Anda di halaman 1dari 12

PENSKORAN TES HASIL BELAJAR

Disusun untuk memenuhi Salah satu Tugas Mata kuliah


“Evaluasi Pendidikan”
Dosen Pengampu :
AMRAL ANASTASIA, S.Pd.I.,M.Pd.

Oleh Kelompok 9:
Nur Syafika NIM. 21.26.0101. 1391
Asytia Khaeriyah Sari NIM. 21.26.0101.1373

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
IBNU KHALDUN NUNUKAN
2023 M / 1444 H

1
Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam
proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup
baik.Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih
kepadasemua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.Penyusun
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,segala saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi perbaikan pada
tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Nunukan, 12 Mei 2023

Penyusun,

Kelompok 9

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Bentuk kegiatan tindak lanjut dari tes yang telah dilakukan terhadap siswa
adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan
dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi
nilai prestasi. Sebelum melakukan tes,hal yang harus disiapkan adalah menyusun teknik
pemberian skor (penskoran) dan strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada
setiap butir soal.
Setelah kita melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah
memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa.Kegiatan ini harus dilakukan dengan
cermat karena menjadi dasar bagikegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai
prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah menyusun teknik pemberianskor
(penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah berpikir strategi pemberian skor sejak
perumusan kalimat pada setiap butir soal. Adakegiatan belajar ini akan disajikan
pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman
yang telahdikeluarkan oleh Diknas (2004) yang telah dimodifikasi. Membuat pedoman
penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain
kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman
menyusun skor juga akansangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan
psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat menentukan
ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi
yang dipersyaratkan. Pada makalah ini, kita akan mempelajari teknik pemberian
skor(penskoran). Adapun kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari tehnik
penskoran ini adalah sebagai mahasiswa mampu membuat pedoman penskoran dan
melakukan analisis hasil penilaian proses dan hasil pembelajaran dengan metode tes. oleh
sebab itu,setelah mempelajari modul ini diharapkan sebagai calon guru kitaharus
memiliki kemampuan untuk memberi skor pada berbagai soalmetode tes.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengoreksian?
2. Bagaimana cara menerapkan teknik pengoreksian dan pemberianskor.
3. Bagaimana pengolahan dan pengubahan (skor) hasil tes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengoreksian dan penilaian.
2. Untuk mengetahui macam-macam teknik pengoreksian.
3. Untuk mengetahui cara menerapkan teknik pengoreksian danpemberian skor.
4. Untuk mengetahui pengolahan dan pengubahan (skor) hasil tes.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penskoran
pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes,
yaitu proses pengubahan jawaban soal tes menjadi angka-angka dengan kata lain
pemberian skor itu merupakan tindakan kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban yang
diberikan oleh teste dalam suatu teshasil belajar.
Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai (grade) melalui
proses tertentu. Menggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang
tertuang dalam bentuk angka dengan rentangan antara 0 - 10, antara 0 - 100, dan ada pula
yang menggunakan symbol huruf A, B, C, D dan F (F=Fail)= gagal).
Cara pemberian skor terhadap hasil tes belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk
soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, apakah tes uraian (essay) ataukah tes
objektif (objective test).
Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban benar diberi skor 1(satu) dan setiap
jawaban yang salah diberi skor 0 (nol),total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor
yang diperoleh dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya biasanya
digunakan cara memberi bobot(weithing) kepada setiap soal menurut tingkat kesukaranya
atau banyak-sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling
baik. Misalnya: untuk soal no.1 diberi skor maksimal 4, untuk soal no.2 diberi skor
maksimum 6, untuk skor no.5 skor maksimum 10 dan seterusnya.
Di lembaga-lembaga pendidikan kita, masih banyak pengajaran yang melakukan
penskoran soal-soal essay, tanpa pembobotan, setiap soal diberi skor yang sama meskipun
sebenarnya tingkat kesukaran soal-soal dalam tes yang disusunnya itu tidak sama.Bahkan
yang lebih memprihatinkan lagi, terutama dalam penilaian soal-soal essay, proses
penskoran dan penilaian biasanya tidak dibedakan satu sama lain, pekerjaan siswa atau
mahasiswa langsung diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih dahulu. Oleh karena itu, hal
ini sering kalimenimbulkan terjadinya halo effect, yang berarti dalam penilaiannya itu
diikutsertakan pula unsur-unsur yang irelevan seperti kerapian dan ketidakrapian tulisan,
gaya bahasa, ataupanjang-pendeknya jawaban sehingga cenderung menghasilkan
penilaian yang kurang andal. Hasil penilaian menjadi kurang objektif. Jika tes yang
berbentuk soal-soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang, sering kali terjadi
perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian seorang penilai sering
kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal tertentu. Kesalahan seperti
ini tidak akan selalu terjadi jika dalam pelaksanaannya diadakan pemisahan antara proses
penskoran dan penilaian.
B. Jenis-jenis Kunci Pemberian Skor
Disamping penyusunan dan pelaksanaan tes, menskor dan menilai merupakan pekerjaan
yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-
kebijaksanaan tertentu. Nama lain dari menskor adalah memberi angka.

3
Dalam hal menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tigamacam alat bantu,
yaitu:
1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah,disebut kunci scoring.
3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.

Keterangan dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes.

a. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tesbentuk pilihan ganda (Multiple
Choice) Dengan bentuk tes seperti ini, testee diminta untuk melingkari atau tanda
silang salah satu pilihan jawaban. Dalam hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk
ini langkahnya sama seperti soal bentuk betul salah. Hanya untuk soal yang
jumlahnya melebihi 30buah, sebaiknya menggunakan lembar jawaban dan nomor-
nomor urutannya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memakan tempat.
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 (dua) macam cara
pula, yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman.
• Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitungdari banyaknya jawaban yang
cocok dengan kunci jawaban rumusnya sebagai berikut.
Skor = B/N x 100 (skala 0-100)
Ket: B = banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
Contoh:
Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor yang
dicapai Budi adalah:
Skor = 25/50 x 100 = 50
 Dengan hukuman yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan pada
butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun rumusnya adalah sebagai
berikut:
#####RUMUS
Ket: B=Banyaknya soal yang dijawab benarS
S= Banyaknya soal yang dijawab salah
P= Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N= Banyaknya butir soal

4
Contoh: Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan
4 pilihan tiap butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat menjawab benar 20
butir, menjawab salah 12 butir dan tidak dijawab ada ? butir, maka skor yang
diperoleh Amir adalah:
####FILE
b. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tesbentuk betul - salah
Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan kunci jawaban adalah
deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kita
susun, sedangkan kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat
pekerjaan skoring.
Oleh karena itu dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta untuk melingkari
huruf B atau S, maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor
serta huruf dimana kita menghendaki untuk melingkari atau dapat juga diberi tanda X
pada jawabannya.
Misalnya:
1.B 6.S
2.S 7.B
3.S 8.S
4.B 9.S
5.B 10.B
Untuk menghitung skor akhir dari seluruh item test bentuk true false biasanya
digunakan rumus sebagai berikut:

S = Skor terakhir C yang diharapkan


R = Jumlah item yang dijawab betul (right)
W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)
N = Banyaknya option untuk true !alse selalu dua
1 = Bilangan tetap (konstanta)
c. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tesbentuk jawaban singkat (Short
answer test)
Tes berbentuk jawaban singkat adalah bentuk tesyang menghendaki jawaban
berbentuk kata atau kalimat pendek. Bentuk tes ini dapat digolongkan kedalam bentuk
tes obyektif. Tes bentuk isian ini,dianggap setaraf dengan tes jawaban singkat

5
ini.Dengan mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap
nomor soal mudah ditebak. Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih
sulit dari pada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaiknya tiap soal
diberi angka 2. Dapat juga angka itu kita samakan denganangka pada bentuk betul-
salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau
mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawabannya berfariasi misalnya lengkap sekali,
lengkap dan kurang lengkap,maka angkanya dapat dibuat berfariasi pula misalnya
2;1,5 dan 1.
Butir soal semacam ini mengundang banyakkemungkinan jawaban yang dapat
diterima karenamemang benar. 7awaban atas soal tersebut misalnya 3
 Mudah
 Gampang
 Sukar
 Singkat kesukaran
 Indeks kesukaran diatas 0.85.
Dan mungkin ada yang lain lagi.

Untuk soal-soal hitungan lebih banyak lagi kemungkinan, tanpa pembatasan yang tegas,
yang harus diterima sebagai jawaban yang benar.

d. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tesbentuk menjodohkan (Matching)
Pada dasarnya tes ini adalah bentuk tes pilihan ganda, dimana jawabannya
dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Satu kesulitan lagi adalah
bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak
diperlukan bagi pertanyaan lain.
Kunci jawaban tes bentuk ini dapat berbentuk deretan jawaban yang
dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf yang terdapat didepan
alternative jawaban. Untuk menilai tes yang berbentuk matching diperhitungkan dari
jumlah item yang dijawab betul saja, rumusnya sama dengan completion, yaitu:
S=R
Contoh penggunaan :
 Misalnya berbentuk matching sebanyak 10 item. Hari dapat
mengerjakan test tersebut 7 item betul dan 3 item salah, maka skor
yang diperoleh Hari = 10-3 = 7

6
 Mira dapat mengerjakan 5 item betul, 3 item salah, 2 item
dikosongkan atau tidak dijawab, maka skor yang diperoleh Mira = 5.
Jadi, dengan rumus penskoran tersebut di atas, item yang di
jawab salah dan item yang tidak dijawab atau dikosongkan, kedua-
duanya dianggap salah karena yang diperhitungkan hanya item yang
dijawab betul.
Cara lain dalam penilaian test berbentuk matching dapat juga
dilakukan dengan menentukan tingkat kesukaran (diffculty index) dari
tes tersebut dibandingkan dengan test-test bentuk lain yang digunakan
bersama-sama. Cara lain yang kedua ini perlu dilakukan jika kita
menganggap bahwa items yang berbentuk matching itu lebih sukar dari
pada items bentuk lain yang digunakan bersama-sama dalam suatutes.
Misalkan suatu tes terdiri atas tiga macam bentuk yaitu true-
false, multiple choice, dan matching kita telah menetapkan bahwa
tingkat kesukaran tiap item dari ketiga macam bentuk test tersebut
berturut-turut adalah 1,2 dan 4. Ini berarti bahwa nilai tiap item yang
betul dari true false, multiple choice, dan matching =4.
Andaikata tes yang berbentuk matching itu ada 10 item, dan
Basir dapat menjawab betul 7 item, maka skoryang diperoleh Basir =
7x 4 =28.
e. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (Essay test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-
pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, akan mempermudah kita
dalam mengoreksinya.
Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu
kita mengoreksi danmemberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai
berikut :
1). Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi
jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita dapat memperoleh
gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2). Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. misalnya jika jawaban itu
lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, demikian seterusnya.
3). Memberi angka bagi soal pertama.

7
4). Membaca soal kedua dari seluruh jawaban siswauntuk mengetahui situasi
jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua.
5). Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soaltes ketiga dan seterusnya
hingga seluruh soaldiberi angka
6). Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa
untuk tes bentuk uraian.
Dengan membaca terlebih dahulu seluruh jawaban yang diberikan oleh
siswa, kita menjadi tahu bahwa mungkin tidak ada seorang pun dari siswa
yang menjawab dengan betul untuk sesuatu nomor soal. Menghadapi situasi
seperti ini, kita gunakan cara pemberian angka yang relatif. Misalnya untuk
sesuatu nomor soal jawaban yang paling lengkap mengandung 3 unsur,
padahal kita menghendaki 5 unsur, maka pada jawaban yang paling lengkap
itulah kita berikan angka 5, sedangkan jika menjawab hanya 2 atau 1 unsur,
kita berikan angka lebih sedikit. Ini adalah cara memberikan angka dengan
menggunakan atau mendasarkan pada norma kelompok. Apabila memberikan
angkaberdasarkan pada standar mutlak, maka langkah-langkahnya antara lain,
yaitu:
1. Membaca setiap jawaban yang diberikan siswadan dibandingkan
dengan kunci jawaban yang telah kita susun.
2. Membubuhkan skor disebelah kiri setiap jawaba. ni dilakukan per
nomor.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskanpada setiap soal, dan
terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian

Dengan cara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan
jawaban yang paling lengkapyang diberikan oleh siswa lain, tetapi
dibandingkan dengan jawaban yang sudah ditentukan oleh guru.

f. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas


Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang harus termuat
didalam pekerjaan siswa. Hal ini menyangkut kriteria tentang isi tugas. Namun
sebagai kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolak ukur tertentu.
Tolak ukur yang disarankan dalam buku inisebagai ukuran keberhasilan tugas adalah
1. Ketepatan waktu menyerahkan tugas

8
2. Bentuk fsik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan siswa/mahasiswa dalam
mengerjakan tugas
3. Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran
4. Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi
5. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan
oleh guru/dosen Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu difikirkan peranan
masing-masing aspek kriteria tersebut, misalnya:
A1 - ketepatan waktu, diberi bobot 2
A2 - bentuk fisik, diberi bobot 1
A3 - sistematika, diberi bobot 3
A4 - kelengkapan isi, diberi bobot 3
A5 - mutu hasil, diberi bobot 3
Maka nilai hasil akhir tugas tersebut diberikan dengan rumus :
NAT= 2 x A1+A2+3+A3+3 x A4 +3 x A5/12
Nat adalah Nilai Akhir Tugas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di satu pihak kitalihat adanya peranan
penting yang diberikan kepada nilai-nilai sebagai simbol prestasi akademis siswa,
tetapi di lain pihak kita melihat pula adanya kekurangan cara pemberiannya.

9
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes,maka yang harus
diperhatikan adalah tingkatan dalam setiapdomain (kognitif, afektif, dan psikomotor). Bentuk
perangkat tesyang baik adalah tes yang butir-butir soalnya disusun dengan memperhatikan
komponen-komponen tingkatan dalam suatu domain dan tersusun lebih dari satu bentuk tes.
Sebelum atau selama pembuatan soal tes, guru harus merencanakan bentuk-bentuk penskoran
yang akan diberlakukan.Hal ini akan dapat membantu guru dalam melaksanakan
prinsipobjektif dan metodik dalam kegiatan penskoran sehingga tidak terkesan asal memberi
skor. Hasil penskoran yang terencana akan memudahkan kegiatan berikutnya dalam
penilaian, yaitu mengkonversi skor hasil belajar menjadi skor prestasi atau nilai standar.
Untuk menginterpretasikan suatu skor menjadi nilai atau mengolah skor menjadi nilai
diperlukan suatu acuan atau pedoman. Terdapat dua acuan guna menafsirkan skor menjadi
nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan
nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan
menjadi penting. Kedua pendekatan tersebut adalah criterion-refferenced atau
pendekatanAcuan patokan (PAP) dan norms-re!erenced atau Pendekatan Acuan Norma
(PAN).

10

Anda mungkin juga menyukai