Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mia Yolanda Siregar

NIM : 8196171008
Kelas/Semester : DIKMAT-A/II
Mata Kuliah : Evaluasi pemb. Matematika
Dosen Pengampu : Dr Mariani, M.Pd

TR-4

1. Dapatkah soal bentuk isian dibuat kunci skoring dengan melubangi kertas?
Jawab: Tidak. Karena soal bentuk isian membutuhkan space jawaban yang cukup luas
sehingga tidak efektif apabila menggunakan kunci skoring dengan melubangi
kertas.Selain itu, kunci skoring dengan melubangi kertas hanya bisa digunakan
untukmelihat jawaban yang berupa tanda pada soal bentuk pilihan berganda, misalnya
melubangi kertas sebagai tanda dalam bentuk lingkaran.

2. Pada waktu mengkoreksi soal bentuk uraian, penilai dianjurkan membaca tiap-tiapsatu
soal untuk seluruh siswa. Langkah ini diambil agar penilaiannya lebih objektif. Tetapi
langkah ini mempunyai kelemahan, Jelaskan!
Jawab: kelemahan dari langkah tersebut, yaitu:
a. Membutuhkan waktu yang tidak singkat dalam pemeriksaan karena setiap soal harus
dibaca.
b. Cara dan kemampuan mempertahankan pendapat akan suatu jawaban yangbenar
cenderung berbeda (di awal, pertengahan dan akhir pemeriksaan).
c. Keluasan materi pendukung mengakibatkan unsur subjektif akan kembalimuncul.

3. Untuk siswa yang kurang cerdas, mempunyai kesempatan pula untuk memperolehnilai
baik, yaitu apabila guru menggunakan norma kelompok dalam penilaiannya. Jelaskan
bagaimana siswa tersebut mendapat nilai tinggi!
Jawab: Penggunaan penilaian dengan norma kelompok untuk pertama kalidikemukakan
oleh Cureton dengan landasan dasar bahwa tingkat pencapaianbelajar siswa akan
tersebar.Dalam menggunakan norm-referenced, prestasi belajar seorang
siswadibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seorang siswa
sangatdipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Untuk mendapatkan nilai tinggi
dengantahapan sebagai berikut:

1
a. Membagi kelompok.
Dengan tujuan menyebar siswa yang dianggap memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah agar seluruh siswa membaur dengan kemampuan kelompok yang merata.
Sehingga, siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat bertukar pikiran dengan
siswa yang lain.
b. Memberikan materi pembelajaran.
c. Memberikan waktu diskusi kelompok.
Diberikan waktu untuk berdiskusi kelompok, agar setiap yang kurang mengertidapat
dijelaskan oleh yang lain, siswa yang lebih mengerti.
d. Dilakukan evaluasi kelompok.

4. Fungsi pembelajaran dalam penilaian juga berfungsi pedagogis. Jelaskan!


Jawab:
Saya setuju bahwa fungsi pembelajaran dalam penilaian juga berfungsi pedagogis
(berfungsi mendidik), karena secara instruksional pemberian nilai akhir berfungsi
memberikan umpan balik yang mencerminkan seberapa jauh peserta didik dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam program pengajaran.

5. Tentukan dengan nilai standar enam (6) dan standar lima (5) berdasarkan presentase
yang ada bagi skor-skor di bawah ini!
7 6 7 6 5 8 4 8 4 3 5 2 6 7 6 7 8 9 6 6
6 7 6 5 7 8 4 9 3 6 7 7 6 8 7 6 5 8 7 6
8 7 6 7 6 7 5 3 4 8 7 8 6 5 7 6 7 6 5 8
Jawab:
Adapun langkah-langkah yang harus diambil sebelum menentukan presentase bagi tiap
nilai yaitu:
a. Nilai diubah dalam bentuk puluhan
70 60 70 60 50 80 40 80 40 30 50 20 60 70 60 70 80 90 60 60
60 70 60 50 70 80 40 90 30 60 70 70 60 80 70 60 50 80 70 60
8070 60 70 60 70 50 30 40 80 70 80 60 50 70 60 70 60 50 80

b. Standar Enam

2
Dari standar enam, kita telah menghitung nilai mean dan standar deviasi maka
selanjutnya kita mengubah skor mentah hasil tes menjadi nilai berstandar berskala
enam dengan rumus sebagai berikut:
a) Mean + 1,25 SD ke atas = 9
= 60,75 + 1,25(11,78)
= 60,75 + 14,73 = 75,48
b) Mean + 0,75 SD ke atas = 8
= 60,75 +0,75(11,78)
= 60,75 + 8,84 = 69,59
c) Mean + 0,25 SD ke atas = 7
= 60,75 + 0,25(11,78)
= 60,75 + 2,95 = 63,7
d) Mean - 0,25 SD ke atas = 6
= 60,75 - 0,25(11,78)
= 60,75 - 2,95 = 57,8
e) Mean - 0,75 SD ke atas = 5
= 60,75 - 0,75(11,78)
= 60,75 - 8,84 = 51,91
f) Mean - 1,25 SD ke atas = 4
= 60,75 - 1,25(11,78)
= 60,75 - 14,73 = 46,02
Tabel Konversi
Skor Mentah Skala Sembilan Jumlah Siswa
76 ke atas 9 12 orang
70 – 75 8 16 orang
64 – 69 7 -
58 - 63 6 17 orang
52 – 57 5 -
46 -51 4 7 orang
Jadi, dengan menggunakan standar enam, siswa yang memili skor 3 dan 4 menjadi tidak
memperoleh nilai.

c. Standar Lima

3
Skor maksimum adalah 90, ini kita gunakan pedoman acuan penilaian
Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor
standar pada norma absolut skala lima adalah:
Tingkat Penguasaan Skor Standar
90% - 100% A
80% - 89% B
70% - 79% C
60% - 69% D
59% F

Berdasarkan kunci jawaban skor maksimum = 90, maka:


a) Penguasaan 90% = 0,90 × 90 = 81
b) Penguasaan 80% =0,80 × 90 = 72
c) Penguasaan 70% = 0,70 × 90 = 63
d) Penguasaan 60% = 0,60 × 90 = 54

Dengan demikian, diperoleh tabel konversi sebagai berikut:


Skor Mentah Skor Standar
80 – 90 A
72 – 79 B
63 – 71 C
54 – 62 D
>53 F
Berdasarkan tabel di atas untuk 60 orang siswa tersebut, jadi:
a) Siswa yang memperoleh skor 80 dan 90 berarti nilainya A dan ada sebanyak 12
orang.
b) Siswa yang memperoleh skor 70 berarti nilainya C dan ada sebanyak 16 orang.
c) Siswa yang memperoleh skor 60 berarti nilainya D dan ada sebanyak 17 orang.
d) Siswa yang memperoleh skor 20, 30, 40, dan 50 berarti nilainya F dan ada
sebanyak 15 orang.

4
6. Di dalam buku rapot terdapat tiga kolom dalam nilai yaitu prestasi, rata-rata kelas dan
usaha. Jelaskan apakah cara ini sudah baik! Mengapa?
Jawab: Menurut saya, adanya tida kolom dalam nilai yaitu prestasi, rata-rata kelas dan
usaha di dalam rapot, cara ini sudah baik. Karena, dengan ditampilkannya ketiga kolom
tersebut akan lebih memudahkan siswa dan orang tua mengenai prestasi-prestasi peserta
didik dalam berbagai studi. Dan adanya rata-rata kelas akan terlihat bahwa bidang studi
tertentu yang rata-ratanya rendah dan usaha setiap siswa tertentu berbeda biasanya
dengan simbol nilai A, B, dan C sehingga dapat memotivasi siswa.

7. Bagaimanakah cara meminimalkan pengaruh subjektivitas dalam pemeriksaan tes


uraian?
Jawab: Adapun cara meminimalkan pengaruh subjektivitas dalam pemeriksaan tes
uraian, yaitu:
a. Jawaban siswa diperiksa oleh dua orang pemeriksa yang masing-masing bekerja
sendiri-sendiri.
b. Sebelum memeriksa, kedua pemeriksa membuat kesepakatan untuk menyamakan
persepsi. Melakukan uji coba pemeriksaan jawaban siswa.
c. Pada saat mengoreksi menutup nama siswa sehingga guru tidak tahu milik siapa
jawaban yang sedang dikoreksi
d. Menghindari membuat soal uraian terbuka, diusahakan membuat soal uraian terbatas
sehingga jawabannnya pasti.
e. Memeriksa jawaban nomor 1 untuk semua siswa baru dilanjutkan mengoreksi nomor
2 untuk semua siswa dan seterusnya.

8. Badrun memberi respons terhadap suatu instrumen untuk mengukur kecenderungan


sikap siswa terhadap proses pembelajaran matematika sebagai berikut:
NO. Pernyataan Respon Siswa
1. A 5 4 3 2 1
2. B 5 4 3 2 1
3. C 5 4 3 2 1
4. D 5 4 3 2 1
5. E 5 4 3 2 1

5
Berdasarkan data tersebut, bagaimanakah kecenderungan sikap Badrun terhadap proses
pembelajaran matematika? Apakah Badrun termasuk menyenangi, cukup menyenangi
atau tidak menyenangi proses pembelajaran matematika?
Jawab: Kecenderungan sikap Badrun berdasarkan data diatas terhadap proses
pembelajaran matematika menunjukkan bahwa Badrun termasuk cukup menyenangi
proses pembelajaran matematika

9. Jika pemeriksa I dan II memberi skor yang berbeda jauh, bagaimana cara memutuskan
untuk memberikan skor akhir?
Jawab: Cara memutuskan untuk memberikan skor akhir jika pemeriksa I dan II memberi
skor yang berbeda jauh adalah dengan menganalisis jawaban soal yang sesuai baik dari
pemeriksa I dan II, setelah mendapatkan skor yang sesuai, di totalkan ulang untuk
keseluruhan nilainya untuk memberikan skor akhir.

10. Mengapa jawaban siswa untuk tes uraian tidak dapat diperiksa atau diskor menggunakan
mesin scanner? Jelaskan!
Jawab: Karena jawaban masing - masing siswa pada tes uraian berbeda. Pada tes uraian
itu, menuntut siswa menjawab berdasarkan pendapat masing masing, tidak seperti pilihan
berganda yang jawabannya pasti dan dapat langsung di koreksi dengan mesin.Pemberian
skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan hasil tes uraian.
Menurut Hopkins (1990) terdapat5 faktor yang menjadi permasalahan pada saat
memeriksa hasil tes uraian yaitu: (1) ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor;
(2) adanya hallo effect; (3) carri over effect;(4) order effect; (5) adanya efek
penggunakan bahasa serta tulisan siswa.Untuk memeriksa hasil tes uraian sebaiknya
mengikuti cara-cara berikut:
a. Setiap lembar jawaban siswa sebaiknya diperiksa oleh dua orang pemeriksa.
b. Kedua pemeriksa menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan cara memeriksa
jawaban siswa.
c. Pemeriksa mengujicobakan pedoman penskoran yang sudah disepakati dengan
memeriksa 5 – 10 lembar jawaban siswa.
d. Pemeriksaan jawaban siswa dilaksanakan setelah uji coba pemeriksaan menunjukkan
hasil pemeriksaan yang baik.
e. Pemeriksa menentukan skor yang diperoleh setiap siswa.

Anda mungkin juga menyukai