Anda di halaman 1dari 31

MINI RISET

MK : FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA


PRODI. MATEMATIKA PPs UNIMED

SKOR NILAI :

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM


KURIKULUM 2013

Nama Mahasiswa : Mia Yolanda Siregar


NIM : 8196171008
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Bulan Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt dimana kita masih diberi rahmat dan inayah-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dosen Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd
selaku pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika yang telah membimbing
dalam mata kuliah ini. Terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan hingga makalah ini terselesaikan.
Besar harapan penulis, mini riset ini dapat memberi kontribusi untuk semua pihak,
terutama kepada para pembaca sehingga dapat memberikan manfaat dalam aplikasi
dilapangan. Mini riset ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembanding buku untuk
mendapatkan buku yang lebih bagus.
Penulis menyadari bahwa mini riset yang disusun ini masih banyak mempunyai
kekurangan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari
semua pihak atau pembaca yang budiman untuk kesempurnaan mini riset yang akan datang.

Medan, 10 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Pengertian Dan Komponen Kurikulum 2013................................................................5
B. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Matematika................................8
C. Proses Pembelajaran Matematika dengan Penerapan K13...........................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................26
A. Kesimpulan....................................................................................................................26
B. Saran ..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan
pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua
jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah dan
perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain
mempunyai sifat yang abstrak, matematika juga memrlukan pemahaman konsep yang
baik,karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyaratpemahaman konsep
sebelumnya.
Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 (Depdiknas,2006:346) salah satu tujuan
matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Pemahaman konsep tersebut perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak
tersebut masih duduk dibangku sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Disana mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan
masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam
mempelajari matematika pada jenjang pendidikanyang lebih tinggi.
Agar penguasaan siswa dalam matematika dapat tercapai dengan baik, maka siswa
dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam matematika tersebut. Pemahaman konsep
merupakan dasar dari pemahaman prinsip dan teori, hal ini sesuai dengan jenjang kognitif
tahap pemahaman menurut Bloom, dkk, sehingga untuk memahami prinsip dan teori terlebih
dahulu siswa harus memahami konsep-konsep yangmenyusun prinsip dan teori tersebut.
Karena itu hal yang sangat fatal apabila siswa tidak memhamai konsep-konsep matematika,
jika mereka ingin menguasai matematika dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
dapat dilihat dari hasil dalam laporan hasil belajar siswa.

1
Aspek-aspek yang dilaporkan kepada orang tua siswa tentang hasil belajar siswa adalah
(1) pemahaman konsep, (2) penalaran dan komunikasi, (3) pemecahan masalah. Berarti
pemahaman konsep disini sangat diperlukan untuk mengetahui sejauhmana siswa menguasai
materi yang telah diajarkan.
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan yang dikehendaki.
Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana
yang diperlukan seperti sumber-sumber belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan
tenaga pengajar, metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang aka dicapai.
Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat.
Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini terus
mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus akan mengalami
penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Perubahan kurikulum dapat
bersifat sebagian (pada komponen tertentu), tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang
menyangkut semuakomponen kurikulum. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai
dariperubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahanstructural.
Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadipada komponen tertentu saja
misalnya pada tujuan saja, isi saja, metodesaja, atau system penilaiannya saja. Pembaharuan
kurikulum bersifatmenyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.Dalam
perjalan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasionaltelah mengalami perubahan,
yaitu pada tahun pra-75, 1984, 1994, 2004,2006 dan tak ketinggalan juga kurikulum terbaru
yang diterapkan di tahunajaran 2013/2014 yaitu Kurikulum 2013. Sebelum pelaksanaan
penerapankurikulum 2013, pemerintah melakukan uji publik untuk menentukankelayakan
kurikulum ini dimata publik. Kemudian mulai tahun ajaran baru 2013/2014 kurikulum 2013
dilaksanakan secara bertahap.

Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan menghasilkan insanIndonesia yang:


produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatansikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Dalam hal ini,pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan
kompetensi dankarakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dansikap
yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujudpemahaman terhadap konsep yang
dipelajarinya. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik

2
dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman
terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria
penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil
belajar, sehingga para pesertadidik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap
sejumlah kompetensi dan karakter tertentu, sebagai prasyarat untuk melanjutkan ketingkat
penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya. Merupakan hal yang menarik apabila kita
dapat mengetahui tingkat pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkannya
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Melihat latar belakang diatas maka dalam
pembelajaran khususnya matematika diperlukan analisis pemahaman konsep matematika
siswa setalah diterapkan kurikulum 2013, sehingga dapat diketahui bagaimana pemahaman
konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan diterapkan kurikulum 2013.
Proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan kompetensi guru, siswa, kurikulum
serta sarana dan prasarana pendukungnya. Pemerintah memalui departemen pendidikan dan
kebudayaan melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya
adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Lebih lanjut
Kunandar mengatakan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut : (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) pola pembelajaran
satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-
peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya); (3) pola pembelajaran
terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa
saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif; (5) pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok (berbasis tim); (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis missal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajran
ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; dan (9) pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu :
1. Apakah pengertian kurikulum 2013 dan komponen kurikulum 2013?
2. Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika?
3. Bagaimana Proses Pembelajaran Matematika dengan Penerapan K13?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum 2013 dan komponen kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui Proses Pembelajaran Matematika dengan Penerapan K13.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Komponen Kurikulum 2013


Pemahaman tentang kurikulum saat ini adalah susunan mata pelajaran yang akan diajarkan
di setiap jentang pendidikan. Pemahaman ini tidak keliru, namun masih kurang lengkap.
Pemahaman kita tentang kurikulum harus diperluas karena ketika membahas tentang nama-
nama mata pelajaran pada suatu kurikulum, kita akan terjebak dengan banyak istilah.
Saat ini guru harus mempelajari Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata pelajaran lalu
dijejerkan satu dengan yang lain. Setelah itu dicari satu kata yang bisa menaungi semua KD
dalam bentuk tematik. Memang tidak dapat dipungkiri, alasan kita melaksanakan
pembelajaran tematik adalah agar guru lebih kreatif dan juga mengakomodasi keragaman
potensi dari setiap satuan pendidikan di tanah air.
Oleh karena itu, para ahli mencoba memahami persoalan kurikulum dengan memperluas
pengertiannya. Murray Print (1993) menyatakan bahwa: kurikulum adalah semua kesempatan
belajar yang direncanakan untuk peserta didik di sekolah dan institusi pendidik lainnya. Selain
itu, kurikulum juga dapat dimaknai sebagai rancangan pengalaman yang akan diperoleh
peserta didik ketika kurikulum tersebut diimplementasikan. Kurikulum juga dapat diartikan
sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan interaksi peserta didik dengan lingkungan
belajarnya yaitu interaksi dengan dirinya sendri sebagai guru dengan sumber belajar dan
lingkungan belajar lainnya rancangannya selalu disusun dalam dokumen tertulis dan
dilaksanakan serta dikendalikan oleh guru.
Murray print (1993) menggaris bawahi empat hal penting dalam definisi kurikulum yang
diajukannya yaitu adanya:
1. Planned learning experiences
2. Offered within educational institusional
3. Represented as a document
4. Includes experiences resulting from implementing that document
Dari definisinya Murray Print tidak menyebut kurikulum sebagai kumpulan dari nama-
nama mata pelajaran tetapi menyebutnya sebagai pengalaman belajar. Nama suatu mata
pelajaran bisa mengambil dari istilah keilmuan (misalnya mata pelajaran Matematika, Bahasa,
5
Geografi, Biologi, dan lain-lain) atau bisa juga dengan menggunakan istilah dan tema yang
dikenal di masyarakat.
Point kedua adalah bahwa kurikulum merupakan suatu tawaran program yang diajukan
oleh institusional tertentu. Dalam hal ini pemerintah akan meneruskan kebijakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebaiknya sekolah memanfaatkan sebagai bentuk tawaran
program terbaiknya. Sekolah sebaiknya memiliki visi dan misi unggulan sehingga masyarakat
dapat memilih jenis tawaran program dari setiap sekolah.
Point ketiga dan keempat merupakan suatu program pembelajaran yang berlaku di sekolah
tidak dapat dikatakan sebagai kurikulum yang akuntabel manakala tidak direncanakan secara
sistematis dan terukur. Oleh karena itu perlu didokumentasikan sebagai wujud dari tanggung
jawab sosial bagi pihak guru dan sekolah.
Untuk memperjelas arti atau pengertian kurikulum, sebaiknya melihat terlebih dahulu
komponen kurikulum. Nasution (1993) menyebut empat komponen pokok kurikulum yaitu
tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian. Subandijah yang dikutip
Abdullah Idi (2007) menyebutkan komponen kurikulum atas lima komponen ditambah
komponen penunjang, yaitu tujuan, isi materi, organisasi atau strategi, media dan proses
belajar mengajar. Adapun komponen pendukungnya adalah administrasi dan supervisi,
pelayanan bimbingan dan penyuluhan, dan sistem evaluasi. Abdullah Idi (2007) sendiri
menyebutkan enam komponen kurikulum yaitu komponen:
1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Media atau sarana dan prasarana,
4. Strategi pembelajaran,
5. Proses pembelajaran, dan
6. Evaluasi atau penilaian.
Tujuan kurikulum merupakan komponen penting dari setiap sistem kurikulum. Untuk
keperluan teknis, komponen tujuan dalam kurikulum dibedakan menjadi tiga yaitu: aims,
goals, dan objectives (Murray Print, 1993). Aims merupakan rumusan tujuan yang bersifat
umus dan biasanya dirumuskan pada tingkat tujuan pendidikan nasional. Goals merupakan
tujuan yang lebih spesifik. Tujuan diarahkan kepada gambaran prestasi peserta didik dengan
menekankan pada konten berupa pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan objectives adalah
6
tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum denan pernyataan yang lebih spesifik lagi dari goals
yaitu menyatakan dalam bentuk tuntutan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam kurikulum 2013
lebih identik dengan tingkat Kompetensi Dasar.
Isi dan struktur program yaitu “bahan” yang akan dipelajari oleh peserta didk. Dalam
makna ini, isi dan struktur program adalah kumpulan mata pelajaran atau bahan pembelajaran
lainnya. Isi dan struktur program merupakan komponen kurikulum yang banyak
diperbincangkan setiap saat merumuskan nama mata pelajaran. Dalam kurikulum 2013 kita
mengenal isi kurikulum yang bernama seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan. Materi kurikulum bersumber dari masyarakat lalu diajarkan sebagai fungsi dari
pemeliharaan budaya masyarakat (fungsi konservatif). Adapun materi yang berasal dari
peserta didik artinya pertimbangan perumusan materi berasal dari kebutuhan peserta didik.
Komponen media atu sarana dan prasarana pembelajaran merupakan faktor pendukung
dalam implementasi kurikulum. Pemakaian media sangat strategis dalam pembelajaran karena
dapat dijadikan instrumen akselerasi pencapaian tujuan kurikulum.
Pemilihan strategi pembelajaran dipilih sesuai dengan tujuan dan isi materi kurikulum.
Jika tujuan dan bahan ajar memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor maka
pemilihan strategi dan proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan isi kurikulum.
Komponen penilaian ini diperlukan untuk mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
kurikulum. Evaluasi kurikulum dilakukan untuk menilai rumusan tujuan kurikulum, isi
ataupun materi kurikulum, media atau sarana dan prasarana pembelajaran, strategi dan proses
pembelajaran, dan sistem evaluasi kurikulum itu sendiri. Dalam proses evaluasi kurikulum ada
yang bersifat pre-ordinate yaitu kriteria evaluasi dipersiapkan sejak awal dan ditetapkan
berdasarkan indikator umum; fidelity yaitu kriteria dipersiapkan sejak awal tetapi ditetapkan
dari keadaan kurikulum yang dikembangkan; dan pendekatan process yaitu kriteria penilaian
bersifat naturalistic inquiry, kualitatif, dan fenomenologi yaitu peduli terhadap masalah yang
sedang dihadapi untuk segera diatasi (Hamid Hasan, 2008).

7
B. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Matematika
Hakikat matematika yang merupakan ilmu yang akhirnya bersifat abstrak, bagi
kebanyakan siswa matematika masih merupakan momok. Bagi para guru tidak mudah untuk
memilih strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran yang tepat sehingga materi
matematika mudah dipahami siswa, siswa bisa terampil serta siswa tertarik untuk
mempelajarinya.
Penerapan kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum dengan menekankan pada
pembentukan karakter, yang bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter
bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang
berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya
diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 menyangkut empat elemen perubahan
kurikulum, yaitu sebagai berikut:
a. Penyempurnaan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang lebih memperhatikan
pengembangan kognitif, keterampilan dan sikap serta penghayatan juga pengamalan
agama.
b. Perubahan Standar Isi, dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran
dengan pendekatan tematik-integratif.
c. Perubahan Standar Proses, yaitu perlunya perubahan strategi pembelajaran. Pentingnya
para guru untuk merancang pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Dengan strategi pembelajaran yang tepat peserta didik difasilitasi untuk mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, mencipta dan menyimpulkan.
d. Perubahan Standar Evaluasi. Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur hasil kompetensi,
tetapi penilaian yang otentik yaitu penilaian yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan
serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk
mengukur kemampuan siswa sesuai dengan performa yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dapat diuraikan dari point-point diatas, yaitu sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

8
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) terdiri dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD).
Kompetensi inti merupakan terjemah atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas
yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif dan
psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian kompetensi dasar.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (kompetensi inti Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti
sikap spiritual; Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; Kompetensi Inti-3
(KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi
inti keterampilan. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang
berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung dan pada
waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan Kompetensi Inti-3 (KI-3) dan penerapan
pengetahuan Kompetensi Inti-4 (KI-4).
Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk semua setiap
kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi
yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti
yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan
memperhatikan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari
suatu mata pelajaran.
2. Standar Isi (SI)
Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013, Standar Isi adalah kriteria mengenai
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi terdiri dari kompetensi dan sarana prasarana. Standar isi merupakan turunan
dari SKL (Standar Kompetensi Lulusan) terdiri dari KI dan KD. Perubahan Standar Isi,
dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran dengan pendekatan tematik-
integratif.
9
Pembelajaran tematik integratif sering juga disebut sebagai pembelajaran tematik
integrasi aslinya dikonseptualisasikan pada tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran ini
awalnya dikembangkan untuk anak-anak yang berbakat dan bertalenta, anak-anak yang cerdas,
program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai
berikut:
1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa
dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa mata pelajaran.
2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang
mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi pelajaran yang dipilih dapat
mengungkapkan tema secara bermakna.
3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang
berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian
tujuh utuh kegiatan pemelajaran yang termuat dalam kurikulum.
4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan
karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak
dipadukan tidak perlu dipadukan.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar
modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru
lebih banyak berperan sebagai pasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
10
Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses mata pelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konseop-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
Ada tiga pembelajaran integratif yang dipilih dan dikembangkan di program pendidikan
guru sekolah, yaitu model keterhubungan, model laba-laba, dan model keintegratifan.
Model keterhubungan (connected) adalah model pembelajaran yang secara sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, ide-ide yang dipelajari
pada satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam
satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Robert Maynard
Hutchins.
Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran integratif
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimuali dengan
menentukan tema. Tema bsia ditetapkan dengan negoisasi antara guru dan siswa tetapi dapat
pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema disepakati, dikembangkan sub-sub
temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Tokoh yang mengembangkan
modle ini adalah Lyndon B. Johnson.
Model keintegratifan (integrated), model ini merupakan pembelajaran integratif yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Modle ini diusahakan dengan cara
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep, sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi.
Pertamakali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam
11
satu semster dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan
sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang
studi. Tokoh yang mengembangkan modle ini adalah John Milton.
3. Standar Proses
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Kurikulum 2013 secara garis besar mengembangkan dua strategi pembelajaran yaitu
startegi pembelajaran langsung dan tidak langsung. Strategi pembelajaran langsung adalah
proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir,
dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan
mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Strategi
pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang
disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaraan tidak
langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan
tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata
pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku
dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah
dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, semua kegiatan
yang tejadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang
terkait dengan sikap.

12
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
integrasidan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang
menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara
bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD
pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang
menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:
a. Mengamati;
b. Menanya;
c. Mengumpulkan informasi;
d. Mengasosiasi;
e. Mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2. keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya.

Lamgkah- Kegiatan pembelajaran Kompetensi yang


langkah dikembangkan
pembelajaran
mengamati Membaca, mendengar, menyimak, Melatih kesungguhan,
melihat (tanpa alat atau dengan alat) ketelitian, mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang Mengembangkan kreativitas,
informasi yang tidak dipahami dari apa rasa ingin tahu, kemampuan
yang diamati atau pertanyaan untuk merumuskan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan membentuk pikiran yang kritis
tentang apa yang diamati yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan  Melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti,
informasi  Membaca buku lain selain buku teks jujur, sopan, menghargai

 Mengamati objek/kejadian/aktivitas pendapat orang lain,

 Wawancara dengan narasumber kemampuan berkomunikasi,


menerapkan kemampuan

13
mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan beljar dan belajar
sepanjang hayat
Mengasosiasikan Mengolah informasi yang sudah Mengembangkan sikap jujur,
dikumpulkan baik terbatas dari hasil teliti, disiplin, taat aturan,
kegiatan mengumpulkan/eksperimen kerja keras, kemampuan
maupun hasil dari kegiatan mengamati menerapkan prosedur dan
dan kegiatan mebgumpulkan kemampuan berpikir induktif
informasi. serta dedkutif dalam
 Pengolahan informasi yang menyimpulkan
dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan
Mengkomunika Menyampaikan hasil pengamatan, Mengembangkan sikap jujur,
sikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis teliti, toleransi, kemampuan
secara lsan, tertulis, atau media lainnya berpikir sistemats,
mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan sejas, dan
mengembangkan kemampaun
berbahasa yang baik dan benar

Strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan guru agar pembelajaran


terlaksana secara tepat sasaran. Strategi pembelajaran secara aplikatif dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung. Strategi mana yang
digunakan sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat tepat sasaran sehingga tujuan

14
pembelajaran dapat tercapai. Agar siswa lebih cepat memahami materi biasanya digunakan
strategi langsung. Sedangkan strategi tidak langsung jenis kegiatannya tidak langsung
menyentuh materi pembelajaran.
Dalam konteks Kurikulum 2013 ada 5 model pembelajaran yang merupakan model inti.
Pelaksanaan model pembelajaran mana yang dipilih diorientasikan agar siswa dapat
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam proses pembelajaran yang
aktif kreatif, siswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dan terampil berkomunikasi
maka para guru pegang peranan yang penting. Kelima model pembelajaran tersebut adalah:
Model Pembelajaran Proses Saintifik, Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi, Model
Pembelajaran Multiliterasi, Model Pembelajaran Multisensori, dan Model Pembelajaran
Kooperatif. (Abidin, 2014). Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Model Pembelajaran Proses Saintifik
Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut beraktivitas seperti ahli sains.Dalam
prakteknyasiswa melakukan aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode ilmiah,
yaitu:merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisisdata, serta membuat kesimpulan. Tidak semua materi dalam matematika bisa
diterapkan model pembelajaran ini. Karena model pembelajaran proses saintifik sebagai
proses pembelajara nuntuk memecahkan masalah yang mebutuhkan perencanaan yang
matang, pengumpulan datayang cermat, juga analisis yang teliti untuk menghasilkan
kesimpulan. Siswa perlu dibinakepekaannya terhadap fenomena. Karakter keilmuan dari
setiap materi pelajaran tidak sama demikian pula untuk mata pelajaran matematika langkah-
langkah dalam pendekatan ilmiah ada perbedaan. Untuk mata pelajaran matematika langkah-
langkahnya yaitu: mengamati (mengamati fakta matematika), menanya (berfikir divergen),
mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas
konsep, membuktikan), mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep
baru). Penjelasan tentang mengamati, menanya, mengumpilkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan diuraikan sebagai berikut.
1. Mengamati
Pengamatan fakta matematika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan,
b) Pengamatan obyek matematika. (Kemendikbud, 2014).
15
Pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan dalam mata pelajaran matematika sering
digunakan dalam membahas materi tingkat dasar, pengamatan seperti ini cocok untuk
pemahaman konsep yang akan diturunkan dari suatu proses induktif. Pengenalan konsep
dengan proses induktif adalah dari hal-hal yang khusus atau dari contoh-contoh ke hal
yangumum. Misalnya dalam membahas materi volume, untuk menemukan volume bola dapat
dilakukan pengukuran dengan menghubungkan volume kerucut dengan volume setengah bola.
Siswa melakukan percobaan dan pengamatan secara langsung terhadap obyek bendanya.
Tetapi untuk sekolah menengah pada kelas tinggi tidak cukup pembuktian secara induktif
perlu dibuktikan dengan pemahaman melalui proses deduktif.
2. Menanya
Kelemahan dari proses menghafal jika tidak disertai dengan pemahaman yang mendalam,
banyak siswa yang gagal menyelesaikan suatu masalah matematika jika soal matematika
diubah sedikit saja. Para guru seharusnya sadar kenyataan ini bahwa kegagalan siswa bisa
disebabkan karena siswa terbiasa menghafal algoritma atau prosedur tertentu tanpa ditekankan
paham prosesnya. Untuk itu perlunya dibangkitkan pemikiran yang divergen, pemikiran
divergen dapat ditimbulkan adanya pertanyaan. Perlunya pertanyaan pancingan. Apabila
dengan suatu pertanyaan siswa belum bisa menjawab maka guru tidak diperkenankan
memberitahu jawaban. Misalkan dalam membahas materi fungsi naik dan fungsi turun berikut
ini. Tentukan interval-interval fungsi f ( x )=2 x 2−3 x+ 1 bilamana naik dan bilamana turun!.
Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang perlu dibangkitkan supaya timbul pemikiran yang
divergen?
3. Mengumpulkan Informasi
Pengertian mengumpulkan informasi dalam pelajaran matematika tidak harus bendakonkret
yang dikumpulkan. Informasi dapat berupa konsep-konsep, teorema atau sifat-sifatyang
mendukung. Jadi informasi tidak harus hasil percoban atau hasil pengamatan.Misalnyauntuk
membuktikan rumus-rumus untuk tg (a +b) atau tg (a - b) diperlukan konsep tangen,sinus,
cosinus dsb.

16
4. Mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
Pengertian asosiasi dapat bermakna penalaran atau akibat (reasoning) (Kemendikbud:2014).
Bisa penalaran induktif (dari hal yang khusus ke hal yang umum) ataupenalaran deduktif (dari
hal yang umum ke hal yang khusus).
5. Mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain)
Secara sempit pengertian mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menunjukkan atau
membuktikan yang dituangkan dalam bahasa tulis (presentasi). Secara luas menyimpulkan
dapat diartikan pengaitan dengan materi lain. Pengaitan bisa vertikal (matematika vertikal),
bisa horizontal (matematika horizontal). Matematika vertikal misalnya mengaitkan konsep
dalam matematika itu sendiri, sedangkan matematika horizontal misalnya mengaitkan konsep
yang diperoleh dengan dunia nyata. (Kemendikbud:2014).
b. Model Pembelajaran Integratif Berdiferensiasi
Merupakan model pembelajaran yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu dan dikemas
berdasarkan perbedaan siswa. Dalam model ini metode yang harus dikuasai guru adalah
pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran berbasis proyek.Dalam Kemendikbud: 2014
dijelaskan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) merupakan
metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. Dengan langkah-langkah: penentuan pertanyaan mendasar,
mendesain pertanyaan proyek, menyusun jadwal, memonitor peserta didik dan kemajuan
proyek, menguji hasil, mengevaluasi pengalaman.
c. Model Pembelajaran Multiliterasi
Dalam meningkatkan pemahaman, keterampilan dan sikap dari berbagai disiplin ilmu Model
Pembelajaran Multiliterasi mengoptimalkan konsep literasi berbahasa yang meliputi kegiatan
membaca, menulis, menyimak, berbicara. Misalnya untuk sekolah tingkat dasar atau
menengah terdapat soal-soal bentuk cerita. Untuk menyelesaikan soal-soal bentuk cerita
perlunya memahami soal yaitu paham apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, menyusun
kalimat matematika dan menyelesaikan kalimat matematikanya.
d. Model Pembelajaran Multisensori
Dalam memahami materi model pembelajaran ini mengoptimalkan panca indera, baik indera
penglihatan, pendengaran, pembau, pengecap dan peraba. Dalam pembelajaran matematika
17
tidak semua materi dapat diperagakan dengan benda konkret. Jadi penggunaan ke lima
inderaini tidak harus bersama-sama.
e. Model Pembelajaran Kooperatif
Siswa dalam belajar dengan model pembelajaran kooperatif ini penekanannya adalah
kerjasama. Untuk ini diperlukan pembagian tugas yang jelas. Misalnya pembagian tugas antar
kelompok. Dalam Kurikulum 2013 Model Pembelajaran Kooperatif menjadi wadah bagi
model-model yang lain. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran ada tiga istilah yang
berbeda tapi sering diperkirakan sama, yaitu istilah pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Dalam Abidin (2014) dijelaskan bahwa pendekatan dalam konsep pembelajaran
dipandang sebagai a way of beginning something yang berarti cara memulai sesuatu. Dalam
proses pembelajaran pendekatan merupakan suatu pedoman yang dapat memunculkan tahapan
belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran bersifat aksiomatis, melahirkan sejumlah metode
pembelajaran, memberikan pedoman bagi metode pembelajaran, lahir dari sejumlah
asumsi/teori/prinsip tertentu. Misalkan pendekatan konstuktivistik yang sering digunakan
dalam proses pembelajaran. Dari pendekatan pembelajaran akan menghasilkan sejumlah
metodepembelajaran.
Menurut Richards dan Rodgers Dalam Abidin (2014) menyatakan bahwa “Method is
anoverall plan for the orderly presentation of material, no part of which contradicts, and all
ofwhich is based upon, the selected approach. An approach is axiomatic, a method is
procedural. Within one approach, there can be many methods” yang berarti metode
merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian bahan ajar secara rapi dan tertib, yang tidak
ada bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya didasarkan pada pendekatan
terpilih. Jika pendekatan bersifat aksiomatik maka metode bersifat prosedural. Jadi kalau
metode diartikan sebagai cara adalah kurang tepat, sebab pada metode pembelajaran
mencakup beberapa tahap, yaitu mulai dari penentuan tujuan pembelajaran, peran guru, peran
siswa, materi sampai tahap evaluasi.
Implementasi metode pembelajaran mata pelajaran matematika diperlukan teknik
pembelajaran yang tepat. Dalam Abidin (2014) dijelaskan bahwa teknik pembelajaran
merupakan cara yang secara langsung diterapkan guru untuk menyampaikan materi kepada
siswanya selama proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang
mencakup aktivitas kelas, tugas dan pengujian. Agar tujuan pembelajaran tercapai guru
18
diharuskan menggunakan bermacam-macam teknik pembelajaran. Jadi dalam satu kali proses
pembelajaran matematika, misalnya membahas materi matematika kelas X SMA tentang
eksponen dapat digunakan bermacam-macam teknik pembelajaran yang dapat langsung
diamati. Misalnya guru sedang ceramah, adanya tanya jawab, siswa sedang berdiskusi, siswa
sedang mengerjakan tugas. Penentuan teknik pembelajaran sangat erat sekali dengan materi
matematika yang akan dibahas.

4. Standar Evaluasi
Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur hasil kompetensi, tetapi penilaian yang
otentik yaitu penilaian yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan serta pengetahuan
berdasarkan hasil dan proses. Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk mengukur
kemampuan siswa sesuai dengan performa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan
isntrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik mencakup: penilaian ontetik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, uian tingkta kompetensi,
ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan
sebagai berikut.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran.
a. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflekif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan ernitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perorangan atau
kelompok di dalam atau di luar kelas khususnya pada sikap dan keterampilan.
c. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau
kemajuandan perbaikan hasil belajar peserta didik.
d. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
19
e. Ulangan Tengah Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pwncapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semster meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
f. Ulangan Akhir Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
emngukur pencapaian kompetensi peserta didik di ahkir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
g. Ujian Tingkat Kompetensi merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi
sejumlah KD yang merepresentasikan KI pada tingkat kompetensi tersbut.
h. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UMTK meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan KI pada tingkat
kompetensi tersebut.
i. Ujian Nasional yang disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu
yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Pendidikan Nasional,
yang dilaksanakan secara nasional.
j. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar
kompetensi yang diajukan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

C. Proses Pembelajaran Matematika dengan Penerapan K13


Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu pada kurikulum 2013 proses
pembelajaran berpusat pada siswa. Jadi siswa dituntut lebih aktif dalam membangun
pengetahuan dan guru hanya sebagai fasilitator. Jadi guru hanya memberitahu tujuan
pembelajaran saja, lalu guru memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
memberikan suatu masalah, lalu siswa menyelesaikan dengan diskusi atau tanya jawab,
membaca atau merangkum sendiri. Aspek yang ditanamkan pada kurikulum 2013 yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Aspek sikap terintegrasi selama proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada siswa, menuntut siswa untuk
kreatif dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan menanamkan aspek sikap, pengetahuan,
serta keterampilan. Sedangkan berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013
20
pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan prinsip yang : (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan
metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Dengan kata lain pemahaman guru mengenai proses pembelajaran pada kurikulum 2013
belum baik, hal ini dikarenakan poin (3) dan (5) prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013
tidak disebutkan guru.
Kegiatan mengamati yaitu memberikan suatu permasalahan lalu siswa diminta untuk
mengamati. Sedangkan kegiatan mengamati dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah proses mengamati fakta
atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, dan atau menyimak.
Kegiatan ini meliputi membaca, mendengar, menyimak atau melihat (dengan atau tanpa alat).
Dengan kata lain guru belum memahami dengan baik mengenai kegiatan mengamati.
Kegiatan menanya yaitu mengajukan pertanyaan terkait dengan hal yang diamati.
Berdasarkan informasi dari guru, kebanyakan guru menangkapnya menanya itu gurunya yang
mengajukan pertanyaan, jadi dengan seperti itu siswa akan timbul pertanyaan. Pemahaman
guru tentang kegiatan menanya belum tepat, hal ini dikarenakan yang seharusnya bertanya
yaitu siswa. Guru mengajukan pertanyaan ketika tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan
dan pertanyaan yang diajukan guru bertujuan agar siswa bertanya.
Mengumpulkan informasi adalah siswa menalar bagaimana menyelesaikan
permasalahan itu dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti dari buku pegangan
atau berdiskusi dengan temannya. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013 yang memaparkan bahwa kegiatan mengumpukan informasi termasuk membaca
literatur, membaca objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba dan sebagainya
menjadikan siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi dan dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiakan/mengolah informasi yaitu menggunakan informasi yang diperoleh tadi
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013 yang menyatakan bahwa kegiatan mengasosiasi meliputi mengolah
21
informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi atau pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
Menginformasikan yaitu mempresentasikan hasil yang diperoleh setelah mengolah
informasi dengan persentasi atau menuliskan di papan tulis. Hal ini sejalan dengan
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 yang menyatakan bahwa kegiatan mengomunikasikan
adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini meliputi menyampaikan hasil pengamatan,
menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi Wahyu dkk, dalam Jurnal yang
berjudul “Analisis Proses Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013 pada
Materi Pokok Peluang Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta” terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil penelitian terkait proses pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum
2013 yang menanamkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan pendekatan
scientific approach pada materi pokok peluang

Kegiatan yang diamati Hasil penelitian


Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, kegiatan yang dilakukan guru yaitu
mengucapkan salam, mengajak siswa mengingat kembali materi yang
telah dipelajari, menginformasikan materi yang akan dipelajari, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
Mengamati Kegiatan mengamati dilakukan guru dengan meminta siswa untuk
menyimak penjelasan dari guru tentang ruang sampel, titik sampel,
dan frekuensi harapan.
Menanya Kegiatan menanya dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan
terkait dengan peluang. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa
pada kegiatan ini. Kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap aktif siswa
dalam proses pembelajaran
Mengumpulkan informasi Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan guru dengan meminta
siswa membaca buku dan LKS untuk menjawab pertanyaan atau soal
yang diberikan guru terkait dengan menentukan peluang dan
frekuensi harapan suatu kejadian. Kegiatan ini dapat menumbuhkan
sikap aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Mengaosiasi Kegiatan mengasosiasi dilakukan guru dengan memberikan lembar
kerja tentang masalah nyata yang berkaitan dengan peluang untuk

22
dikerjakan secara berkelompok. Pada kegiatan ini, guru ingin
menanamkan aspek keterampilan pada siswa. Selain itu guru juga
ingin menanamkan sikap kerjasama dan tanggung jawab pada siswa.
Menginformasikan Kegiatan menginformasikan dilakukan guru dengan meminta
perwakilan kelompok untuk menuliskan hasil diskusi kelompoknya.
Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan guru yaitu bersama
dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, memberikan
kesempatan siswa untuk mencatat, memberikan kuis terkait materi
yang telah dipelajari, dan menyampaikan materi pada pertemuan
berikutnya.

Berdasarkan hasil penelitian terkait kegiatan pendahuluan, kegiatan yang dilakukan


guru yaitu mengucapkan salam, mengajak siswa mengingat kembali materi yang telah
dipelajari, menginformasikan materi yang akan dipelajari, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan standar proses pada Permendikbud Nomor 81A Tahun
2013 yang memaparkan bahwa kegiatan yang dilakukan guru pada kegiatan pendahuluan yaitu
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari, mengantarkan
peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari
suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai, dan
menyampaikan garis besar cakupan materi.
Berdasarkan hasil penelitian terkait kegiatan inti, kegiatan mengamati dilakukan guru
dengan meminta siswa untuk menyimak penjelasan dari guru tentang ruang sampel, titik
sampel, dan frekuensi harapan. Kegiatan mengamati yang terjadi pada proses pembelajaran
tersebut belum berjalan dengan baik, karena dengan menyimak penjelasan dari guru siswa
tidak melakukan pengamatan dan membuat siswa kurang aktif dalam membangun
pengetahuan. Selain itu kegiatan mengamati yang berlangsung pada proses pembelajaran tidak
sejalan dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 yang menyatakan bahwa prinsip
pembelajaran pada kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa. Selain itu, berdasarkan
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tujuan dari kegiatan mengamati yaitu menimbulkan
rasa ingin tahu, membuat siswa aktif mencari informasi. Sehingga tujuan kegiatan mengamati
tersebut tidak tercapai pada proses pembelajaran yang terjadi.
Kegiatan menanya dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa terkait materi yang dipelajari. Kegiatan menanya yang terjadi pada proses pembelajaran

23
adalah guru yang mengajukan pertanyaan dan pertanyaan yang diajukan bukan untuk
membuat siswa bertanya sehingga tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Selain itu
berdasarkan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 kegiatan menanya adalah kegiatan
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati, karena pada
kegiatan mengamati tidak ada yang diamati siswa maka kegiatan ini belum berjalan dengan
baik.
Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan guru dengan meminta siswa membaca
buku dan LKS untuk menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan guru. Hal ini sejalan
dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 yang memaparkan bahwa kegiatan
mengumpukan informasi termasuk membaca literatur, membaca objek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba dan sebagainya menjadikan siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi dan dapat
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan mengasosiasi dilakukan guru dengan memberikan lembar kerja tentang
masalah nyata yang berkaitan dengan peluang untuk dikerjakan secara berkelompok. Dengan
menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa dapat mengetahui lebih jauh terkait materi yang
dipelajari sehingga secara tidak sengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan sikap kerjasama siswa dan tanggung
jawab, karena dengan memberikan tugas secara kelompok tertanam sikap saling kerja sama
dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang diberikan kepada mereka.
Selain itu, dengan menyelesaikan masalah yang diberikan dapat tertanam keterampilan pada
diri siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaiful Sagala (2010:219) yang menyatakan
bahwa kegiatan memberikan tugas mempunyai beberapa kebaikan diantaranya memunculkan
sikap tanggung jawab dan berdiri sendiri.
Kegiatan menginformasikan dilakukan guru dengan meminta siswa menuliskan hasil
diskusi kelompok di depan kelas. Setelah itu guru mengajak siswa untuk memeriksa hasil
jawaban mereka. Kegiatan ini bertujuan agar jika ada siswa yang salah dalam menyelesaikan
masalah mereka dapat mengetahui kesalahannya sehingga pengetahuan yang ada pada siswa
menjadi benar. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 kegiatan ini juga dapat

24
melatih siswa mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Berdasarkan hasil penelitian terkait kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan guru
yaitu bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, memberikan kesempatan
siswa untuk mencatat, memberikan kuis terkait materi yang telah dipelajari, dan
menyampaikan materi pada pertemuan berikutnya. Hal ini sesuai dengan standar proses pada
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 yang memaparkan dalam kegiatan penutup guru
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran,
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum dapat diartikan sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan interaksi
peserta didik dengan lingkungan belajarnya yaitu interaksi dengan dirinya sendri sebagai guru
dengan sumber belajar dan lingkungan belajar lainnya rancangannya selalu disusun dalam
dokumen tertulis dan dilaksanakan serta dikendalikan oleh guru.
Tujuan kurikulum merupakan komponen penting dari setiap sistem kurikulum. Untuk
keperluan teknis, komponen tujuan dalam kurikulum dibedakan menjadi tiga yaitu: aims,
goals, dan objectives
Penerapan kurikulum 2013 merupakan penerapan kurikulum dengan menekankan pada
pembentukan karakter, yang bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter
bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang
berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya
diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 terdiri atas lima pengalaman belajar pokok,
yaitu: a) Mengamati, b) Menanya, c) Mengumpulkan informasi, d) Mengasosiasi, e)
Mengkomunikasikan.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu pada kurikulum 2013 proses
pembelajaran berpusat pada siswa. Jadi siswa dituntut lebih aktif dalam membangun
pengetahuan dan guru hanya sebagai fasilitator. Jadi guru hanya memberitahu tujuan
pembelajaran saja, lalu guru memfasilitasi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
memberikan suatu masalah, lalu siswa menyelesaikan dengan diskusi atau tanya jawab,
membaca atau merangkum sendiri. Aspek yang ditanamkan pada kurikulum 2013 yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Aspek sikap terintegrasi selama proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada siswa, menuntut siswa untuk
kreatif dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan menanamkan aspek sikap, pengetahuan,
serta keterampilan. Sedangkan berdasarkan lampiran Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013
pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan prinsip yang : (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan
26
dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan
metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Dengan kata lain pemahaman guru mengenai proses pembelajaran pada kurikulum 2013
belum baik, hal ini dikarenakan poin (3) dan (5) prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013
tidak disebutkan guru.

B. Saran
Bagi guru agar dapat memperbaiki proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan lebih baik
terutama kegiatan mengamati dan menanya sehingga kegiatan pada masing-masing pendekatan
pembelajaran matematika dapat di impelementasikan dengan baik pada proses pembelajaran
matematika di kelas sehingga tujuan dari kurikulum 2013 dapat tercapai.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:
PT Refika Aditama.

Adi, Imam., Riyadi, 2016 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum
2013 pada Materi Pokok Peluang Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta, Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika. Vol.4, No.3, hal 352-365 ISSN: 2339-1685.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Idi, A. (2014). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Sajalah, D. (2016, Oktober Rabu, 05 ). Analisis Kurikulum 2013 Revisi Pada Mata Pelajaran
Matematika. Diambil dari https://dekha-sajalah.blogspot.com/2016/10/analisis-
kurikulum-2013-revisi-pada.html?m=1 (17 Oktober 2019)

28

Anda mungkin juga menyukai