Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
empat ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah sensorimotor, dan ranah sosial.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka
evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik,
baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), segi pengamalannya (aspek
sensorimotor), dan segi sosial.
Keempat aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa
mengacu kepada empat jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (sensorimotor domain)
d) Ranah sosial
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus
dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar. Diantara keempat ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.

Rumusan Masalah
a. Bagaimana konstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan isian?
b. Bagaimana konstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotor?
Tujuan
a. Untuk mengetahui konstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan
isian.
b. Untuk mengetahui konstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotor.

BAB II
PEMBAHASAN

Mengonstruksi Instrumen Asesmen Ranah Kognitif dan Sensorimotor

A. Tes Tertulis untuk Mengukur Kemampuan Kognitif


Tes tertulis untuk mengukur kemampuan kognitif dapat dibedakan berdasarkan jenjang
kemampuan kognitif yang akan diukur. Di antara para ahli, ada yang membedakan tes untuk
mengukur kemampuan kognitif atau berpikir berorder/berperingkat rendah dan tes untuk
mengukur kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir berorder tinggi (high order
thinking). Kemampuan kognitif/berpikir berorder rendah mencakup kemampuan
mengingat/mengetahui, memahami, dan menerapkan. Kemampuan kognitif/berpikir berorder
tinggi mencakup kemampuan menganalisis, mengevaluasi, menyintesis, berimajinasi, dan
mengkreasi.
Menurut Gronlound (1998), bentuk tes tertulis dapat berupa tes pilihan (selected
response test) dan bentuk mengisikan (supply response test). Tes bentuk pilihan antara lain
berupa pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Tes bentuk mengisikan jawaban dapat
berupa isian singkat, uraian terstruktur/uraian objektif, dan uraian terbuka (open ended supply
response test). Dalam bukunya yang dirilis tahun 1985, Gronlound menyebutnya dengan tes
uraian yang diperluas (extended suppy response test). Selain berbentuk tes, ada pula yang
berbentuk asesmen performansi (performance assesment). Ada dua macam bentuk, yakni
bentuk asesmen/tugas performansi terbatas (restricted performance assesment/task) dan
bentuk asesmen/tugas performansi yang diperluas (extended performance assesment/ test).
Penyusunan instrumen tes harus disesuaikan dengan tujuannya. Instrumen tes dengan
tujuan pengumpulan data untuk keperluan asesmen penempatan berbeda dengan tujuan untuk
keperluan asesmen formatif. Instrumen tes dengan tujuan pengumpulan data untuk keperluan
asesmen formatif berbeda dengan untuk keperluan sumatif. Penyusunan instrumen tes juga
perlu memperhatikan alokasi waktu untuk menjawab/mengerjakannya (speed test). Instrumen
tes yang tidak dibatasi waktunya disebut dengan power test.
Perangkat tes harus dilengkapi dengan petunjuk cara mengerjakan agar tidak terjadi
keraguan pada diri testi. Misalnya, tes dengan bentuk pilihan harus dilengkapi dengan
penjelasan cara mengerjakannya, apakah harus dikerjakan dengan cara menyilang atau
melingkari hurufnya. Tes bentuk uraian juga harus jelas perintahnya di manakah testi harus
mengerjakannya, apakah di kertas yang disediakan terpisah ataukah langsung pada lembar
yang disediakan di bawah setiap item.
Setelah ditetapkan tujuannya, penyusunan instrumen tes dilanjutkan dengan
penyusunan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi tes sangat membantu pemenuhan validitas atau
kesahihan instrumen. Jika tujuan asesmen untuk penempatan dalam upaya penguasaan
kemampuan prasyarat, kisi-kisi instrumen harus memuat indikator kemampuan prasyarat yang
seharusnya telah dikuasai testi. Jika penyusunan instrumen tes ditujukan untuk keperluan
asesmen formatif, kisi-kisi yang disusun harus memuat indikator pencapaian kompetensi yang
ditargetkan.
Setelah ditetapkan indikatornya, ditetapkan pula teknik atau prosedur penilaian dan
bentuk asesmen yang digunakan. Selanjutnya, setelah instrumen disusun, ditelaah oleh pakar
yang sebidang, dan dilanjutkan dengan uji coba. Uji coba dapat dilaksanakan dengan pola uji
coba terpakai dan uji coba terpisah. Uji coba terpakai artinya bahwa instrumen tes divalidasi
secara empiris dan sekaligus hasil pengukurannya digunakan untuk menetapkan skor setelah
item yang tidak memenuhi persyaratan menurut tujuan penyusunannya disingkirkan dari
perangkat tes yang bersangkutan. Uji coba terpisah artinya instrumen tes diselidiki dulu
validitasnya secara empiris, setelah item yang tidak memenuhi persyaratan menurut tujuannya
disingkirkan dari perangkat tes yang bersangkutan kemudian digunakan untuk mengukur.
Perangkat tes untuk ulangan umum dapat disusun dengan lebih dari satu bentuk,
misalnya bentuk benar-salah dikombinasi dengan bentuk pilihan ganda. Bentuk pilihan ganda
dikombinasi dengan bentuk uraian, dan sebagainya. Sebaiknya dalam mengombinasikan
bentuk instrumen diurutkan dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang paling kompleks
atau dari bentuk yang mudah dikerjakan ke bentuk yang paling sukar dikerjakan. Perangkat tes
yang hanya menggunakan satu bentuk pun sebaiknya diurutkan dari yang mudah ke yang
paling sukar.
Setiap item tes tersusun atas butir soal yang berupa butir pertanyaan atau perintah dan
jawaban atau pelaksanaan tugas yang dinyatakan benar. Item tes bentuk pilihan (selected
response test) terdiri atas butir soal dan jawaban kunci, sedangkan item bentuk mengisikan
jawaban (supply response test) terdiri atas butir soal disertai dengan rubrik dan atau pedoman
penskoran. Item berbentuk asesmen atau tugas performansi terdiri atas butir perintah dan rubrik
yang berupa uraian tindakan melaksanakan perintah yang benar. Butir perintah untuk item
bentuk asesmen atau tugas yang diperluas (extended performance assesment/task) berupa
perintah yang bersifat kompleks, yang terdiri atas sejumlah atau serangkaian perintah. Dengan
sendirinya, rubriknya juga menjadi kompleks.
Dalam makalah ini akan dijelaskan persyaratan untuk penyusunan setiap item tes.
1. Syarat Item Tes Uraian
Item bentuk uraian atau disingkat dengan item uraian terdiri atas butir pertanyaan
disertai dengan rubrik dan/ atau pedoman penskoran. Item tes uraian dapat berpola memusat
atau konvergen (convergent) dan menyebar atau divergen (divergent). Item uraian pola
konvergen hanya ada satu jawaban yang benar, yang sama untuk seluruh testi. Item uraian pola
divergen memiliki banyak jawaban sehingga berpeluang akan terjadi perbedaan jawaban yang
benar antartesti.
Pemberian skor untuk item tes uraian dapat mengikuti penskalaan dikotomus atau
politomus. Jika pemberian skor mengikuti penskalaan dikotomus, hanya terdiri atas dua
kategori, yaitu kategori-1 dan kategori-2. Kategori-1 jika jawaban salah sehingga memiliki skor
0, dan kategori-2 jika jawaban benar sehingga memiliki skor 1. Jika pemberian skor item tes
uraian mengikuti penskalaan politomus, dapat dibuat tiga, empat, sampai sebanyak-banyaknya
10 kategori. Kategori-1 dengan skor 0 jika semua jawaban salah, kategori-2 dengan skor 1 jika
satu jawaban benar, dan seterusnya sampai kategori-10. Pemakaian item tes uraian ini sangat
penting kaitannya dengan analisis item secara kuantitatif menggunakan program analisis
berbasis komputer.
Penyusunan rubrik item tes uraian pola konvergen dengan penskalaan politomus untuk
kepentingan analisis kualitas item secara empiris menggunakan analisis berbasis komputer
berupa model analitik. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:

Butir soal (dalam bentuk pertanyaan):


Berapa luas permukaan selongsong lensa okuler mikroskop (tanpa tutup) jika diketahui
tingginya 5 cm, jari-jari lingkarannya 1 cm, dan = 3,14? Tuliskan rumusnya terlebih dahulu,
masukkan angka ke dalam rumus, dan tentukan hasil akhirnya!
Rubrik
Langkah I : Luas permukaan selimut tabung = 2 x x r x t
Langkah II : Luas permukaan selimut tabung = 2 x 3,14 x 1 cm x 5 cm
Langkah III : Luas permukaan selimut tabung = 31,4 cm2

Pedoman penskoran dikotomus


Kategori-1 : skor 0 jika langkah I salah (karena secara otomatis langkah II dan III pasti salah)
Kategori-2 : skor 1 jika semua langkah benar (benar sampai langkah III)

Pedoman penskoran politomus 4 kategori


Kategori-1 : skor 0 jika langkah I salah
Kategori-2 : skor 1 jika hanya langkah I benar
Kategori-3 : skor 2 jika hanya langkah I dan II benar
Kategori-4 : skor 3 jika semua langkah benar (benar sampai langkah III)

Jika hanya untuk keperluan ulangan harian sehingga tidak memerlukan analisis secara
empiris, maka dapat dibuat rubrik yang sekaligus sebagai pedoman penskoran. Polanya dapat
disusun dengan bentuk analitik dan dapat pula dibentuk pola holistik sebagai berikut:

Rubrik atau pedoman penskoran politomus pola analitik


Langkah I benar...................................................... skor 1
Langkah II benar..................................................... skor 1
Langkah III benar.................................................... skor 1
Skor total 3

Catatan: karena bersifat hirarkhis, jika langkah I saja yang benar otomatis skornya 0, jika
langkah I dan III benar tetapi langkah II salah, skornya hanya 1.

Rubrik atau pedoman politomus pola holistik


Langkah I salah................................................................................... skor 0
Hanya langkah I yang benar............................................................... skor 1
Hanya langkah I dan II yang benar..................................................... skor 2
Langkah I, II, dan III benar................................................................. skor 3
Rubrik item tes uraian pada pola menyebar atau divergen dengan penskalaan politomus
tidak secara otomatis sebagai pedoman penskoran. Sebagai contoh, suatu item meminta testi
atau peserta ujian untuk menyebutkan tiga faktor penyebab terjadinya evolusi.

Pertanyaan:
Sebutkan tiga faktor yang menyebabkan terjadinya evolusi!

Rubrik dan pedoman penskoran


Dalam menjawab pertanyaan di atas, tiga jawaban testi atau peserta ujian dapat sama
sekali berbeda dengan jawaban testi atau peserta ujian kedua, begitu pula dengan testi atau
peserta ujian yang lain. Oleh karena itu, rubrik harus memuat seluruh jawaban benar, yang
mungkin ditulis oleh testi. Selanjutnya baru ditetapkan pedoman penskorannya.

Rubrik (semua jawaban benar yang berpeluang dikemukakan testi)


1. Perkawinan tak acak
2. Migrasi
3. Hanyutan genetik
4. Seleksi alam
5. Mutasi gen
6. Rekombinasi gen

Pedoman penskoran
a. Pedoman penskoran pola dikotomus:
Kategori-1 : skor 0 jika yang benar tidak memenuhi tiga jawaban (artinya dapat salah semua,
hanya benar satu jawaban, atau hanya benar dua jawaban)
Kategori-2 : skor 1 jika ketiga jawaban benar

b. Pedoman pelaksanaan pola politomus dengan 3 kategori:


Kategori-1 : jika tidak ada atau hanya ada 1 jawaban benar
Kategori-2 : jika ada 2 jawaban benar
Kategori-3 : jika ada 3 jawaban benar
Berikut ini disajikan mengenai persyaratan item bentuk uraian dari aspek materi atau
substansi, konstruksi, dan bahasa
a. Aspek materi atau substansi
- Item sesuai indikator.
- Pertanyaan dan rubrik dan/atau pedoman penskoran terumuskan dengan benar.
- Materi atau substansi sesuai dengan tujuan pengukuran (untuk tujuan pengukuran
hasil belajar, tujuan pengukuran untuk seleksi, atau tujuan pengukuran untuk
konfirmatori/mengukur status).
- Materi atau substansi yang dinyatakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan
tingkat kelas.

b. Aspek konstruksi
- Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai.
- Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan atau menyelesaikan tugas.
- Rubrik dan/atau pedoman penskorannya jelas atau operasional.
- Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya
atau ada hubungannya dengan masalah yang ditanyakan).
- Antaritem tidak bergantung satu sama lain.

c. Aspek bahasa
- Rumusan kalimat soal komunikatif.
- Menggunakan kalimat yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya.
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
- Menggunakan bahasa atau kata yang umum (bukan bahasa lokal atau bahasa
serapan baru yang belum dikenal seluruh testi).
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testi.

2. Syarat Item Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice)


Item ini berupa suatu pernyataan yang belum lengkap (disebut stem), yang untuk
melengkapinya dengan cara memilih di antara beberapa alternatif atau pilihan yang telah
disediakan. Alternatif jawaban yang benar disebut kunci dan yang salah atau yang kurang benar
disebut pengecoh (distractor). Selain berupa pernyatan yang belum lengkap, stem dapat pula
berupa suatu pertanyaan. Ada yang hanya berupa pertanyaan, dan ada yang diawali dengan
uraian kasus atau berupa grafik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun stem bentuk pilihan ganda:
a. Aspek materi
- Item sesuai indikator.
- Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar.
- Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
- Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkatan kelas.

b. Aspek konstruksi
- Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
- Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
- Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka
pengecoh dapat diperoleh karena salah rumus atau salah hitung.
- Pokok soal tidak memberi petunjuk atau mengarah kepada pilihan jawaban yang
benar.
- Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
- Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak
lain.
- Pilihan jawaban homogen.
- Hindari adanya alternatif jawaban seluruh jawaban di atas benar atau tak satu
jawaban di atas benar, dan yang sejenisnya.
- Panjang alternatif atau pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang
atau pun yang sangat pendek.
- Pilihan jawaban dalam bentuk angka atau waktu diurutkan.
- Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
- Antar butir tidak bergantung satu sama lain.

c. Aspek bahasa
- Rumusan kalimat soal komunikatif.
- Menggunakan kalimat yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya.
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
- Menggunakan bahasa atau kata yang umum (bukan bahasa lokal atau bahasa
serapan baru yang belum dikenal seluruh testi).
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testi.

Contoh soal pilihan ganda (multiple choice)


1. Perbedaan antar tumbuha paku dan lumut yaitu...
a. tumbuhan lumut memiliki akar, tumbuhan paku berupa rizoid
b. tumbuhan paku tidak berkrolofil, tumbuhan lumut berkrolofil
c. tumbuhan paku berbiji, tumbuhan lumut berspora
d. habitat tumbuhan paku di darat, tumbuhan lumut adalah di air
e. tumbuhan paku berupa sporofit, tumbuhan lumut berupa gametofit

2. Bakteri ada yang mempunyai kemampuan melakukan gerakan/lokomosi. Struktur sel


bakteri yang mendukung kemampuan tersebut yaitu ...
a. klorosom
b. fimbria
c. flagela/flagelum
d. pilus
e. kapsul

B. Pengembangan Instrumen Penilaian Kinerja atau Performance Assesment


Pada pengembangan instrumen penilaian kinerja performance assesment. Penilaian
kinerja atau penilaian performance atau penilaian praktek adalah penilaian yang memfokuskan
aspek keterampilan yang berkaitan dengan ranah sensorimotor yang dapat didemonstrasikan
oleh peserta didik. Dilihat dari kinerja atau kemampuan yang didemonstrasikan kinerja dapat
digradasi dari kinerja yang paling rendah sampai dengan paling tinggi. Kinerja yang paling
rendah misalnya kemampuan peserta didik mampu menjawab saat ditanya besarnya uang
kembalian jika membayar dengan mata uang yang nilainya lebih besar dari harga barang.
Kinerja agak tinggi misalnya harus peserta didik diminta mendemonstrasikan besarnya uang
yang harus dikembalikan menggunakan mata uang yang sesungguhnya dengan nilai yang
berbeda-beda dan kinerja yang sangat tinggi jika peserta didik mampu berbelanja ditoko
dengan membawa sejumlah uang dan memperoleh uang kembalian sebesar nilai uang yang
dibawa dikurangi harga barang yang dibelinya.
Dalam kontesks tersebut kinerja mencangkup ranah kognitif dan mencerminkan ranah
sensorimotor. Ranah kognitif adalah tingkat kebenaran dari aspek berpikir yang mendasari
tindakannya dan keterampilan sensorimotor yang didemonstrasikan berupa kemampuan
membedakan mata uang sesuai dengan nilainya dan memilih mata uang yang sesuai/lebih besar
dari harga barang saat ia berperan sebagai pembeli dan memilih mata uang yang nilainya sama
dengan nilai pengembalian saat ia berperan sebagi penjual dengan kata lain aspek sensorimotor
menyangkut penguasaan prosedure. Akan tetapi dapat pula aspek sensorimotor dapat dinilai
dari produk yang dihasilkan oleh suatu tindakan tertentu yang dilakukan peserta didik.
Penilaian terhadap prosedur berarti lebih mengarah kepada aktualisasi aspek sensorimotor yang
ditampilkan dalam suatu kinerja (performance)
Dari taksonomi ranah sensorimotor dapat diidentifikasikan bahwa ada aspek dari ranah
sensorimotor yang murni sebagai gerak bagian tubuh dan kemampuan fisik tubuh dan ada pula
gerak dan bagian tubuh yang berkait dengan pemakaian alat. Gerak yang dilakukan juga ada
gerak yang tidak dipelajari yaitu gerak reflek dan gerak yang dipelajari. Gerak yang dipelajari
ada yang berupa gerak yang sederhana dan apa gerak yang kompleks.
Penguasaan teoritik tentang suatu prosedure pun oleh simson dimasukkan sebagai
aspek dari ranah sensorimotorik yakni kesiapan berperan aktif dalam melakukan aktivitas
motorik. Oleh karena itu dalam pembelajaran motorik teori tentang teknik/ prosedur berupa
tahapan melakukan aktivitas dilanjutkan dengan artikulasi berupa latihan artikulasi berupa
latihan untuk menguasai suatu teknik dan otomatis terlatih dan spontan.
Sebagai contoh agar seseorang mampu membuat kultur sel hewan ia harus menguasai
teori tentang teknik pembuatan kultur sel hewan seperti pembuatan media dan sterilisasi.
Kemudianmelalui tahapan artikulasi ia berlatih cara membuat kultur sel hewan baik pembuatan
media kultur sel hewan maupun cara mengkultur. Kemudia secara otomatis dapat melakukan
pengkulturan sel hewan secara terampil.

1. Pengembangan Item Tes Kinerja untuk Penguasaan Prosedur


Dalam mengembangkan item tes kinerja dalam bentuk oprosedur harus
memperhatikan:
a. menyesuaikan jenis kinerja/performance yang harus ditampilkan
b, menyesuaikan dengan teknik penilaian yang dipilih.
1) Tes identifikasi untuk mengukur kinerja seseorang atas dasar tanda-tanda yang
diberikan saat tes
2) Tes simulasi untuk mengukur kinerja dalam situasi yang mirip dengan situasi
yang sebenarnya.
3) Uji petik kerja untuk mengukur kinerja dalam situasi yang sebenarnya.
c. menyusun rubrik/pedoman penskoran
1) Tes identifikasi: menentukan jenis kemampuan yang akan diidentifikasi,
menentukan banyaknya aspekk yang akan diidentifikasi, dan membuat rubrik
penskoran yang dilengkapi dengan kategorisasi keberhasilan.
2) Tes petik kerja/simulasi: mengidentifikasi aspek kerja yang diskor, menentukan
model skala yang dipakai untuk menyekor, membuat rubrik penskoran yang
dilengkapi dengan kategorisasi keberhasilan.
2. Pengembangan item tes kinerja untuk penguasaan produk
a. menyesuaikan dengan jenis produk yang harus dihasilkan, apakah dua dimensi atau
tiga dimensi.
b. memperhatikan teknik penilaian yang dipakai, yaitu:
1) Tes tulis untuk menilai produk dua dimensi dalam wujud sketsa, gambar,
lukisan, atau bentu dua dimensi lainnya
2) Penugasan produk tiga dimensi dalam bentuk kerajinan, pahatan, dan produk
tiga dimensi lainnya.
C. menyusun rubrik/pedoman penskoran
1) Tes tulis : menentukan cara penskoran (analitik atau holistik), menetukan aspek
yang dinilai, menentukan bobot skor, dan menentukan klasifikasi peringkat
penilaian
2) Penugasan produk tiga dimensi : menentukan aspek produk yang akan dinilai,
menentukan bobot skor, dan menentukan klasifikasi peringkat penilaian.
BAB III
KESIMPULAN

a. Mengonstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan isian harus
memperhatikan aspek materi atau substansi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
b. Mengkonstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotori harus memperhatikan
beberapa hal: 1) menyesuaikan jenis kinerja/performance yang harus ditampilkan
(penguasaan prosedur) atau menyesuaikan dengan jenis produk yang harus dihasilkan
(penguasaan produk), 2) menyesuaikan dengan teknik penilaian yang dipilih (check list
atau rating scale), 3) menyusun rubrik atau pedoman penskoran.
MAKALAH PENILAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
MENGONSTRUKSI INSTRUMEN ASESMEN RANAH
KOGNITIF DAN SENSORIMOTOR

Disusun oleh:

1. Endriani Putri Taufani (15304241031)


2. Sandy Payudan (15304244002)
3. Cantya Nawang Kusuma (15304244010)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai