Anda di halaman 1dari 20

TEKNIK

PENSKORAN
KELOMPOK 3
TOPIK PEMBAHASAN
Pengertian Jenis-jenis kunci
01 03
penskoran dan pemberian skor
penilaian

Macam-macam Pengolahan dan


teknik 02 04
pengubahan skor
pengoreksian (hasil tes)
01
Pengertian penskoran dan
penilaian
Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes,
yaitu proses pengubahan jawaban soal tes menjadi angka-angka dengan kata lain pemberian
skor itu merupakan tindakan kuantifikasi terhadap jawaban-jawaban yang diberikan
oleh teste dalam suatu tes hasil belajar.

Setelah memeriksa hasil tes dan menghitung jumlah jawaban benar untuk menentukan
skornya, maka langkah berikut adalah menetapkan nilai untuk pencapaian belajar siswa
seperti yang dicerminkan oleh skor itu. Kalimat ini menunjukkan bahwa skor dan nilai
mempunyai pengertian yang berbeda.

Perbedaannya adalah dimana Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (sama dengan
memberikan angka yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
butir item yang telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban
betulnya. Sedangkan penilaian merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu dalam
bentuk angka ataupun huruf.
02
Macam-macam Teknik
pengoreksian
Ada 3 macam teknik pengoreksian

Hasil tes tertulis Hasil tes lisan Hasil tes perbuatan


Secara tertulis ada dua, yaitu :
Bentuk uraian
Prosedur pengoreksiannya adalah sebagai berikut:
1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah
disiapkan.
2. Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di
bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.

Bentuk obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci
jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif,
yaitu sebagai berikut :
1. Kunci berdampingan ( strip keys )
2. Kunci system karbon ( carbon system key )
3. Kunci system tusukan ( panprick system key )
4. Kunci berjendela ( window key )
Secara lisan, yaitu :
Pengoreksian terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman
yang pasti, misalnya sebagai berikut :
1. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.
2. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban
3. Kebenaran jawaban yang dikemukakan
4. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya
Tes perbuatan, yaitu :
Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil-hasil tes nya
dilakukan dengan menggunakan observasi (pengamatan).
Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan,
sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes
tersebut diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap
gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.
03
Jenis-jenis kunci pemberian skor
Dalam hal menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga macam
alat bantu, yaitu :

1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.


2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci
scoring.
3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian.
Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 (dua) macam cara pula, yakni tanpa hukuman dan
dengan hukuman.
1. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
Rumusnya sebagai berikut.

Skor = B/N x 100 (skala 0-100)


Ket : B = banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
Contoh :
Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor yang dicapai Budi adalah:
Skor = 25/50 x 100 = 50
2. Dengan hukuman adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Ket B = Banyaknya soal yang dijawab benar


S = Banyaknya soal yang dijawab salah
P = Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N= Banyaknya butir soal
Contoh :
Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir dan
banyaknya 40 butir, Amir dapat menjawab benar 20 butir, menjawab salah 12 butir dan tidak
dijawab ada 8 butir, maka skor yang diperoleh Amir adalah:
Bentuk Betul Salah
Untuk menghitung skor akhir dari seluruh item test bentuk true false biasanya digunakan rumus sebagai berikut :

● S = Skor terakhir / yang diharapkan


● R = Jumlah item yang dijawab betul (right)
● W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)
● N = Banyaknya option untuk true false selalu dua
● 1 = Bilangan tetap (konstanta)
Contoh :
Umpamakan jumlah item true-false (B-S) = 20. Seorang siswa bernama Ali dapat menjawab betul 13 item
dan salah 7 item, maka skor yang diperoleh Ali adalah sebagai berikut :

Aman dapat menjawab betul 10 item, dan salah 10 item. Skor yang diperoleh sebagai berikut :

Bakir hanya dapat menjawab 8 item betul dan 12 item salah, maka skor yang diperoleh Bakir ialah :
Bentuk Betul Jawaban Singkat (Short answer test)
Tes berbentuk jawaban singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat
pendek.
Butir soal semacam ini mengundang banyak kemungkinan jawaban yang dapat diterima karena memang benar.
Jawaban atas soal tersebut misalnya :
▪ Mudah
▪ Gampang
▪ Sukar
▪ Tingkat kesukaran
▪ Indeks kesukaran diatas 0.85
Contoh :

Jawabannya dapat : 3.33, 3.3, 31/3, 32/6, 33/9 dan seterusnya.


Bentuk Menjodohkan

Pada dasarnya tes ini adalah bentuk tes pilihan ganda, dimana jawabannya dijadikan satu, demikian pula
pertanyaan-pertanyaannya.
Kunci jawaban tes bentuk ini dapat berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti
oleh huruf-huruf yang terdapat didepan alternative jawaban.
Untuk menilai tes yang berbentuk matching diperhitungkan dari jumlah item yang dijawab betul saja, rumusnya
sama dengan completion, yaitu :
S=R
Contoh penggunaan :
▪ Misalnya berbentuk matching sebanyak 10 item. Hari dapat mengerjakan test tersebut 7 item betul dan 3 item
salah, maka skor yang diperoleh Hari = 10 – 3 = 7
▪ Mira dapat mengerjakan 5 item betul, 3 item salah, 2 item dikosongkan atau tidak dijawab, maka skor yang
diperoleh Mira = 5.
Bentuk Uraian (Essay Test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok-pokok jawaban yang kita kehendaki.
Dengan demikian, akan mempermudah kita dalam mengoreksinya.
Ada sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk
uraian. Saran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. Dengan membaca seluruh jawaban, kita
dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
2) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. misalnya jika jawaban itu lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi
angka 4, demikian seterusnya.
3) Memberi angka bagi soal pertama.
4) Membaca soal kedua dari seluruh jawaban siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian
angka untuk soal kedua.
5) Mengulangi langkah-langkah tersebut bagi soal tes ketiga dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka
6) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian.
Contoh : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak
mandi tersebut? (untuk menjawabnya tuliskan langkah-langkahnya!)
Pemberian Skor Tugas
Tolok ukur yang disarankan sebagai ukuran keberhasilan tugas adalah :
1) Ketepatan waktu menyerahkan tugas
2) Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan siswa/mahasiswa dalam mengerjakan tugas
3) Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran
4) Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi
5) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh guru/dosenDalam
mempertimbangkan nilai akhir perlu difikirkan peranan masing-masing aspek kriteria tersebut, misalnya :
A1 - ketepatan waktu, diberi bobot 2
A2 - bentuk fisik, diberi bobot 1
A3 - sistematika, diberi bobot 3
A4 - kelengkapan isi, diberi bobot 3
A5 - mutu hasil, diberi bobot 3

Maka nilai hasil akhir tugas tersebut diberikan dengan rumus :


NAT = 2 x A1 + A2 + 3 x A3 + 3 x A4 + 3 x A5/12
NAT adalah Nilai Akhir Tugas.
Pemberian Skor Domain Psikomotor
Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau kinerja. Untuk mengukurnya,
guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang
dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari Sangat Baik(5), Baik(4), Cukup(3), Kurang Baik(2),
sampai dengan Tidak Baik(1)

Pemberian Skor Skala Sikap

Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk
pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat
Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB)
04
Pengolahan dan pengubahan skor
(hasil tes)
ada dua, yaitu :
Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar (Standard Score)
• Dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (Patokan).
• Dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok.
• Menggunakan berbagai macam skala, seperti : Skala lima (stanfive), yaitu nilai standar bersekala lima atau yang
sering dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D, dan F, Skala sembilan (stanine), yaitu nilai standar bersekala
sembilan dimana rentangan nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai 0 dan tidak ada nilai 10) dll

Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau
Mengacu pada Kriterium (Criterion Referenced Evaluation)
• Hal-hal yang harus dipelajari oleh testee (murid, siswa, mahasiswa) adalah mempunyai struktur
hierarkis tertentu, dan bahwa masing-masing taraf dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju atau
sampai pada taraf selanjutnya.
• Evaluator atau tester (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat mengidentifikasikan masing-
masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat
pengukurnya.
• Penentuan nilai yang beracuan pada kriterium, sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu
sudah dapat disusun (tanpa menunggu selesainya pelaksanaan).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai