Anda di halaman 1dari 5

JURNAL MIPA 8 (3) 76-80 (di isi oleh Redaktur)

dapat diakses melaluihttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo

Review: Penetapan Kadar Senyawa Tanin Menggunakan High


Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Hanna Salwa Putri*, Indang Dewata*, Desy Kurniawati*,
a
Pascasarjana Pendidikan Kimia, FMIPA, UNP, Padang

KATA KUNCI ABSTRAK


Tanin Tannin adalah salah satu senyawa aktif metabolit sekunder yang
High performance liquid memiliki banyak manfaat diantaranya seperti sebagai astringen, anti diare,
chromatography antibakteri dan antioksidan. Ada dua jenis senyawa tannin, yaitu tannin
terkondensasi dan tannin terhidrolisis. Tanin dapat didefinisikan sebagai
senyawa polifenol dengan berat molekul yang sangat besar yaitu lebih dari
1000 g/mol serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein.
Struktur senyawa tanin terdiri dari cincin benzene (C6) yang berikatan
dengan gugur]s hidroksil (-OH). Metode untuk penetapan kadar tanin dapat
menggunakan berbagai macam instrumen salah satunya adalah High
Performance Liquid Chromatography (HPLC).
KEYWORDS ABSTRACT
Tanins Tannin is one of the active compounds of secondary metabolites which has
High performance liquid many benefits such as an astringent, anti-diarrhea, antibacterial and
chromatography antioxidant. There are two types of tannin, condensed tannins and hydrolyzed
tannins. Tannins can be defined as polyphenolic compounds with a very large
molecular weight of more than 1000 g/mol and can form complex compounds
with proteins. The structure of the tannin compound consists of a benzene ring
bonded to a hydroxyl group. The method for determining the level of tannins
can use a variety of instruments, one of which is the High Performance Liquid
Chromatography (HPLC).

1. Pendahuluan berfungsi sebagai antioksidan biologis (Malangngi


dkk, 2012).
Tannin adalah salah satu senyawa aktif
metabolit sekunder yang memiliki banyak manfaat Tanin diketahui merupakan senyawa aktif
diantaranya seperti sebagai astringen, anti diare, metabolit sekunder yang mempunyai beberapa khasiat
antibakteri dan antioksidan. Ada dua jenis senyawa yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
tannin, yaitu tannin terkondensasi dan tannin antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik
terhidrolisis (Makatamba dkk, 2020). Dalam kulit yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik
delima putih terdapat tannin yang umumnya relatif yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
polar sampai semipolar sehingga untuk mengendapkan protein dari larutannya dan
mengisolasinya diperlukan pelarut yang polar atau bersenyawa (Desmiaty dkk, 2008).
semipolar (Cuong dkk, 2019). Tannin memiliki Tanin dapat didefinisikan sebagai senyawa
peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap polifenol dengan berat molekul yang sangat besar aitu
protein hingga pengkhelat logam. Tannin juga dapat

*Corresponding author: Jurusan Pascasarjana Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Padang, Padang.
Email address: hannaslw99@gmail.com
Published by FMIPA UNSRAT (2022)
77 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 76-80
lebih dari 1000 g/mol serta dapat membentuk senyawa senyawa murni dengan sampel, sedangkan analisa
kompleks dengan protein. kualitatif pada HPLC dilakukan dengan cara mencari
kesamaan komponen kapsaisin sampel dengan standar
(Kusuma dkk, 2016).
Instrumentasi HPLC hampir bisa memisahkan
seluruh jenis campuran komponen analit, karena
banyaknya fasa diam yang tersedia dan selektivitas
yang baik dapat ditingkatkan melalui fase gerak yang
digunakan. Instrumentasi HPLC pada umumnya
menggunakan dua jenis fase berdasarkan fase gerak
\
dan fase diam yaitu fase normal dan fase terbalik. Fase
normal dimana keadaan fase diam lebih polar daripada
Gambar 1. Struktur Tanin fase gerak, kemampuan elusi meningkat dengan
Dari gambar 1 terlihat bahwa struktur senyawa meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
tanin terdiri dari cincin benzene (C6) yang berikatan terbalik dimana keadaan fase diam kurang polar
dengan gugur hidroksil (-OH) (Noer dkk, 2018). dibandingkan fase gerak, kemampuan elusi menurun
dengan meningkatnya polaritas pelarut (Gandjar dan
High Performance Liquid Chromatography Rohman, 2014).
(HPLC) adalah metode pemisahan dengan resolusi 1) Fase diam pada HPLC
tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan
HPLC pada umumnya menggunakan fase diam
secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat
kecil (Romsiah dkk, 2022). berisikan silica yang dimodifikasi secara kimiawi,
silica yang tidak dimodifikasi atau polimer-polimer
2. Metode stiren dan divinil benzene. Permukaan silica memiliki
sifat polar dan sedikit asam dikarenakan terdapat
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan metode penelitan kepustakaan. Penelitan ini residu gugus (Si-OH). Salah satu jenis silica yang
tidak terjun langsung ke lapangan karena data-data dimodifikasi adalah oktadesil silica (ODS atau C18)
yang diperoleh berasal dari sumber pustaka berupa yang merupakan fase diam yang paling banyak
artikel dengan kata kunci yaitu analisis tanin, delima digunakan karena mampu memisahkan senyawa-
dan HPLC. Data dikumpulkan dari berbagai sumber di senyawa dengan kepolaran rendah, sedang, maupun
internet dan perpustakaan. Teknik analisis data yaitu
tinggi (Gandjar dan Rohman, 2014).
analisis konten, dimana isi/konten dari data-data yang
terkumpul dibaca, dicatat, dan dianalisis sehingga 2) Fase gerak pada HPLC
diperoleh suatu konsep. Fase gerak pada sistem HPLC merupakan suatu
perubah yang dapat mempengaruhi proses pemisahan.
3. Hasil dan Pembahasan Fase gerak atau eluen umumnya terdiri atas campuran
HPLC adalah kependekan dari High Performance pelarut yang dapat bercampur dimana secara
Liquid Chromatography. Pada HPLC sistem keseluruhan berperan dalam daya elusi atau resolusi.
kromatografi yang digunakan adalah cair-padat, fase Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
bergerak (mobile phase) berupa cairan yaitu pelarut keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat
dan fase diam (stationary phase) berupa padatan yaitu komponen-komponen sampel. Bagian yang perlu
absorban yang terdapat dalam kolom analitik diperhatikan dalam pemilihan fase gerak yaitu fase
(Murningsih dan Chairul, 2000).
gerak harus mampu berinteraksi dengan fase diam
Prinsip kerja HPLC yaitu pemisahan suatu yang sesuai untuk memisahkan senyawa dari suatu
senyawa yang dialirkan fase gerak cair melewati
campuran secepat dan seefisien mungkin. Umumnya,
kolom menuju detektor. Senyawa akan terpisah dalam
kolom akibat perbedaan kepolaran dan kekuatan pemilihan fase gerak dalam pengujian harus
interaksi analit dalam fase gerak dan fase gerak (Putri, memenuhi kriteria viskositas, transparansi UV, titik
2018). HPLC bekerja dengan menekan larutan sampel didih, kemurnian, sifat inert dan toksisitas (Sherri,
ke dalam fase diam (kolom) dengan diberikan tekanan 2008).
tinggi. Pada kolom ini, berbagai komponen akan
Perangkat Instrumen HPLC
terpisah dan membentuk peak-peak tersendiri yang
Perangkat dasar instrument HPLC terdiri dari
terpisah. Jarak antar peak ini disebut dengan resolusi.
beberapa rangkaian alat antara lain, microprossesor,
Nilai resolusi merupakan komponen terpenting karena
pompa yang bertekanan tinggi untuk memompakan
menunjukkan interaksi dari fase diam dan fase gerak
pelarut, injector, kolom analitik, detektor, recorder
(Fauzi, 2018).
atau data prosesor yang masing-masing memiliki
Pada sistem HPLC data yang dihasilkan adalah fungsi berbeda. Berikut perangkat instrumen HPLC
waktu retensi dan luas area dari komponen-komponen dikutip dari Murningsih dan Chairul (2000).
sampel. Analisa kuantitatif pada HPLC dilakukan 1. Microprossesor Control
denganc ara membandingkan luas puncak standar
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE xx (x) xx 78
Merupakan mikro komputer, suatu bagian yang Detektor memiliki fungsi untuk mendeteksi
sangat penting untuk mengontrol atau membuat atau mengidentifikasi adanya komponen cuplikan
program mengatur kecepatan aliran pelarut (flow rate) yang ada pada eluat dan mengukur jumlahnya.
sebagaimana diinginkan, mengatur tekanan (pressure),
Detektor pada HPLC dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
mengatur komposisi pelarut, mengatur suhu injector
dan jumlah sampel yang akan diinjeksikan bila detektor universal (mampu mendeteksi zat secara
menggunakan “automatic injection”, mengatur suhu umum, tidak bersifat spesifik dan selektif) seperti
oven termasuk suhu kolom, mengatur panjang detektor bias dan detektor spektrometri massa, dan
gelombang pada detektor dan memprogram waktu golongan detektor spesifik yang hanya akan
analisa yang diperlukan. mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti
2. Pompa UV-VIS, detektor fluoresensi dan elektrokimia
Alat yang dibutuhkan untuk memompa pelarut (Synder dkk, 2010).
dari reservoar ke kolom dengan tekanan paling sedikit 6. Recorder dan Data Processing
100 arm (1500 psi) dan paling tinggi 400 arm (6000
psi) sesuai dengan besar aliran (flow rate berkisar Recorder adalah alat yang paling sederhana
antara 0,5-2 ml/min), tipe dari kolom, ukuran untuk mencatat setiap sinyal yang muncul pada
adsorban dalam kolom dan panjang kolom yang detektor untuk diubah kedalam bentuk kurva atau
digunakan. Pompa akan bekerja memompakan pelarut lebih dikenal dengan kromatogram. Tinggi rendahnya
secara terus menerus dengan kecepatan aliran yang kurva didasarkan pada pulsa listrik yang diterima
tetap, sambil membawa sampel dari injector melewati rekorder dari detektor dan tergantung pada sensitivitas
kolom analitik terus ke detektor akhirnya ke detektor yang digunakan. Kadang-kadang rekorder
pembuangan. digabungkan dengan suatu sistem komputer untuk
3. Injektor analisa data atau data prosesor dalam bentuk kompak
yang dikenal sebagai “data prossesor”.
Injektor adalah alat untuk memasukkan sampel 7. Wadah Fase Gerak
ke dalam kolom yang dapat dilakukan secara otomatis
Wadah fase gerak yang akan digunakan harus
ataupun manual. Bila alat HPLC dilengkapi dengan
“automatic sample injector” maka pemasukan sampel bersih dan lembam (inert). Wadah ini umumnya dapat
dapat dilakukan secara otomatis yaitu dengan menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.
memprogram pada “microprossesor control” jumlah Sebelum dipakai, fase gerak harus dilakukan tahap
sampel (μL) dengan jumlah macam sampel (misalnya degassing (penghilangan gas), jika terdapat gas pada
ada 10 macam sampel yang berbeda) yang akan fase gerak akan terkumpul dengan komponen lain
dianalisa. Bisa juga dilakukan secara manual dengan terutama di pompa dan detektor sehingga dapat
cara menggunakan jarum suntik khusus, diukur
mengganggu proses analisis (Gandjar dan Rohman,
volume tertentu biasanya antara 10-20 μL. Injektor
harus mampu bekerja pada tekanan 470 arm dengan 2007).
kesalahan kurang dari 0,2% dan dapat ditempatkan
dalam suatu oven agar temperatur injektor dapat Uji Kadar Tanin
terkontrol. Untuk sistem ini biasanya temperatur yang Panjang Gelombang dan Waktu Retensi
digunakan lebih kurang 150°C. Panjang gelombang maksimum tannin menurut
4. Kolom Pratama dkk (2019) 649,9 nm, namun untuk berbagai
Pemisahan sampel dari komponen-komponen kondisi yang berbeda panjang gelombang dari tannin
lainnya terjadi di dalam kolom, oleh karena itu kolom dapat berbeda. Waktu retensi dinyatakan sebagai
memiliki peranan sangat penting pada HPLC. lamanya waktu analisis sampel, dimana pada fase
Spesifikasi kolom yang biasa digunakan untuk terbalik zat yang lebih polar akan terelusi lebih dulu
pemisahan analitik yaitu berdiameter 2-4 mm (Aulia, dan memiliki waktu retensi yang lebih cepat
2016). disbanding zat non polar (Putra, 2004).
Kolom berisikan fase diam, fase diam pada
HPLC merupakan suatu lapisan film cair yang terikat Kondisi Sistem HPLC pada Berbagai Penetapan
pada basis partikel silica. Lapisan film ini terikat Kadar Tanin
bertujuan untuk mencegah terjadinya kemungkinan Berbagai komposisi fase gerak yang berbeda
kebocoran cairan pada fase diam di dalam kolom. digunakan dalam penelitian penetapan kadar tannin.
Pada penetapan kadar tannin didalam ekstrak kulit
Terdapat kolom penjaga (guard column) pada HPLC
buah delima (Wahid, 2020) fase diam yang digunakan
yang berfungsi untuk memperpanjang waktu adalah kolom C-18 (250x4.6 mm) dan fase geraknya
penggunaan kolom dengan cara mencegah ikatan kuat adalah asam fosfat 0,55% (v/v). Komposisi ini
yang terjadi secara irreversible antara pertikel, memberikan hasil yang optimum dimana waktu
kontaminan dari pelarut serta komponen pada sampel retensi dari tannin adalah 16,518 menit dengan data
dengan fase diam (Skoog dkk, 2007). kromatogram sebagai berikut:
5. Detektor
79 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 76-80
etanol 70% 70°C yang memiliki jumlah serbuk hasil
evaporasi yang paling banyak, terlihat bahwa
kromatrogram aquades 100°C hanya memiliki satu
puncak pada waktu retensi 1,3 menit dan pada
kromatogram etanol 30% 70°C dan etanol 70% 70°C
memiliki beberapa puncak yang menandakan ekstrak
tersebut belum murni, terlihat waktu retensi pada 1,3
menit.

Gambar 2. Waktu retensi tanin


Hasil dari penetapan kadar tanin dalam ekstrak
kulit delima diperoleh sebesar 2,01%. Penetapan kadar
tanin dari hasil luas area yang diperoleh dari HPLC
disajikan pada gambar berikut:

Gambar 3. Hasil Penetapan Kadar Tanin dengan HPLC Gambar 5. Kromatogram


Diperoleh kadar hasil
taninuji HPLC tanin
dari masing-masing
(Wahid, 2020).
kromatogram yaitu 0,424%, 0,0122% dan 0,0123%
Pada penetapan kadar tanin dalam daun stevia dan menandakan kadar tanin paling tinggi yaitu
(Setiawan dan Asrilya, 2020) digunakan fase diam ekstrak akuades 100°C.
C18 dan fase geraknya yaitu sistem pelarut asetonitril
dan aquabider (80:20) (v/v). sampel dielusi pada
4. Kesimpulan
panjang gelombang 280 nm. Penentuan kadar tanin
Kondisi dan jenis sampel dalam penetapan
diukur dengan menggunakan asam tanat kurva standar
kadar tanin menggunakan HPLC dipengaruhi oleh
(%). Kurva standar asam tanat dapat dilihat pada beberapa aspek penting dan mempengaruhi hasil
gambar berikut: analisis.

Daftar Pustaka
Aulia, S. S., Sopyan, I., Muchtaridi. 2016. Penetapan
Kadar Simvastatin Menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT): Review.
Farmaka.
Cuong, D. X., Hoan, N. X., Dong, D. H., Van Thanh,
N., Ha, H. T., Tuyen, D. T. T., Chinh, D. X.
2019. Tannins: Extraction from Plants. Tannins-
Structural Properties, Biological Properties and
Gambar 4. Kurva Standar Asam Tanat untuk HPLC Current Knowledge.

Hasil pengukuran kadar tanin pada ekstrak


stebia dengan HPLC dapat dilihat pada kromatogram
HPLC ekstrak stevia pada gambar 4 menunjukkan
kromatogram aquades 100°C, etanol 30% 70°C dan
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE xx (x) xx 80
Desmiaty, Y., Ratih, H., Dewi, M. A., Agustin, R. HPLC sebagai Gula Pereduksi dalam
2008. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Pembuatan Sukrosa.
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Sherri, T. 2008. Determination of Melamine and
Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor Cyanuric Acid Residues in Infant Formula
Hassk) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Using LC-MS/MS. Laboratory Information
Biru Prusia. Ortocarpus, 106-109. Bulletin (LIB) no. 4421 vol.24.
Fauzi, L. C. 2018. Penetapan Kadar Zat Aktif Dalam Skoog, D. A., Holler, F. J., dan Crouch, S. P. 2007.
Sediaan Tablet Aspirin Menggunakan Principle of Instrumental Analysis 6thed.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Thomson Brooks/Cole, Canada.
ACADEMIA: Accelerating the World’s Snyder, L., Kirkland, J., dan Dolan, J. 2010.
Research. Introduction to Modern Liquid
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Chromatography 3rd Edition. John Wiley and
Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Sons. Inc, New Jersey.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. 2014. Kimia Farmasi Wahid, R. A. H. 2020. Analisis Kualitatif dan
Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Kuantitatif Tanin Ekstrak Kulit Buah Delima
Kusuma, A. S., Rosalina, G. 2016. Analisis Kadar Putih (Punica Granatum L.) Menggunakan
Kapsaisin Dari Ekstrak “Bon Cabe” Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja (KCKT). Indonesian Journal of Pharmacy and
Tinggi (KCKT). Farmaka. Natural Product.
Makatamba, V., Fatimawali., Rundengan, G. 2020.
Analisis Senyawa Tannin dan Aktifitas
Antibakteri Fraksi Buah Sirih (Piper betle L)
Terhadap Streptococcus mutans. Jurnal MIPA
9(2) 75-80.
Malangngi, l. P., Sangi, M. S., Paendong, J. E. 2012.
Penentuan Kadar Tanin dan Uji Aktioksidan
Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana
Mill). Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-
10.
Murningsih, T. dan Chairul. 2000. Mengenal HPLC:
Peranannya Dalam Analisa dan Proses Isolasi
Bahan Kimia. Berita Biologi Volume 5, Nomor
2.
Noer, S., Pratiwi, R. D., Gresinta, E. 2018. Penetapam
Kadar Senyawa Fitokimia (Tanin, Saponin dan
Flavonoid Sebagai Kuersetin) Pada Ekstrak
Daun Inggu (Ruta angustifolia L.). Eksakta:
Jurnal Ilmu-ilmu MIPA. 2503-2364.
Pratama, M., Razak, R., Rosalina, V. S. 2019. Analisis
Kadar Tanin Total Ekstrak Etanol Bungan
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
Menggunakan Metode Spektrofotomentri UV-
VIS. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 368-373.
Putra, E.D. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dalam Bidang Farmasi.
https://dupakdosen.usu.ac.id/bitstream/handle/1
23456789/3616/farmasi-effendy2.pdf?
sequence=1 (diakses pada 05 Desember 2022).
Putri, A. F. 2018. Penentuan Kadar Asam Benzoat
Pada Saus Cabai Menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi.
Romsiah, Ayu, J. G., Fatoni, A. 2022. Penetapan Kadar
Senyawa S-ALLYL CYSTEINE (SAC) Pada
Ekstrak Solo Black Garlic Secara Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi. Journal of Pharmaceutical
and Sciences (JPS). 2656-3088.
Setiawan, C., Asrilya, N. J. 2020. Preparasi dan
Karakterisasi Senyawa Tanin dari Daun Stevia
(Stevia Rebaudiana) Menggunakan Instrumen

Anda mungkin juga menyukai