Jika dalam pemberian skor tes objektif yaitu skor 1 untuk jawaban yang benar dan
skor 0 untuk jawaban yang salah maka penghitungan skor yang diperoleh siswa
didasarkan pada banyaknya butir soal yang dapat dijawab dengan benar setiap siswa.
Contoh, pada tes akhir semester mapel IPA kelas 6 SD diujikan 60 butirsoal pilihan
ganda dengan 4 alternatif jawaban.dalam tes tersebut Bardan dapat menjawab dengan
benar 40 soal maka skor yang diperoleh Bardan untuk mapel IPA adalah 40.
Kelemahan dari penggunaan tes objektif yaitu adanya kemungkinan siswa menjawab
hanya dengan menebak.
Untuk meminimalkan kemungkinan siswa menebak jawaban, dapat menggunakan
formula tebakan (guessing formula) yaitu
S dimana, B : jumlah jawaban benar
Skor = B - S : jumlah jawaban salah
n -1 n : banyaknya alternatif jawaban
Jika diberlakukan formula tebakan, maka siswa akan berhati-hati dalam menjawab
setiap pertanyaan karena jika ia menjawab salah maka akan berakibat pada penurunan
skor yang diperoleh. Contoh dalam tes akhir semester IPS diujikan 60 butir soal
pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Tita dapat menjawab benar 40 butir, 20
butir salah. Tini dapat menjawab benar 40 butir, 10 butir salah, dan 10 butir tidak
diisi. Jika penskoran tes tersebut didasarkan pada penggunaanformula tebakan maka:
a) Skor yang diperoleh Tita adalah
20
Skor Tita = 40 − (4−1)
= 40 – 6,66
= 33,33
b) Skor yang diperoleh Tini adalah
10
Skor Tini = 40 − (4−1)
= 40 – 3,33
= 36,67
Jika menggunakanformula tebakan dalam menghitung skor akhir maka harus
mencantumkan keterangan tersebut pada lembar naskah soal sehingga siswa
mengetahui, misalnya dengan penjelasan sebagai berikut: Pikirkan baik-baik sebelum
menjawab, jangan asal menebak, karena jawaban yang salah akan mengakibatkan
penurunan skor.