Hasil Belajar
AnggotaKelompok:
1. Sutarya Saputra (20227379080)
2. Ina Mariana (20227379057)
3. Latifah Mutmainah(20227379081)
4. Asri Irmayanti(20227379011)
5. Alya Priyanka Ainna Salsabila (20227379084)
6. Mayarsih (20227379006)
7. Deki Zulkarnain (20227379018)
8. Muhammad Yodhantara(20227379072)
A. Latar Belakang
Hasil tes belajar yang dilakukan oleh guru yaitu tes hasil belajar secara tertulis (tes tertulis), ada juga
secara lisan (tes lisan) da nada juga dengan perbuatan (praktek). Adanya perbedaan penyelenggaraan tes
hasil belajar tersebut, sudah barang tentu menuntut adanya pembedaan pula dalam pemeriksaan hasil-
hasilnya (koreksi) dan adanya pembedaan pula dalam rangka pemberian skor.
Menurut Depdiknas (2007:4), penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang di ukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik, karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
Sebagai pendidik (guru), untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu
sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana
cara atau teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauh mana pencapaian siswa
dalam menguasai materi yang disampaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar?
2. Apa saja teknik pembuatan skor hasil tes hasil belajar?
3. Bagaimana proses pengelolaan hasil belajar?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan pembahasan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan hasil tes belajar.
2. Untuk mengetahui pembuatan skor hasil tes hasil belajar.
3. Untuk mengetahui proses pengelolaan hasil belajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teknik Pemeriksaan
1.1. Pengertian
2
2. Pemberian Skor
2.1 Pengertian
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-
angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka
hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dari setiap
butir soal yang telah di jawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. ( Mali El-
Bustani)
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar
kemampuan yang telah ditunjukkan oleh sasaran terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan
tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan
yang diberikan oleh tester kepada sasaran atas jawaban betul yang diberikan oleh sasaran dalam hasil tes
belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang
diberikan oleh tester kepada sasaran akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat
dijawab dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada sasaran juga kecil atau
rendah.
2. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes, Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar
(Standard Score)
Ada dua hal penting dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:
1) Dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara, yaitu:
1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau
mendasarkan diri pada kriterium (patokan).
2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau
mendasarkan diri pada norma atau kelompok.
2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai macam skala,
yaitu: skala lima dengan nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala Sembilan dengan nilai 1 sampai dengan 9.
Skala sebelas dengan rentang nilai mulai dar 0 sampai dengan 10.
1. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan
Mendasarkan Diri atau Mengacu pada kriterium
2. Hal-hal yang harus dipelajari oleh sasaran adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan bahwa
masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum sasaran tadi maju atau sampai pada taraf
selanjutnya.
3. Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas. Atau setidak-
tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya.
1. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan
Mendasarkan Diri atau Mengacu pada Norma atau Kelompok
Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar dengan mendasarkan
diri atau mengacu pada norma atau kelompok serinh dikenal dengan istilah PAN (singkatan dari Penilaian
berAcuan Norma) atau PAK (singkatan dari Penilaian berAcuan Kelompok).
3
1) Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin, berbeda latar
belakang pendidikan dan sebagainya), yang distribusinya membentuk kurva normal atau kurva simetrik.
Asumsi ini mengandung bahwa pada setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik,
sebagaian dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi atau memusat di sekitar nilai
pertengahan dan hanya sebagian kecil saja yang nilainya sangat tinggi atau sangat rendah.
2) Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative dari para peserta tes dalam hal
yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”,
ataukah di “bawah”.
Dalam hal ini yang berhubungan dengan nilai standar kiranya perlu diketahui bahwa dalam dunia evaluasi
pendidikan, khususnya evaluasi hasil belajar dikenal berbagai jenis nilai standar, seperti:
Nilai standar berskala lima, yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu nilai A, B, C, D dan F.
Nilai standar brskala Sembilan, yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai
dengan 9.
Nilai standar berskala sebelas, yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10.
Nilai standar z.
Nilai standar T.
2) Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi kelompok, dan deviasi
standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah hasil ujian yang dicapai oleh peserta didik.
4) Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing-masing individu mahasiswa menjadi nilai
standar berskala lima (nilai huruf A, B, C, D dan E).
2. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sembilan
Nilai standar berskala Sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai 0 dan nilai 10. Nilai standar
tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia. Berhubung dengan itu dirasa tidak perlu untuk menyajikan
contoh penggunaan praktisnya.
3. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sebelas
Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10. Jadi disini akan kita
dapati 11 butir nilai standar, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
Dimana: z = z score
T score = 10 z + 50 atau
4
T score = 50 + 10 z
1) Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring
dan pedoman konversi.
4) Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan realibilitas soal,
tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.
Adapun cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal
yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive test)
Pertama bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.
Rumus : skor = ΣX
Σs
Keterangan:
S = jumlah soal
Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.
Rumus: skor = ΣXB keterangan:
ΣB TK = Tingkat kesukaran
5
Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat
diketahui tingkat kebenarannya.
= Bilangan Tetap
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang telah didapat
masih merupakan skor mentah (raw score) dan perlu diolah sehingga skor dapat berubah menjadi nilai-nilai
jadi. Pengolahan skor yang dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk
mengubah skor mentah menjadi terjabar (drived score) atau menjadi skor yang sifatnya baku atau standar
(Standard Score). Untuk menentukan batas lulus maka harus dihitung terlebih dahulu rata-rata (mean) dan
simpangan baku (standard deviation), kemudian mengubah skor mentah menjadi skor terjabar atau skor
standar.
2.4. Konversi Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik kedalam skor terjabar atau
standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor stdandard atau
nilai yaitu :
a) Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat
ditempuh yaitu :
1) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada kriterium
(Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion
6
referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP)
ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok.
Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia
dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN)
b) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala, misalnya :
skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D
dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari
1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale)
rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T).
2.7. Verifikasi
Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan lain
sebagainya. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang dapat
memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang
dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang mengabarkan gambaran yang akan diperoleh apabila
data itu ikut serta diolah.
Setiap pendekatan memerlukan persyaratan tertentu, misalnya untuk PAP guru harus menjabarkan TIU
menjadi TIK.
Harus ada tes formatif untuk memantau PBM dan melaksanakan pengajaran remidial (jika diperlukan).
Perencanaan tes harus matang, perlu ada kisi-kisi.
Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan
itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.
7
2.9. Standar Penilaian
Menurut Badan Standar Nasional Penilaian (BSNP), Penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik.
Merupakan aturan main dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan penilaian. Adapun prinsip-prinsipnya,
yaitu:
Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran serta jenis informasi yang
ingin diperoleh dari peserta didik.
Informasi yang dihimpun mencangkup ranah-ranah yang sesuai dengan standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
Informasi mengenai perkembangan prilaku peserta didik dilakukan secara berkala pada kelompok mata
pelajarn masing-masing.
Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol, baik yang bersifat positif maupun
negative dalam buku catatan perilaku.
Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan tengah semester dan tiga
kali menjelang ulangan akhir semester.
Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik atas hasil kerjanya sebelum
memberikan tugas lanjutan.
Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk setiap peserta didik yang berada
dibawah tanggung jawabnya.
Pendidik melakukan ulangan tangah dan akhir semester untuk menilai penguasaan kompetensi sesuai
dengan tuntutan dalam standar kompetensi (SK) dan standar lulusan (SL).
Pendidik yang dibei tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan kegiatan peserta didik
kepada wali kelas.
Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan paa pihak lain tanpa ijin
dengan yang bersangkutan atau kepada orang tua/wali murid.
Merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik. Ada tujuh prinsip standar perencanaan
penilaian:
Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana pembelajarannya.
Pendidik haru mengembangkan criteria pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai dasar penilaian.
Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilaiannya sesuai dengan indicator pencapaian
KD .
Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik tentang aspek-aspek yang
dinilai dan criteria pencapaiannya.
Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian terhadap ke dalam kisi-kisi penilaian.
Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman
penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan.
Pendidik menggunakan acuan criteria dalam menentukan nilai peserta didik.
Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan re rencana penilaian yang telah disusun awal
kegiatan pembelajaran.
Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada
8
Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada persyaratan instrument serta
menggunakan acuan criteria.
Pendidik menjamin pelaksanaan ulanagn dan ujian yang bebas dari kemungkinan terjadinya tindak
kecurangan.
Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar yang bersifat
mendidik.
Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada lima standar pemanfaatan hasil
penilaian, yaitu:
Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan pencapaian standar kompetesi
(SK) dan dan kompetensi dasar (KD)
Pendidik menyampaikan balikan kepadan peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap
KD disertai dengan dengan rekomondasi tindak lanjut yang harus dilakukan.
Bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus melakukan pembelajaran
remedial agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan.
Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasanyang dipersyaratkan dan dianggap
memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan.
Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan pembelajaran dan
merencanakan barbagai upaya tindak lanjut.
1) Standar penentuan pendidikan kelas, standar ini terdiri dari tiga hal pokok, yaitu:
Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan kenaikan kelas.
Satuan pendidikan menetapkan Sandar ketuntasan Balajar Minimal (SKBM) pada setiap mata pelajaran.
SKBM harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Satuan Pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan kenaikan kelas setiap
peserta didik.
2) Standar Penentuan kelulusan
Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah pada kelompok mata
pelajaran IPTEKS.
Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan nilai akhir peserta
didik.
9
Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan criteria kelulusan yang ditetapkan
dalam peraturan pemerintah No.19/2005 pasal 7 ayat (1)
10
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta: Erlangga:University Press,1986.
11
12