Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut Sudiono, 2005 (dalam penelitiantindakankelas.blogspot.com) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi, istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

benar.Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar. Secara klasik tujuan dan evaluasi hasil seorang belajar peserta adalah untuk

membedakankegagalan

keberhasilan

didik.Namun

dalamperkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepadapeserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukanperbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawabinstitusi yang telah meluluskan.Tes, pengukuran dan penilaian berguna untukseleksi, penempatan,diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar,perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka sebagai permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut. 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Apakahpengertian menskor dan menilai dalam evaluasi pendidikan? Apakah perbedaan skor dan nilai dalam evaluasi pendidikan? Bagaimana mengubah skor ke dalam bentuk standar dalam evaluasi pendidikan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Untuk mengetahui mengetahui pengertian dari menskor dan menilai dalam evaluasi pendidikan. 1.3.2 Untuk mengetahui perbedaan antara skor dan nilai dalam evaluasi pendidikan. 1.3.3 Untuk mengetahui cara mengubah skor ke dalam bentuk standar dalam evaluasi pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menskor Dalam melakukan evaluasi ada beberapa tahap yang harus dilakukan, tidak hanya melalukan penyusunan tes, namun masih setelah memeberikan tes ada tahap selanjutnya harus dilakukan yakni tahap pemereksaan hingga melakukan penskoran dan menilai.Menskor atau dikenal dengan memberi angka sehingga dapat dikatakan menunjuk kepada data kuatitatif sebagai hasil dari pengukuran. Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Sedangkan menurut Mali ElBustani skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya (dikutip dari: http://tiameifharahap.blogspot.com). Menurut Suharsimi, dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu: 1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban. 2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci scoring. 3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian. 4. Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh. 1. Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban kunci scoring dan pedoman konversi. 2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar. 3. Menkonversikan skor standar kedalam nilai.

4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda. (dikutip dari: http://tiameifharahap.blogspot.com). A. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kita susun, sedangkan kunci scoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan scoring. Oleh karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari huruf B atau S maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huruf dimana kita menghendaki untuk melingkari (atau dapat juga diberi tanda X). Ada baiknya jika kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum menyusun soalnya agar: Pertama Kedua : dapat diketahui imbangan antara jawaban B dan S. : dapat diketahui letak atau pola jawaban B dan S.

Bentuk betul-salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jumlah jawaban B hampir sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya. Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk B-S ini kita dapat menggunakan 2 cara yaitu: 1. Tanpa hukuman atau tanpa denda. 2. Dengan hukuman atau dengan denda. B. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (Multiple Choice) Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau tanda silang (x) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban. C. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat(Sort Answer Test) Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek.Melihat namanya, maka jawaban untuk
4

tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian.Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.Kunci jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuain dengan nomornya. Contoh: 1. 2. 3. 4. 5. Berat jenis Mengembun Komunitas Populasi Energi

Kunci pemberian skornya: Sebaiknya tiap soal diberi angka 2 (dua). Dapat juga angka kita samakan dengan angka pada bentuk betul- salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2 ; 1,5 ; dan 1. D. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (Matching) Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawaban-jawabannya dijadikan satu, demikian pertanyaan-

pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawabannya akan lebih banyak. Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipililh dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan lagi bagi pertanyaan lain.Kunci jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat di depan alternatif jawaban. Contoh: 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 1992 atau 1. f Imam Bonjol atau 2. c Perang Padri atau 3. h Teuku Umar atau 4. a P. Diponegoro atau 5. B
5

Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks.Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak.Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2 (dua). E. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (Essay Test) Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengkoreksi tes itu. Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke siswa lain. Untuk menetukan standar terlebih dahulu, tentulah sukar.Berikut adalah saran langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan member angka tes bentuk uraian: 1) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan. 2) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya sampai kepada jawaban yang paling minim jika jawabannya meleset sama sekali. Dalam menentukan angka pada hal yang terakhir ini umumnya kita perlu berpikir bahwa tidak ada unsur tebakan. Dengan demikian maka ada dua pendapat, satu pendapat menentukan angka 1 atau 2 bagi jawaban yang salah, tetapi pendapat lain menentukan 0 untuk jawaban itu. Tentu saja bagi jawaban yang kosong (tidak ada jawaban sama sekali), jelas kita berikan angka 0. 3) Memberikan angka bagi soal pertama. 4) Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.

5) Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka. 6) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian. Setelah mempelajari langkah-langkah tersebut kita tahu bahwa dengan membaca terlebih dahulu seluruh jawaban yang duberikan oleh siswa, kita menjadi tahu bahwa mungkin tidah ada seorang pun dari siswa yang menjawab dengan betul untuk sesuatu nomor soal. Menghadapi situasi seperti ini, kita gunakan cara pemberian angka yang relative. Misalnya untuk satu nomor soal jawaban yang paling lengkap hanya mengandung 3 unsur, padahal kita menghendaki 5 unsur, maka kepada jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 5, sedangkan untuk menjawab hanya 2 atau 1 unsur, kita beri angka sedikit, yaitu misalnya 3,4; 2; 1,5. F. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas Tolak ukur yang disarankan keberhasilan tugas adalah: a. Ketepatan waktu penyerahan tugas. b. Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahasiswa dalam mengenakan tugas. c. Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran. d. Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi. e. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh dosen. Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu dipikirkan peranan masing-masing aspek kriteria tersebut, misalnya demikian: A1 - Ketepatan waktu, diberi bobot 2 A2 Bentuk fisik, diberi bobot 1 A3 Sstematika, diberi bobot 3 A4 Klengkapan isi, diberi bobot 3 A5 Mutu hasil, diberi bobot 3
7

dalam buku ini sebagai ukuran

Maka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan dengan rumus: NAT = NAT adalah nilai akhir tugas. G. Penskoran Tes Lisan atau Interview/Wawancara a) Penskoran pada prinsipnya adalah sama dengan penskoran tes uraian/ tes objektif yang dilakukan secara tertulis. b) Tester hendaknya segera memberi skor terhadap setiap jawaban testee, tanpa harus menunggu sampai seluruh butir tes/pertanyaan selesai dijawab oleh testee. c) Usahakan suasana atau proses jalannya ujian (testing) supaya tetap dalam keadaan tenang. d) Pada saat tes lisan berlangsung, tester hendaknya tetap menjaga kestabilan emosional, sehingga testee tidak merasa terpengaruh karena sikap dan perilaku tester (kecuali tes yang dilaksanakan memang bertujuan untuk mengetes performance/penampilan testee.

2.2 Perbedaan Menskor dan Menilai Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai. Skor: adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan

menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. Nilai: adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar. Contoh: Skor maksimum yang diharapkan 40. A memperoleh skor 24. Ini berarti bahwa A menguasai x 100% dari tujuan atau 60% dari tujuan pelajaran. Dalam daftar nilai, A dituliskan mendapat nilai 60. B mendapat skor 36. Ini berarti bahwa B menguasai x 100% dari tujuan atau 90%dari tujuan pelajaran. Dalam daftar ini, B dituliskan mendapat nilai 90.
8

Jadi dari penjabaran diatas dapat dipahami bahwa skor menunjukan data kuaitatif sebagai hasil dari pengukuran, sedangkan nilai merupakan data yang dapat berupa kualitatif maupun kuantitatif sebagai hasil analisis terhadap hasil pengukuran.Jika wujudnya dalam bentuk kualitatif sebagai contoh seperti bentuk kategori berhasil, cukup berhasil, kurang berhasil dan seterusnya. Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error score). Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil mengerjakan tes. Kelemahan-kelemahan butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan dan lain-lain faktor dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini.Apabila faktor yang berpengaruh ini muncul, baik sebagian atauppun menyeluruh, penilai tidak dapat mengira-ngira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan keterampilan siswa yang sesungguhnya. Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor univers = skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut: Skor yang diperoleh = skor sebenarnya = skor kesalahan

2.3 Pendekatan Menilai Dalam proses pengukuran, setelah tahap menskor, agar dapat dipahami hasil pengukurannya, maka skor yang didapat dari testee akan dijadikan bentuk standar. Adapun pendekatan yang dilakukan untuk mengubah skor menjadi standar adalah sebagai berikut:

a. Norm Referenced Evaluacion Dalam penggunaan norm- referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kualitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kualitas kelompoknya. Dasar pikiran dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen, tentu terdapat: 1) 2) 3) Kelompok baik Kelompok sedang Kelompok kurang.

b. Criterion Referenced Evaluacion Di dalam penggunaan criterion referenced, siswa dibandingkan dengan sebuah standar tertentu, yaitu standar mutlak (standar 100). Uraian dalam contoh siswa A dan B di atas, siswa juga dibandingkan dengan standar tertentu yaitu skor maksimum. Penggunaan standar mutlak ini terutama dipertahankan dalam penerapan prinsip belajar tuntas.

10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 3.1.1 Dalam pekerjaan menskor mengenal 3 macam alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman penilaian. Yang meliputi: - Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul salah - Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple choice) - Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (short answer test) - Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching) - Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test) - Kunci Jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas 3.1.2 Perbedaan antara skor dan nilai adalah - Skor: adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. - Nilai: adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar. 3.1.3 Adapun pendekatan yang dilakukan untuk mengubah skor menjadi standar adalah dengan menggunakan Norm Referenced Evaluaciondan Criterion Referenced Evaluacion.

11

3.2

Saran Sebagai seorang calon pendidik (guru) harus mampu memahami dengan baik mengenai skor dan nilai kaena hal tersebut nantinya akan dipergunakan untuk mengukur kemapuan peserta didik atau siswa. Sehingga dengan pemahaman yang baik mengenai menskor dan menilai, maka guru mampu mengukur kemampuan peserta didik dengan objektif dan optimal.

12

Anda mungkin juga menyukai