EVALUASI PEMBELAJARAN
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, telah
memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah EVALUASI PEMBELAJARAN “TEKNIK PEN SKOR AN” ini. Kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan terlibat selama kegiatan penyusunan
makalah.
Tidak lupa diucapkan terima kasih kepada Drs. Arifin Siregar, M.Pd/Nurhudayah,
S.Pd., M.Pd.. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN”
yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya penyusunan makalah
ini dengan judul “TEKNIK PEN SKOR AN”. Kami berharap agar penyusunan makalah ini
dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berkaitan dengan materi tersebut. Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
mengundang saran, kritik, serta masukan dari pembaca sekalian.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..……2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..6
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………24
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bentuk kegiatan tindak lanjut dari tes yang telah dilakukan terhadap
siswa adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus
dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai
menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes,hal yang harus disiapkan adalah menyusun
teknik pemberian skor (penskoran) dan strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat
pada setiap butir soal.
Setelah kita melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah
memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan
cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai
prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah menyusun teknik pemberian skor
(penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah berpikir strategi pemberian skor sejak
perumusan kalimat pada setiap butir soal. Pada kegiatan belajar ini akan disajikan
pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman
yang telah dikeluarkan oleh Diknas (2004) yang telah dimodifikasi. Membuat pedoman
penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif
supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman menyusun
skor juga akan sangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan psikomotor
peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-
ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan.
Pada makalah ini, kita akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) dan
prosedur mengubah skor ke dalam nilai standar pada metode tes. Adapun kompetensi yang
harus Anda kuasai setelah mempelajari tehnik penskoran ini adalah sebagai mahasiswa
mampu membuat pedoman penskoran dan melakukan analisis hasil penilaian proses dan
hasil pembelajaran dengan metode tes. Oleh sebab itu, setelah mempelajari modul ini
diharapkan sebagai calon guru kita harus memiliki kemampuan untuk Memberi skor pada
berbagai soal metode tes.
4
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengoreksian dan penilaian?
2. Apa saja macam-macam teknik pengoreksian?
3. Bagaimana cara menerapkan teknik pengoreksian dan pemberian skor?
4. Bagaimana pengolahan dan pengubahan (skor) hasil tes?
1.3.Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian pengoreksian dan penilaian.
2. Untuk mengetahui macam-macam teknik pengoreksian.
3. Untuk mengetahui cara menerapkan teknik pengoreksian dan pemberian skor.
4. Untuk mengetahui pengolahan dan pengubahan (skor) hasil tes.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pekerjaan siswa atau mahasiswa langsung diberi nilai, jadi bukan diskor terlebih
dahulu. Oleh karena itu, hal ini sering kali menimbulkan terjadinya halo effect,
yang berarti dalam penilaiannya itu diikutsertakan pula unsur-unsur yang
irelevan seperti kerapian dan ketidakrapian tulisan, gaya bahasa, atau panjang-
pendeknya jawaban sehingga cenderung menghasilkan penilaian yang kurang
andal. Hasil penilaian menjadi kurang objektif. Jika tes yang berbentuk soal-
soal essay tersebut dinilai oleh lebih dari satu orang, sering kali terjadi
perbedaan-perbedaan diantara penilai, bahkan juga hasil penilaian seorang
penilai sering kali berbeda terhadap jawaban-jawaban yang sama dari soal
tertentu. Kesalahan seperti ini tidak akan selalu terjadi jika dalam
pelaksanaannya diadakan pemisahan antara proses penskoran dan penilaian.
B. Pengertian Menilai
Seusai memeriksa hasil tes dan menghitung jumlah jawaban benar untuk
menentukan skornya, maka langkah berikut adalah menetapkan nilai untuk
pencapaian belajar siswa seperti yang dicerminkan oleh skor itu. Kalimat ini
menunjukkan bahwa skor dan nilai mempunyai pengertian yang berbeda.
Skor (score atau mark) adalah angka yang menunjukkan jumlah jawaban
yang benar dari sejumlah butir soal yang membentuk tes. Dengan demikian,
apabila jumlah soal yang benar ada 25, maka skor untuk siswa tersebut adalah
juga 25, terlepas dari berapa jumlah soal yang membentuk tes itu. Jadi, biarpun
jumlah soal dalam tes itu 30, 40, 50, 75, atau 100 sekalipun, siswa tersebut tetap
mendapat skor 25. Pemberian angka skor itu sebagai angka nilai tersebut tidak
tepat. Skor 25 dari 30 butir soal berbeda nilai daripada skor 25 pada tes dengan
50 butir soal, apalagi pada tes dengan 100 butir soal. Pada tes dengan 30 butir
soal, skor 25 menempatkan siswa itu pada kelompok yang berhasil mencapai
83% tujuan instruksional yang diukur dengna tes tersebut. Tetapi skor 25 yang
diperoleh dari tes dengan 50 butir soal, tingkat pencapaian tujuan instruksional
hanya sebesar 50%, dan hanya sebesar 25% pada tes dengan 100 butir soal.
Angka-angka persentase itu diperoleh dengan jalan membagi jumlah skor
dengan jumlah butir soal dalam seluruh tes dan dikalikan dengan 100%. Angka-
angka persentase ini menunjukkan nilai skor tersebut dalam kaitan dengan
seluruh tes yang disajikan.
C. Perbedaan Penskoran dan Penilaian
7
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (sama dengan memberikan angka
yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item
yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot
jawaban betulnya.
Adapun yang dimaksud nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang
merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor
lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah
sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar (standard score). Nilai pada
dasarnya adalah angka/huruf yang melambangkan seberapa jauh/seberapa besar
kemampuan yang telah ditujukan oleh testee terhadap materi atau bahan yang
teskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan.
8
Dalam pelaksanaan pengoreksian hasil tes uraian ini ada dua hal
yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya pengolahan dan
penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak
atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes
subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian
itu akan didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara
mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur
pengoreksiannya adalah sebagai berikut:
1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan
membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2. Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan
skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari
jawaban testee tersebut.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.
Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai
akan didasarkan pada standar relative (di mana penentuan nilai
akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur
pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh
seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum
mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
2. Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh
testee.
3. Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua,
ketiga, dan seterusnya
4. Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh
seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah
penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam
pengolahan dan penentuan nilai.
b. Teknik Pengoreksian Hasil Tes Bentuk Obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada
umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada
9
beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk
mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut :
1) Kunci berdampingan ( strip keys )
Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang
benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah,
adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban
tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa, lalu
cocokkan, apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi
tanda ( + ) dan apabila salah diberi tanda ( - ).
2) Kunci system karbon ( carbon system key )
Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan
tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar
kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan
diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian
tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga
ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada
diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah
benar.
3) Kunci system tusukan ( panprick system key )
Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci
system karbon. Letak perbedaannya ialah pada kunci sistem ini, untuk
jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk
lainnya sementara lembar jawaban testee berada dibawahnya, sehingga
tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban
yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak.
4) Kunci berjendela ( window key )
Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :
a) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong
b) Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah
menyerupai jendela
c) Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela
d) Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan
pencil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut
berarti benar dan sebaliknya.
10
2. Teknik Pengoreksian Hasil Tes Lisan
Pengoreksian yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban
testee pada tes hasil belajar secara lisan pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam
tes lisan itu testee tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah
benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing
– masing mempunyai ciri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester
untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif.
Dalam hal ini, pengoreksian terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan
oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :
a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh
testee sudah memenuhi semua unsur yang seharusnya ada dan sesuai dengan kunci
jawanban yang telah disusun oleh tester
b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang
diajukan kepada testee itu cukup lancar sehingga mencerminkan tingkat pemahaman
testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya
c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan
Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester,
belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar
memperhatikan jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar
kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.
d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan
kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu
merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan
kepadanya. Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsur lain yang dirasa
perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam
menghadapi penguji (tester).
11
perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan
adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.
Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru
yang melaksanakan praktek mengajar, aspek-aspek yang diamati meliputi 17 unsur
dengan skor minimum 1 (satu) dan maksimum (lima).
Dalam hal menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga macam alat bantu,
yaitu :
a. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda
(Multiple Choice)
12
• Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari
banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
Rumusnya sebagai berikut.
Contoh :
Contoh :
Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal
dengan 4 pilihan tiap butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat
menjawab benar 20 butir, menjawab salah 12 butir dan tidak
dijawab ada 8 butir, maka skor yang diperoleh Amir adalah:
b. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah
13
Untuk tes bentuk betul-salah (true-false) yang dimaksud dengan
kunci jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk
pertanyaan atau soal-soal yang kita susun, sedangkan kunci skoring
adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring.
Oleh karena itu dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta
untuk melingkari huruf B atau S, maka kunci jawaban yang disediakan
hanya berbentuk urutan nomor serta huruf dimana kita menghendaki
untuk melingkari atau dapat juga diberi tanda X pada jawabannya.
Misalnya :
1. B 6. S
2. S 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. B 10. B
Untuk menghitung skor akhir dari seluruh item test bentuk true false
biasanya digunakan rumus sebagai berikut :
Contoh :
14
Umpamakan jumlah item true-false (B-S) = 20. Seorang siswa bernama
Ali dapat menjawab betul 13 item dan salah 7 item, maka skor yang
diperoleh Ali adalah sebagai berikut :
Aman dapat menjawab betul 10 item, dan salah 10 item. Skor yang
diperoleh sebagai berikut :
Bakir hanya dapat menjawab 8 item betul dan 12 item salah, maka skor
yang diperoleh Bakir ialah :
c. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawaban
singkat (Short answer test)
15
salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya
ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawabannya bervariasi
misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya
dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1.
▪ Mudah
▪ Gampang
▪ Sukar
▪ Tingkat kesukaran
▪ Indeks kesukaran diatas 0.85
Pada dasarnya tes ini adalah bentuk tes pilihan ganda, dimana
jawabannya dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya.
Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat
sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi
pertanyaan lain.
16
Kunci jawaban tes bentuk ini dapat berbentuk deretan jawaban
yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf-huruf
yang terdapat didepan alternative jawaban.
S=R
Contoh penggunaan :
Misalkan suatu tes terdiri atas tiga macam bentuk yaitu true-false,
multiple choice, dan matching kita telah menetapkan bahwa tingkat
kesukaran tiap item dari ketiga macam bentuk test tersebut berturut-turut
adalah 1,2 dan 4. Ini berarti bahwa nilai tiap item yang betul dari true
false, multiple choice, dan matching = 4.
17
Andaikata tes yang berbentuk matching itu ada 10 item, dan Basir
dapat menjawab betul 7 item, maka skor yang diperoleh Basir = 7 x 4 =
28.
e. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (Essay
test)
18
mengandung 3 unsur, padahal kita menghendaki 5 unsur, maka pada
jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 5, sedangkan jika
menjawab hanya 2 atau 1 unsur, kita berikan angka lebih sedikit. Ini
adalah cara memberikan angka dengan menggunakan atau mendasarkan
pada norma kelompok. Apabila memberikan angka berdasarkan pada
standar mutlak, maka langkah-langkahnya akan lain, yaitu :
Dengan cara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan
jawaban yang paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi
dibandingkan dengan jawaban yang sudah ditentukan oleh guru.
Contoh : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar
80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk
menjawabnya tuliskan langkah-langkahnya!)
19
Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang harus
termuat didalam pekerjaan siswa. Hal ini menyangkut kriteria tentang isi tugas.
Namun sebagai kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolok ukur
tertentu. Tolok ukur yang disarankan dalam buku ini sebagai ukuran
keberhasilan tugas adalah :
5) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah
ditentukan oleh guru/dosen
NAT = 2 x A1 + A2 + 3 x A3 + 3 x A4 + 3 x A5/12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di satu pihak kita lihat adanya
peranan penting yang diberikan kepada nilai-nilai sebagai simbol prestasi
akademis siswa, tetapi di lain pihak kita melihat pula adanya kekurangan cara
pemberiannya.
20
G. Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor
Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat
penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat
menggunakan lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu
(TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan
5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan negative).
Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti
Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB),
dan Tidak Berminat (TB)
A. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai Standar (Standard Score)
Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan
pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu :
1. Bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu :
21
b. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau
kelompok. Cara ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation,
dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah Penilaian ber-Acuan
Norma (disingkat PAN), atau Penilaian ber-Acuan Kelompok (disingkat
PAK).
2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat
menggunakan berbagai macam skala, seperti : Skala lima (stanfive),
yaitu nilai standar bersekala lima atau yang sering dikenal dengan istilah
nilai huruf A, B, C, D, dan F, Skala sembilan (stanine), yaitu nilai
standar bersekala sembilan dimana rentangan nilainya mulai dari 1
sampai dengan 9 (tidak ada nilai 0 dan tidak ada nilai 10), Skala sebelas
(stanel = standard eleven = eleven points scale, yaitu rentangan nilai
mulai dari 0 sampao dengan 10), z score (nilai standar z), dan T score
(nilai standar T).
B. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada Kriterium
(Criterion Referenced Evaluation)
Contoh:
Dalam mempelajari mata kuliah statistik pendidikan, untuk sampai pada
pemahaman tentang "t" test", mahasiswa terlebih dahulu harus
memahami konsep dasar tentang Standard Error of Mean (SEM).
Konsep dasar tentang standard error of mean itu tidak mungkin dapat
dipahami secara baik sebelum mahasiswa mempelajari konsep dasar
tentang deviasi standar (standard deviation).
22
2. Evaluator atau tester (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat
mengidentifikasikan masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau
setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat
pengukurnya.
Contoh:
Dalam mencari (menghitung) nilai rata-rata hitung (arithmetic mean),
dapat dilakukan identifikasi sebagai berikut :
a) Apakah pembuatan tabel disteribusi frekuensi dari data kuantitatif yang akan
dihitung rata-rata hitungnya itu sudah betul?
b) Jika tabel distribusi frekuensi sudah betul, apakag tidak terdapat kekeliruan dalam
menetapkan midpoint bagi setiap interval nilainya? Demikianlah seterusnya......
Apabila dalam penentuan nilai hasil tes hasil belajar itu digunakan acuan
kriterium (menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang
digunakan akan diberikan kepada testee itu harus didasarkan pada standar mutlak
(standard absolut). Artinya, pemberian nilai kepada testee itu dilaksanakan dengan jalan
membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing
individu testee, dengan skor maksimum ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh
testee, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul.
Disamping itu, karena penentuan nilai seorang testee dilakukan dengan jalan
membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka
penentukan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga sering dikenal dengan istilah
penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau penentuan nilai
secara das sollen. Dengan istilah "teoritik" dimaksudkan disini, bahwa: secara teoritik
seorang siswa berhak atas nilai 100 -misalnya- apabila keseluruhan butir soal tes dapat
dijawab dengan betul oleh siswa tersebut atau seorang peserta tes hanya dapat diberikan
nilai 50, sebab hanya 50% saja dari keseluruhan butir item tes hasil belajar yang dapat
dijawab dengan betul.
Dengan demikian maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada kriterium,
sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu sudah dapat disusun (tanpa
menunggu selesainya pelaksanaan).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam membuat penskoran dan pembobotan butir soal suatu tes, maka yang harus
diperhatikan adalah tingkatan dalam setiap domain (kognitif, afektif, dan psikomotor). Bentuk
perangkat tes yang baik adalah tes yang butir-butir soalnya disusun dengan memperhatikan
komponen-komponen tingkatan dalam suatu domain dan tersusun lebih dari satu bentuk tes.
Sebelum atau selama pembuatan soal tes, guru harus merencanakan bentuk-bentuk penskoran
yang akan diberlakukan. Hal ini akan dapat membantu guru dalam melaksanakan prinsip
objektif dan metodik dalam kegiatan penskoran sehingga tidak terkesan asal memberi skor.
Hasil penskoran yang terencana akan memudahkan kegiatan berikutnya dalam penilaian, yaitu
mengkonversi skor hasil belajar menjadi skor prestasi atau nilai standar.
Untuk menginterpretasikan suatu skor menjadi nilai atau mengolah skor menjadi nilai
diperlukan suatu acuan atau pedoman. Terdapat dua acuan guna menafsirkan skor menjadi
nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standard an juga akan menghasilkan nilai
yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi
penting. Kedua pendekatan tersebut adalah criterion-referenced atau Pendekatan Acuan
Patokan (PAP) dan norms-referenced atau Pendekatan Acuan Norma (PAN)
3.2 Saran
Sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang profesional dalam memberikan
skor atau nilai kepada siswa. Pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam
pemeriksaan hasil tes, pemberian skor, dan mengolah serta merubah skor menjadi nilai
sehingga akan mempermudah pekerjaan apabila memilih teknik yang sesuai dengan situasi dan
kondisi baik dari segi feasibilitas, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Hal ini perlu
diperhatikan oleh guru karena hasil dari skoring memiliki implikasi yang luas dan kompleks,
tidak hanya pada siswa tetapi juga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap nilai tersebut.
Maka dari itu, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup dan keterampilan yang profesional
dalam memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa sehingga dapat benar-benar
merepresentasikan capaian hasil belajar siswa.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Purwanto, Ngalim.. 2001.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo.
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, CV. Sinar Baru Offset, Bandung, 1989
file:///C:/Users/User/Downloads/Pemberian%20Skor%20Dan%20Sistem%20Penilaian%20D
alam%20Pembelajaran_Edit_Abil_Nurjannah%20(1).pdf
26