Anda di halaman 1dari 9

1 TEKNIK KONVERSI SKOR MENTAH HASIL TES MENJADI NILAI STANDAR BERSKALA LIMA (STANFIVE) Oleh: Drs.

Marsudi, M.Ag. A. Pendahuluan

Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh peserta didik (mahasiswa) terhadap materi atau bahan yang diteskan. Nilai, juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh pendidik (dosen) kepada mahasiswa atas jawaban betul yang diberikannya dalam tes hasil belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya. Untuk sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakekatnya masih merupakan skor-skor mentah perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat dikonversi menjadi skor yang sifatnya baku atau standar. Bagaimana cara mengkonversi raw score (skor mentah) menjadi standard score (nilai standar) ? Pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh tulisan ini. Pembahasan hanya dibatasi pada teknik konversi skor mentah menjadi nilai standar berskala lima (nilai A, B, C, D dan E) yang banyak digunakan dalam evaluasi belajar di perguruan tinggi. B. Kesalahan-kesalahan dalam Penilian Prestasi Belajar Peserta Didik Sebelum masuk ke dalam pembahasan tentang metode konversi skor seperti disebutkan di atas, maka akan diuraikan berbagai kesalahan yang sering dilakukan dosen dalam memberikan penilian akhir terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kesalahankesalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Rentangan nilai terlalu kecil Sering dijumpai seorang dosen dalam penilian belajar mahasiswanya menggunakan rentangan nilai yang terlalu kecil, misalnya hanya nilai D dan C saja. Nilai D merupakan nilai yang belum cukup untuk meluluskan mahasiswa, sedangkan nilai C merupakan nilai cukup atau meluluskan. Dalam hal ini, seorang dosen tidak mau meluaskan rentangan nilai-nilainya sehingga penilaian tersebut tidak memberikan gambaran diferensiasi nilai yang realistik.1 2. Penilaian yang Terlalu Murah atau Mahal Pada dasarnya seorang dosen berhak untuk menentukan acuannya sendiri dalam penilian prestasi belajar mahasiswanya. Namun, dengan kewenangan ini tidak berarti bahwa ia boleh melakukan penilaian yang terlalu murah atau terlalu mahal. Penilaian yang demikian sering disebabkan oleh situasi kelas. Misalnya, para mahasiswa kurang menghargai mata kuliah yang diampunya sehingga dosen membuat mahal dalam menilai prestasi belajar mereka. 3. Penilaian yang Tidak Reliabel Yang dimaksud penilaian yang tidak reliabel adalah penilaian yang tidak berdasarkan acuan yang relevan, sehingga nilai yang diperoleh mahasiswa berubahubah, tidak mewakili prestasi yang sesungguhnya. Misalnya, penilaian yang didasarkan atas rasa suka-kurang suka, famili-bukan famili, aktifis-bukan aktifis dan sebagainya.Sikap dosen yang demikian mudah dibaca oleh mahasiswa sehingga mengundang sikap-sikap negatif dari mereka. 4. Penilaian yang tidak Menyeluruh Penilaian yang tidak menyeluruh dapat disebabkan oleh berbagai hal. Di antaranya, soal ujian yang tidak mencakup keseluruhan bahan, aneka behaviour yang mau dicapai dalam tujuan instruksional tidak dapat dinilai seluruhnya, penilian hanya satu kali dalam satu periode, jawaban bertingkat tidak diperiksa secara menyeluruh, tipe tes yang dipaki tidak mampu mengungkap keseluruhan tingkah laku dan sebagainya.2

2 C. Perbedaan antara Skor dengan Nilai Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka dari setiap soal tes (item) yang dijawab betul oleh peserta didik. Sedangkan nilai adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni Acuan Standar atau Acuan Norma.3 Dari definisi di atas, tampak bahwa skor dan nilai merupakan dua istilah yang berbeda. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang memperoleh skor 70 bagi suatu tes yang menghendaki skor maksimum 70, maka peserta didik tersebut menguasai 100% materi soal yang diujikan. Akan tetapi jika skor 70 tersebut diperoleh dari suatu tes yang menghendaki skor maksimum 100, maka skor tersebut mencerminkan bahwa siswa yang bersangkutan hanya menguasai 70% materi soal yang diujikan. Bila skor tersebut dikonversi ke dalam bentuk nilai, maka tentu saja keduanya berbeda meskipun masingmasing diambil dari skor yang sama. D. Mengkonversi Skor Mentah Menjadi Nilai A, B, C, D dan E Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huruf menggunakan patokan sebagai berikut:4 ---------------> A Mean(rata-rata) 1,5 SD(standar deviasi) ---------------> B Mean 0,5 SD ---------------> C Mean 0,5 SD ---------------> D Mean 1,5 SD ---------------> E Cari penggunaan exel mengenai mencari rata-rata dan standar deviasi Sebelum dilakukan proses konversi skor mentah ke dalam nilai A, B, C, D dan E maka perlu dipersiapkan daftar skor berupa skor rata-rata dari berbagai komponen penilaian seperti Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), skor kehadiran kuliah, skor tugas dan sebagainya. Misalkan, dalam mata kuliah Bahasa Arab yang diikuti 50 mahasiswa, di mana skor maksimum ideal adalah 100, diperoleh skor rata-rata dari UTS, UAS, tugas dan kehadiran sebagai berikut: TABEL I: DAFTAR SKOR RATA-RATA PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB Nomo r Urut mhs 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor mentah 63 54 50 48 43 61 53 49 47 42 Nomo r Urut mhs 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor mentah 58 52 49 46 40 57 51 49 46 38 Nomo r Urut mhs 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor mentah 56 51 48 45 33 64 55 50 48 45 Nomo r Urut mhs 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Skor mentah 62 54 50 47 42 60 53 49 47 42 Nomo r Urut mhs 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Skor mentah 58 52 49 46 39 56 51 48 45 37

Langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka mengubah skor-skor mentah prestasi belajar di atas menjadi nilai standar berskala lima adalah sebagai berikut:5 1. Menentukan banyaknya kelas interval. Adapun caranya adalah sebagai berikut: a. Mencari Range dengan rumus skor tertinggi (Highest score:H) dikurangi skor terendah (Lowest score:L). Dari daftar skor mentah di atas tampak bahwa H: 64, sedangkan L: 33. Dengan demikian range-nya adalah 31.

3 b. Membagi range ke dalam interval-interval dengan rumus ci = R + 1 i Misalnya ditentukan intervalnya (i) = 3, sedangkan R sudah diketahui, yaitu 31, maka ci = R + 1= 31 + 1= 11 (pembulatan) i 3 Dengan demikian, skor hasil belajar dari 50 mahasiswa tersebut dikelompokkan menjadi 11 kelas interval. Masing-masing kelas terdiri dari 3 angka atau interval 3. Penambahan angka 1 pada hasil bagi antara range dan interval dimaksudkan agar pendidik mempunyai peluang untuk menambah skor tertinggi atau mengurangi skor terendah. Dalam data skor pada table I di atas skor tertinggi adalah 64, sehingga jika ditambah 1 maka menjadi 65. Dengan demikian angka 65 ditempatkan di sebelah kanan atas tabel, sedangkan di sebelah kirinya adalah angka 63 (interval 3). Maka angka pada kelas interval tertinggi adalah 63-65. Selanjutnya diurut ke bawah di mana setiap kelas memuat 3 angka. Menghitung frekuensi (f) yang mentabulasikan tiap-tiap skor ke dalam kelasnya. Misalnya mahasiswa yang memperoleh skor antara 63-65 ada 2 orang, maka f: 2. Menentukan deviasi yang disingkat dengan tanda d. Caranya adalah meletakkan mean duga (Md) dengan angka 0 (nol) pada kelas interval yang memiliki frekuensi tertinggi. Selanjutnya meletakkan angka-angka secara berurutan di atas angka 0 dan diberi tanda + (positif). Sedangkan di bawah angka 0 diletakkan angka-angka secara berurutan ke bawah dan diberi tanda (negatif). Mengalikan angka-angka frekuensi (f) dengan angka-angka deviasi (d) : fd Menghitung fd2 dengan mengalikan angka-angka deviasi (d) dengan angka-angka pada fd. Untuk lebih jelasnya uraian di atas ditampilkan dalam tabel berikut:

2. 3.

4. 5.

TABEL II: DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR-SKOR MENTAH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB Kelas Interval f d fd fd2 63-65 2 +5 10 50 60-62 3 +4 12 48 57-59 3 +3 9 27 54-56 5 +2 10 30 52-53 7 +1 7 7 48-50 11 0 0 0 45-47 9 -1 -9 9 42-44 5 -2 -10 20 39-41 2 -3 -6 18 36-38 2 -4 -8 32 33-35 1 -5 -5 25 2 N: 50 fd: +10 fd : 256 Langkah selanjutnya adalah mencari angka rata-rata (mean) dari tabel di atas dengan menggunakan rumus: 6 M: Md + i fd

( )

N Pada tabel II di atas tampak bahwa mean duga (Md) terletak antara 48 dan 50. Untuk memperoleh mean duga maka 48 ditambah dengan 50, kemudian dibagi 2, sehingga diperoleh Md = 98:2 = 49. Setelah Md diketahui maka mean dapat dicari sebagai berikut: M = Md + i fd N = 49 + 3 10 50

( )

( )

4 = 49 + 30 50 = 49 + 0,6 = 49,6 BISA DI DAPATKAN DENGAN CARA PENGHITUNGAN EXEL (CARANYA MUDAH) Langkah selanjutnya adalah mencari Standar Deviasi (SD) dengan rumus:7 SD= i

fd (fd)
2

Dengan rumus tersebut, maka dapat diketahui Standar Deviasi sebagai berikut: SD = 3

256 (10)
50 50
2

=3

5,12 (1)
5

=3

5,12 (1)
25

=3

5,12 0,04 5,08

=3

= 3 x 2,25 = 6,75 BISA DI DAPATKAN DENGAN CARA PENGHITUNGAN EXEL (CARANYA MUDAH)

Setelah mengetahui Mean dan Standar Deviasi (M = 49,6 dan SD = 6,75), langkah berikutnya adalah menjabarkan skor mentah dari 50 mahasiswa tersebut ke dalam nilai A, B, C, D dan E dengan menggunakan rumus: M + 1,5 (SD) = A (Amat Baik) M + 0,5 (SD) = B ( Baik) M-0,5 (SD) = C (Cukup) M-1,5 (SD) = D (Kurang) <M-1,5 (SD) = E (Gagal/tidak lulus) Dengan rumus ini, maka skor nilai dapat dikonversikan ke nilai huruf berdasarkan patokan sebagai berikut: 49,6 + 1,5 (6,75) = 59,725 (60) 49,6 + 0,5 (6,75) = 52,975 (53) 49,6 - 0,5 (6,75) = 46,225 (46) 49,6 - 1,5 (6,75) = 39,475 (39) Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dibuat tabel konversi skor mentah prestasi belajar mata kuliah Bahasa Arab ke dalam nilai A, B, C, D dan E sebagai berikut:

5 TABEL III: STANDAR KONVERSI DARI SKOR MENTAH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB KE DALAM NILAI A, B, C, D DAN E SKOR MENTAH 60 ke atas 53-59 46-52 39-45 38 ke bawah NILAI HURUF A B C D E

Dengan mengacu pada tabel standar konversi ini, skor-skor mentah yang dimiliki masing-masing mahasiswa (tabel I) dapat dikonversi menjadi nilai-nilai sebagaimana tampak dalam tabel berikut:

TABEL IV : HASIL KONVERSI DARI SKOR MENTAH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB KE DALAM NILAI A, B, C, D DAN E Skor Nilai mentah hrf 63 A 54 B 50 C 48 C 43 D 61 A 53 B 49 C 47 C 42 D Skor Nilai mentah hrf 58 B 52 C 49 C 46 C 40 D 57 B 51 C 49 C 46 C 38 E Skor Nilai mentah hrf 56 B 51 C 48 C 45 D 33 E 64 A 55 B 50 C 48 C 45 D Skor Nilai mentah hrf 62 A 54 B 50 C 47 C 42 D 60 A 53 B 49 C 47 C 42 D Skor Nilai mentah hrf 58 B 52 C 49 C 46 C 39 D 56 B 51 C 48 C 45 D 37 E

Teknik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil belajar menjadi nilai standar seperti dipaparkan di atas adalah teknik yang mendasarkan diri pada Norma atau Kelompok (Norm Referenced Evaluation). Teknik ini dikenal juga dengan sebutan Standar Relatif. Selain Standar Relatif sering juga dipakai Standar Mutlak yang mendasarkan diri pada Kriterium (Criterion Referenced Evaluation). 8 Dengan menggunakan Standar Relatif sebagaimana disebutkan di atas 38 mahasiswa atau 76% dari 50 mahasiswa pengambil mata kuliah Bahasa Arab dinyatakan lulus. Secara rinci data tersebut disajikan dalam tabel berikut: TABEL V: FREKUENSI DAN PERSENTASE PEROLEHAN NILAI A, B, C, D DAN E DARI SKOR MENTAH HASIL BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB SKOR 60-64 NILAI A FREKUENSI 5 PERSENTASE 10%

6 53-59 46-52 39-45 33-38 B C D E Jumlah 10 23 9 3 50 20% 46% 18% 6% 100%

Penentuan nilai dengan menggunakan Standar Relatif ini lebih tepat diterapkan sebab dipandang lebih adil, wajar dan manusiawi. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa dalam tes, baik tengah maupun akhir semester sering ditemukan sebagian besar mahasiswa mempunyai nilai yang jelek. Sebagai contoh dalam mata kuliah Bahasa Arab di atas sebagian besar mahasiswa hanya meraih nilai 45 ke bawah. Dalam keadaan ini mahasiswa yang meraih nilai 50, 55 atau 60, apalagi 70 harus dipandang sebagai mahasiswa yang memiliki kemampuan atau tingkat penguasaan yang tergolong tinggi dibanding yang lainnya. Sekalipun seorang mahasiswa hanya meraih nilai 55, namun secara relatif ia termasuk mahasiswa yang memiliki kepandaian lebih daripada yang lain dalam kelompoknya. Dengan kata lain, standing position-nya berada di atas nilai rata-rata kelompoknya. Untuk menunjukkan perbedaan mencolok hasil akhir pengubahan skor mentah menjadi nilai yang menggunakan Standar Mutlak dengan yang menggunakan Standar Relatif, berikut dilakukan pembandingan antara keduanya. Untuk keperluan tersebut data berupa skor-skor mentah dalam tabel I dikonversi dulu menjadi nilai standar dengan menggunakan Standar Mutlak (skor maksimum ideal 100). Hasilnya dibandingkan dengan nilai akhir yang menggunakan Standar Relatif (tabel VI).

TABEL VI: PERBANDINGAN NILAI AKHIR PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH BAHASA ARAB YANG PENENTUAN NILAI STANDARNYA MENGGUNAKAN STANDAR MUTLAK DAN RELATIF Sebelum dikonversi (2) 63 54 50 48 43 61 53 49 47 42 58 52 49 46 40 57 51 49 46 Skor Mentah Setelah dikonversi dengan menggunakan Standar Mutlak dengan rumus Nilai = (Skor:SMI) x 100 dan diubah menjadi nilai A, B, C, D dan E (3) 63/ 100 x 100 = 63 =C 54/ 100 x 100 = 54 =D 50/ 48/ 43/ 61/ 53/ 49/ 47/ 42/ 58/ 52/ 49/ 46/ 40/ 57/ 51/ 49/ 46/ 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 50 48 43 61 53 49 47 42 58 52 49 46 40 57 51 49 46 =D =D =E =C =D =D =D =E =C =D =D =D =E =C =D =D =D Setelah dikonversi dengan menggunakn Standar Relatif Skala Lima (Nilai A, B, C, D dan D) (4) A B C C D A B C C D B C C C D B C C C

No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

7
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 38 56 51 48 45 33 64 55 50 48 45 62 54 50 47 42 60 53 49 47 42 58 52 49 46 39 56 51 48 45 37 38/ 56/ 51/ 48/ 45/ 33/ 64/ 55/ 50/ 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 100 x 100 = 38 56 51 48 45 33 64 55 50 48 45 62 54 50 47 42 60 53 49 47 42 58 52 49 46 39 56 51 48 45 37 =E =C =D =D =E =E =C =D =D =D =E =C =D =D =D =E =C =D =D =D =E =C =D =D =D =E =C =D =D =E =E E B C C D E A B C C D A B C C D A B C C D B C C C D B C C D E

48/ 100 x 100 = 45/ 100 x 100 = 62/ 100 x 100 = 54/ 100 x 100 = 50/ 100 x 100 = 47/ 100 x 100 = 42/ 100 x 100 = 60/ 100 x 100 = 53/ 100 x 100 = 49/ 100 x 100 = 47/ 100 x 100 = 42/ 100 x 100 = 58/ 100 x 100 = 52/ 100 x 100 = 49/ 100 x 100 = 46/ 100 x 100 = 39/ 100 x 100 = 56/ 100 x 100 = 51/ 100 x 100 = 48/ 100 x 100 = 45/ 100 x 100 = 37/ 100 x 100 =

Bertitik tolak dari data yang disajikan di atas maka dapat dibuat tabel ikhtisar yang memuat gambaran tentang mahasiswa yang berhasil meraih nilai A, B, C, D dan E kalau konversi skor mentahnya menggunakan Standar Mutlak dan Standar Relatif (tabel VII) TABEL VII: PERBANDINGAN JUMLAH MAHASISWA YANG MEMPEROLEH NILAI A, B, C, D DAN E KETIKA DIGUNAKAN STANDAR MUTLAK DAN RELATIF Nilai Angka Huruf 80-100 66-79 56-65 46-55 0-45 A B C D E Jumlah dan persentase mahasiswa ketika konversi menggunakan Standar Mutlak 0 0% 0 0% 10 20% 28 56% 12 24% 50 100% Jumlah dan persentase mahasiswa ketika konversi menggunakan Standar Relatif 5 10% 10 20% 23 46% 9 18% 3 6% 50 100%

Dari tabel VII terlihat jika nilai C merupakan nilai minimal bagi mahasiswa yang dinyatakan lulus, maka dengan menggunakan Standar Mutlak jumlah mahasiswa yang lulus hanya 10 orang (20%) saja. Sebaliknya, jika konversi menggunakan Standar Relatif, maka mahasiswa yang dinyatakan lulus adalah 38 orang (76%).

8 Adapun konversi skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sebelas dapat dilakukan seperti langkah-langkah yang telah di paparkan di atas. Hanya saja patokan yang digunakan adalah sebagai berikut: PENGOLAHAN SKOR MENTAH HASIL TES MENJADI NILAI STANDAR BERSKALA SEBELAS (STANEL) DIGUNAKAN DI SEKOLAH MENENGAH 10 M + 2,25 SD 9 M + 1,75 SD 8 M + 1,25 SD 7 M + 0,75 SD 6 M + 0,25 SD 5 M - 0,25 SD 4 M - 0,75 SD 3 M - 1,25 SD 2 M - 1,75 SD 1 M - 2,25 SD E. Kesimpulan Teknik konversi skor mentah hasil belajar -berupa skor rata-rata dari berbagai tes dan komponen lain seperti kehadiran dan tugas- dengan mendasarkan diri pada Standar Relatif yang dikenal juga dengan istilah Penilaian Beracuan Norma (PAN) atau Penilaian Beracuan Kelompok (PAK) lebih tepat digunakan pendidik di perguruan tinggi dalam menentukan nilai akhir prestasi belajar mahasiswanya. Dengan menggunakan standar ini pendidik akan terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam penilaian prestasi belajar mahasiswa seperti rentangan nilai terlalu kecil, penilaian terlalu murah atau mahal serta penilaian yang tidak reliable. CATATAN AKHIR

1 2

Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal.150.

Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, Penilian Hasil Belajar, Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993, hal. 149.
3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, hal. 240.
4

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1998, hal. 329.
5

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 195-198. Bandingkan juga dengan Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988, hal. 126-127.
6

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hal. 261


7

Ahmad Rohani, Op.Cit., hal. 209


8

Tentang penilaian beracuan kriterium dan norma, lihat: Anas Sudijono, Op.Cit., hal 313-327.

Anda mungkin juga menyukai