Anda di halaman 1dari 20

1.

Teknik Pemeriksaan, Pemberian Skor dan Pengolahan


Tes Hasil Belajar
13 Jan

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASSESMEN

Asesmen adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang
mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang dapat
diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama
pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang
sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai.

Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :

1. Menurut Robert M Smith (2002)

“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan
dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

2. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis

“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan
apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun
program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.

3. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)

 Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi

 Memilih dan mendesain program treatmen

 Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.

 Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

4. Menurut Lidz 2003


Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala
dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran
penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai berikut :

Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka menyusun suatu
program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan pembelajaran secara tepat.

2.2 Tujuan Asesmen

1. Menurut Robb

 Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak

 Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak

 Untuk merancang individualisasi pendidikan

 Untuk memonitor kemajuan anak secara individu

 Untuk mengevaluasi kefektifan program.

2. Menurut Sumardi & Sunaryo (2006)

 Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak
saat ini

 Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung
lingkungan yang dibutuhkan anak

 Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan


khususnya dan memonitor kemampuannya.

3. Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti dikutif Lerner (1988: 54)

Asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :

 Penyaringan (screening)

 Pengalihtanganan (referal)

 Klasifikasi (classification)

 Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)


 Pemantauan kemjuan belajar anak (monitoring pupil progress)

Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
“Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan
asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak sebagai
bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan layanan /
intervensi secara tepat.

 Ruang Lingkup

 Motorik

 Kognitif

 Emosi

 Perilaku adaptif

 Bahasa

2.3 TEKNIK PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR DAN PENGOLAHAN TES HASIL


BELAJAR

Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi
angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam
instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka
dari setiap butir soal yang telah di jawab oleh test dengan benar, dengan mempertimbangkan
bobot jawaban betulnya.

1. Teknik pemeriksaan hasil tes tertulis

Sebagai mana telah dibahas dalam materi sebelumnya bahwa tes hasil belajar yang
diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil belajar
tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk tes hasil itu
memiliki karakteristik yang berbeda.

1. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian

Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera
membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci jawaban ini digunakan sebagai pegangan atau
patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap tes hasil tes uraian dengan cara
membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan kunci jawaban yang dibuat
oleh tester.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil – hasil tes hasil tes uraian ini terdapat dua hal yang harus
dipertimbangkan yaitu:

1. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes hasil belajar

Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan pada
standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :

 Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci
jawaban yang sudah dibuat.

 Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut, tester
dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban teste
tersebut.

 Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.

2. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relatif

Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai didasarkan pada standar relatif maka
prosedur pemeriksaannya sebagai berikut :

 Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan oleh selurus teste
sehingga diperoleh gambaran maka dapat diketahui mana teste yang lengkap,kurang
lengkap dan tidak tepat sama sekali.

 Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban yang tepat diberi skor 5,
kurang tepat 3.

 Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat dilakukan penjumlahan
skor yang nantinya dijadikan bahan untuk mengolah nilai.

1. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk objektif

Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan dengan
jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat
dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut :

1) Kunci berdampingan ( strip keys )

Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu
kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan
kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa kemudian
cocokanlah dengan lembar jawaban yang diberikan oleh tested an apabila jawaban yang
diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila salah diberi tanda ( – ).
2) Kunci system karbon ( carbon system key )

Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanfda silang ( X ) pada salah satu
jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste
tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester
memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat
diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada
didalam adalah benar.

3) Kunci system tusukan ( panprick system key )

Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak
perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku
atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban teste berada dibawahnya, sehingga tusukan
tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan
dsedangkan yang salah tidak.

4) Kunci berjendela ( window key )

Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut :

1. a) Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong

2. b) Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela

3. c) Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela

4. d) Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna
sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.

5. Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes lisan

Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee
pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu
tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati,
melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing mempunyai
cirri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau
bahkan tidak objektif.

Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh
pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut :

1. a) Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee.


Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah
memenuhi semua unsure yang seharusnya ada dan sesuai dengan pedoman/ kunci jawanban yang
telah disusun oleh tester

1. b) Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban

Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee
itu cukup lancer sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan
yang diajukan kepadanya

1. c) Kebenaran jawaban yang dikemukakan

Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum tentu
merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban
testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau
sebaliknya.

1. d) Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya

Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan kebenarannya atau
tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu merupakan salah satu indicator
bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya tersebut.

Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsure lain yang dirasa perlu dijadikan bahan
penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi penguji ( tester )

3. Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes perbuatan

Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil – hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan
observasi ( pengamatan ). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan
lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument
tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.

Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang
melaksanakan praktek mengajar, aspek – aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan skor
minimum 1 (satu) dan maksimum 5 (lima).

1. Pemberian skor pada tes uraian

Pada tes uraian ini, pemberian skor umumnya mendasar pada bobot soal yang diberikan pada
setiap butir soal, atas dasar tingkat kesulitan atau banyak sedikitnya unsure yang harus terdapat
dalam jawaban yang dianggap jawaban paling benar.

Sebagai contoh misalkan tes subyektif memberikan lima butir soal, pembuat soal (tester) telah
menetapkan bahwa kelima butir dari soal tersebut mempunyai derajat kesukaran yang sama dan
unsure yang terdapat pada setiap butir soal telah dibuat sama banyaknya, maka atas dasar itu
tester dapat menetapkan bahwa setiap jawaban yang dijawab oleh testee benar diberikan skor
maksimum 10 jika hanya benar setengahnya maka diberi 5 dan apa bila tidak menyangkut sama
sekali diberi skor 0 dan seterusnya.

2. Pemberian skor pada tes obyektif

Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction for
guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian skor pada tes obyektif ini
dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:

1. Untuk tes obyektif ben true-false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila
seorang testee menjawab dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab
salah maka skornya 0 (nihil).

Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua
macam rumus yaitu:

 Rumus yang memperhitungkan denda yaitu:

S = R – W dibagi o – 1

Dimana :

S = skor yang dicari

R = jumlah jawaban benar

W = jumlah jawaban salah

O = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah

1 = bilangan konstan

 rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu :

S=R

1. sedangkan untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan skor
akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga rumus yang
digunakan yaitu :

S=R

1. adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu dari
dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak
memperhitungkan denda.
 Rumus perhitungan skor dengan memperhitungkan denda :

S = R – ( W dibagi o – 1 )

 Sedangkan untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu:

S=R

Sasaran yang diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan sebagainya. Untuk dapat menilai
hasil tes perbuatan diperlukan instrumen-instrumen tertentu dan setiap gejala yang muncul
diberikan skor tertentu

2.4 Pemberian Skor

2.4.1 Pengertian

Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi
angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam
instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).

Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka
dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot
jawaban betulnya. ( Mali El-Bustani)

1. Perbedaan Antara Skor dan Nilai

Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (=memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan
menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul,
dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah
angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah
sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar.

Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa
besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan,
sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya juga
melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee atas jawaban betul yang
diberikan oleh testeedalam hasil tes belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat
dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan semakin
tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan betul itu hanya sedikit,
maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil atau rendah.

2. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes, Hasil Belajar Menjadi Nilai
Standar (Standard Score)
Ada dua hal penting dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau
nilai, yaitu:

1) Dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara, yaitu:

1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium (patokan).

2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok.

2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai
macam skala, yaitu: skala lima dengan nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala Sembilan dengan nilai
1 sampai dengan 9. Skala sebelas dengan rentang nilai mulai dar 0 sampai dengan 10.

1. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar
dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada kriterium

2. Hal-hal yang harus dipelajari oleh tesetee adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu,
dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju atau
sampai pada taraf selanjutnya.

3. Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas. Atau
setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya.

1. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar
dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada Norma atau Kelompok

Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar dengan
mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok serinh dikenal dengan istilah PAN
(singkatan dari Penilaian berAcuan Norma) atau PAK (singkatan dari Penilaian berAcuan
Kelompok).

Penilai beracuan kelompok ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:

1) Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin, berbeda
latar belakang pendidikan dan sebagainya), yang distribusinya membentuk kurva normal atau
kurva simetrik. Asumsi ini mengandung bahwa pada setiap kegiatan pengukuran dan penilaian
hasil belajar peserta didik, sebagaian dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya
terkonsentrasi atau memusat di sekitar nilai pertengahan dan hanya sebagian kecil saja yang
nilainya sangat tinggi atau sangat rendah.

2) Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative dari para peserta tes
dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di
“atas”, di “tengah”, ataukah di “bawah”.
Dalam hal ini yang berhubungan dengan nilai standar kiranya perlu diketahui bahwa dalam dunia
evaluasi pendidikan, khususnya evaluasi hasil belajar dikenal berbagai jenis nilai standar, seperti:

1. Nilai standar berskala lima, yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu nilai A,
B, C, D dan F.

2. Nilai standar brskala Sembilan, yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari
1 sampai dengan 9.

3. Nilai standar berskala sebelas, yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai
dengan nilai 10.

4. Nilai standar z.

5. Nilai standar T.

1. Pengubahan Skor Mentah Hasil Menjadi Nilai Standar Berskala Lima

1) Mengatur, menyusun dan menyajikan skor-skor mentah hasil ujian dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.

2) Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi kelompok, dan
deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah hasil ujian yang dicapai oleh
peserta didik.

3) Mengubah skor-skor mentah menjadi nilai standar skala lima.

4) Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing-masing individu mahasiswa


menjadi nilai standar berskala lima (nilai huruf A, B, C, D dan E).

2. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sembilan

Nilai standar berskala Sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai 0 dan nilai 10. Nilai
standar tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia. Berhubung dengan itu dirasa tidak perlu
untuk menyajikan contoh penggunaan praktisnya.

3. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sebelas

Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10. Jadi disini
akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.

4. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar z

Nilai standar z umumnya dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari
berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda. Nilai standar z yang diperoleh dengan rumus:
Dimana: z = z score

x = Deviasi skor X, yaitu selisih antara skor X dengan Mx.

SDx = Deviasi standar dari skor-skor X.

5. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar T

T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesarr 50 (M=50) dan devisiasi standar
sebesar 10 (SD=10). T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan z score dengan angka
10, kemudian ditambah dengan 50:

T score = 10 z + 50 atau

T score = 50 + 10 z

2.4.2 Teknik Pengolahan Data

Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik. Menurut
Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang
harus di tempuh.

1) Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban,
kunci scoring dan pedoman konversi.

2) Mengubah skor mentah menjadi skor standar

3) Menkonversikan skor standar kedalam nilai

4) Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.

Adapun cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan
bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive
test)

1. Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian

Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir
soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau banyak
sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap paling benar.

Menurut Zainal Arifin (2011:223) system bobot ada dua macam:

Pertama bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.
Rumus : skor = ΣX

Σs

Keterangan:

ΣX= jumlah skor

S = jumlah soal

Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.

Rumus: skor = ΣXB keterangan:

ΣB TK = Tingkat kesukaran

X = skor tiap soal

B = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal

ΣXB = jumlah hasil perkalian X dengan B

1. b) Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif

Ada dua cara untu memberikan skor pada bentuk tes objektif:

1. Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula)

Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat
kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal
1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan
skor 0.

1. Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula)

Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya.

Adapun rumus-rumus tebakan sebagai berikut:

 Bentuk Benar-salah (True or False)

S = ΣB- ΣS

Keterangan:
S = skor yang dicari

ΣB = Jumlah Jawaban yang benar

ΣS = Jumlah Jawaban yang Salah

 Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)

S = ΣB – ΣS

n-1

keterangan:

S = skor yang dicari

ΣB = Jumlah Jawaban yang benar

ΣS = Jumlah Jawaban yang Salah

n = Alternatif jawaban yang disediakan

 = Bilangan Tetap

2.4.3 Skor Total (Total Skor)

Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari penjumlahan
angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh testee, dan
memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil
konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan pengaturannya dengan standar
tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang kemampuan testee terhadap materi atau bahan
yang diteskan.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang
telah didapat masih merupakan skor mentah (raw score) dan perlu diolah sehingga skor dapat
berubah menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor yang dimaksudkan untuk menetapkan batas
lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi terjabar (drived score) atau
menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard Score). Untuk menentukan batas lulus
maka harus dihitung terlebih dahulu rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation),
kemudian mengubah skor mentah menjadi skor terjabar atau skor standar.

2.4.4 Konversi Skor

Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik kedalam skor
terjabar atau standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor
stdandard atau nilai yaitu :

1. a) Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua
cara yang dapat ditempuh yaitu :

1) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada
kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal
dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan
istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.

2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau
kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia
pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN)

1. b) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala,
misalnya : skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah
nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala
sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan
>10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0
sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T).

2.4.5 Cara Memberi Skor Skala Sikap

Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat penilaian model
skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan
negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat
Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat
(TB).

2.4.6 Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor

Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau kinerja. Untuk
mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes
identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang
dari Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2), sampai dengan Tidak Baik (1).

2.5 Verifikasi

Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan lain
sebagainya. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang
dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok
individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang mengabarkan
gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah.
2.5.1 Penafsiran skor tiap siswa

Skor setiap siswa tidak dapat ditafsirkan sendiri artinya pasti melibatkan kelompok tersebut.Skor
tiap siswa ditafsirkan tanpa menghubungkannya dengan siswa lain dalam kelompok tes. Selain
perbedaan yang tersebut dalam tabel, masih ada perbedaan-perbedaan lain, misalnya:

1. a) Setiap pendekatan memerlukan persyaratan tertentu, misalnya untuk PAP guru harus
menjabarkan TIU menjadi TIK.

2. b) Harus ada tes formatif untuk memantau PBM dan melaksanakan pengajaran remidial
(jika diperlukan).

3. c) Perencanaan tes harus matang, perlu ada kisi-kisi.

2.5.2 Melakukan verifikasi data

Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan
pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila evaluasi hasil belajar
itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan
menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau
questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik non tes.

Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses
penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.

2.6 Standar Penilaian

Menurut Badan Standar Nasional Penilaian (BSNP), Penilaian adalah prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik.

2.6.1 Standar penilaian oleh Pendidik

Menurut BSNP, standar penilaian oleh peserta didik mencakup beberapa standar berikut ini:

1) Standar Umum Penilaian

Merupakan aturan main dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan penilaian. Adapun prinsip-
prinsipnya, yaitu:

1. Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran serta jenis
informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik.

2. Informasi yang dihimpun mencangkup ranah-ranah yang sesuai dengan standar isi dan
standar kompetensi lulusan.
3. Informasi mengenai perkembangan prilaku peserta didik dilakukan secara berkala pada
kelompok mata pelajarn masing-masing.

4. Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol, baik yang bersifat
positif maupun negative dalam buku catatan perilaku.

5. Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan tengah


semester dan tiga kali menjelang ulangan akhir semester.

6. Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan.

7. Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik atas hasil
kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan.

8. Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk setiap peserta
didik yang berada dibawah tanggung jawabnya.

9. Pendidik melakukan ulangan tangah dan akhir semester untuk menilai penguasaan
kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi (SK) dan standar lulusan
(SL).

10. Pendidik yang dibei tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan kegiatan
peserta didik kepada wali kelas.

11. Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan paa pihak lain
tanpa ijin dengan yang bersangkutan atau kepada orang tua/wali murid.

2) Standar Perencanaan Penilaian

Merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik. Ada tujuh prinsip standar
perencanaan penilaian:

1. Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana
pembelajarannya.

2. Pendidik haru mengembangkan criteria pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai dasar
penilaian.

3. Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilaiannya sesuai dengan


indicator pencapaian KD .

4. Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik tentang aspek-
aspek yang dinilai dan criteria pencapaiannya.

5. Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian terhadap ke dalam kisi-kisi penilaian.


6. Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi
dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan.

7. Pendidik menggunakan acuan criteria dalam menentukan nilai peserta didik.

3) Standar Pelaksanaan Penilaian

Standar pelaksanaan oleh pendidik meliputi:

1. Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan re rencana penilaian yang telah
disusun awal kegiatan pembelajaran.

2. Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada

3. Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada persyaratan


instrument serta menggunakan acuan criteria.

4. Pendidik menjamin pelaksanaan ulanagn dan ujian yang bebas dari kemungkinan
terjadinya tindak kecurangan.

5. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar
yang bersifat mendidik.

4) Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian

Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian oleh pendidik meliputi:

1. Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai.

2. Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot tertentu sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.

3. Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan masing-
masing peserta didik.

4. Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan potensi peserta
didik yang disampaikan kepada wali kelas.

5. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru
untuk menentukan kenaikan kelas.

6. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat dewan guru
untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan dengan mengacu
pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan.
7. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang tua/wali
peserta didik.

5) Standar Pemanfaatan Hasil penilaian

Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada lima standar
pemanfaatan hasil penilaian, yaitu:

1. Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan pencapaian


standar kompetesi (SK) dan dan kompetensi dasar (KD)

2. Pendidik menyampaikan balikan kepadan peserta didik tentang tingkat capaian hasil
belajar pada setiap KD disertai dengan dengan rekomondasi tindak lanjut yang harus
dilakukan.

3. Bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus melakukan
pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang
dipersyaratkan.

4. Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasanyang dipersyaratkan dan
dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan.

5. Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan


pembelajaran dan merencanakan barbagai upaya tindak lanjut.

2.6.2 Standar penilaian oleh Satuan Pendidikan

Ada dua pokok yang harus diperhatikan dalam penilaian hasil belajar menurut standar ini:

1) Standar penentuan pendidikan kelas, standar ini terdiri dari tiga hal pokok, yaitu:

1. Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan kenaikan


kelas.

2. Satuan pendidikan menetapkan Sandar ketuntasan Balajar Minimal (SKBM) pada setiap
mata pelajaran. SKBM harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

3. Satuan Pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan


kenaikan kelas setiap peserta didik.

2) Standar Penentuan kelulusan

1. Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah pada
kelompok mata pelajaran IPTEKS.
2. Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan nilai
akhir peserta didik.

3. Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan criteria kelulusan


yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.19/2005 pasal 7 ayat (1)

DAFTAR PUSTAKA

Sukardi. E, dan Maramis. W. F. Penilaian Keberhasilan Belajar,Jakarta: Erlangga:University


Press,1986.

Bistok Sirait. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang Press, 1985.

Atwi Suparman, Desain Instruksional, Jakarta: PAU ,1997.

Arikunto, Suahrsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosda karya,

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Iklan

Bagikan ini:

 Twitter

 Facebook1

 Google

Tinggalkan komentar

Ditulis oleh sharingilmuagama pada 13 Januari 2015 in Tak Berkategori

← Pura Keluarga/Kawitan
Ajaran Susila Dalam Siwa Sesana →

Tinggalkan Balasan
 Nama Kelompok

1. Ni Luh Pajar Ariani

2. Oka Sintya Listari A.A

3. Ni Made Mery Setya Dewi

4. Ni Wayan Desi Sudhartini

 Kalender

Januari 2015
S S R K J S M

1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31

Anda mungkin juga menyukai