Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan menskor dan menilai?
b. Bagaimana teknik pemberian skor hasil tes hasil belajar?
c. Bagaimana cara pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil
belajar menjadi nilai standar?
C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui arti dari menskor dan menilai.
b. Untuk mengetahui teknik pemberian skor hasil tes hasil belajar.
c. Untuk mengetahui cara pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes
hasil belajar menjadi nilai standar.
BAB II
PEMBAHASAN
Contohnya:
Misalnya tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa Inggris menyajikan
lima butir soal tes uraian, dimana untuk setiap butir soal yang dijawab
1
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2011), hlm. 223.
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2013), hlm. 309.
dengan betul diberikan bobot 10. Siswa bernama Fatimah, untuk kelima
butir soal tes uraian tersebut memberikan jawaban sebagai berikut:
Dengan demikian untuk kelima butir soal tes uraian tersebut, siswa
bernama Fatimah tersebut mendapatkan skor sebesar = 10+5+2,5 +5+7,5=
30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai, sebab angka 30 itu masih
merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut nilai, masih
memerlukan pengolahan atau pengubahan (= konversi). Karena itu untuk
disebut nilai, skor-skor mentah hasil tes itu masih memerlukan pengolahan
dan perubahan.3
2. Pengertian Menilai
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf),
yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijakan satu dengan
skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar
tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar
(standard score).
3
Sudijono, Pengantar Evaluasi, hlm. 309-310.
atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar.
Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul,
maka penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan semakin
tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan betul
itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga
kecil atau rendah.4
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya
disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut;
apakah tes uraian (essay test) ataukah tes obyektif (objective test).5
4
Ibid., 311.
5
Ibid., 301.
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih
dahulu pokok-pokok jawaban yang kita hendaki. Dengan demikian, maka
akan mempermudah kita dalam mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban
yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa satu ke
siswa lain. Untuk menentukan standar lebih dahulu, tentulah sukar. Ada
sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu
kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut
adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh, misalkan dari lima butir soal tes uraian, butir soal
nomor 1 diberi skor maksimum 8, butir soal nomor 2 diberi skor
maksimum 10, butir soal nomor 3 diberi skor maksimum 6, butir soal
nomor 4 diberi skor maksimum 10 dan butir soal nomor 5 diberi skor
maksimum 8, maka seorang testee yang untuk butir soal nomor 1
jawabannya hanya betul separuh, diberikan skor 4 (yaitu 8:2=4); untuk
butir soal nomor 2 dari 10 unsur jawaban yang ada hanya dijawab betul
sebanyak 6 unsur saja, maka kepada testee tersebut diberikan skor 6.
Demikianlah seterusnya.7
Untuk tes obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor
maksimum 1 (satu). Apabila seorang testee menjawab betul satu item
sesuai dengan kunci jawaban, maka kepadanya diberikan skor 1. Apabila
dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item untuk bentuk
true false, dapat digunakan dua macam rumus yaitu:
Dimana:
W = Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan kunci
jawaban (W adalah singkatan dari Wrong= Salah)
1) = Bilangan konstan.8
Contoh:
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah:
16 – 4 = 12
Rumus:
S=R
Dimana:
3. Kunci Jawaban dan Kunci Pemberian Skor untuk Tes Bentuk Betul-Salah
Oleh karena dalam hal ini testee (tercoba) hanya diminta melingkari
huruf B atau S maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk
urutan nomor serta huruf dimana kita menghendaki untuk melingkari (atau
dapat juga diberi tanda X).
Contoh:
1. B 6. S
2. S 7. B
3. S 8. S
4. B 9. S
5. B 10. B
Dan seterusnya.
Misalnya:
1. B – S 6. B – S
2. B – S 7. B – S
3. B – S 8. B – S
4. B – S 9. B – S
5. B – S 10. B – S
1. B – S 6. B – S
2. B – S 7. B – S
3. B – S 8. B – S
4. B – S 9. B – S
5. B – S 10. B – S
Catatan:
Dengan pengalaman ini dapat kita ketahui bahwa lubang yang terlalu
kecil berakibat tertutupnya jawaban testee, sedangkan lubang yang terlalu
besar akan saling memotong.
Oleh karena itu, cara menjawab dengan membuat tanda silang akan
lebih baik daripada melingkari. Dengan demikian maka tanda yang dibuat
oleh testee akan tampak jelas seperti terlihat pada contoh berikut:
1. B – S
2. B – S
3. B – S
4. B – S
5. B – S
Dalam menentukan angka (skor) untuk tes bentuk B – S ini kita dapat
menggunakan 2 cara seperti telah disinggung di atas:
S=R–W
Contoh:
Angkanya adalah: 8 – 2 = 6
S = T – 2W
Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu
huruf di depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda
lingkaran atau tanda silang (X) pada tempat yang sesuai di lembar
jawaban.
Untuk cara menjawab yang pertama, kita gunakan kunci jawaban misalnya
sebagai berikut:
1. C 6. C
2. A 7. A
3. B 8. A
4. B 9. B
5. A 10. C
1. A b c d 11. A b c d
2. A b c d 12. A b c d
3. A b c d 13. A b c d
4. A b c d 14. A b c d
5. A b c d 15. A b c d
6. A b c d 16. A b c d
7. A b c d 17. A b c d
8. A b c d 18. A b c d
9. A b c d 19. A b c d
10. A b c d 20. A b c d
Dalam menentukan angka tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam
cara pula yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman
apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok
dengan kunci jawaban.
Dimana :
S = score
W = Wrong
Contoh:
Tolak ukur yang disarankan dalam buku ini sebagai ukuran keberhasilan
tugas adalah:
C. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi
Nilai Standar
Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai,
yaitu:
1. Bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu:
a. Mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion
(=patokan). Yang dalam dunia pendidikan di tanah air kita sering
dikenal dengan isitilah penilaian ber-Acuan Patokan (disingkat PAP).
Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai jika semua
item dapat dijawab dengan benar. Skor ideal diperoleh serta bobot dar
tiap-tiap item. Dari contoh diatas diketahui skor idealnya adalah 60
mencari rata-rata ideal (id) dengan rumus:
= ½ x skor ideal = ½ x 60 = 30
SD= ⅓ x SD= ⅓ x 30 = 10
10
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.
93-94.
Skor Angka Nilai Huruf Predikat
50 A Sangat Baik
37 B Baik
33 C Cukup
22 D Kurang
5 E Sangat Kurang
11
Kusaeri Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm. 39.
Penyelesaian nilai peserta didik dengan pendekatan PAN:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.