Anda di halaman 1dari 25

PRINSIP-PRINSIP DAN PROSEDUR PENILAIAN TES HASIL BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya


merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan
prosedur penilaian. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan PP. nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan bahwa peilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas:

1.Penilaian hasil belajar oleh pendidik


2.Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidik
3.Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga
melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada sementara satu penilaian dapat dilakukan
melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan dilengkapi dengan
tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah, pengamatan dan produk.

Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu.
Pada semester dua pen ilaian kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR,
pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi
nilai rapor pada semester dua.

B. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar

1. Tujuan Penilaian Hasil Belajar


a.Tujuan umum:
1).Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
2).Memperbaiki proses pembelajaran
3).Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
b.Tujuan khusus:
1).Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
2).Mendiagnosa kesulitan belajar
3).Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar
4).Penentuan kenaikan kelas
5).Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk
melakukan usaha perbaikan.
2.Fungsi Penilaian Hasil Belajar

1).Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas


2).Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar
3).Meningkatkan motivasi belajar siswa
4).Evaluasi diri terhadap kinerja siswa

C. Rumusan Masalah

1.Apakah penskoran dan penilaian itu?


2.Bagaimanakah prinsip-prinsip penilaian?
3.Bagaimanakah acuan penilain itu?
4.Bagaimanakah prosedur pemberian nilai?
D. Tujuan
1.Untuk mengetahui tentang penskoran dan penilaian
2.Untuk mengetahui prinsip-prinsip penilaian
3.Untuk mengetahui tentang acuan penilaian
4.Untuk mengetahui prosedur pemberian nilai
E.Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah agar dapat memberikan konstribusi berupa
pemahaman mengenai prinsip-prinsip dan prosedur penilaian tes hasil belajar kepada mahasiswa
UMPAR khususnya mahasiswa akta IV.

BAB II
PEMBAHASAN

Penskoran dan Penilaian (Scoring and Grading)

Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa atau
mahasiswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-
angka (mengadakan kuantifikasi).
Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses
pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan
angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100 atau 0-4 dan ada pula yang dengan huruf A,
B, C, D dan E.

Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan,
apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban yang benar
diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol). Total skor yang diperoleh
dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam
penskorannya biasanya digunakan cara memberi bobot kepada setiap soal menurut tingkat
kesulitannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap
paling baik. Misalnya untuk soal nomor 1 diberi skor maksimum 4, untuk soal nomor 3 diberi
skor maksimum 6, untuk soal nomor 5 skor maksimum 10, dan seterusnya.
Di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak pengajaran yang melakukan penskoran soal-
soal essay, tanpa pembobotan. Setiap soal diberi skor yang sama meskipun sebenarnya tingkat
kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama.
Lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay, proses penskoran dan
penilaian biasanya tidak dibedakan satu sama lain, pekerjaan siswa dan mahasiswa langsung
diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih dahulu. Oleh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan
terjadinya halo effect yang berarti dalam penilaiannya itu diikut sertakan pula unsur-unsur yang
irelevan seperti kerapian dan ketidak rapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang pendeknya
jawaban sehingga cenderung menghasilkan penilaian yang kurang andal. Hasil penilaian menjadi
kurang objektif. Jika tes yang dibentuk soal-soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang.
Sering kali terjadi perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian sering kali
berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal tertentu, kesalahan seperti ini tidak akan
selalu terjadi jika dalam pelaksanaanya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan
penilaian.

1.Pemberian skor untuk soal-soal multiple choice atau tes bentuk pilihan ganda.

Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal dua macam cara yaitu, tanpa
hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari
banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Sedangkan dengan hukuman atau dapat
juga disebut sistem denda. Adapun rumus yang biasa dipakai adalah:

S=R-(W)/(n-1)
Ket:
S = skor yang dicari
R = jumlah soal yang dijawab salah
W = jumlah soal yang dijawab salah
n = jumlah option (alternatif jawaban tiap soal)
1 = bilangan tetap

2. Pemberian skor untuk tes bentuk betul salah (true-false)

Dalam menentukan angka skor untuk tes benar-salah (B-S) ini kita dapat menggunakan 2 cara
yaitu tanpa hukuman dan dengan hukuman atau denda. Tanpa hukuman adalah apabila
banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
Sedangkan dengan hukuman (karena diragukan adanya unsur tebakan) digunakan rumus:

S=R-W
Keterangan:
S = skor yang dicari
R = jumlah soal yang dijawab benar
W = jumlah soal yang dijawab salah

3. Pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat


Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendakijawaban berbentuk kata atau
kalimat pendek. Melihat namanya, maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk
kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkindan mengandung suatu pengertian.
Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes inilah digolongkan kedalam bentuk tes objektif. Tes
bentuk isian dianggap setaraf dengan tes jawab singkat ini.

Cara memberikan skor adalah sebaiknya soal diberi angka 2 (dua). Dapat juga disamakan dengan
angka pada bentuk benar-salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkan ringan
atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawabannya bervariasi misalnya: lengkap sekali, lengkap
dan kurang lengkap maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya: 2; 1,5 dan 1.

4. Pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan

Pada dasarnya bentuk tes menjodohkan adalah bentuk tes pilihan ganda, dimana jawaban-
jawaban dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Dengan demikian maka
pilihan jawabannya akan lebih banyak. Satu kesulitan lagi adalh bahwa jawaban yang dipilih
dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain. Kunci
jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau
deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat didepan alternatif jawaban.
Tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka
yang diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak yaitu angka tiap nomoradalah 2.

5.Pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)

Pada tes bennntuk uraian, jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam dari setiap
siswa. Olehnya itu harus ada langkah-langkah yang dilakukan pada saat member angka antara
lain:
a. Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan
membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang
diberikan siswa secara keseluruhan.
b. Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi
angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada jawaban yang paling
minim jika jawabannya meleset sama sekali.
c. Memberikan angka bagi soal pertama
d. Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan
pemberian angka untuk soal kedua.
e. Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat dan seterusnya hingga
seluruh soal diberi angka.
f. Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk
uraian.

6. Pemberian skor untuk tugas

Tolak ukur yang digunakan dalam pemberian skor tugas adalah:


1. Ketepatan waktu penyerahan tugas
2. Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas.
3. Sistematika yang menunjukkan alur pikiran
4.Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi.
5. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh guru.

B. Prinsip-Prinsip Penilaian

Beberapa prinsip-prinsip penilaian antara lain:


1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini berarti bahwa
penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banyak, baik macamnya maupun jenisnya.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Penskoran berarti proses
pengubahan prestasi menjadi angka-angka sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-
angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan kedudukan personal siswa yang
memperoleh angka-angka tersebut dalam skala tertentu misalnya skala tentang baik- buruk, bisa
diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus.
3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dengan adanya dua macam orientasi,
yaitu penilaian yang norms-referenced evaluation yaitu penilaian yang diorientasikan kepada
suatu kelompok tertentu, jadi hasil evaluasi perseorangan siswa dibandingkan dengan prestasi
kelompoknya. Dan penilaian criterion-referenced evaluasion ialah penilaian yang diorientasikan
kepada suatu standar absolut tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu.
4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
Ini berarti bahwa tujuan penilaian, disamping untuk mengetahui status siswa dan menaksir
kemampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai
umpan balik (feedcback) baik kepada siswa sendiri maupun guru atau pengajar. Dari hasil tes
pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat
melakukan koreksi terhadap kesalahan yang diperbuatnya atau memberi reinforcemence bagi
prestasinya yang baik.
5. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang menghasilkan
angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus
memperoleh nilai yang sama pula. Atau jika dilihat dari segi lain, penilaian harus dilakukan
secara adil. Karena penilaian yang tidak adil akan meenimbulkan frustasi pada siswa dan
mahasiswa, yang selanjutnya dapat merusak perkembangan psikis siswa.
6. System penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri.
Sumber ketidak beresan dalam penilaian terutama adalah tidak jelsnya system penilaian itu
sendiri bagi para guru atau pengajar : apa yang dinilai serta macam skala penilaian yang
dipergunakan dan makna masing-masing skala itu. Apapun skala yang dipakai dalam penilaian,
apakah skala 0-4 atau A,B,C,D,E dan F hendaknya dipahami benar-benar apa isi dan maknanya.

C. Acuan Penilaian

Di dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan penilaian. Hasil penilaian disajikan
dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada lembaga pendidikan yang menggunakan
nilai angka dengan menggunakan skala 0 sampai 100, dan adapula yang menggunakan nilai
angka itu dengan skala 0 sampai 10. Diperguruan tinggi umumnya digunakan nilai huruf, yaitu
A,B,C,D dan E atau TL.
Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhirseorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada
kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal adanya dua patokan yang umum diapakai
dalam penilaian itu yaitu:

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu pada suatu kriteria
pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh
siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pengajaran
sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

Kriteria atau patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak. Artinya kriteria itu bersifat
tetap, setidak tidaknya untuk beberapa tahun atau jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua
yang mengikuti tes di lembaga yang bersangkutan.

2. Penilaian Acuan Normal (PAN)

Secara singkat dapat dirumuskan bahwa penilaian acuan normal (PAN) adalah penilaian yang
dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok, nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan
dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.
Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan
yang dimaksud dengan kelompok disini adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Jadi
pengertian kelompok yang dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah,
rayon, dan propinsi atau wilayah.

a.Perbedaan pokok antara kedua jenis acuan penilaian tersebut:

1. Kriteria atau patokan yang digunakan PAP bersifat mutlak sedangkan PAN menggunakan
kriteria yang bersifat relatif dalam arti tidak tetap atau selalu berubah-ubah, disesuaikan dengan
kondisi atau kebutuhan pada waktu itu.
2. Nilai dari hasil PAP dijadikan indikator untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan
dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran tertentu, sedangkan nilai dari hasil PAN tidak
mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang mateeri pengajaran yang
diteskan, tetapi hanya menunjukkan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya.

D. Prosedur Pemberian Nilai

Untuk dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa, perlu kita kaji beberapa prosedur
penilaian dari yang sangat sederhana dan mengandung banyak kelemahan sampai kepada yang
lebih rumit antara lain:
1. Prosedur penilaian yang paling sederhana, atau ungkin juga dapat dikatakan paling tuadan
paling banyak dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita ialah prosedur yang tidak
membedakan dengan jelas adanya dua fase yaitu fase pengukuran dan penilaian. Prosedur ini
mengandung lebih banyak kelemahan daripada kebaikan. Dalam pelaksanaannya sering
dikacaukan antara penskoran dan penilaian, atau yang lebih lazim lagi angka atau skor yang
sebenarnya merupakan biji, langsung dianggap sebagai nilai, yang kemudian dipergunakan
sebagai alat untuk menentukan vonis kepada siswa atau mahasiswa yang memperoleh biji
tersebut.
2. Prosedur ini dan berikutnya adalah prosedur yang telah memisahkan fase pengukuran dan fase
penilaian, dengan berbagai variasi mulai dari yang relatif sederhana sampai dengan yang lebih
rumit. Yang pertama adalah prosedur penilaian dengan membuat peringkat skor-skor dalam
bentuk-bentuk tabel-tabel distribusi. Dalam hal ini peran guru atau penilai dituntut tanggung
jawab profesionalnya dalam menentukan batas persyaratan penguasaan minimal dari hasil tes
yang telah ditabulasikan itu. Hal ini yang perlu diperhatikan, dengan penggunaan prosedur
distribusi peringkat ini guru atau penilai sekaligus menerapkan kedua orientasi penilaian, yaitu
penilaian norm-oriented dalam bentuk kompetisi intra kelompok dan penilaian criterion-orientid,
yaitu dari segi penguasaan minimal yang diharapkan sesuai dengan kapasitas (prestasi aktual)
kelompok atau kelas masing-masing.

3. Prosedur penilaian dengan menggunakan persentase (%) banyak digunakan karena dianggap
lebih sederhana dan praktis. Penilaian dengan persentase ini umumnya dikaitkandengan skala
penilaian 0-10 atau 0-100, dengan langsung mentransformasikan persentase yang dimaksud
menjaadi nilai. Misalya 50% benar sama dengan nilai 5 (dalam skala penilaian 0-10) atau 50
(dalam skala penilaian 0-100); 78% benar sam dengan nilai 8 (dalam skala penilaian 0-10) atau
78 (dalam skala penilaian 0-100). Prosedur ini didasarkan atas anggapan bahwa proses
pengukuran yang dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung persentase itu telah
mempergunakan alat-alat yang memadai dan dianggap baik. Oleh karena itu, keandalan hasil
penilaian dengan persentase ini sangat bergantung pada apakah meteran yang dipakai sebagai
dasar perhitungan persentase itu benar (baca:baik) atau tidak.

4. Prosedur yang menggunakan tekhnik statistic yang lebih kompleks, yaitu yang dinamakan
prosedur perstandarisasian dan penormalisasia. Dikatakan perstandarisasian karena dalam
mentranspormasikan skor-skor hasil pengukuran suatu kelompok siswa menggunakan rentangan
yang disebut deviasi standar, yaitu penyimpangan rata-rata yang dihitung dari nilai titik tengah
kelompok yang disebut mean atau rata-rata hitung. Proses penstandardisasian ini kemudian
diteruskan dengan penormalisasian, yaitu distribusi skor-skor itu dikonfrontasikandengan
distribusi kurva normal.

Prosedur penilaian yang menggunakan teknik statistik sperti diuraikan diatas hanya cocok dan
baik digunakan jika:
a. Pencaran skor-skor aktual yang diperoleh mendekati pencaran kurva normal.
b. Jumlah kasus atau siswa yang dites cukup besar: minimal 50 atau lebih baik lagi jika 100 ke
atas.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa.
2. Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar adalah : 1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil
pengukuran yang komprehensif, 2. Harus dibedakan antara penskoran(scoring) dan penilaian
(grading), 3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dengan adanya dua macam
orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced dan yanmg criterion-referenced, 4. Kegiatan
pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari prose belajar mengajar.

3. Acuan penilaian dibagi atas dua yaitu penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan
normal (PAN).

4. Prosedur pemberian nilai dibagi atas empat, yaitu: 1. Prosedur penilaian yang paling
sederhana, 2. Prosedur yang telah memisahkan fase pengukuran dan fase penilaian, 3. Prosedur
penilaian dengan menggunakan persentase (%), 4. Prosedur menggunakan tekhnik statistic yang
lebih kompleks.

B. SARAN

Hendaknya prinsip-prinsip dan prosedur penilaian tes hasil belajar harus baku atau layak
digunakan sebagai evaluasi proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1987). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Ngalin purwanto, M. (1984). Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana Nana (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Posted by city of wajo at 5:41 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Followers

Pengertian
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan
penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas
lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai
tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu.
Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan
dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada
semester dua.

B. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar


1. Tujuan Penilaian Hasil Belajar
a. Tujuan Umum :
1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
2) Memperbaiki proses pembelajaran;
3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;
2) Mendiagnosis kesulitan belajar;
3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
4) Penentuan kenaikan kelas;
5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan
usaha perbaikan.
2. Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.
a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

C. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar


Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian
sebagai berikut:
1. Valid/Sahih
Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam
standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid
berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi.
2. Objektif
Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan
latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
3. Transparan/terbuka
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan
dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak
yang berkepentingan.
4. Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5. Terpadu
Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
9. Beracuan kriteria
Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

D. Jenis Penilaian Hasil belajar


Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan kompetensi yang diukur dan sasaran
pelaksanaannya.
1. Jenis Penilaian Berdasarkan Cakupan Kompetensi yang Diukur
Sebagaimana dijelaskan dalam PP. Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas.
a. Ulangan Harian
Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara periodik untuk
menilai/mengukur pencapaian kompetensi setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau
lebih. Ulangan Harian merujuk pada indikator dari setiap KD. Bentuk Ulangan harian selain tertulis
dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk.
b. Ulangan Tengah Semester
Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan
pembelajaran.Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut. Bentuk Ulangan Tengah Semester selain tertulis dapat juga secara
lisan, praktik/perbuatan, tugas dan produk.
c. Ulangan Akhir Semester
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester satu. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester satu. Ulangan akhir semester dapat
berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan pengamatan, tugas, produk.

d. Ulangan Kenaikan Kelas


Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap. Cakupan ulangan
kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. Ulangan
kenaikan kelas dapat berbentuk tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan, pengamatan, tugas dan produk.
E. Teknik Penilaian
Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.
1. Teknik Tes
Teknik tes merupakan teknik yang digunakan melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus
dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes.
Dalam hal tes hasil belajar yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai
pelajaran yang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa
pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada ulangan harian atau ulangan tengah dan akhir
semester atau ulangan kenaikan kelas. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan,
benar-salah, isian singkat, atau uraian (essay).
b. Tes Lisan
Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan jawabannya atau
pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk lisan dan spontan. Tes jenis ini
memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran.
c. Tes Praktik/Perbuatan
Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik
mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja. Tes
praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi
dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang
ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi
memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untuk mengukur kemahiran
mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya.

2. Teknik Nontes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis
tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini
dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan
yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik
penilaian harus disesuaikan dengan:
- kompetensi yang diukur;
- aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap;
- kemampuan siswa yang akan diukur;
- sarana dan prasarana yang ada.

Teknik penilaian nontes bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,salah satu contohnya
adalah Pengamatan/observasi
Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan
indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang
sebelumnya.
Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Matematika:
ketelitian;
kecepatan kerja;
kerjasama;
kejujuran.

Alat/instrumen untuk penilaian melalui pengamatan dapat menggunakan skala sikap dan atau angket
(kuesioner).

Skala sikap
Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang
sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima.
Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikap terhadap kebersihan.
2) Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian
sikap.Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.
3) Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4) Menentukan skala dan penskoran.
Sumber: http://rinerlis.blogspot.com/2011/12/pengertian-tujuan-dan-prinsip-penilaian.html
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Social Profiles

Search

pengertian, Fungsi dan Tujuan Penilaian

Penilaian
a. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan bagian terpenting dari proses pembelajaran. Karena dari proses
pembelajaran tersebut guru perlu mengetahui seberapa jauh proses pembelajaran tersebut telah
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Nana Sudjana (1995: 3) bahwa
penilaian mempunyai ciri-ciri adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria
sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan kriteria atau apa
harusnya. Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjuk arah
yang lebih luas, konsep-konsep tersebut pada umumnya berkisar pada pandangan sebagai berikut
:
(1) Penilaian tidak hanya diarahkan kepada tujuan pendidikan yang ditetapkan, tetapi juga terhadap
tujuan-tujuan yang ditimbulkan dan efek sampingnya.
(2) Penilaian tidak hanya melalui pengukuran perilaku siswa, tetapi juga melakukan pengkajian
terhadap komponen-komponen pendidikan, baik proses maupun keluaran.
(3) Penilaian tidak hanya untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan,
tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana
siswa mencapaianya. (Enny Sudaryanti, 2007)
Menurut (BSNP 2007: 9), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang
hasil belajar peserta didik.
Nana Sudjana (1995: 3) menyatakan bahwa penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian
nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi
dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan
antara kriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.

Penilaian di sini berfungsi untuk menentukan nilai terhadap objek berdasarkan kriteria
tertentu. Objek yang dimaksud disini adalah peserta didik yang melakukan suatu proses
pembelajaran. Proses pemberian nilai berlangsung dalam bentuk pemikiran terhadap objek
tersebut kemudian dihasilkan kesimpulan yang berupa nilai.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu, dalam hal ini obyek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa. Nana Sudjana (1995: 3) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh
sebab itu penilaian hasil belajar siswa berisi tentang rumusan kemampuan dan tingkah laku yang
dimiliki siswa yang dijadikan sebagai acuan guru untuk menilai kemampuan siswanya.
Menurut Nana Sudjana (1995: 3), Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai
terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-
tujuan pengajaran. Jadi di sini yang dinilai adalah pada saat proses terjadinya pembelajaran yang
dilakukan oleh guru da siswa. Di sini guru berperan sebagai pemberi nilai sedangkan siswa
sebagai penerima hasil yang telah dilakukannya. Guru dan siswa saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran.
b. Fungsi dan Tujuan Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4)adalah sebagai berikut :
(1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.
(2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi
mengajar guru dan lain-lain.
(3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua. Dalam laporan
tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi
dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses
belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa
yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam
bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar
siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
(a) Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan
perilakunya.
(b) Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
(c) Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah
memadai.
(d) Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.
(Cronbach, 1954 dalam Hamalik, 2002: 204).

Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah
perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa
yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan
sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang
didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan telah
tepat diterapkan.
Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai
berikut :
1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh
keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan
dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.
Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa
sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di
sini dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila
hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan
sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.
c. Teknik Penilaian
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta
didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Menurut BSNP,
(2007) teknik penilaian tersebut yaitu:
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik
berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-
salah dan menjodohkan, sedangkan tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat
atau uraian. Tes tertulis lebih banyak digunakan oleh guru untuk melakukan penilaian.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan
menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang akan diamati. Misalnya tingkah laku
siswa di dalam kelas pada waktu mengikuti pelajaran.
3. Tes praktik
Tes praktik, juga biasa disebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes tulis keterampilan, tes
identifikasi, tes simulasi, dan tes petik kerja. Tes tulis keterampilan digunakan untuk mengukur
keterampilan peserta didik yang diekspresikan dalam kertas, misalnya peserta didik diminta
untuk membuat desain atau sketsa gambar.
4. Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan
kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan dalam
bentuk individual atau kelompok. Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa
proyek. Pekerjaan rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan
kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan melakukan latihan. Proyek adalah suatu tugas yang
melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.
5. Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik
dengan seorang atau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan
spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran. Tes lisan ini
dapat mengetahui secara langsung sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap
pelajaran yang telah diberikan.
6. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai portofolio
peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Setiap akhir periode pembelajaran hasil karya atau tugas
belajar dikumpulkan dan dinilai bersama-sama antara guru dan peserta didik, sehingga penilaian
portofolio dapat memberikan gambaran secara jelas tentang perkembangan/kemajuan belajar
peserta didik. (Mimin Haryati, 2008: 59).
7. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap peserta didik
yang dipaparkan secara deskriptif.
8. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang menjadi
tujuan pembelajaran.
Menurut Mimin Haryati (2008: 67), menilai diri dapat memberikan manfaat/dampak
positif terhadap perkembangan kepribadian seorang peserta didik diantaranya:
1.1 menumbuhkan rasa percaya diri, karena peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri,
1.2 peserta didik dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan diri sendiri, metode ini merupakan
ajang instropeksi diri,
1.3 memberikan motivasi untuk membiasakan dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur dalam
menyikapi suatu hal.

9. Penilaian antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal. Untuk itu perlu
ada pedomanan penilaian antarteman yang memuat indikator prilaku yang dinilai.
d. Prinsip Penilaian
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya
merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dan
prosedur panilaian.
Prinsip penilaian menurut Nana Sudjana (1995: 9) yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut:
(1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas (segi)
yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai
patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang
berlaku dan buku pelajaran yang digunakan.
(2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar-mengajar. Artinya,
penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar-mengajar sehingga
pelaksanaanya berkesinambungan. Tiada proses belajar-mengajar tanpa penilaian hendaknya
dijadikan semboyan bagi setiap guru. Prinsip ini mengisyaratkan pentingnya penilaian formatif
sehingga dapat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
(3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan
kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian
dan sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan segi atau abilitas yang
dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
(4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.
Dalam melakukan penilaian, guru harus berpatokan terhadap kurikulum yang berlaku
dan buku pelajaran yang digunakan. Sehingga dalam merancang penilaian hasil belajar siswa
lebih jelas. Penilaian dilakukan pada setiap saat proses pembelajaran sehingga pelaksanaanya
berkesinambungan. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif sesuai dengan kemampuan siswa
maka menggunakan berbagai alat penilaian. Apabila hasil belajar siswa kurang baik maka guru
bertanggungjawab penuh terhadap siswa sampai siswa tersebut meperoleh hasil yang baik.
Depdiknas (2004 : 7) menyatakan bahwa prinsip atau kriteria penilaian yaitu:
(a) Validitas
Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang terwakili secara
proporsional.
(b) Reliabilitas
Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi.
Misal, guru menilai dengan proyek penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu
cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama, untuk menjamin
penilaian yang reliable petunjuk pelaksanaan proyek dan penskorannya harus jelas
(c) Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada
penguasaan materi (pengetahuan).
(d) Keseluruhan atau komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam
kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik.
Sehingga di sini jelas terlihat kemampuan yang dimiliki peserta didik.
(e) Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif, untuk itu penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik dan menerapkan
kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka. Dalam memberikan
penilaian guru tidak boleh pilih kasih.
(f) Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan
kualitas belajar bagi peserta didik.
Dalam menilai hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dalam
penilaian agar hasilnya sesuai baik.

e. ProsedurPenilaian
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru harus dapat merumuskan
tujuan-tujuan pengajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sehingga fungsi
penilaian dapat terwujud dan dapat memberikan gambaran terhadap penyusunan alat penilaian.
Setelah itu guru harus mengkaji kembali materi pengajaran, apakah sudah sesuai dengan
kurikulum dan silabus ataukah belum untuk perbaikan dalam proses pembelajaran dan penilain.
Guru harus dapat menyusun alat penilaian yang cocok diterapkan di kelas yang sesuai dengan
karakter anak didik sehingga hasil dari penilian tersebut sesuai dengan tujuan penilaian tersebut.
Berkaitan dengan prosedur penilaian, BSNP telah mengeluarkan pedoman penilaian
untuk kelompok mata pelajaran iptek yang dapat digunakan oleh pendidik. Adapun prosedur
yang dimaksud meliputi: penentuan tujuan penilaian, penyusunan kisi-kisi, perumusan indikator
pencapaian, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan
penafsiran hasil penilaian, serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Adapun secara
ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan
Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian secara
keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester. Sehingga di sini
jelas apa yang akan dinilai.
2. Penyusunan kisi-kisi
Kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan
pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam
silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran,
alokasi waktu, sumber belajar dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik
penilaian dan bentuk instrument yang digunakan.
3. Perumusan indikator pencapaian
Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran tersebut.
4. Penyusunan instrument
Instrument yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan non tes. Langkah-langkah
penyusunan instrument disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya.

5. Telaah instrument
Telaah instrument dapat dianalisis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Telaah instrument secara
kualitatif dengan menelaah atau mereviu instrument penilaian yang telah dibuat. Telaah
mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut
dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.
6. Pelaksanaan penilaian
Penilaian untuk mata pelajaran iptek dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrument yang
sesuai dengan SK dan KD. Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis
dan/ tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran.
7. Pengolahan dan penafsiran hasil penilaian
Pengolahan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna terhadap data
yang diperoleh melalui penskoran. Sedangkan untuk penafsiran hasil penilaian, guru membuat
deskripsi hasil penilaiannya.
8. Pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian
Hasil penilaian bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya mengetahui tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program pembelajaran yang telah dilakukan, serta untuk
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian oleh pendidik dan satuan
pendidikan disampaikan dalam bentuk angka pencapaian kompetensi (nilai), disertai dengan
deskripsi dan/ profil kemajuan belajar.
Tugas Kuliah "PPs UNM" widget Sabtu, 26 Februari 2011 Hakikat, Fungsi, dan Tujuan Penilaian
dalam Pembelajaran Oleh : NURUL ASWAR, S.Pd A. Hakikat dan Fungsi Penilaian Penilaian
berurusan dengan data kuantitatif dan kualitatif, sedang pengukuran yang hanya bagian penilaian
itu selalu berhubungan dengan data kuantitatif. Penilaian memerlukan data kuantitatif dari
pengukuran. Sebaliknya, pengukuran juga sangat terikat pada penilaian khusus yang berkaitan
dengan masalah tujuan dan kriteria yang dipergunakan. Penilaian adalah proses memperoleh dan
mempergunakan infomasi untuk membuat pertimbangan yang dipergunakan sebagai dasar
pengambilan informasi. Dengan demikian, terdapat tiga komponen penting penilaian, yaitu
informasi, pertimbangan, dan keputusan. Informasi memberikan data-data (baik kuantitatif
maupun kualita tif) yang berguna untuk pembuatan pertimbangan. Pertimbangan dimungkinkan
tepat jika informasi yang diperoleh dan interpretasi terhadapnya juga tepat. Pertimbangan adalah
taksiran kondisi yang ada kini dan prediksi keadaan pada masa mendatang. Keputusan yang
diambil berdasarkan kedua komponen tersebut adalah pilihan di antara berbagai arah tindakan
atau sejumlah alternatif yang ada. Langkah-langkah penilaian menurut Buchori (1972) adalah per
siapan (berisi penetapan tujuan, aspek yang dinilai, metode, penyusunan alat, penetapan kriteria,
dan frekuensi penilaian), pengumpulan data, pengolahan data hasil penilaian, penafsiran, dan
penggunaan hasil. Langkah-langkah penilaian menurut Ten Brink (1974) terdiri dari tahap
persiapan yang berupa pemerincian pertimbangan dan keputusan yang akan dibuat, informasi
yang diperlukan dan pe manfaatan yang ada, penentuan waktu dan cara, dan penyusunan alat,
tahap pengumpulan data yang diteruskan analisis terhadapnya, dan tahap penilaian yang berupa
pembuatan pertimbangan dan keputusan, dan diteruskan dengan pembuatan laporan hasil
penilaian. Tujuan dan fungsi penilaian antara lain adalah untuk mengeta hui kadar pencapaian
tujuan, memberikan sifat objektivitas penga matan tingkah-laku hasil belajar siswa, mengetahui
kemampuan siswa dalam hal-hal tertentu, menentukan layak tidaknya seorang siswa dinyatakan
naik kelas atau lulus, dan untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Pengukuran dilakukan hanya dengan mengambil sample tentang suatu hal yang akan
diketahui karena tak mungkin mengukur se mua kemampuan siswa, dan siswa sendiri tak
mungkin menunjuk kan semua kemampuannya. B. Tujuan Pembelajaran dan Penilaian Tujuan
memberi arah dan pegangan yang jelas, memaksa kita untuk berpijak pada kenyataan dan
berpikir secara konkret. Tu juan bagi guru akan membantu untuk memilih bahan, metode, teknik,
dan alat evaluasi, sedang bagi murid, la dapat dimanfaat kan sebagai pengorganisator dan
kerangka kerja untuk mem peroleh ilmu. Tujuan pembelajaran dan keluaran hasil belajar adalah
dua hal yang erat berkaitan. Tujuan menyarankan bentuk-bentuk tertentu ke luaran belajar,
sebaliknya, tingkah laku keluaran belajar merupa kan realisasi pencapaian tujuan. Keluaran
belajar oleh Gagne dibedakan dalam bentuk keteram pilan intelektual (yang berisi kemampuan
membedakan, konsep, aturan, dan aturan tingkat tinggi), strategi kognitif, informasi ver bal,
keterampilan motor, dan sikap. Pembagian Bloom yang terkenal dengan sebutan taksonomi
Bloom yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor banyak diikuti orang, termasuk
kurikulum di Indonesia . Proses identifikasi tujuan khusus merupakan proses analisis dan
identifikasi keluaran belajar. Tujuan khusus (behavioral objec tives) menyaran pada tingkah laku
keluaran belajar yang ope rasional, artinya mudah diamati diukur dengan alat penilaian. Tiap
tujuan khusus harus mengandung unsur sasaran, tingkah laku yang diharapkan, kondisi sewaktu
dinilai, dan kriteria keberhasil an. Tidak seperti halnya tujuan umum, tujuan khusus mempunyai
cakupan bahan yang terbatas. Penyusunan alat penilaian harus mendasarkan diri pada tujuan agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Alat penilaian di katakan memenuhi kriteria kelayakan
jika dapat mengukur ke luaran belajar yang konsisten dengan tujuan. Tujuan akan menen tukan
tingkah laku guru dan murid dan bentuk keluaran belajar yang terukur. Bahan pembelajaran
merupakan pengantara tujuan dan alat penilai an, merupakan sarana tercapainya tujuan dan
sumber penyusunan alat penilaian. Karena bahan memegang peranan penting, ia perlu
dideskripsikan secara terinci karena hal itu juga dapat dimanfaat kan untuk menguji kesahihan isi
alat penilaian itu sendiri. Pemilihan jenis alat penilaian harus disesuaikan dengan tingkah laku
keluaran belajar yang ditunjuk oleh tujuan, baik itu yang berkaitan dengan kemampuan kognitif,
tingkah laku efektif, maupun psikomotor. Jenis penilaian mungkin berupa lisan atau ter tulis,
observasi, wawancara, perbuatan, dan sebagainya. Tingkatan penilaian terutama dikaitkan
dengan aspek kognitif yang terdiri dari tingkatan pengetahuan (ingatan), pernahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan penilaian umumnya hanya ditekankan pada (sampai
dengan) tingkatan ingatan dan pernahaman saja. Aktivitas kognitif yang lebih tinggi tingkatannya
dan lebih penting dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan justru sering tidak nampak dalam
penilaian. Penyusunan alat penilaian seharusnya mencakup keenam tingkat an aspek kognitif itu,
tetapi dengan memperhatikan perimbangan bobotnya, yaitu sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif siswa, se makin tinggi pula penilaian
daya kognitif yang diberikan. Tabel spesifikasi atau kisi-kisi berisi perincian pokok bahasan yang
diteskan, tingkat kemampuan kognitif yang diukur, perim bangan dan jumlah soal per tingkatan
aspek kognitif dan pokok bahasan (per sel), dan persentase atau jumlah soal pertingkatan
kognitif, per pokok bahasan, dan seluruh butir soal. Pengisian jumlah atau bobot tiap sel dengan
mempertimbangkan tingkatan aspek kognitif yang diungkap dan keadaan pokok ba hasan.
Pertimbangan pertama berkaitan dengan aspek kejiwaan siswa tentang tingkat perkembangan
kognitifnya, yaitu yang akan dipakai untuk menentukan bobot per tingkatan aspek kognitif.
Pertimbangan kedua mencakup peranan dan cakupan bahan yang dipakai untuk menentukan
bobot tiap pokok bahasan. Tabel spesifikasi berguna untuk memberi rambu-rambu kepada
penyusun alat tes agar tidak hanya memfokuskan diri pada satu atau beberapa pokok bahasan dan
tingkatan-tingkatan aspek kognitif sederhana saja. Di samping itu, ia juga akan memberi
petunjuk sel-sel mana saja yang telah dibuat alat tesnya dan mana yang belum atau masih
kurang. C. Alat Penilaian Ada dua macama alat penilaian yaitu, teknik tes dan teknik nontes.
Baik teknik tes maupun nontes keduanya dapat di manfaatkan secara efektif jika dipergunakan
secara tepat, dan itu tergantung dari tujuan penilaian. Teknik nontes misalnya berupa kegiatan
kuesener, wawancara, pengamatan, dan pengukuran kecenderungan tertentu dengan
mempergunakan skala. Skala merupakan suatu kesatuan sebagai penanda unit-unit yang bersifat
angka yang disusun secara berjen jang, tiap jenjang melambangkan sikap dan keyakinan tertentu.
Teknik wawancara baik secara bebas maupun terpimpin, dalam kaitannya dengan penilaian
kebahasaan, dapat dipergunakan juga untuk menilai keterampilan, kelancaran, dan kefasihan
berbicara siswa dalam bahasa yang diajarkan. Kegiatan pengamatan baik yang berstruktur
maupun tak berstruk tur dapat dimanfaatkan untuk menilai tingkah laku hasil belajar bahasa
siswa yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Tingkah laku dalam situasi seperti itu bersifat
wajar, tidak dibuat-buat, dan lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Tes adalah
seperangkat tugas atau pertanyaan yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemam puan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Dan
segi jawaban siswa, tes dapat dibedakan ke dalam tes perbuatan dan tes verbal. Tes buatan guru
disusun berdasarkan tujuan-tujuan khusus dan deskripsi bahan yang disusun guru untuk
mengukur keberhasilan siswa mencapai tujuan, jadi yang terpenting dapat dipertanggung
jawabkan dari jenis kesahihan isi. Tes buatan guru biasanya ting kat ketepercayaannya rendah
atau tak diketahui. Tes standar disusun berdasarkan tujuan-tujuan umum seperti yang terdapat
dalam kurikulum. Oleh karena telah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, tes standar
dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan, kesahihan, ketepercayaan, dan ketertafsiran.
Tes standar berguna untuk melengkapi informasi tertentu tingkat hasil belajar siswa, membuat
perbandingan prestasi siswa, dan berfungsi diagnostik. Tes kemampuan awal dapat dibedakan
menjadi pretes, yang dimak sudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mengalami
proses belajar, tes prasyarat, yang dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tertentu
disyaratkan untuk masuk pendidikan ter tentu, dan tes penempatan yang dimaksudkan untuk
menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya. Tes diagnostik dimaksudkan untuk
menemukan kelemahan-kele mahan siswa dalam hal tertentu untuk kemudian diremidi. Tes for
matif dimaksudkan untuk mengukur kadar keberhasilan siswa mencapai tujuan yaitu berkaitan
dengan pokok bahasan yang baru saja diselesaikan dalam proses belajar mengajar. Bagi guru tes
formatif dapat untuk menilai efektivitas pengajaran, sedang bagi siswa dapat berfungsi sebagai
penguat. Tes sumatif dimaksudkan untuk mengukur kadar pencapaian siswa terhadap tujuan
umum, yang meliputi seluruh bahan yang dipro gramkan pada periode tertentu. Informasi tes
sumatif dipergu nakan untuk menentukan prestasi siswa, naik-tidak dan atau lulus tidak-nya
seorang siswa, serta untuk membuat laporan kepada pi hak tertentu. Tes esai merupakan tes
proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi, menuntut kemampuan siswa
untuk mene rapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan konsep-kon sep, menilai, dan
memecahkan masalah. Kelemahan pokok tes esai adalah rendahnya kadar kesahihan dan
ketepercayaan akibat terbatasnya sampel bahan, jawaban siswa yaitu bervariasi, dan penilaian
yang bersifat subjektif. Untuk me ngurangi sifat subjektif dalam penilaian, perlu ditentukan
kriteria penilaian yang menyangkut isi, organisasi, proses, kesimpulan dan alasan dengan bobot
yang tidak harus sama. Tes objektif menghendaki hanya satu jawaban yang benar, maka
penilaiannya dapat secara objektif, cepat, dan dapat dipercaya. Karena jumlah soal relatif
banyak, tes objektif dapat mencakup ba han secara lebih menyeluruh.Tes objektif yang baik tidak
mudah disusun, memerlukan waktu lama, dan ada kecenderungan guru hanya terpusat pada
pokok ba hasan dan tingkatan aspek kognitif tertentu. Dalam mengerjakan nya, siswa dapat
bersifat untung-untungan. Tes objektif dapat berupa benar-salah, pilihan ganda, melengkapi, dan
penjodohan. Tes benar-salah bisa dipakai karena hasil belajar yang berupa penguasaan
pengetahuan verbal yang dinyatakan da lam bentuk proposisi dapat dinyatakan secara benar atau
salah. Tes pilihan ganda merupakan tes benar-salah dengan pernyataan salah lebih banyak. Tes
isian adalah tes pilihan ganda tapi siswa mengisi sendiri pilihan yang benar, sedang penjodohan
semua pernyataan yang benar ditunjukan sekaligus. Tes objektif jenis benar-salah dan pilihan
ganda dapat diskor de ngan rumus tanpa tebakan dan tebakan (yaitu memberlakukan se macam
denda), sedang jenis isian dan penjodohan umumnya di skor dengan tanpa tebakan. Tes yang
baik adalah yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), kesahihan
(validity), keteper cayaan (reliability), efektivitas butir soal, dan kepraktisan (prac ticality).
Kelayakan tes berkaitan dengan masalah apakah suatu tes dapat mengukur keluaran hasil belajar
yang konsisten dengan tujuan; apakah semua tujuan telah mempunyai alat ukur yang sesuai;
apakah jumlah butir soal per tujuan telah mencerminkan kadar pentingnya tujuan; dan apakah
semua butir soal telah mengacu ke tujuan tertentu? Butir-butir tes harus mencerminkan bahwa
pelajaran yang dia jarkan. Semua bahan yang diajarkan perlu diambil tesnya, dan sebaliknya, tes
harus hanya terbatas pada bahan yang diajarkan. Untuk memudahkan pengecekan hal itu,
pembuatan soal hendak nya mendasarkan diri pada tabel spesifikasi. Kelayakan tes dalam hal ini,
merupakan salah satu jenis kesahihan, kesahihan isi. Kesahihan tes, tes menunjuk pada
pengertian apakah suatu tes dapat mengukur apa yang akan diukur. Tes yang sahih akan da pat
membedakan siswa yang memang berkemampuan yang lebih baik daripada yang sebaliknya.
Kesahihan tes yang baik akan mengungkap semua tingkatan aspek kognitif, dan tidak hanya
terbatas pada beberapa tingkatan kognitif yang sederhana saja. Kesahihan tes dibedakan
berdasarkan analisis rasional, kesahih an isi dan konstruk atau konsep, dan berdasarkan data
empirik, kesahihan serentak dan ramalan, serta kesahihan kriteria atau ukuran. Kesahihan isi
menunjuk pada pengertian apakah suatu tes mem punyai kesejajaran dengan tujuan deskripsi
bahan yang dia jarkan. Tujuan dan bahan biasanya dikembalikan kepada kuriku lum, maka
kesahihan isi disebut juga sebagai kesahihan kuri kuler. Di pihak lain, kesahihan konstruk
menunjuk pada penger tian apakah tes yang disusun telah sesuai dengan konstruk ilmu bidang
studi yang diteskan. Kesahihan ukuran mempermasalahkan seberapa jauh siswa yang sudah
diajar dalam bidang tertentu mempunyai kemampuan yang tinggi daripada yang belum diajar.
Jika subjeknya sama, membandingkan hasil belajar itu dapat mendasarkan diri pada hasil pretes
dan postes. Kesahihan sejalan menunjuk pada pengertian apakah tingkat ke mampuan seseorang
pada suatu bidang yang diteskan sesuai de ngan skor bidang-bidang lain yang mempunyai
persamaan ka rakteristik. Di pihak lain, kesahihan ramalan mempermasalahkan apakah sebuah
tes mempunyai kemampuan untuk meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian. Pengujian
terhadap kedua jenis kesahihan ini dilakukan dengan teknik korelasi. Pengujian kesahihan dalam
berbagai jenis di atas merupakan pengujian kesahihan secara keseluruhan. Pengujian tingkat kesa
hihan dapat dilakukan secara per butir soal, yaitu dengan meng korelasikan skor-skor tiap butir
tes dengan skor keseluruhan. Tes yang kesahihannya tinggi, biasanya tinggi pula kesahihan butir
butirnya, walau mungkin terdapat beberapa butir tes yang kurang sahih. Ketepercayaan tes
menunjuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten sesuatu yang akan
diukur dari waktu ke waktu. Konsisten berarti (i) tes dapat memberikan hasil yang relatif tetap
terhadap sesuatu yang diukur, (ii) jawaban siswa terhadap butir-butir tes relatif tetap, (iii) hasil
tes diperiksa siapa pun menghasilkan skor yang kurang lebih sama. Hasil pengukuran tidak
hanya mencerminkan berapa banyak siswa berhasil dalam belajar, melainkan juga bagaimana ke
akuratan tes itu sendiri. Keakuratan tes akan mempengaruhi skor yang diperoleh siswa, maka
skor itu tidak akan secara sempurna mencerminkan kemampuan yang sebenarnya. Prosedur
pengujian ketepercayaan tes adalah dengan melakukan tes ulang uji, teknik belah dua,
mempergunakan rumus Kuder Richardson 20 dan 21, koefisien alpha, dan reliabilitas bentuk
paralel. Teknik ulang uji dilakukan dengan memberikan tes dua kali de ngan tes yang sama, dan
hasilnya dikorelasikan. Tinggi ren dahnya koefisien korelasi menunjukkan tinggi rendahnya
tingkat ketepercayaan tes. Teknik ini mempunyai beberapa kelemahan, misalnya sulit
menghilangkan pengaruh jawaban pertama. Pengujian dengan teknik belah dua dilakukan
dengan membagi tes ke dalam tes bernomor ganjil dan genap, yang kemudian keduanya
dikorelasikan. Koefisien korelasi yang diperoleh baru menunjukkan reliabilitas separuh tes, maka
kemudian diperguna kan rumus Spearman-Brown untuk mencari reliabilitas keselu ruhan tes.
Pengukuran dengan mempergunakan rumus K - R 20 dan 21 dapat mengatasi kelemahan yang
ada pada teknik belah dua. Ru mus K - R 20 akan memberikan indeks yang lebih besar daripada
K - R 21, tetapi penghitungannya lebih rumit. Penyusunan rumus K - R 21 lebih disarankan
karena dapat mengukur secara lebih cermat. Koefisien alpha dipakai untuk menguji reliabilitas
tes (angket) yang jawabannya berskala. Pengujian reliabilitas tes dengan teknik bentuk paralel
dilakukan dengan menyediakan dua perangkat tes yang bersifat paralel atau ekuivalen. Setelah
kedua perangkat tes itu dicobakan, hasilnya dikorelasikan. Untuk meningkatkan keterpercayaan
butir tes, hendaknya dibuat butir-butir tes yang secukupnya. Butir tes yang semakin banyak akan
semakin mempertinggi tingkat ketepercayaan tes, walau se telah dalam jumlah tertentu
peningkatan itu kecil. Peningkatan ketepercayaan tes juga dilakukan dengan memilih butir-butir
soal yang indeks tingkat kesulitan dan daya bedanya memenuhi persyaratan. Untuk keperluan
ini, kita perlu melaku kan analisis butir soal. Bahasa yang dipergunakan dalam tes harus jelas,
mudah dipa hami, tidak bersifat ambigu, dan tidak membingungkan, agar ti dak menimbulkan
kesalahpahaman. Kondisi pelaksanaan tes harus dikontrol sebaik-baiknya agar hal itu tidak
mempengaruhi penampilan siswa. Dalam memeriksa pekerjaan siswa, kita harus menghindari
sifat subjektivitas diri, terutama dalam tes esai. Oleh karena itu, sebelum memeriksa pe kerjaan
siswa hendaknya membuat pedoman penilaian. Analisis butir adalah analisis hubungan antara
skor-skor butir soal dengan skor keseluruhan, membandingkan jawaban siswa terhadap suatu
butir soal dengan jawaban terhadap keseluruhan tes. Tujuan analisis adalah membuat tiap butir
tes konsisten de ngan keseluruhan tes dan menilai efektivitas tes sebagai alat pengukuran.
Analisis butir dilakukan untuk mencari indeks tingkat kesulitan, daya beda, dan efektivitas
distraktor. Butir soal yang baik adalah yang tidak terlalu sukar atau terlalu mudah yang
indeksnya ber kisar antara 0,15 sampai dengan 0,85, yang mampu membedakan antara siswa
kelompok tinggi dan rendah yang indeks daya bedanya paling tidak sebesar 0,25 serta semua
distraktor yang di sediakan dipilih. Penghitungan indeks tingkat kesulitan dan daya beda dapat di
lakukan dengan mempergunakan tabel analisis butir soal. Untuk maksud ini, kita harus mencapai
proporsi jawaban betul kelom pok tinggi dan kelompok rendah, baru kemudian mengkonsulta
sikannya kepada tabel. Butir soal yang indeks tingkat kesulitan dan daya bedanya tidak
memenuhi persyaratan disarankan untuk direvisi. Distraktor seharusnya dipilih oleh siswa
kelompok rendah secara lebih banyak. Jika terjadi sebaliknya, kelompok tinggi yang lebih
banyak memilih, atau ada distraktor yang tak dipilih, distraktor yang bersangkutan disarankan
untuk direvisi. Tingkat ketepercayaan tes esai dihitung dengan rumus alpha, se dang indeks
tingkat kesulitan serta indeks daya bedanya dicari dengan mempergunakan rumus yang berbeda
dengan tes objek tif. Sebuah tes yang baik di samping layak, sahih, dan tepercaya, juga harus
memenuhi kriteria kepraktisan. Kriteria kepraktisan dapat dilihat dari segi keekonomisan,
kemudahan pelaksanaan, penskoran, dan penafsiran. Daftar Pustaka Depdikbud. 1983. Penilaian
dalam Pendidikan. Jakarta : Dikti. Ghofur, Abdul. 2004. Pedoman Umum Pengembangan
Penilaian. Jakarta : Puskur. Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Skor pada Pengukuran
Pendidikan. Jakarta : Gunadarma. Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE. Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung ; Remaja Rosdakarya. Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan
Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004.Bandung ; Remaja Rosdakarya

Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin

Anda mungkin juga menyukai