activity”, karenanya pembelajaran matematika disarankan
berangkat dari aktivitas manusia.

Kerangka pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik mempunyai dua


kelebihan. Menuntun siswa dari keadaan yang sangat konkrit (melalui proses matematisasi
horizontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika informal). Biasanya mereka
(para siswa) dibimbing oleh masalah-masalah kontekstual. Dalam falsafah realistik, dunia
nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan
gagasan matematika.

Dalam hubungannya dengan beberapa pandangan tentang pembelajaran matematika


yang meliputi mekanistik, strukturalistik, dan empiristik, terdapat beberapa ciri untuk
masing-masing pandangan itu.

11
a. Menurut pendekatan mekanistik, matematika adalah suatu sistim aturan. Aturan ini
diberikan kepada siswa, kemudian mereka memverifikasi, dan menerapkannya kedalam
masalah. Tak ada fenomena real world sebagai sumber, sedikit sekali perhatian diberikan
kepada aplikasi. Perhatian banyak diberikan kepada memorisasi (mengingat) dan
otomatisasi pada “trik” dan tentunya bukan suatu metodologi. Kualitas seperti halnya
struktur, keterhubungan, dan wawasan diabaikan.
b. Menurut pandangan strukturalistik, bahwa matematika terstruktur secara baik. Menurut
pandangan ini matematika semata-mata hanya aksioma, definisi, dan teorema. Karenanya
orientasi pembelajaran menurut pandangan ini adalah subject matter dan matematika
disampaikan secara deduktif.
c. Pandangan empiristik lebih menekankan pada aktivitas environment. Perhatian lebih besar
diberikan kepada siswa dengan harapan terjadi pematangan kognisi. Melalui pematangan
tersebut diharapkan siswa akan sampai kepada perkembangan kognisi yang diharapkan.
Namun ternyata pendekatan ini sangat sedikit pada pandangan untuk sampai kepada
tingkat vertikal.

Pendekatan mekanistik baik matematisasi horizontal maupun vertikal tidak


digunakan. Pada pendekatan empiristik hanya menggunakan proses matematisasi horizontal.
Pendekatan strukturalistik hanya menggunakan proses matematisasi vertikal. Sedangkan pada
pendekatan realistik baik proses matematisasi horizontal maupun vertikal digunakan.

Pendekatan pembelajaran matematika dapat pula dibedakan berdasarkan proses


formal dan informalnya pembelajaran dilakukan. Pendekatan mekanistik dan strukturalistik
pembelajaran dilakukan secara formal. Sedangkan pada pendekatan empiristik dan realistik
pembelajaran dilakukan secara informal.

1. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Menurut Sudut Pandang


a. Student Centered Approach
Adalah Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pada Pendekatan ini ada 2 pendekatan
yang termasuk dalam Student Centered Approach, yaitu :

1) Pendekatan Kontruktivisme

Konstruktivisme adalah sebuah teori belajar dimana teori ini berpusat pada siswa.
Dalam penerapan teori ini, siswa adalah objek utama pada proses pembelajaran.
Konstruktivisme menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student center). Guru

12
hanya menolong siswa untuk membangun/mengembangkan pengetahuan mereka untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan. Jadi, dapat dikatakan guru hanya menjadi guide
(pembimbing) siswa untuk memahami masalah dan memberi siswa kesempatan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan mereka sendiri. Guru dapat memberi
beberapa petunjuk atau pertolongan yang diperlukan untuk mengarahkan pemikiran siswa
dalam menyelesaikan masalah.

Tujuan konstruktivisme adalah membuat siswa mengembangkan pengetahuan siswa.


Teori belajar ini membuat siswa aktif dalam mengetahui bagaimana cara menyelesaikan
suatu masalah, tidak hanya bergantung pada jawaban guru. Konstruktivisme menginginkan
siswa mampu berpendapat atau memberikan umpan balik pada jawaban guru karena siswa
sudah bisa menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban mereka sesuai dengan pendapat
mereka sendiri. Dalam konstruktivisme, guru adalah moderator bukan fasilitator. Dalam
proses pembelajaran, guru mendapat peran besar dalam membuat situasi yang baik yang
dapat membangun keingintahuan siswa tentang pelajaran karena keingintahuan siswa tersebut
akan membuat mereka berpikir. Pengalaman tiap siswa yang berbeda yang berhubungan
dengan pelajaran yang akan dipelajari akan memberikan titik penyelesaina masalah. Dalam
hal ini, karena setiap siswa pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda, seorang guru harus
bisa membangun situasi yang memungkinkan bagi siswa untuk berdiskusi.Guru adalah
moderator artinya seorang guru memperhatikan jalannya diskusi, terkadang memberikan
pendapat, setuju atau tidak setuju dengan pendapat/pemikiran siswa. Dalam proses ini, siswa
akan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam sharing pendapat. Guru
bertugas membuat keputusan/kesimpulan dari hasil diskusi siswa. Diskusi hanya cara yang
bisa di terapkan dalam konstrruktivisme, guru juga diperbolehkan menggunakan alat bantu.

2) Pendekatan Saintific

Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya melalui
tahapan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran.

Prinsip dari pendekatan ini antara lain : (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2)
pembelajaran membentuk student self concept; (3) pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan
prinsip; (4) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (5)

13
pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; dan (6)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

b. Teacher Centered Approach

Adalah Pendekatan yang berpusat pada Guru. Jadi pada Teacher Centered Approach
ini guru menerangkan semua materi kepada siswa. Pada Pendekatan ini yang termasuk dalam
Teacher Centered Approach, yaitu :

1) Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan


situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembekajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak
untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis danmelaksanakan observasi serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti
apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna


dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar
mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target
penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil
belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif
dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan
mudah dilupakan. Selain itu, pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami”
bukan ”menghafal”.

14
Namun pendekan ini juga memiliki kelemhan, dimana guru lebih intensif dalam
membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa.

2. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Materi


a. Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan


logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum kesesuatu yang khusus.

Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum
ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip
umum ke dalam keadaan khusus. Yang termasuk dalam pendekatan Deduktif yaitu :

1) Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)

Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007) “sebuah pendekatan


pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu
sendiri”. Menurut Sudarman Benu, (2000) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar
matematika”.

Matematika Realistik yang telah diterapkan dan dikembangkan di Belanda teorinya


mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan realitas dan matematika merupakan
aktifitas manusia. Dalam pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi-strategi
informasi siswa berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa
yang telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran
pendekatan realistik.

2) Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai


konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).

15
Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan
Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

b. Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan


berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.

1) Pendekatan Open-Ended Problem

Menurut Suherman dkk (2003), problem yang diformulasikan memiliki multijawaban


yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal
terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk
mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu
jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau
pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi
pada jawaban (hasil) akhir. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan
memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan
membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan
banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman
siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.

Pendekatan Open-Ended menjanjikan kepada suatu kesempatan kepada siswa untuk


meginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan
mengelaborasi permasalahan. Tujuannya tiada lain adalah agar kemampuan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-
kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang
menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang
membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.

16
C. PENDEKATAN MATERIAL

Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang
bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat material.

Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang bersifat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatar
belakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika di mana dalam


menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
Misalnya untuk menyajikan penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan,
atau untuk menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis digunakan
gambar atau model.

D. PENDEKATAN METODOLOGI

Pendekatan (approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang


terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip
psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-
tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas
prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir
dapat berjalan secara konsisten ke arah pencapaiantujuan. Berdasarkan pengertian di atas,
pendekatan mengandung sejumlah komponen atau unsur, yaitu tujuan, pola tindakan, metode
atau teknik, sumber-sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip.

Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam


pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasi oleh peserta didik.

Pendekatan metodologik berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep yang


disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan
tersebut. Pendekatan metodologik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik,
spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, dan heuristik.

1. Pendekatan Deduktif

17
Dari suatu aturan (definisi, teorema) yang bersifat umum dilanjutkan dengan contoh
disebut pendekatan deduktif.

Telah dikemukakan bahwa pendekatan deduktif berdasarkan pada penalaran deduktif.


Penalaran deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi ke hal
yang khusus. Dalam penalaran deduktf, tidak menerima generalisasi dari hasil observasi
seperti yang diperoleh dari penalaran induktif. Dasar penalaran deduktif adalah kebenaran
suatu pernyataan haruslah didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar. Kalau begitu
bagaimana untuk menyatakan kebenaran yang paling awal?. Untuk mengatasi hal ini dalam
penalaran deduktif memasukkan beberapa pernyataan awal/pangkal sebagai suatu
“kesepakatan’, yang diterima kebenarannya tanpa pembuktian, dan istilah/pengertian pangkal
yang kita sepakati maknanya.

Pengertian pangkal merupakan pengertian yang tidak dapat didefinisikan. Titik, garis,
dan bidang merupakan contoh-contoh pengertian pangkal, sebab titik, garis, dan bidang
dianggap ada tapi tidak dapat dinyatakan dalam kalimat yang tepat. Pernyataan-pernyataan
pangkal yang memuat istilah atau pengertian tersebut dinamakan aksioma atau postulat
Dengan penalaran deduktif dari kumpulan aksioama yang menggunakan pengertian pangkal
tersebut, kita dapat sampai kepada teorema-teorema yaitu pernyataan-pernyataan yang benar.

Contoh :
1) Sesuatu yang sama dengan sesuatu yang lain, satu sama lain sama
2) Jika ditambahkan kepada yang sama maka hasilnya sama.
3) Keseluruhan lebih besar bagiannya.
Dari ke tiga contoh aksioma tersebut dapat diperoleh berikut ini
a. Dari aksioma (1) dan aksioma (2) dapat disusun pernyataan benar sebagai berikut.
Jika x = y maka x + a = y + a .
b. Dari aksioma (3) dapat dinyatakan sebagai berikut
Jika y bagian dari x maka x > y
Dengan aksioma (3) diperoleh, jika x > y, maka x + a > y + a

Hubungan antara unsur-unsur yang tidak didefinisikan, unsur-unsur yang


didefinisikan, aksioma dan dalil dapat digambarkan sebagai berikut :

18
Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali. Jadi matematika itu terorganisasikan
dari unsur-unsur yang tak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma
dan dalil-dalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum.
Karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif.
Mungkin Anda bertanya, bukankah dalil-dalil, dan lain-lain dalam matematika itu
ditemukan secara induktif (coba-coba, eksperimen, penelitian, dan lain-lain)? Memang Anda
betul, bahwa para matematis itu menyusun (menemukan) matematika atau bagiannya itu
secara induktif, tetapi begitu suatu pola, aturan, dalil-dalil itu ditemukan maka dalil itu harus
dapat dibuktikan kebenarannya secara umum (deduktif).
Contoh : Jumlah n buah bilangan asli ganjil pertama adalah : n X n. Perhatikan pola berikut :

Secara deduktif pembuktian kebenaran pola itu adalah sebagai berikut (induksi matematika).
Jumlah n suku pertama adalah :
1 + 3 + 5 + ... + (2n-1) = n X n
Untuk n = 1, persamaan diatas menjadi 1 = 1 X 1. Ini benar. Kemudian, andaikan persamaan
itu benar untuk n = k, maka :
1 + 3 + 5 + ... + (2k-1) = k X k
Kita tambahkan 2(k+1) – 1 kepada ruas persamaan terakhir. Maka diperoleh :
1 + 3 + 5 + ... + (2k-1) + (2k+1) - 1 =
k X k + 2(k+1) – 1 = k2 + 2k+1 = (k + 1) X (k + 1)
bentuk 1 + 3 + 5 + ... + (2k – 1) + 2(k + 1) - 1 = (k + 1) X (k + 1) tidak lain dari bentuk
persamaan pertama untuk n = 1, n = k, dan n = k + 1, maka persamaan itu benar untuk semua
n bilangan asli.

19
Untuk membuktikan teorema dan menentukan jawab soal yang menggunakan
pendekatan deduktif pola berpikirnya sama, yaitu menentukan dulu aturan untuk
memberlakukan keadaan khusus hingga didapat kesimpulan. Selanjutnya erat pula kaitannya
dengan generalisasi deduktif dalam matematka adalah cara-cara pembuktian dalil / aturan
/sifat. Dalil / aturan / sifat dalam matematika merupakan generalisasi yang dapat dibuktikan
kebenarannya secara deduktif. Untuk keperluan itu, ada beberapa macam cara pembuktian
yang umumnya sudah jelas terlihat proses deduktifnya, seperti cara modus ponen,modus
tolens, implikasi positif, kontra posititif, kontra contoh, bukti tidak langsung, dan induksi
matematika ( Ruseffendi 1992: 32 ).
Dalam pelaksanaannya, mengajar dengan pendekatan deduktif akan lebih banyak
memerlukan waktu daripada mengajar dengan pendekatan induktif. Tetapi bagi kelas rendah
atau kelas yang lemah, pendekatan induktif akan lebih baik, pendekatan induktif akan lebih
memudahkan murid menangkap konsep yang diajarkan. Sebaliknya kelas yang kuat akan
merasakan pengajaran dengan pendekatan induktif bertele-tele. Kelas ini lebih cocok diberi
pelajaran dengan pendekatan deduktif.
Karena itu, guru harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang
dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas. Ada baiknya para guru matematika
sewaktu-waktu bertukar pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk
mengajarkan bahan tertentu di suatu kelas berdasarkan pengalaman. Fakta yang diperoleh
dari pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan.
2. Pendekatan Induktif

Penyajian bahan pelajaran dari contoh-contoh yang bersifat khusus, kemudian siswa
dituntut untuk membuat kesimpulan disebut pendekatan induktif.

Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Ingris Prancis Bacon
(1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta – fakta yang
kongkrit sebanyak mungkin. Berpikir induktif ialah suatu proses berpikir yang berlangsung
dari khusus menuju ke umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai
fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri – ciri itu terdapat pada semua jenis
fenomena.

Menurut Purwanto (200), tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang
diambil secara induktif bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil
mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti

20
refresentatif dan tingkat kepercayaan dari kesimpulan itu makin besar, dan sebaliknya
semakin kecil jumlah sampel yang diambil berarti refresentatif dan tingkat kepercayaan dari
kesimpulan itu semakin kecil pula. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan induktif berarti
pengajaran yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu konsep, prinsip atau aturan.

Penalaran induktif yang dilakukan melalui pengalaman dan pengamatan ada


kelemahannya, yakni kesimpulannya tidak menjamin berlaku secara umum. Oleh karena itu,
dalam matematika formal hanya dipakai induksi lengkap atau induksi matematik, sehingga
dengan menggunakan induksi lengkap, maka kesimpulan yang ditarik dapat berlaku secara
umum.

Berikut ini disajikan contoh penggunaan pendekatan induktif untuk membahas topik
matematika tertentu.

Contoh 1 : Banyak Himpunan Bagian Suatu Himpunan

1) Tentukan semua himpunan bagian dari tiap himpunan:


(1) {a} (2) {a, b}
(3) {a, b, c} (4) {a, b, c, d}
2) Lengkapilah daftar berikut dengan hasil-hasil yang didapat pada soal 1)

3) Berapa banyak himpunan bagian dari {a, b, c, d, e, f}?.


Keterangan :
Setelah semua himpunan bagian tiap himpunan itu ditulis, siswa dapat menentukan banyak
himpunan bagiannya. Bilangan-bilangan banyak anggota dan banyak himpunan bagiannya
adalah :

21
Dari pasangan-pasangan bilangan dalam kolom kedua itu dicari hubungan yang berlaku
umum, sebagai kesimpulan yang ditarik dengan penalaran induktif. Hasilnya adalah
“banyaknya himpunan bagian merupakan hasil pemangkatan dari 2 dengan bilangan banyak
anggota atau “jika banyak anggota himpunan ialah n, maka banyak himpunan bagiannya
adalah 2n”.
Dengan demikian, maka soal bagian 3) itu jawabnya adalah :
26 atau 64;
Contoh 2: Bekerja dengan Pola
Perhatikan gambar di bawah ini!. Buatlah satu gambar berikutnya

Jawab :
Gambar berikutnya seperti gambar di bawah ini

Contoh 3 : Pola Bilangan


Selidiki jumlah 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + ...
Jawab :
1 =1 = 1.1
1+3 =4 = 2.2
1+3+5 =9 = 3.3
1+3+5+7 = 16 = 4.4
1+3+5+7+9 = 25 = 5.5
1+3+5+7+9+11 = 36 = 6.6

22
Dengan tanpa menjumlahkan 1+3+5+7+9+11 terlebih dahulu kita sudah dapat menduga
bahwa jumlahnya adalah 6.6 = 36 Sekarang coba gunakan pola yang kita peroleh itu untuk
mendapatkan 1+3+5+7+9+11+ ...+99. Tentukan pula bentuk umumnya?

Jawabannya adalah 50.50 = 2500. Dengan demikian bentuk umum yang dapat dibuat

adalah n2
Contoh 3 : Pola Geometri
Perhatikan gambar berikut ini!

Dapatkah kita menduga dua bilangan sesudah 10 ?

3. Pendekatan Informal

Informal berarti tidak menurut aturan resmi dalam prosedur matematis. Pendekatan
informal merupakan penyimpangan dari pendekatan formal. Dalam pendekatan ini teorema-
teorema atau rumus-rumus matematika diberikan kemudian digunakan untuk menyelesaikan
masalah tanpa menurunkan atau membuktikan terlebih dahulu.

Pendekatan informal merupakann kebalikan dari pendekatan formal. Jika pembahasan


suatu bagian dari sistem formal. Sebagai contoh, misalnya seorang guru ingin mengenalkan
suatu rumus dan menggunakannya untuk menyelesaikannya soal-soal tanpa menurunkannya
atau membuktikannya terlebih dahulu kebenarannya.

Pendekatan informal lebih menekankan mengenai aplikasi atau penggunaan suatu


rumus kedalam suatu soal tanpa membuktikan kebenaran rumus tersebut atau dari mana
rumus tersebut berasal, dimana hal ini bertentangan dengan aturan yang harus ditempuh
dalam suatu sistem formal.

23
Beberapa kelebihan dari pendekatan informal diantaranya :
 Lebih praktis,lebih mudah dalam mengerjakan soal menggunakan rumus cepat
 Waktu yang digunakan luas,karena hanya memperkenalkan rumus-rumus
 Tidak dibutuhkan biaya dalam pendekatan ini

Beberapa kelemahan dari pendekatan informal di antaranya :

 Tidak dapat mengetahui asal-usul rumus yang digunakan


 Memerlukan persiapan yang lebih matang,persiapan untuk menghafal rumus-rumus.siswa
dan guru di tuntut menghafal rumus-rumus yang berkaitan dengan penyelesaian soal-soal
 Keberhasilan pendekatan informal sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru,
seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,semangat, antusiasme, motivasi, dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan menyampaikan materi agar menarik dan sampai
pada peserta didik.
 Kemampuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

Suatu bagian dari sebuah sistem formal menyimpang dari cara formal, pembahasan itu
disebut menggunakan pendekatan informal (tidak formal). Sebagai contoh, misalnya
mengenalkan suatu rumus dan menggunakannya untuk menyelesaikan soal-soal tanpa
menurunkannya atau membuktikan terlebih dulu kebenarannya.

Penerapan pendekatan informal dalam menentukan luas bola :

Contoh Soal :

Berapa luas bola, jika diketahui jari-jari bola adalah 7 cm?

Jawab :

Diketahui jari jari bola = 7 cm ; π = = 3,14

Luas =4πr2

= 4 x 3,14 x (7cm)2

= 615,44 cm2

4. Pendekatan Formal

24
Formal adalah bersifat matematis, melalui jalur-jalur logis, sistematis, dan
menggunakan kaidah aksiomatis (definisi, aksioma, atau teorema). Pengajaran matematika
pada umumnya dengan sistem formal, yakni sistem deduktif formal yang disusun atas unsur-
unsur yang tidak didefinisikan aksioma, definisi dan teorema atau dalil yang telah dibuktikan
kebenarannya. Pendekatan formal adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara
membuat logika yang disusun secara sistematis terlebih dahulu. Sebelum adanya program
pengajaran matematika modern, geometri diajarkan di SMP dan SMA secara deduktif formal.
Pengajarannya mirip dengan apa yang diajarkan oleh Euclid dua ribu tahun yang lalu di
Yunani. Cara deduktif itu sesuai dengan sistemnya. Suatu sistem formal dengan unsur-unsur
atau istilah-istilah yang tidak didefinisikan, kemudian dibuat definisi-definisi mengenai
unsur-unsur atau istilah-istilah itu dan ditetapkan sejumlah anggapan dasar atau aksioma yang
merupakan pernyataan-pernyataan mengenai unsur-unsur tersebut. Fakta-fakta atau dalil-dalil
dalam sistem ini menyusul sebagai konsekuensi logis dengan penalaran deduktif.

Kelebihan pendekatan formal diantaranya :

 Dapat membuktikan kebenaran dari suatu rumus


 Dapat menyelesaikan soal-soal dengan langkah-langkah yang terstruktur

Kelemahan pendekatan formal diantaranya :

 Menggunakan waktu yang sangat lama


 Tidak praktis dalam menyelesaikan soal-soal.

Pendekatan secara formal ini merupakan suatu pendekatan di dalam rekayasa


perangkat lunak melakukannya dengan cara membuat logika yang disusun secara sistematis
terlebih dahulu. Setelah itu system yang dibuat akan dideskripsikan terlebih dahulu baik itu
sehingga dapat dibuat sebuah model yang akurat dan sistematis. Metode pendekatan formal
ini sangat tepat jika digunakan dalam sebuah system yang penting yang dan jika terjadi
kesalahan akan berakibat fatal dan akan berdampak buruk bagi banyak orang seperti layanan
bank dan instansi pemerintahan.

Penerapan pendekatan formal dalam menentukan luas bola :

Volume Bola = ʃ Luas Permukaan Bola

Volume Bola = ∫ 4. π. r2 dr

25
Volume Bola = 4. π. ∫ r2 dr

Volume Bola = 4. π. ( 1/3 r3 )

Volume Bola = 4/3 π. r3 << TERBUKTI

Sehingga berlaku sebaliknya, jika mencari luas permukaan bola yaitu dengan cara
mendiferensialkan volume bola. Atau bisa juga dengan cara seperti berikut:

Luas bola = 4 x Luas lingkaran

= 4 x π x r2

Contoh soal :

Hitung volume bola yang dapat dibuat dengan menggunakan lingkaran yang luasnya 25 cm2!

Jawab :

Luas bola = 4xπxr2

= 4 x 25

= 100 cm3

5. Pendekatan Analitik

Analitik adalah cara mengerjakan proses matematika dimulai dari hal-hal yang
diketahui. Pendekatan analitik seringkali digunakan dalam pemecahan masalah matematika.
Pembahasan topik matematika dikatakan menggunakan pendekatan analitik jika pembahasan
dimulai dari hal yang belum diketahui sampai ke hal yang sudah diketahui dan akhirnya
menghasilkan apa yang ingin diketahui. Dengan demikan, pendekatan analitik adalah
pendekatan dimana pembahasan bahan pelajarannya dimulai dari hal yang belum diketahui
ke hal yang sudah diketahui. Untuk pendekatan analitik, masalah yang dipersoalkan diuraikan
atas bagian-bagiannya sehingga terlihat jelas hubungan antara bagian-bagian yang belum
diketahui, kemudian dicari langkah-langkah yang mengaitkan hal yang belum diketahui
dengan hal-hal yang sudah diketahui dan akhirnya sampai padahal yang dikehendaki.

Pendekatan analitik merupakan pendekatan yang logis karena setiap langkahnya


selalu beralasan. Hal ini memungkinkan tercapainya pemahaman siswa. Namun tidak semua
materi ajar matematika dapat dilakukan dengan pendekatan ini. Ketika melakukan kegiatan

26
analitik, anak banyak diberikan kesempatan untuk: (1) Membaca dengan kritis; (2)
Meningkatkan daya analisis; (3) Mengembangkan kemampuan observasi/mengamati; (4)
Meningkatkan rasa ingin tahu , meningkatkan kemampuan bertanya dan refleksi; (5)
Metakognisi; dan (6) Melakukan diskusi.

Kelebihan pendekatan analitik ialah pendekatan ini merupakan pendekatan yang logis
dan menyakinkan. Tiap langkah yang di lakukan selalu beralasan, sehingga pemahaman
dapat dicapai.

Kelemahan pendekatan analitik ialah tidak semua bahan pelajaran dapat dilakukan
dengan pendekatan analitik. Kadang-kadang pembahasan dengan pendekatan analitik
memerlukan prosedur yang panjang.

Penerapan pendekatan analitik dalam mencari volume balok :

Balok ABCD EFGH

Komponen-komponen pada Balok ABCD.EFGH :

 A, B, C, D, E, F, G, H disebut titik sudut.


 AB, BC, CD, DA, AE, DH, CG, BF, EF, FG, GH, HE disebut rusuk.
 ABCD, ABEF, ADHE, BCGF, CDHG, EFGH disebut sisi.
 AC, BD, DE, AH, DG, CH, FH, EG, CF, BG, AF, BE disebut diagonal sisi.
 AG, CE, BH, DF disebut diagonal ruang.
 ACGE, BDHF, BECH, BGAH, AFDG, CFDE disebut bidang diagonal.

Komponen-komponen balok tersebut semua telah kita ketahui, sedangkan


menentukan volume dengan pendekatan analitik belum kita ketahui, jadi volume balok
adalah:

Volume Balok = panjang x lebar x tinggi

=pxlxt

Contoh soal :

Suatu balok memiliki luas permukaan 198 cm2. Jika lebar dan tinggi balok masing-masing 6
cm dan 3 cm, tentukan volume balok tersebut!

27
Jawab :

Sebelum menentukan volume balok harus menentukan panjang balok terlebih dulu :

Luas permukaan balok = 2.{p.l + l.t + p.t }

198 cm2 = 2.{p.6 + 6.3 + p.3}

198 cm2 = 2. {6p +18 + 3p}

198 cm2 = 2. {9p + 18 cm2}

198 cm2 = 18 p cm + 36 cm2

18p cm = 198cm2 – 36 cm2

18p cm = 162 cm2

p = 162 cm2: 18 cm

p = 9 cm

Volume Balok = p x l x t = 9 cm x 6 cm x 3 cm = 162 cm3.

6. Pendekatan Sintetik

Pendekatan sintetik dimulai dengan menjabarkan hal yang ditanyakan. Pendekatan


sintetik merupakan pendekatan yang kebalikan dengan pendekatan analitik. Pembahasan
permasalahan matematika dengan pendekatan sintetik mulai dari hal yang diketahui akhirnya
sampai pada yang ingin diketahui. Pada pendekatan sintetik ini, prosedur yang ditempuh
dimulai dari apa yang diketahui dalam masalah yang sedang dipersoalkan, kemudian mencari
keterkaitannya dengan hal-hal yang belum diketahui dalam masalah itu tetapi diperlukan dan
akhirnya sampai kepada hal yang dikehendaki.

Pendekatan sintetik juga merupakan pendekatan yang logis, pada umumnya


pembahasan dengan pendekatan sintetik lebih singkat dari pembahasan dengan pendekatan
analitik.

Kelebihan pendekatan sintetik adalah :

 Merupakan pendekatan yang logis, seringkali pembahasan dengan pendekatan sintetik


lebih singkat daripada analitik.

28
 Penggunaan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut akan mengurangi kelemahan
pendekatan analitik.

Kelemahan dari pendekatan sintetik adalah :

 Tidak menjamin pengertian murid mengenai bahan yang dipelajari.

Penerapan pendekatan sintetik dalam mencari luas permukaan :

Kerucut adalah suatu benda yang dibatasi oleh bidang lengkung (selimut) dan bidang alas
yang berbentuk lingkaran.

2
Volume Kerucut = 1/3 ¿ π ×r ×t

Contoh :

Sebuah kerucut memiliki tinggi 30 cm dan keliling alasnya 66 cm. Jika diketahui π = 22/7.
Tentukan volume kerucut!

Jawab :

Sebelum menentukan volume kerucut kita harus mengetahui dulu jari-jari alas kerucut :

Keliling alas = 2 ¿ π ×r

66 cm = 2.22/7.r

66 cm = 44/7.r

r = 10,5 cm

2
Maka volume kerucut = 1/3 ¿ π ×r ×t

= 1/3.22/7.10,5.10,5.30

= 3465 cm3

7. Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Problem solving atau pemecahan masalah adalah pendekatan pembelajaran dengan


menggunakan algoritma non-rutin dalam menyelesaikannya, konteksnya merupakan sesuatu
yang baru, dan siswa diasumsikan mampu untuk menyelesaikannya. Perlu diingat bahwa

29
dalam konteks proses belajar matematika, masalah matematika adalah masalah yang
dikaitkan dengan materi belajar atau materi penugasan matematika, bukan masalah yang
dikaitkan dengan kendala belajar atau hambatan hasil belajar matematika.

Holmes (1995) menyatakan yang intinya bahwa terdapat dua kelompok masalah
dalam pembelajaran matematika yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin. Holmes (1995),
menyatakan yang intinya bahwa apapun jenis masalahnya, rutin atau nonrutin, tetap
bergantung pada si pemecah masalah.

a. Masalah Rutin

Masalah rutin dapat dipecahkan dengan metode yang sudah ada. Masalah rutin sering
disebut sebagai masalah penerjemahan karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata-
kata menjadi simbol-simbol. Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah
pemecahan.

Contoh :

Gio memetik beberapa bunga di kebunnya dan menggunakan semua bunga itu untuk
membuat 3 buket dengan 9 bunga pada setiap buketnya. Berapakah bunga yang telah dipetik
Gio?

b. Masalah Nonrutin

Holmes (1995) pada intinya menyatakan bahwa masalah nonrutin kadang mengarah
kepada masalah proses. Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari sekadar penerjemahan
masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang sudah diketahui.
Masalah nonrutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat sendiri metode
pemecahannya.

Contoh :

Klub perangko Pelemwulung mempunyai 6 orang anggota. Setiap bulan sekali anggota klub
perangko tersebut mengadakan pertemuan untuk saling bertukar perangko. Jika tiap anggota
bertukar satu perangko dengan setiap anggota lainnya, berapa pertukaran perangko yang
terjadi setiap bulan di klub perangko tersebut?

Terkait tipe masalah, Charles R (1982) menyatakan bahwa ada sedikitnya lima tipe
masalah di luar bahan latihan (drill exercise) yang sering digunakan dalam penugasan

30
matematika berbentuk pemecahan masalah. Lima tipe masalah tersebut pada intinya sebagai
berikut.

a) Masalah penerjemahan sederhana (simple translation problem)

Penggunaan masalah dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi pengalaman


kepada siswa menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis.

Contoh :

Rinda mempunyai 20 ayam ras di dalam kandangnya. Di kandang yang berbeda, Aria
mempunyai 25 ayam ras. Berapa lebihnya ayam ras yang dipunyai Aria dari yang dipunyai
Rinda?

b) Masalah penerjemahan kompleks (complex translation problem)

Sebenarnya masalah ini mirip dengan masalah penerjemahan yang sederhana, namun
di dalamnya menuntut lebih dari satu kali penerjemahan dan ada lebih dari satu operasi
hitung yang terlibat.

Contoh :

Suatu perusahaan produsen lampu sepeda motor mengemas 12 lampu dalam satu paket.
Setiap 36 paket dimasukkan dalam satu kardus. Toko Murah adalah penjual suku cadang
sepeda motor. Toko Murah memesan 5184 lampu kepada perusahaan tersebut. Berapa kardus
lampu yang akan diterima oleh toko tersebut?

c) Masalah proses (process problem)

Penggunaan masalah tersebut dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi kesempatan


kepada siswa mengungkapkan proses yang terjadi dalam pikirannya. Siswa dilatih untuk
mengembangkan strategi umum dalam memahami, merencanakan, dan memecahkan
masalah, sekaligus mengevaluasi hasilnya.

Contoh :

Kelompok penggemar catur beranggota 15 orang akan mengadakan pertandingan. Jika setiap
anggota harus bertanding dengan anggota lain dalam sekali pertandingan, berapa banyak
pertandingan yang mereka mainkan?

31
d) Masalah penerapan (applied problem)

Penggunaan masalah tersebut dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi


kesempatan kepada siswa mengeluarkan berbagai keterampilan, proses, konsep dan fakta
untuk memecahkan masalah nyata (kontekstual). Masalah ini akan menyadarkan siswa pada
nilai dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh :

Berapa banyak kertas yang digunakan di sekolah Anda dalam satu tahun? Berapa banyak
pohon yang ditebang untuk membuat kertas-kertas yang digunakan di sekolah Anda?

e) Masalah puzzle (puzzle problem)

Penggunaan masalah tersebut dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi


kesempatan kepada siswa mendapatkan pengayaan matematika yang bersifat rekreasi
(recreational mathematics). Perlu diperhatikan di sini bahwa masalah puzzle tidak mesti
berujud teka-teki, namun dapat pula dalam bentuk aljabar yang penyelesaiannya diluar
perkiraan.

Contoh :

Gambarlah 4 garis atau ruas garis yang melalui 9 titik pada Gambar di samping tanpa
mengangkat alat tulis!

Strategi pemecahan masalah matematika :

 Beraksi/Bermain Peran (Act It Out)


 Membuat Gambar atau Diagram
 Mencari Pola
 Membuat Tabel
 Menghitung Membuat Daftar Terorganisir
 Menebak dan Menguji (Trial And Error)
 Bekerja Mundur
 Menggunakan Logika
 Menulis Kalimat terbuka
 Menyelesaikan Masalah yang Hampir Sama
 Mengubah Pandangan

32
Langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah matematika :

Dalam proses memecahkan masalah, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan secara


urut, namun kadangkala dilakukan langkah-langkah yang tidak harus urut, terutama untuk
memecahkan masalah yang sulit.

 Memahami masalah
 Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
 Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
 Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh

E. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI DEPAN


KELAS

Pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan salah satu model pembelajaran


yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar
mandiri di depan kelas.

Pendekatan dalam manajemen kelas sebagai pekerja profesional seorang guru harus
mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas sebelum didalam penggunaannya
harus terlebih dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu
kasus manajemen kelas merupakan alternatif yang terbaik. Sesuatu dengan hakikat masalah-
masalahnya artinya seseorang guru terlebuh dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan
suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi yang
terus dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru yang akan berhasil baik setiap hari
ia menangani kasus manajemen kelas.

Sebaliknya profesional cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila
alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan
maka ia masih mampu melakukan pukulan terhadap situasi untuk kemungkinan kemudian
alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya.

Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat.


Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga maupun
karena faktor fasilitas. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan kedalam 3 kategori yaitu :

 Masalah yang ada dalam wewenang guru.

33
 Masalah yang ada dalam wewenang sekolah.
 Masalah-masalah yang ada di luar kekuasan guru dan sekolah.

34
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang


ditetapkan sering kali juga kebijakan guru atau pengajar agar mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pendekatan yang dilakukan guru yaitu untuk mempermudah pemahaman siswa atas
materi pelajaran yang diberikannya dengan berbeda penekanannya. Pendekatan pembelajaran
diartikan sebagai cara yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
direncanakan agar siswa memahami konsep yang sedang dipelajarinya.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi


dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak berorientasi pada penguasaan
materi matematika semata, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana
siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika
yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.

Ditinjau dari penggunaan proses matematisasi horizontal dan vertikal, secara umum
terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Treffers(1991)
membaginya dalam mekanistik (mechanistic), strukturalistik (structuralistic), empiristik
(empiristic) dan realistik (realistic).

Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang
bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat material. Pendekatan material yaitu
pendekatan pembelajaran matematika di mana dalam menyajikan konsep matematika melalui
konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa. Pendekatan metodologik berkenaan
dengan cara siswa beradaptasi konsep yang disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang
sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan metodologik diantaranya
adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, dan
heuristik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi, Wijaya. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Gusti Widara dkk. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Upaya
Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun
Ruang Pada Siswa Kelas IV A SDN 9 Sesetan Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal
Santiaji Pendidikan: 3(2)

Hamzah, Ali dan Muhlisarini. 2014. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Raja Grafindo

Muhsetyo, Gatot dkk. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Musa Thahir. 2012. Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan


Reciprocal Teaching Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X MAN Kuala Enok
Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hikir. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Nasaruddin. 2013. Karakteristik Dan Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Di Sekolah.


al-Khawarizmi: 2

Nur Fitrah. 2020. Pendekatan Pembelajaran Dan Pendekatan Pembelajaran Matematika Di


SD. Makalah. Universitas Mega Rezki Makassar

Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Pekanbaru: Suska Press

Ruseffendi, E.T. 1991. Pendidikan Matematika 3 Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek


Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi. Jakarta

Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontritivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher

Turmudi. 2010. Metodologi Pembelajaran Matematika. Pelatihan Guru-Guru Matematika Di


Monokwari Papua Barat. Universitas Pendidikan Indonesia

http://muinarifah.blogspot.com/2014/08/pendekatan-pemecahan-masalah-matematika.html?
m=1

36
http://vdylaras.blogspot.com/2018/04/pendekatan-formal-informal-intuitif.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/wulandaridiah.wordpress.com/2013/01/21/pendekatan-
formal-dan-informal-dalam-pembelajaran-matematika/amp

37
LAMPIRAN :

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran!

Jawab :

Pendekatan pembelajaran menurut Syaiful adalah sebagai aktifitas guru dalam memilih
kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sebagai penjelas dan juga
mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah
siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan.

2. Mengapa matematika merupakan mata pelajaran penting dalam dunia pendidikan?

Jawab :

Pada dasarnya mata pelajaran matematika selalu identik dengan kegiatan menghitung.
Menghitung mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dalam
menjalani kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari kegiatan hitung-menghitung.
Matematika merupakan mata pelajaran penting dalam dunia pendidikan, hal ini dibuktikan
dengan diujikannya mata pelajaran matematika di Ujian Nasional. Selain itu, Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika merupakan salah satu disiplin
ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta
memberikan dukungan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, maka
materi matematika dibagi dalam beberapa ruang lingkup. Sebutkan!adalah aljabar,
pengukuran dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus.

Jawab :

 Kompetensi aljabar
 Pengukuran dan geometri
 Peluang dan statistika
 Trigonometri
 Kalkulus ditekankan

38
4. Sebutkan ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk SD, SMP dan SMA!
Jawab :
Ruang Lingkup untuk pembelajaran matematika sekolah dasar (SD/MI) sebagai berikut:
 Bilangan
 Geometrid an pengukuran
 Pengolahan data
Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk sekolah menengah pertama adalah
sebagai berikut:
 Bilangan
 Pengukuran dan Geometri
 Peluang dan statistika
 Aljabar
Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah
Aliyah adalah sebagai berikut:
 Pengukuran dan geometri
 Peluang dan Statistika
 Trigonometri
 Aljabar

5. Ditinjau dari penggunaan proses matematisasi horizontal dan vertikal, secara umum
terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika menurut Treffers (1991). Sebutkan!
Jawab :
Ditinjau dari penggunaan proses matematisasi horizontal dan vertikal, secara umum
terdapat empat pendekatan pembelajaran matematika. Treffers (1991) membaginya dalam
mekanistik (mechanistic), strukturalistik (structuralistic), empiristik (empiristic) dan
realistik (realistic).
6. Dalam hubungannya dengan beberapa pandangan tentang pembelajaran matematika,
jelaskan perbedaan antara pendekatan strukturalistik dan pendekatan empiristik!
Jawab :
Menurut pandangan strukturalistik, bahwa matematika terstruktur secara baik. Menurut
pandangan ini matematika semata-mata hanya aksioma, definisi, dan teorema. Karenanya
orientasi pembelajaran menurut pandangan ini adalah subject matter dan matematika
disampaikan secara deduktif. Sedangkan menurut pandangan empiristik lebih menekankan
pada aktivitas environment. Perhatian lebih besar diberikan kepada siswa dengan harapan

39
terjadi pematangan kognisi. Melalui pematangan tersebut diharapkan siswa akan sampai
kepada perkembangan kognisi yang diharapkan.
7. Jelaskan tujuan pendekatan kontruktivisme!
Jawab :
Tujuan konstruktivisme adalah membuat siswa mengembangkan pengetahuan siswa. Teori
belajar ini membuat siswa aktif dalam mengetahui bagaimana cara menyelesaikan suatu
masalah, tidak hanya bergantung pada jawaban guru. Konstruktivisme menginginkan
siswa mampu berpendapat atau memberikan umpan balik pada jawaban guru karena siswa
sudah bisa menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban mereka sesuai dengan
pendapat mereka sendiri.
8. Sebutkan prinsip-prinsip pendekatan saintific!
Jawab :
Prinsip dari pendekatan saintific ini antara lain : (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2)
pembelajaran membentuk student self concept; (3) pembelajaran memberikan kesempatan
pada siswa untuk mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan
prinsip; (4) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;
(5) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; dan
(6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
9. Jelaskan perbedaan antara Student Centered Approach dan Teacher Centered Approach!
Jawab :
Student Centered Approach adalah pendekatan yang berpusat pada siswa sedangkan
Teacher Centered Approach adalah pendekatan yang berpusat pada Guru. Jadi pada
Teacher Centered Approach ini guru menerangkan semua materi kepada siswa.

10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan RME (Realistic Mathematic Education!
Jawab :
Pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007) “sebuah pendekatan pendidikan yang
berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”. Menurut
Sudarman Benu, (2000) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang menggunakan
masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak dalam belajar
matematika”.
11. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu pendekatan yang bersifat
metodologi dan pendekatan yang bersifat material. Jelaskan!
Jawab :

40
Pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika di mana dalam
menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
Sedangan pendekata metodologik berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep yang
disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan
tersebut.
12. Berikan contoh materi pembelajaran matematika pada pendekatan material!
Jawab :
Misalnya untuk menyajikan penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis
bilangan, atau untuk menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis
digunakan gambar atau model.
13. Jelaskan perbedaan antara pendekatan forman dan informal!
Jawab :
Formal adalah bersifat matematis, melalui jalur-jalur logis, sistematis, dan menggunakan
kaidah aksiomatis (definisi, aksioma, atau teorema). Pengajaran matematika pada
umumnya dengan sistem formal, yakni sistem deduktif formal yang disusun atas unsur-
unsur yang tidak didefinisikan aksioma, definisi dan teorema atau dalil yang telah
dibuktikan kebenarannya. Sedangakan informal berarti tidak menurut aturan resmi dalam
prosedur matematis. Pendekatan informal merupakan penyimpangan dari pendekatan
formal. Dalam pendekatan ini teorema-teorema atau rumus-rumus matematika diberikan
kemudian digunakan untuk menyelesaikan masalah tanpa menurunkan atau membuktikan
terlebih dahulu.
14. Jelaskan kelebihan dan kelemahan dari pendekatan analitik!
Jawab :
Kelebihan pendekatan analitik ialah pendekatan ini merupakan pendekatan yang logis dan
menyakinkan. Tiap langkah yang di lakukan selalu beralasan, sehingga pemahaman dapat
dicapai.
Kelemahan pendekatan analitik ialah tidak semua bahan pelajaran dapat dilakukan dengan
pendekatan analitik. Kadang-kadang pembahasan dengan pendekatan analitik memerlukan
prosedur yang panjang.
15. Berikan contoh penerapan pendekatan sintetik dalam materi pembelajaran matematika!
Jawab :
Kerucut adalah suatu benda yang dibatasi oleh bidang lengkung (selimut) dan bidang alas
yang berbentuk lingkaran.

41
2
Volume Kerucut = 1/3 ¿ π ×r ×t
Contoh :
Sebuah kerucut memiliki tinggi 30 cm dan keliling alasnya 66 cm. Jika diketahui π =
22/7. Tentukan volume kerucut!
Jawab :
Sebelum menentukan volume kerucut kita harus mengetahui dulu jari-jari alas kerucut

Keliling alas =2 ¿ π ×r

66 cm = 2.22/7.r

66 cm = 44/7.r

r = 10,5 cm

2
Maka volume kerucut = 1/3 ¿ π ×r ×t

= 1/3.22/7.10,5.10,5.30

= 3465 cm3

16. Jelaskan prosedur pada pendekatan sintetik!

Jawab :

Pada pendekatan sintetik, prosedur yang ditempuh dimulai dari apa yang diketahui dalam
masalah yang sedang dipersoalkan, kemudian mencari keterkaitannya dengan hal-hal yang
belum diketahui dalam masalah itu tetapi diperlukan dan akhirnya sampai kepada hal yang
dikehendaki.

17. Holmes (1995) menyatakan yang intinya bahwa terdapat dua kelompok masalah dalam
pembelajaran matematika yaitu masalah rutin dan masalah nonrutin. Jelaskan kedua
kelompok masalah tersebut dan berikan contoh!

Jawab :

 Masalah Rutin

Masalah rutin dapat dipecahkan dengan metode yang sudah ada. Masalah rutin sering
disebut sebagai masalah penerjemahan karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan

42
dari kata-kata menjadi simbol-simbol. Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua
atau lebih langkah pemecahan.

Contoh :

Gio memetik beberapa bunga di kebunnya dan menggunakan semua bunga itu untuk
membuat 3 buket dengan 9 bunga pada setiap buketnya. Berapakah bunga yang telah
dipetik Gio?

 Masalah Nonrutin
Holmes (1995) pada intinya menyatakan bahwa masalah nonrutin kadang mengarah
kepada masalah proses. Masalah nonrutin membutuhkan lebih dari sekadar
penerjemahan masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang
sudah diketahui. Masalah nonrutin mengharuskan pemecah masalah untuk membuat
sendiri metode pemecahannya.
Contoh :
Klub perangko Pelemwulung mempunyai 6 orang anggota. Setiap bulan sekali anggota
klub perangko tersebut mengadakan pertemuan untuk saling bertukar perangko. Jika
tiap anggota bertukar satu perangko dengan setiap anggota lainnya, berapa pertukaran
perangko yang terjadi setiap bulan di klub perangko tersebut?
18. Terkait tipe masalah, Charles R (1982) menyatakan bahwa ada sedikitnya lima tipe
masalah di luar bahan latihan (drill exercise) yang sering digunakan dalam penugasan
matematika berbentuk pemecahan masalah. Sebutkan 5 tipe masalah dan jelaskan serta
berikan contoh salah satu masalah tersebut!
Jawab :
a) Masalah penerjemahan sederhana (simple translation problem)
Penggunaan masalah dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memberi pengalaman
kepada siswa menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman matematis.
Contoh :
Rinda mempunyai 20 ayam ras di dalam kandangnya. Di kandang yang berbeda, Aria
mempunyai 25 ayam ras. Berapa lebihnya ayam ras yang dipunyai Aria dari yang
dipunyai Rinda?
b) Masalah penerjemahan kompleks (complex translation problem)
c) Masalah proses (process problem)
d) Masalah penerapan (applied problem)

43
e) Masalah puzzle (puzzle problem)
19. Sebutkan strategi pemecahan masalah matematika!
Jawab :
 Beraksi/Bermain Peran (Act It Out)
 Membuat Gambar atau Diagram
 Mencari Pola
 Membuat Tabel
 Menghitung Membuat Daftar Terorganisir
 Menebak dan Menguji (Trial And Error)
 Bekerja Mundur
 Menggunakan Logika
 Menulis Kalimat terbuka
 Menyelesaikan Masalah yang Hampir Sama
 Mengubah Pandangan
20. Jelaskan salah satu metode pendekatan pembelajaran di deapan kelas!
Jawab :
Pengajaran terbalik (Reciprocal Teaching) merupakan salah satu model pembelajaran
yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar
mandiri di depan kelas.

44

Anda mungkin juga menyukai