PENDAHULUAN
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk
mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
empat ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah sensorimotor, dan ranah sosial.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka
evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan
evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik,
baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), segi pengamalannya (aspek
sensorimotor), dan segi sosial.
Keempat aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa
mengacu kepada empat jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta
didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (sensorimotor domain)
d) Ranah sosial
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus
dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaian hasil belajar. Diantara keempat ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana konstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan isian?
b. Bagaimana konstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotor?
Tujuan
a. Untuk mengetahui konstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan
isian.
b. Untuk mengetahui konstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotor.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika hanya untuk keperluan ulangan harian sehingga tidak memerlukan analisis secara
empiris, maka dapat dibuat rubrik yang sekaligus sebagai pedoman penskoran. Polanya dapat
disusun dengan bentuk analitik dan dapat pula dibentuk pola holistik sebagai berikut:
Catatan: karena bersifat hirarkhis, jika langkah I saja yang benar otomatis skornya 0, jika
langkah I dan III benar tetapi langkah II salah, skornya hanya 1.
Pertanyaan:
Sebutkan tiga faktor yang menyebabkan terjadinya evolusi!
Pedoman penskoran
a. Pedoman penskoran pola dikotomus:
Kategori-1 : skor 0 jika yang benar tidak memenuhi tiga jawaban (artinya dapat salah semua,
hanya benar satu jawaban, atau hanya benar dua jawaban)
Kategori-2 : skor 1 jika ketiga jawaban benar
b. Aspek konstruksi
- Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai.
- Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan atau menyelesaikan tugas.
- Rubrik dan/atau pedoman penskorannya jelas atau operasional.
- Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya
atau ada hubungannya dengan masalah yang ditanyakan).
- Antaritem tidak bergantung satu sama lain.
c. Aspek bahasa
- Rumusan kalimat soal komunikatif.
- Menggunakan kalimat yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya.
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
- Menggunakan bahasa atau kata yang umum (bukan bahasa lokal atau bahasa
serapan baru yang belum dikenal seluruh testi).
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testi.
b. Aspek konstruksi
- Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas.
- Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas.
- Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka
pengecoh dapat diperoleh karena salah rumus atau salah hitung.
- Pokok soal tidak memberi petunjuk atau mengarah kepada pilihan jawaban yang
benar.
- Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda.
- Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak
lain.
- Pilihan jawaban homogen.
- Hindari adanya alternatif jawaban seluruh jawaban di atas benar atau tak satu
jawaban di atas benar, dan yang sejenisnya.
- Panjang alternatif atau pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang
atau pun yang sangat pendek.
- Pilihan jawaban dalam bentuk angka atau waktu diurutkan.
- Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
- Antar butir tidak bergantung satu sama lain.
c. Aspek bahasa
- Rumusan kalimat soal komunikatif.
- Menggunakan kalimat yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya.
- Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
- Menggunakan bahasa atau kata yang umum (bukan bahasa lokal atau bahasa
serapan baru yang belum dikenal seluruh testi).
- Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testi.
a. Mengonstruksi instrumen asesmen ranah kognitif bentuk pilihan dan isian harus
memperhatikan aspek materi atau substansi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
b. Mengkonstruksi instrumen asesmen ranah sensorimotori harus memperhatikan
beberapa hal: 1) menyesuaikan jenis kinerja/performance yang harus ditampilkan
(penguasaan prosedur) atau menyesuaikan dengan jenis produk yang harus dihasilkan
(penguasaan produk), 2) menyesuaikan dengan teknik penilaian yang dipilih (check list
atau rating scale), 3) menyusun rubrik atau pedoman penskoran.
MAKALAH PENILAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI
MENGONSTRUKSI INSTRUMEN ASESMEN RANAH
KOGNITIF DAN SENSORIMOTOR
Disusun oleh: