Anda di halaman 1dari 19

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN

INFORMASI HASIL BELAJAR


Kelompok 4
1. Nur Meisarani Putri (858721701)
2. Putri Febrianty (858723024)
3. Rita Kusuma Dewi (858721876)
4. Tri Wahyu Widyastuti (858722918)
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
INFORMASI HASIL BELAJAR
• Setelah memahami materi dari Modul 1 sampai dengan Modul 3 kita dapat mengembangkan alat ukur
dalam bentuk tes dan non tes yang berkualitas. Alat ukur yang berkualitas tidak akan dapat mengukur
atau mengakses hasil belajar siswa dengan tepat jika dalam pengadministrasiannya tidak berjalan
dengan tertib. Setelah melaksanakan pengukuran atau asesmen, maka akan diperoleh data atau
informasi hasil belajar siswa yang berupa data kuantitatif ataupun data kualitatif (hasil unjuk kerja).
Data hasil pengukuran awalnya masih berupa data mentah yang mana harus diolah terlebih dahulu agar
data tersebut mudah dibaca dan dapat memberikan informasi yang jelas mengenai hasil belajar siswa.
• Pada modul 4 ini akan mendiskusikan bagaimana cara mengumpulkan dan mengolah hasil belajar agar
data tersebut dapat memberikan informasi yang jelas mengenai hasil belajar dan perkembangan belajar
siswa. Agar materi pengumpulan dan pengolahan informasi hasil belajar dapat dengan mudah dipahami
maka pembahasan materi pada modul ini dibagi dalam dua kegiatan pembelajaran.
KEGIATAN BELAJAR 1:
MENGUMPULKAN DAN MENGOLAH INFORMASI
HASIL BELAJAR

• Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi


yang telah ditetapkan dapat dikumpulkan dengan menggunakan
berbagai bentuk penilaian, misalnya dari tes tertulis (paper and
pencil test) serta dari penilaian unjuk kerja (performance). Jenis tes
yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes uraian.
A. MEMERIKSA DAN MENGOLAH HASIL TES

1. Memeriksa Hasil Tes Objektif

Salah satu keunggulan tes objektif adalah hasil tes dapat diperiksa sangat cepat dan tepat serta mempunyai ketetapan
hasil yang tinggi. Cara pemeriksaan yang paling banyak dilakukan oleh praktisi Pendidikan di lapangan adalah dengan
pemeriksaan dengan manual, jika jumlah peserta tesnya tidak terlalu banyak. Cara yang paling umum dengan membuat
master kunci jawaban pada lembar jawaban kosong yang sudah terisi kunci jawaban dan dilubangi tepat pada kunci
jawaban. Master jawaban inilah yang kemudian digunakan untuk memeriksa hasil jawaban siswa. Dengan cara tersebut
dapat cepat menghitung jumlah skor yang diperoleh setiap siswa.

Jika jumlah peserta tes sangat besar maka pemeriksaan secara manual dirasa tidak efektif lagi. Kita dapat menggunakan
fasilitas komputer untuk menskor dan mengolahnya. Pembacaan jawaban siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan mesin pembaca (scanner machine) dan untuk mengolah data selanjutnya dapat digunakan komputer.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan menggunakan fasilitas komputer adalah :

a. Semua jawaban siswa di scan.

b. Identitas data siswa yang terisi benar dipisahkan dengan identitas data siswa yang salah melalui
proses editing.

c. Data yang salah tersebut harus diperbaiki melalui proses up-dating.

d. Setelah semua identitas data siswa benar maka Langkah selanjutnya adalah memasukkan kunci
jawaban ke dalam computer. Proses ini dapat dilakukan secara manual yaitu di key-in satu persatu
atau dilakukan melalui proses scanning.

e. Langkah berikutnya adalah menghitung jawaban yang benar untuk setiap siswa melalui proses
scoring. Dengan demikian dari langkah ini kita sudah dapat mengetahui skor setiap siswa.
Penggunaan tes objektif mempunyai kelemahan di antaranya adanya kemungkinan siswa
menjawab hanya dengan menebak. Jika ingin meminimalkan kemungkinan siswa menebak
jawaban maka dapat menggunakan formula tebakan (guessing formula) sebagai berikut.

Skor = B - dimana, B : jumlah jawaban benar

S : jumlah jawaban salah

n : banyaknya alternatif jawaban


2. Memeriksa Hasil Tes Uraian

Menurut Hopskin dan kawan-kawan (1990) terdapat lima faktor yang menjadi permasalahan pada saat
Anda memeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carry over effect, order effect, dan
adanya efek penggunaan Bahasa serta tulisan siswa. Permasalahan tersebut terjadi pada penggunaan
tes uraian terbuka karena jawaban yang diberikan oleh siswa akan sangat beragam, yang mana
pengaruh subjektivitas pemeriksa dalam penskoran akan sangat tinggi. Untuk meminimalkan
kelemahan tersebut, disarankan untuk menggunakan tes uraian terbatas karena jawaban yang
diberikan siswa terbatas sesuai dengan batasan-batasan yang diminta dalam butir soal dan siswa akan
cepat selesai menjawab kemudian segera pindah butir soal yang lain.
Berikut cara-cara meminimalkan permasalahan-permasalahan dalam pemeriksaan hasil tes uraian:
a. Untuk menjaga ketetapan hasil pemeriksaan (reliabilitas), sebaiknya setiap lembar jawaban siswa minimal
diperiksa oleh dua orang pemeriksa yaitu pemeriksa 1 dan pemeriksa 2.
b. Sebelum mulai memeriksa jawaban siswa, kedua pemeriksa harus duduk Bersama menyamakan persepsi
untuk mencari kesepakatan-kesepakatan tentang bagaimana cara memeriksa jawaban siswa. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah melihat kesesuaian antara pertanyaan dengan jawaban yang ada pada
pedoman penskoran. Jika ada sesuatu yang belum sesuai maka kedua pemeriksa tersebut dapat
mengubahnya.
3. Mengolah Data Hasil Tes
Cara yang paling mudah dan paling umum digunakan untuk mengolah hasil tes adalah dengan
mengubah skor tersebut dalam bentuk persentase sebagai berikut:
1) Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan):
Jumlah jawaban benar
Persentase penguasaan = ---------------------------- x 100%
Jumlah butir soal

2) Untuk tes uraian:


Jumlah skor yang diperoleh siswa
Persentase penguasaan= ---------------------------------------------------- x 100%
Jumlah skor maksimal
B. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR
DARI UNJUK KERJA SISWA

Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk kerja siswa dikumpulkan dari tugas-tugas
yang telah dikerjakan siswa, baik yang berupa unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan
laporan, pengumpulan hasil karya, pengumpulan portofolio dan lain sebgaianya. Satu hal yang
tidak kalah penting adalah informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya
tersebut.
Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus mempersiapkan
pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah yang dikenal dengan
rubrik.
KEGIATAN BELAJAR 2:
PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN NILAI

A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA


Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score). Yang berupa data terserak (belum tertata). Data tersebut perlu diatur
agar mudah dipahami misalnya diurutkan mulai data terbesar sampai dengan data
terkecil. Dengan mengurutkan data hasil tes tersebut maka dengan mudah dapat melihat
ranking siswa. Apabila jumlah siswa sedikit (missal 10 anak) maka penyusunan data
dapat dilakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui ranking kelas pada
mata pelajaran tertentu tetapi jika jumlah siswa banyak maka kumpulan data hasil
belajar yang diperoleh akan lebih mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Cara membuat daftar distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut.
1. Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil.
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Untuk menentukan banyaknya kelas interval
dapat digunakan aturan Sturges, yaitu:
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n, di mana n adalah banyak data.
3. Tentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunakan aturan sebagai berikut.
Rentang
P = -----------------
Banyak kelas
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.
B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN
1. Pendekatan Penilaian Acuan (PAN)

Pendekatan Penilaian Acuan (PAN) adalah suatu pendekatan untuk menginterpretasikan hasil belajar
siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya. Artinya pemberian nilai
mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.

Jika menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) maka pemberian skor seorang siswa
dapat diberikan berdasarkan pada pencapaiaan hasil belajar kelompoknya. Memberikan nilai
tertinggi kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi dan sebaliknya.

Jika jumlah siswanya sedikit maka pengolahan dengan cara seperti di atas dapat dengan mudah
dilakukan. Tetapi jika jumlah siswanya banyak (mencapai ratusan) maka penggunaan statistika
sederhana yaitu harga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB) akan sangat membantu dalam
memberikan nilai untuk seluruh siswa.
a. Harga rata-rata (mean)
Mean merupakan pengukuran gejala pusat yang paling sering digunakan. Mean atau harga rata-rata
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah seluruh data Ʃx
M = ------------------------- atau M = -----
Jumlah data n
 
b. Simpangan baku (SB)
Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran variasi skor. Simpangan baku pada dasarnya
mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari mean. Semakin besar harga simpangan baku
menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean semakin besar (heterogen) dan sebaliknya. Pendekatan untuk
menghitung harga simpangan baku tersebut diambil dari Jenkins seperti dikutip Edward, C.H., et.al (1977)
dalam bukunya yang berjudul Planning, Teaching, and Evaluating.
 
Rumus pendekatan tersebut adalah:
Jml skor 1/6 peserta kelp atas – Jml skor 1/6 peserta kelp bawah
SB = -------------------------------------------------------------------------------
½ Jumlah Peserta
2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Jika dalam pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) keberhasilan setiap anak
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya maka tidak demikian halnya dengan
Penialaian Acuan Kriteria (PAK). Dalam PAK keberhasilan setiap anak tidak dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan dibandingkan
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penentuan kriteria atau patokan berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika seseorang anak berhasil mencapai kriteria yang telah
ditetapkan maka anak tersebut dinyatakan berhasil atau sebaliknya. Dengan demikian dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, pendekatan penilaian yang harus digunakan adalah
pendekatan Penilaian Acuan Kriteria .
3. Penilaian
Pengertian penilaian dalam mata kuliah ini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian hasil
belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut untuk mencapai tujuan Pendidikan.
Agar penilaian tepat sasaran maka pada saat anda melakukan penilaian, perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yaitu:
(1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi,
(2) Valid,
(3) Mendidik,
(4) Terbuka,
(5) Adil dan objektif,
(6) Berkesinambungan,
(7) Menyeluruh, dan
(8) Bermakna.
4. Penyajian Hasil Penilaian
Dalam penilaian berbasis kompetensi terdapat empat bentuk penilaiaan yang dapat
dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa yaitu:
a. Penilaian dengan menggunakan angka. Penilaian ini hasil belajar diberikan dalam bentuk angka.
Rentangan angka 1-10 atau 1-100.
b. Penilaian dengan menggunakan kategori. Misalnya baik,cukup, kurang; terampil, cukup
terampil, kurang terampil; menyenangi, cukup menyenangi, kurang menyenangi dan
sebagainya.
c. Penilaian dnegan uraian atau narasi. Misalnya siswa belum dapat membaca lancar, siswa kurang
aktif, keterampilan tangan kurang, perlu bimbingan dalam memecahkan soal cerita, dan
sebagainya.
d. Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan baik berupa penilaian
angka, kategori, dan narasi.
5. Proses Pemberian Nilai
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam
pencapaian kompetensi diperlukan tagihan-tagihan yang memerlukan seperangkat alat ukur. Beberapa jenis
alat ukur dan jenis tagihan antara lain :
a. Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat. Bentuk
dapat berupa tes lisan atau isian singkat yang dilakukan sebelum pelajaran dimulai.
b. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan konsep, prinsip, atau teori saat
proses pembelajaran berlangsung.
c. Ulangan harian: digunakan secara periodik untuk mengungkap pemahaman atau keterampilan siswa
terhadap apa yang telah diajarkan oleh guru.
d. Tugas individu atau kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menerapkan berbagai,
konsep, prinsip, atau teori serta melatih kerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas.
e. Ulangan semesteran: digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa setelah menyelesaikan
pembelajaran selama satu semester.
f. Laporan tugas atau laporan kerja: digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam membuat
laporan dari tugas atau kerja praktek yang diberikan.
g. Ujian praktek: digunakan untuk mengungkap keterampilan siswa dalam melakukan sesuatu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai