Makalah ini Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Sistem
Evaluasi Pendidikan
Dosen pengampu :
Dr. H. Saiful Bahri Maih. M.Pd
Di tulis oleh :
Hania Fajriyanti
Ita Purnama Sari
Muhammad Ali Suhendar
TARBIYAH VI B
ATTAQWA BEKASI
2022 M / 1443
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberian Skor
B. Verifikasi Data
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bentuk kegiatan tindak lanjut dari tes yang telah dilakukan
terhadap siswa adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa.
Kegiatan ini harus dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi
kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai. Sebelum melakukan tes,hal
yang harus disiapkan adalah menyusun teknik pemberian skor (penskoran) dan
strategi pemberian skor.
Pada kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes
domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah
dikeluarkan oleh Diknas (2004). Membuat pedoman penskoran sangat
diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif
supaya subjektivitas guru dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman
menyusun skor juga akan sangat penting ketika guru melakukan tes domain
afektif dan psikomotor peserta didik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberian Skor
1. Pengertian Skor
v
menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan
simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, dan ada
pula yang dengan huruf. (Ngalim Purwanto, 1994:70).
Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal
tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau tes uraian dll. Sebelum
menyusun sebuah tes uraian sebaiknya guru menententukan terlebih dahulu
pokok-pokok jawaban yang guru kehendaki. Dengan demikian, maka akan
mempermudah guru dalam mengoreksi tes itu. Tidak ada jawaban yang
pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat
beraneka ragam, beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Pemberian skor untuk tes bentuk tugas tolak ukur yang digunakan sebagai
ukuran keberhasilan tugas adalah :
a. Ketepatan waktu pengerjaan.
b. Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandkan keseriusan dalam
mengerjakan tugas.
c. Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan fikiran.
d. Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan ketentuan yang telah
diberikan oleh guru.
vi
B. Verifikasi Data
vii
Berdasarkan data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah,
dinalisis, dan disimpulkan sehingga dapat diketahui makna yang terkandung di
dalamnya, maka pada akhirnya penilai akan dapat mengambil keputusan atau
merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut
dari kegiatan evaluasi tersebut.
d. Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar di Sekolah
Dalam istilah teknik-teknik evaluasi hasil belajar terkandung arti alat-
alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar. Dalam konteks
evaluasi hasil pembelajaran di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik,
yaitu teknik tes dan non tes. Dengan tenik tes, maka evaluasi hasil proses
pembelajaran di sekolah itu dilakukan dengan cara menguji peserta didik.
Sebaliknya, dengan teknik non tes maka evaluasi dilakukan tanpa menguji
peserta didik.
Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai
terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
1. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan
mengacu pada kriterium atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama
ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada
juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
2. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu
pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm
referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan
istilah Penilaian Acuan Norma (PAN).
viii
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah
ditetapkan.2 Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan
pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan
kelulusan harus sudah ditetapkan.
Standar atau patokan tersebut memuat ketentuan-ketentuan yang
dipergunakan sebagai batas-batas penentuan kelulusan testee atau batas
pemberian nilai pada testee. Jika skor yang diperoleh oleh testee memenuhi
batas minimal maka testee dinyatakan telah memenuhi tingkat penguasaan
minimal terhadap materi yang disampaikan dan sebaliknya jika testee belum
bisa memenuhi batas minimal yang ditentukan maka testee dianggap belum
“lulus” atau belum menguasai materi. Karena batasan-batasan tersebut
bersifat mutlak/ pasti maka hasil yang diperoleh tidak dapat di tawar lagi.
Pengolahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut :
A. Menggabungkan skor dari berbagai sumber penilaian untuk memperolah
skor akhir.
B. Menghitung skor minimum penguasaan tuntas dengan menerapkan
prosentase Batas Minimal Penguasaan (BMP).
C. Menentukan tabel konversi
2
Dr. Ina Magdalena, Belajar Makin Asyik dengan Desain Pembelajaran Menarik,
(Sukabumi: CV Jejak,2015), h. 81
ix
menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan
hasil tes dari testee lain dalam kelompoknya. 3 Alat pembanding tersebut yang
menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan
skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok.
Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing
dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar
kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat
dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus
dibuat norma yang baru.
Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi
bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok
baik, kelompok sedang dan kelompok kurang. Pengolahan skor dengan
Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan
statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan berbagai
sumber skor),
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3
Ina Magdalena, Ragam Tulis Desain Pembelajaran SD, ( Sukabumi: CV Jejak,
2015), h. 86
x
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan
jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif
dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil
penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok
yang harus di tempuh, yaitu: Menskor, Mengubah skor mentah menjadi skor
standar, Menkonversikan skor standar kedalam nilai, dan Melakukan analisis
soal (jika diperlukan).
Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan. Penilaian
adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kinerja peserta didik.
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang
dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang
diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah
ditetapkan. Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal
pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd, 2015, Tanya Jawab Seputar Pengukuran, Penilaian,
dan Evaluasi Pendidikan, Darussalam: Syiah Kuala University Press.
xi
Dr. Ina Magdalena, 2015, Belajar Makin Asyik dengan Desain Pembelajaran
Menarik, Sukabumi: CV Jejak.
Ina Magdalena,2015, Ragam Tulis Desain Pembelajaran SD, Sukabumi: CV
Jejak.
Arikunto.Suharsimi, 1988, Penilaian Program Pendidikan, Jakarta : PT Bina
Aksara. Arikunto.Suharsimi, 2002, Dsar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta :
Bumi aksara.
Sudirman, 1987, Ilmu Pendidikan, Bandung : Remadja Karya.
Thoha.ghabib, 1994, Tekhnik Evaluasi pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
xii