Anda di halaman 1dari 57

PERTEMUAN 10

TEKNIK PEMERIKSAAN,
PEMBERIAN SKOR DAN
PENGOLAHAN HASIL
BELAJAR
1. Kemampuan yang diharapkan:
Mahasiswa dapat mengolah hasil belajar
2. Bahan Kajian/ Materi Pembelajaran
Teknik pemeriksaan, pemberian skor dan pengolahan hasil belajar
3. Metode Pembelajaran
Ceramah, Diskusi, Praktek
4. Pengalaman Belajar Mahasiswa
Mempelajari tentang: Teknik pemeriksaan, pemberian skor dan
pengolahan hasil belajar
5. Assesment
a. Indikator:
(1) Mahasiswa dapat memeriksa Tes Hasil Belajar
(2) Mahasiswa dapat memberikan Skor Hasil Belajar
(3) Mahasiswa dapat mengolah dan mekonversi Skor Hasil Tes Hasil
Belajar
b. Bentuk :
Tes Lisan
6. Bobot : 5
DAFTAR PUSTAKA UTAMA
1. Achdiyat, Maman. Virgana, dan Soeparlan, Evaluasi Dalam Pembelajaran
(2017), Tangerang, Pustaka mandiri

2. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 2001, PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta

2. Jihad, Asep, (2013), Evaluasi Pembelajaran, 2013, Multi Pressindo, Jogjakarta

3. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (2010), PT Remaja


Rosdakary, Bandung

4. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, 2015, PT. Bumi Aksara,


Jakarta

5. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian, Jakarta


I.TEKNIK PEMERIKSAAN TES HASIL
BELAJAR
I. TEKNIK PEMERIKSAAN TES HASIL BELAJAR

A. Teknik Pemeriksaan Tes Hasil Belajar Secara Tertulis


Tes hasil belajar secara tertulis terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Tes hasil belajar bentuk uraian (subjective test = essay test)

2. Tes hasil belajar bentuk obyektif (objective test)

1. Teknik pemeriksaan tes hasil belajar bentuk uraian

a. Langkah yang seyogyanya ditempuh oleh evaluator (tester) dalam rangka melakukan

evaluasi hasil belajar dengan menggunakan alat tes hasil belajar bentuk urain adalah begitu

soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester membuat kunci jawaban/ pedoman jawaban.

b. Pedoman jawaban betul atas butir-butir soal yang telah disusun itulah digunakan sebagai

pegangandalam pemeriksaan terhadap hasil-hasil tes uraian


c. Pemeriksaannya adalah membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh
testee dengan pedoman jawaban yang betul yang sebelumnya telah disusun tester.
d. Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
1). Apakah pengolahan dan penilaian hasil tes uraian itu akan didasarkan pada
standar mutlak
2). Apakah pengolahan dan penilaian hasil tes uraian itu akan didasarkan pada
standar relatif.
- Pengolahan dan penentuan nilai tes uraian berdasarkan standar mutlak akan
didasarkan pada prestasi individual
- Pengolahan dan penentuan nilai uraian berdasarkan standar relatif, penentuan
nilai didasarkan pada prestasi kelompok.
Prosedur pemeriksaan berdasarkan standar mutlak

a). Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee untuk setiap butir
soal tes uraian dan membandingkannya dengan pedoman jawaban betul
yang sudah disiapkan
b). Atas dasar membandingkan antara jawaban testee dengan pedoman
jawaban betul yang telah disiapkan, tester lalu memberikan skor untuk
setiap butir soal dan menuliskannya di sebelah kiri dari jawaban testee
tersebut.
c). Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan kepada testee (dijadikan
bahan dan penentuan nilai.
Prosedur pemeriksaan berdasarkan standar relatif

a). Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee,
sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada.
b). Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee, misalnya untuk
jawaban lengkap diberi skor 2, kurang lengkap diberi skor 1, dan yang menyimpang
atau tidak meemberi jawaban sama sekali diberikan skor 0
c). Setelah pemeriksaan atas jawaban butir soal nomor 1 dari seluruh testee dapat
diselesaikan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap jawaban butir soal nomor
2 dengan cara yang sama.
d). Memberikan skor terhadap jawaban butir soal nomor 2 dari seluruh testee, dengan cara
yang sama seperti bagian c.
e) demikian seterusnya untuk setiap nomor sampai selesai
f). Setelah jawaban seluruh butir soal diberikan oleh testee, akhirnya dilakukanlah
penjumlahan skor.
2. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif
- Memeriksa jawaban soal-soal tes obyektif pada umumnya dilakukan dengan
jalan menggunakan kunci jawaban.
- Ada beberapa kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi
jawaban soal obyektif tes yaitu:
a. Kunci berdampingan (strip keys)
b. Kunci sistem karbon (carbon system keys)
c. Kunci sistem tusukan (pinprick system keys)
d. Kunci berjendela (window keys)
B. Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Lisan
Dalam rangka menghindari penilaian yang subyektif maka perlu dibuat
pedomannya. Pedoman teresebut berisi tentang:
1. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee;
2. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban-jawaban;
3. Kebenaran jawaban yang dikemukakan testee;
4. Kemampuan testee dalam mempertahankan jawabannya;
5. Persentase pertanyaan-pertanyaan lisan yang termasuk kategori sukar,
sedang dan mudah yang dapat dijawab dengan betul oleh testee.
C. Teknik Pemeriksaan dalam Rangka Menilai Hasil Tes Perbuatan
1. Pada tes perbuatan , pemeriksaan hasil-hasilnya dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi (pengamatan)
2. Sasaran yang diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan
sebagainya.
3. Dalam penilaian tes perbuatan diperlukan instrumen tertentu dan
setiap gejala yang muncul diberi skornya.
Contoh Instrumen perbuatan yang digunakan
guru mengajar
No Unsur Yang Diamati Skor
1 Penguasaan materi pelajaran 1 2 3 4 5
2 Keterampilan membuka pelajaran 1 2 3 4 5
3 Gaya dan antusiaisme mengajar 1 2 3 4 5
4 Pemberian motivasi 1 2 3 4 5
5 Cara mengajukan pertanyaan 1 2 3 4 5
6 Bahan ilustrasi dan contoh-contoh 1 2 3 4 5
7 Kualitas penjelasan 1 2 3 4 5
8 Cara menjawab pertanyaan 1 2 3 4 5
9 Penggunaan media pembelajaran 1 2 3 4 5
10 Perhatian terhadap individu tiap anak 1 2 3 4 5
Contoh Instrumen yang digunakan guru mengajar.....
No Unsur Yang Diamati Skor
11 Pemberian tugas 1 2 3 4 5
12 Disiplin kelas 1 2 3 4 5
13 Pandangan mata 1 2 3 4 5
14 Keterampilan berkomunikasi 1 2 3 4 5
15 Kualitas interaksi belajar-mengajar 1 2 3 4 5
16 Kualitas tulisan di papan tulis 1 2 3 4 5
17 Pencapaian tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5
penjelasan
Jumlah

Skor minimum 1 dan skor maksimum 5


II. TEKNIK PEMBERIAN
SKOR TES HASIL BELAJAR
II. TEKNIK PEMBERIAN SKOR TES HASIL BELAJAR

• Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan


hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka.
• Angka-angka hasil penilaian itu diubah menjadi nilai-nilai (grade) melalui proses
tertentu.
• Penggunaan simbol-simbol untuk menyatakan nilai-nilai hasil tes itu ada yang
tertuang dalam bentuk angka dengan rentang 0 sampai 10, antara 0 – 100, ada juga
yang menggunakan simbol huruf yaitu huruf A, B, C, D dan F dst.
• Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan
dengan bentuk soal-soal yang diujikan dalam tes, apakah tes uraian (essay test) atau
tes obyekti (objective test)
A. Pemberian Skor pada Tes Uraian

• Pada tes uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri kepada


bobot (weight) yang diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat
kesukaran atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat
dalam jawaban yang dianggap paling betul.
• Contoh: tes subyektif menghidangkan lima butir soal. Pembuat soal (tester)
telah menetapkan bahwa kelima butir soal itu mempunyai derajat kesukaran
yang sama dan unsur-unsur yang terdapat pada setiap butir soal telah
dibuat sama banyaknya.
• Tester menetapkan bahwa testee yang dapat menjawab paling betul
diberikan skor 10, jika hanya betul separoh diberikan skor 5, hampir
seluruhnya betul diberikan skor 9 dst.
Contoh, misalkan dari lima butir soal ten uraian :
1. Butir soal nomor 1 diberi skor maksimum 8
2. Butir soal nomor 2 diberi skor maksimum 10
3. Butir soal nomor 3 diberi skor maksimum 5
4. Butir soal nomor 4 diberi skor maksimum 7
5. Butir soal nomor 5 diberi skor maksimum 10
Dst......
B. Pemberian Skor pada Tes Obyektif
untuk memberikan skor pada tes obyektif umumnya digunakan rumus
correction for guessing atau sering dikenal dengan sistem denda.
Pemberiaan skor pada berbagai bentuk tes obyektif adalah sbb:
1. Pemberian Skor pada Tes Obyektif Berbentuk True- False
a. Untuk tes obyektif berbentuk true- false, misalnya setiap item diberi skor
maksimum 1. Apabila testee menjawab betul maka diberi skor 1 dan
apabila salah diberikannya 0.
b. Cara menghitung skor terakhir dari seluruh itembentuk true-false dapat
digunakan dengan dua rumus yaitu :
1). Rumus yang mempergunakan denda
2). Rumus yang mengabaikan denda
•1).
  Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda:
S =

S = Skor yang sedang dicari


R = Jumlah jawaban betul yang sesuai dengan kunci jawaban (R
singkatan right = betul)
W = Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan
kunci jawaban ( W singkatan dari wrong = salah)
Q = Jumlah option atau alternatif (kemungkinan jawaban), dimana
pada bentuk true-false ini kemungkinan jawabannya hanya dua (Q
= 2) yaitu betul (B) atau salah (S)
1 = Bilangan konstan
2). Rumus yang mengabaikan denda
S = R
S = Skor yang sedang dicari
R = Jumlah jawaban betul
Contoh soal:
Dalam tes hasil belajar Fisika yang diiukuti oleh 40 orang siswa diajukan 50
soal butir tes obyektif; 20 butir di antaranya adalah tes obyektif berbentuk true-
false dengan ketentuan bahwa untuk setiap butir item yang dijawab betul
diberikan bobot 1 dan untuk setiap butir item yang dijawab salah diberikan
bobot 0. Jika seorang siswa yang bernama joni dapat menjawab dengan betul
15 butir item sedangkan optionnya (Q) = 2. Hitunglah skor akhir joni jika:
a). Dikenai sanksi berupa denda
b). Jika tidak dikenai sanksi berupa denda
•   a). Jawaban yang salah diberikan sanksi
S = = = 10
b). Jika tidak diberi sanksi
S = R = 15.
2. Pemberian Skor untuk tes Obyektif Bentuk Matching, Fill
in dan Completion
Perhitungan skor akhirnya pada umumnya tidak memperhitungkan
sanksi berupa denda sehingga rumus yang digunakan adalah:
S = R
Skor yang diberikan kepada testee adalah sama dengan jumlah
jawaban yang betul.
• Contoh soal:
Tes hasil belajar bidang mata pelajaran kimia menyajikan 20 butir item
berbentuk matching, 20 butir item berbentuk fill in dan 20 butir item
berrbentuk completion. Untuk butir-butir soal berbetuk matching siswa
yang bernama Tono menjawab betul 10 butir, bentuk fill in dijawab betul
12, sedangkan bentuk completion dijawab betul sebanyak 6 butir.
Tentukanlah skor yang diberikan kepada Tono
Solusinya:
- Untuk item bentuk matching (Sesuai ) : S = R = 10
- Untuk item bentuk fill in (mengisi) : S = R = 12
- Untuk item bentuk completion (penyelesaian) = S = R = 6
C. Pemberian skor untuk tes obyektif bentuk
multiple choice items

• Rumus
  perhitungan dengan sanksi atau denda
S = R -
• Rumus perhitungan skor tanpa sanksi atau tanpa denda
S = R
Keterangan :
S = Skor yang sedang dicari
R = Right (jumlah jawaban betul
w = Wrong (jumlah jawaban yang salah)
Q = Banyaknya option yang dipasang pada item
1 = Bilangan konstan
Contoh soal:
••  
Tes hasil belajar matematika menyajikan 40 butir item bentuk
multiplechoice item, yang masing-masing itemnya dilengkapi dengan 5
option. Siswi yang bernama Leni dapat menjawab dengan betul sebanyak
34 butir item. Hitunglah skor yang diberikan kepada Leni jika:
a. Dikenai sanksi berupa denda
b. Jika tidak dikenai sanksi.
Solusi :

a. S = R - = 34 - = 34 – 1,5 = 32,5
b. S = R = 34
Rumus untuk pemberian skor yang ditentukan bobot
(weight ) yang berbeda- beda

•  Rumus dengan sanksi atau denda


S = R -)
• Rumus tanpa sanksi
S = Rx
S = Skor yang sedang dicari
R = Right (jumlah jawaban betul
w = Wrong (jumlah jawaban yang salah)
Q = Banyaknya option yang dipasang pada item
1 = Bilangan konstan
= Bobot tiap item
Contoh hasil belajar mata pelajaran Biologi menyajikan 50 butir
item tes obyektif bentuk multiple choice dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 1 : Model Multiple Choice
No. Urut Model Multiple Choice Item Jumlah Bobot
Item (MCI) Butir Item Jawaban Betul
1 - 10 MCI model melengkapi 5 pilihan 10 1
11 - 20 MCI model asosiasi dengan 5 10 1,5
pilihan
21 - 30 MCI Melengkapi berganda 10 1,5
31 - 40 MCI model analisis hubungan antar 10 2
hal
41 - 50 MCI model analisis kasus 10 4
Total 50 --
Misalkan dalam tes hasil belajar mata pelajaran Biologi pada tabel 1 siswa
yang bernama Tigor , dari 50 butir item tes tersebut dapat dijawab betul
sebagai berikut:
Tabel 2 : Model Multiple Choice Item

Model Multiple Choice Item Jumlah Jawaban Betul


Melengkapi lima pilihan 8
Asosiasi dengan lima pilihan 6
Melengkapi berganda 4
Analisis hubungan antar hal 7
Analisis kasus 3

Apabila dalam pemberian skor itu digunakan sanksi berupa denda, maka
skor yang diberikan kepada siswa yang bernama Tigor adalah sebagai
berikut
Tabel 3 : Penentuan skor
Butir Item Model MCI Option Jawaban Jawaban Bobot () Skor yang
Nomor (Q) betul (R) Salah (W) diberikan
1 - 10 Melengkapi 5 8 2 1 7,50
lima pilihan
11
11 -- 20
20 Asosiasi
Asosiasi 5
5 6
6 4
4 1,5
1,5 4,50
4,50
dengan
dengan
lima
lima pilihan
pilihan
21 - 30 Melengkapi 5 4 6 1,5 1,75
21 - 30 Melengkapi 5 4 6 1,5 1,75
berganda
berganda
31 - 40 Analisis 5 7 3 2 5,50
31 - 40 Analisis
hubungan 5 7 3 2 5,50
hubungan
antar hal
antar hal
41 - 50 Analisis 5 3 7 4 - 4,00
41 - 50 Analisis
kasus 5 3 7 4 - 4,00
kasus Total 15,25
Total 15,25
• 
Keterangan:
Untuk mengisi kolom terakhir pada tabel 3 digunakan rumus :
S = R - ()

b. Jika pemberian skor tidak diberikan sanksi berupa denda maka dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : S = R x akan diperoleh :
- Untuk butir item nomor 1 – 10, skornya = 8 x 1 =8
- Untuk butir item nomor 11- 20, skornya = 6 x 1 =6
- Untuk butir item nomor 21- 30, skornya = 4 x 1,5 = 6
- Untuk butir item nomor 31-40, skornya = 7 x 2 = 14
- Untuk butir item nomor 41-50, skornya = 3 x 4 = 12
+

Jadi jumlah skor totalnya .....................................= 49


D. TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGUBAHAN (KONVERSI)
SKOR HASIL TES HASIL BELAJAR MENJADI NILAI

1. Perbedaan antara Skor dan Nilai


- Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberi angkan angka) diperoleh dengan jalan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
- Skor mentah (raw score) untuk dirubah menjadi nilai masih memerlukan pengolahan atau
pengubahan (konversi)
- Nilai adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar
kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan sesui
dengan tujuan yang telah ditentukan
- Nilai pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee
dalam tes hasil belajar artinya makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul maka
semakin tinggi nilainya.
- Skor-skor mentah perlu diolah sehingga dapat diubah (dikonversi) menjadi skor yang sifatnya baku
atau standar (standar score).

2. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar
(Standard Score)
Ada dua hal penting yang perlu dipahami dalam pengolahan skor mentah manjadi standar (nilai) yaitu::
a. Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi nilai ada dua cara
1). Pengolahan dan perubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mangacu pada
kriterium (patokan) yang sering dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2). Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu
pada norma yang sering dikenal dengan nama Penilaian Acuan Norma (PAN)
b. Pengolahan dan pengubahan skor menjadi nilai dapat
menggunakan berbagai macam skala, seperti:
- Skala lima (stanfive) yaitu berskala lima atau sering dikenal
dengan nilai huruf A, B, C, D, E,
- Skala sembilan (stannine) di mana rentangan nilainya mulai dari
1 sampai 9 (tidak ada nilai 0 dan nilai 10),
- Skala sebelas (staneleven = standard eleven= eleven points
scale) yaitu rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10,
- z score (nilai standar z)
- T score (nilai standar T)
- Nilai standar yang dipergunakan pada pendidikan dasar dan menengah adalah
nilai standar berskala sebelas sedangkan pada pendidikan tinggi pada umumnya
menggunakan nilai standar berskla lima (stanfive) atau nilai huruf.
a. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi
nilai standar dengan berdasarkan diri atau mengacu pada kriterium (criterion
referenced evaluation)
Penilaian beracuan kriterium didasarkan pada asumsi :
1). Hal-hal yangtertentu, dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara
baik sebelum testee maju atau sampai pada taraf selenjutnya yang
harus dipelajari testee adalah mempunyai struktur hierarkis.
2).Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai
tuntas sehingga dapat disusun alat pengukurnya
- Dalam penentuan nilai hasil tes hasil belajar yang menggunakan acuan
kriterium (PAP), nilai yang diberikan kepada testee harus didasarkan pada
standar mutlak (standard absolut) artinya pemberian nilai kepada testee
dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes
yang dimiliki oleh masing-masing individu testee, dengan skor maksimum
ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh testee kalau saja seluruh soal
tes dapat dijawab dengan betul.
- Pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan,
tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-
masing individu teste, mutlak ditentukan oleh besar kecilnya skor yang
dapat dicapai oleh masing-masing testee yang bersangkutan .
Nilai Standar mutlak = x 100
 
Contoh : Nilai skor mentah mata pelejaran fisika dari 5 orang
siswa yang skor maksimumnya misalnya 120, maka dengan
menggunakan rumus nilai standar mutlak akan diperoleh
masing-masing nilainya seperti pada tabel di bawah ini.

No. Urut Skor Mentah Skor Maksimum Nilai


Siswa Ideal
1 60 120 50
2 40 120 33
3 80 120 67
4 30 120 25
5 75 120 62
- Nilai yang berwujud angka yang penentuannya didasarkan pada standar mutlak
sebenarnya adalah merupakan angka persentase (%) mengenai tingkat
kedalaman atau tingkat penguasaan testee terhadap materi tes yang
dihadapkan kepada mereka.
- Dalam oernyataan tersebut mengandung makna bahwa nilai yang
penentuannya didasarkan pada standar mutlak menunukkan berapa persen dari
100% tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan telah dicapai oleh
testee.
- Contoh:
Nilai siswa 50 artinya siswa tersebut hanya mampu memahami 50% dari tujuan
instruksional khusus yang ditentukan, dst.
- Tes yang beracuan kriterium (patokan) harus memiliki sifat handal baik dilihat dari segi
derajat kesulitan itemnya, daya pembeda itemnya, fungsi distraktornya, validitas dan
reliabilitasnya.
b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah tes hasil belajar
menjadi nilai standar dengan mengacu pada norma atau kelompok
(Norm Referenced Evaluation)
Penilaian Acuan Norma (PAN) menggunakan asumsi sebagai berikut:
1). Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya homogen akan selalu didapati
kelompok baik (tinggi), kelompok sedang (tengah) dan kelompok kurang (bawah).
Pada setiap pengukuran dan penilaian hasil belajarpeserta didik sebagian besar dari
peserta didik tersebut nilai hasil belajarnya terkonsentrasi di sekitar nilai pertengan
(nilai rata-rata) hanya sebagian kecil saja yang nilainya sangat tinggi dan sangat
rendah (penyebaran nilai hasil tes tersebut dalam kurva normal)
2). Tujuan hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relatif (relative
standing) dari peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi yaitu
apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di atas di
tengah atau di bawah.
- Penilaian beracuan norma (nilai secara relatif), skor mentah
hasil tes yang dicapai oleh seseorang peserta tes
diperbandingkan dengan skor mentah hasil tes yang dicapai
oleh peserta tes lain, sehigga kualitas yang dimiliki oleh
seseorang peserta tes akan sangat tergantung kepada kualitas
kelompoknya.
• 
- Penentuan nilai dengan menggunakan standar relatif sangat cocok untuk
pada tes-tes sumatif, USBN dll sebab dipandang lebih adil dan bersifat
manusiawi
- Prestasi kelompok dihitung dengan menggunakan metode statistik, dimana
prestasi kelompok atau nilai rata-rata kelas adalah identik dengan rata-rata
hitung (arithmetic mean) yang dapat digunakan dengan rumus berikut:
- Langkah – langkah pengelolaan data dengan pendekatan PAN adalah
sebagai berikut:
a. Mencari skor mentah setiap peserta didik
b. Menghitung rata-rata ( ) aktual dengan rumus :
• 
aktual Md + i
Keterangan:
Md = mean duga
f = frekuensi
d = deviasi
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i = interval
•  Menghitung simpangan baku (s) aktual dengan rumus:
c.

d. Menyusun pedoman konversi.


Contoh:
Diketahui: 52 orang peserta didik mengikuti Ujian Akhir semester mata
pelajaran Bahasa Inggris dan memperoleh skor mentah sebagai berikut:
32 20 35 24 17 30 36 27 37 50
36 35 50 43 31 25 44 36 30 40
27 36 37 32 21 22 42 39 47 28
50 27 43 17 42 34 38 37 31 32
22 31 38 46 50 38 50 21 29 33
34 29
Pertanyaan: tentukan nilai peserta didik dengan pendekatan PAN!
Langkah-langkah penyelesaian:
a. Menyusun skor terkecil sampai dengan skor terbesar seperti berikut:
17 25 30 34 37 42 50
17 27 31 34 37 42 50
20 27 31 35 37 43 50
21 27 31 35 38 43 50
21 28 32 36 38 44
22 29 32 36 38 46
22 29 32 36 38 46
22 29 32 36 39 47
24 30 33 36 40 50

Selanjutnya data ini ditabulasikan dalam daftar distribusi frekuensi, yaitu


mengelompokkan data sesuai dengan kelas interval. Untuk membuat kelas
interval dapat digunakan rumus Sturges. Adapun langkah-langkah
perhitungannya adalah sebagai berikut:
•   Mencari rentang (range), yaitu skor terbesar dikurang skor
1)
terkecil.
Skor terbesar = 50
Skor terkecil = 17 -
Rentang = 33
2) Mencari banyak kelas interval:
Banyak kelas = 1 + (3,3) log. n
= 1 + (3,3) log 52
= 1 + (3,3) (1,7160)
= 1 + 5,6628
= 6,628
= 7 (dibulatkan)
3) Mencari interval kelas:
4) Menyusun daftar distribusi frekuensi:
Tabel 9.9
Distribusi Frekuensi Skor Tes Bahasa Inggris
Kelas Interval Tally Frekuensi
47-51 6
42-46 6
37-41
37-41 8
8
32-36
32-36 12
12
27-31
27-31 11
11
22-26
22-26 4
4
17-21 5
17-21 5
Jumlah 52
Jumlah 52
b. Menghitung rata-rata aktual:
Tabel 9.10.
Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku Aktual

Kelas Interval F D Fd
47-51 6 +3 18 54
42-46
42-46 6
6 +2
+2 12
12 24
24
37-41
37-41 8
8 +1
+1 8
8 8
8
32-36
32-36 12
12 0
0 0
0 0
0
27-31 11 -1 -11 11
27-31 11 -1 -11 11
22-26 4 -2 -8 16
22-26 4 -2 -8 16
17-21 5 -3 -15 45
17-21 5 -3 -15 45
Jumlah 52 4 158
Jumlah 52 4 158
 ´ ∑ 𝒇𝒅 𝟒
𝑿 (
= 𝑴𝒅 +
𝒏 ) ( )
𝒊= 𝟑𝟒+
𝟓𝟐
𝟓=𝟑𝟒 ,𝟑𝟖
•   Menghitung simpangan baku aktual:
c.

d. Menyusun pedoman konversi:


1) Skala Lima (0-5):

Dengan demikian, skor 32 nilainya C, skorE20 nilainya E, skor 35 nilainya C, skor


24 nilainya D, dan skor 17 nilainya E.
•   2) Skala Sepuluh (0-10):
10

8
7

6
5

1
0

Dengan demikian, skor 32 nilainya = 4, skor 20 nilainya = 2, skor 35 nilainya = 5, skor


24 nilainya = 3, dan skor 17 nilainya = 1
•   3) Skala Seratus (0-100) atau T skor
Rumus: T – skor =
Keterangan:
50 dan 10 = bilangan tetap
X = skor mentah yang diperoleh setiap peserta didik
= rata-rata
s = simpangan baku
Contoh:
Diketahui: Peserta didik A memperoleh skor mentah 35. Rata-rata =
34,38 dan simpangan baku= 8,79. Dengan demikian, nilai yang
diperoleh peserta didik A dalam skala 0-100 adalah:
•   4) Konversi dengan Z-skor
Z-skor adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya
simpangan baku seseorang berada di bawah atau di atas rata-rata
dalam kelompok tersebut.
Rumus:
Contoh:
Diketahui: skor (X) = 35; rata-rata () = 34,38; simpangan baku (s) =
8,79.
Jadi, Z-Skor =
• 
Secara teori, pendekatan penilaian terdiri atas dua pendekatan seperti telah
dijelaskan di atas, tetapi dalam praktik, kita dapat menggunakan pendekatan
gabungan antara PAP dan PAN. Pendekatan gabungan digunakan dengan
asumsi bahwa pendekatan PAP dan PAN masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Pedoman konversi yang digunakan sama dengan pedoman konversi dalam
PAP dan PAN. Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan rata-rata
dan simpangan baku.
Rata-rata gabungan =
Simpangan baku (SB) gabungan =
Dengan demikian, untuk memperoleh rata-rata gabungan, terlebih dahulu
harus dicari rata-rata ideal dan rata-rata aktual. Begitu juga untuk mencari
simpangan baku gabungan.
•Contoh:
 
Diketahui:

Jadi, gabungan =
=
= 47,19
SB gabungan =
=
= 14,395
Untuk penyusunan pedoman konversi dapat digunakan seperti dalam pendekatan PAP dan
PAN.
Tugas Kelompok

1. Tes hasil belajar mata pelajaran Biologi untuk kels XI SMA menyajikan butir 60
butir item tes obyektif bentuk multiple choice item dengan rincian sebagai berikut
No. Urut Item Model Multiple Choice Item Jumlah Butir Bobot jumlah
Item jawaban betul
1 - 20 Melengkali lima pilihan 20 1
20 - 30 Asosiasi dengan lima 10 1,5
pilihan
31 - 45 Melengkapi berganda 15 2
46 - 55 Analisis hubungan antar 10 3
hal
56 - 60 Analisis kasus 5 4

Dalam tes tersebut siswa yang bernama Dedi dari 60 butir item tes tersebut yang
dapat dijawab dengan betul adalah sebagai berikut
Model Multiple Choice Item Jawaban Betul
Melengkapi lima pilihan 12
Asosiasi dengan lima pilihan 8
Melengkapi berganda 10
Analisis hubungan antar hal 7
Analisis kasus 4

Tentukanlah :
a. Berapa skor yang diberikan kepada Dedi apabila dalam pemberian skor hasil tes
tersebut digunakan sanksi berupa denda ?
b. Jika dalam pemberian skor tersebut tidak diberikan sanksi berupa denda ,
berapakah skor yang diberikan kepada Dedi ?

2. Seorang guru menyusun perencanaan tes hasil belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia Butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar tersebut sebanyak 90
butir soal tes obyektif dengan rincian sebagai berikut
Nomor urut Bentuk model item Jumlah butir item Bobot jawaban
item betul
1 – 15 True - false 15 1
16 - 30 Matching 15 1
31 - 45 Completion 15 1
46 - 60 MCI model melengkapi lima 15 1
pilihan
61 - 75 MCI model asosiasi dengan lima 15 2
pilihan
76 - 80 MCI model melengkapi berganda 5 2
81 - 85 MCI model analisis hubungan 5 3
antar hal
86 - 90 MCI model analisis kasus 5 4

Tentukanlah :
a. Berapa skor maksimum ideal dari tes hasil belajar tersebut ?
b. Jika dalam penentuan bagi testee digunakan standar mutlak (criterion referenced
evaluation), berapakah nilai yang diberikan kepada testee yang nama-namanya dan
skor mentah hasil belajar yang dimilikinya, terdaftar dalam tabel berikut ini ?
Nomor Urut Nama Skor Mentah
1 Ali 87
2 Bunyamin 62
3 Margono 122
4 Tigor 41
5 Leni 79
6 Feby 92
7 Agustina 105
8 Ferry 58
9 Febiola 35
10 Celly 111
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai