Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA

“TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PEMBERIAN SKOR TES”

DISUSUN OLEH:

Hanna Salwa Putri


NIM. 22176006

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Andromeda, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan Makalah Evaluasi Pembelajaran Kimia tentang”
Teknik Pemeriksaan dan Pemberian Skor Tes”. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.

Berkaitan dengan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak yang diterima oleh penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, amin.

Padang, Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah kita ketahui bahwa tes hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung bagaimana strategi dan metode yang diterapkan oleh guru. Ada kalanya tes
yang dilakukan secara tertulis, secara lisan, maupun secara praktik. Dengan banyaknya
macam jenis tes, maka guru perlu memahami bagaimana cara memeriksa hasil-hasil tes
yang telah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan hasil tes?
2. Bagaimana teknik pemberian skor tes?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan hasil tes.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemberian skor tes.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Belajar


2.1.1 Teknik pemeriksaan hasil tes tertulis
Ciri dari tes tertulis adalah peserta didik menjawab tes secara tertulis pada lembar
jawaban yang sudah disediakan. Pertanyaan tes bisa disampaikan secara lisan maupun
tulisan. Tes tertulis mampu melihat kemampuan peserta didik dalam teknik penulisan
yang benar, menyusun kalimat menurut kaidah bahasa yang baik dan benar secara
efisien, mengungkap buah pikiran melalui tulisan (Sudijono, 2005).
Teknik yang digunkan dalam penilaian hasil tes tertulis dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk tes subjektif dan tes objektif yang dituangkan dalam instrumen
tes. Tes subjektif digunakan untuk mengukur kemampuan pribadi masing-masing siswa.
Tes yang digunakan dalam tes tertulis biasanya dilakukan dengan menggunakan
instrumen tes uraian.
Menurut Sudijono (2013) cara memeriksa hasil tes tertulis adalah sebagai berikut:
a. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Uraian
Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan
didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan
didasarkan pada prestasi individual), maka cara mameriksanya adalah:
1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan
membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan.
2. Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk
setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee
tersebut.
3. Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan.
Adapaun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan
pada standar relative (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi
kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah:
1. Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh
angota kelomok, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai
keseluruhan jawaban yang ada.
2. Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee.
3. Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan
seterusnya.
4. Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee
dapat diselesaikan, akhirnya dilakukan penjumlahan skor (yang nantinya
akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai.
b. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Objektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban soal-soal tes obyektif pada umumnya
dengan jalan menggunakan kunci jawaban. Menurut Supriyadi (2011) ada
beberapa macam kunci jawaban yang dapat digunakan untuk mengoreksi
jawaban soal tes obyektif, yaitu:
1. Kunci Berdamping (Strip Keys)
Kunci jawaban berdamping ini terdiri atas jawaban-jawaban betul
yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Kunci
jawaban jenis ini digunakan untuk memeriksa jawaban-jawaban yang
ditulis pada kolom 1, yang disusun lurus dari atas ke bawah.
Adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakkan kunci
jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa.
Cocokkanlah jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee dengan
jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee dengan jawaban-jawaban
yang tercantum pada kunci jawaban. Jawaban yang cocok dengan kunci
jawaban diisi/ditulis dengan tanda plus (+), sedangkan jawaban-jawaban
yang tidak cocok dengan kunci jawaban diisi dengan tanda minus (-).
Contohnya:
2. Kunci Jawaban Karbon (Carbon System Keys)
Wujud fisik dari kunci jawaban sistem karbon adalah:

Di atas adalah contoh hasil pekerjaan testee, di mana testee diminta


membubuhkan tanda silang (X) pada salah satu huruf abjad yang
merupakan jawaban yang benar. Kunci jawaban ini diletakkan di atas
lembar jawaban yang sudah ditumpangi karbon. Pada kunci jawaban
telah dibubuhi tanda berupa lingkaran-lingkaran untuk setiap jawaban
yang betul. Jawaban testee yang berada di luar lingkaran adalah salah,
sedangkan jawaban yang berada di dalam lingkaran adalah betul.
3. Kunci Jawaban Tusukan (Pinprick System Keys)
Pada dasarnya kunci sistem tusukan adalah sama dengan kunci sistem
karbon. Letak perbedaannya ialah, bahwa pada kunci jawaban sistem
tusukan ini, untuk jaaban betul diberi tusukan dengan jarum besar atau
paku, atau alat penusuk lainnya, sementara lembar jawaban berada di
bawahnya.
4. Kunci Berjendela (Window Keys)
Apabila kunci berjendela ini akan digunakan untuk mengoreksi
jawaban, maka prosedur kerja yang dilakukan adalah:
a) Ambillah blanko lembar jawaban yang masih kosong (belum
digunakan).
b) Jawaban yang betul kita beri lubang seolah-olah seperti jendela.
c) Lembar jawaban testee kita letakkan di bawah kunci berjendela.
d) Melalui lubang-lubang tadi, kita buat garis vertikal dengan pensil
bewarna. Jika garis-garis itu tepat mengenai tanda silang yang dibuat
oleh testee pada lembar jawaban, maka ini berarti jawaban betul dan
sebaliknya.
Sebagai catatan, perlu ditambahkan bahwa sehubungan dengan
kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, lembar-lembar
jawaban soal ujian yang sudah dipersiapkan secara matang,
pengoreksiannya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa komputer.
2.1.2 Teknik pemeriksaan hasil tes lisan
Pemeriksaan hasil tes lisan pada umumnya cenderung bersifat subyektif. Hal ini
kiranya mudah dipahami, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan
lembar-lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan
dengan individu-individu atau makhluk hidup yang masing-masing mempunyai ciri-ciri
atau karakteristik yang berda, sehingga terbuka peluang bagi tester untuk bertindak
kurang atau bahkan tidak objektif (Supriyadi, 2011).
Dalam hal pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban testee hendaknya dikendalikan
oleh pedoman yang pasti menurut Supriyadi (2011), yaitu:
a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee. Maksudnya adalah jawaban-
jawaban yang diberikan oleh testee sudah memenuhi atau mencakup semua
unsur yang seharusnya ada, sesuai dengan pedoman jawaban betul yang telah
disusun oleh tester.
b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban. Maksudnya apakah dalam
memberikan jawaban-jawaban lisan yang diajukan kepada testee itu cukup
lancar sehingga mencerminkan tingkat kedalaman atau tingkat pemahaman
testee terhadap materi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya.
c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan. Artinya jawaban panjang lebar dan
dikemukakan secara lancar di hadapan tester, belum tentu merupakan jawaban
yang benar. Karena itu tester harus benar-benar memperhatikan jawaban-
jawaban testee tersebut, apakah mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau
sebaliknya.
d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya. Artinya apakah
jawaban yang diberikan testee itu diberikan dengan penuh keyakinan akan
kebenarannya ataukah tidak. Jawaban lisan yang disampaikan dengan nada
ragu-ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai
materi yang ditanyakan dalam tes lisan tersebut.
e. Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan-pertanyaan lisan yang termasuk
kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab betul oleh testee.
2.1.3 Teknik pemeriksaan hasil tes perbuatan
Jika pada tes tertulis pemeriksaan hasilnya dilakukan dengan membaca lembar-
lembar jawaban testee, dan pada tes lisan pemeriksaannya dilakukan lewat jawaban-
jawaban lisan yang diberikan oleh testee terhadap butir-butir soal yang diajukan secara
lisan, maka pada tes perbuatan, pemeriksaan hasil-hasilnya dilakukan dengan
menggunakan observasi (pengamatan). Sasaran yang diamati adalah tingkah laku,
perbuatan, sikap, dan sebagainya (Supriyadi, 2011).
Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan diperlukan adanya instrumen tertentu dan
setiap gejala yang muncul diberi skor-skor tertentu pula. Mengenai format untuk
penilaian sikap sepenuhnya diserahkan kepada guru yanng bersangkutan, tentunya
disesuaikan dengan hal-hal yang akan diobservasikan (Supriyadi, 2011).
2.2 Teknik Pemberian Skor Tes
Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan
hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka.
Dengan kata lain, pemberian skor itu merupakan tindakan kuantifikasi terhadap
jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar (Supriyadi, 2011).
Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan
bentuk sola-soal yang dikeluarkan dalam tes, apakah menggunakan tes uraian atau tes
objektif (Supriyadi, 2011).
2.2.1 Pemberian skor tes uraian
Pada tes uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri pada bobot yang
diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukarannya atau atas dasar banyak
sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling benar.
Sebagai contoh, guru membuat lima butir soal. Di mana kelima soal tersebut
derajat kesukarannya adalah sama dan unsur-unsur yang ada pada tiap soal dibuat sama
banyak. Sehingga, guru menetapkan bahwa peserta didik yang dapat menjawab dengan
jawaban paling betul diberikan skor 10, jika hanya betul setengah diberikan skor 5, jika
hampir betul semuanya diberikan skor 9, dan seterusnya.
Apabila butir-butir soal yang disajikan tidak memiliki derajat kesukaran yang
sama, atau jumlah unsur yang terdapat pada setiap butir soal adalah tidak sama, maka
pemberian skornya harus berpegang kepada derajat kesukaran dan jumlah unsur yang
ada pada tiap soal (Supriyadi, 2011).
Contohnya, apabila guru membuat lima soal tes uraian, soal pertama diberi skor
maksimum 8, skor kedua diberi skor maksimum 10 dan seterusnya. Jika peserta didik
menjawab soal pertama hanya benar setengahnya maka nilai yang diperoleh adalah 8 x
½ = 4. Demikian seterusnya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam memberikan skor tes uraian, hendaknya yang
melakukan penskoran adalah si pembuat soal itu sendiri, tidak bisa diwakilkan oleh
orang lain. Karena, soal yang sudah dibuat berdasarkan unsur-unsurnya dan tingkt
kesukaran hanya pembuat soal lah yang tahu (Supriyadi, 2011).
2.2.2 Pemberian skor tes bentuk objektif
Secara sederhana, cara memberikan skor terhadap tes bentuk objektif dapat
dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan memberikan skor 0
untuk jawaban salah. Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh
dari semua soal. Beberapa jenis tes objektif, antara lain tes benar salah (true false),
pilihan ganda (multiplechoice), menjodohkan (matching), melengkapi isian
(completion), dan jawaban singkat (short answer) (Mardapi, 2004).
Puspendik (2019) mengatakan bahwa dalam melakukan penilaian, hendaklah
berpatokan kepada pedoman penskoran, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Periksalah jawaban dan cocokkan dengan pedoman penskoran.
2. Setiap jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban diberi skor 1, sedangkan
yang tidak sesuai diberi skor 0. Tidak ada skor selain 0 dan 1.
3. Hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor soal.
4. Perhitungan nilai soal menggunakan rumus:
skor perolehan
Nilai tiap soal= x bobot
skor maksimum
Jumlahkan semua nilai yang telah diperoleh. Jumlah ini disebut nilai akhir dari
satu perangkat tes.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan
didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara mutlak akan
didasarkan pada prestasi individual).
2. Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan
dengan bentuk sola-soal yang dikeluarkan dalam tes, apakah menggunakan tes
uraian atau tes objektif
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk materi yang telah
dipaparkan.
DAFTAR PUSTAKA

Mardapi, D. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: Program Pascasarjana,


UNY.
Pusat Penilaian Pendidikan. 2019. Panduan Penilaian Tes Tertulis. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan.
Supriadi, G. 2011. Pengantar dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Malang: Intimedia.

Anda mungkin juga menyukai