ANALISIS FISIKOKIMIA
DISUSUN OLEH :
NAMA NIM
ISWATI D1A191847
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis
tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif.
bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu
target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi
yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang
mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Sekarang ini,
kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan suatu campuran senyawa.
fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang distribusi
ukuranya sempit (kolom) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian KCKT
HPLC adalah kromatografi cair kolom modern, dimana teori dasarnya bukanlah
KG, senyawa yang akan dianalisis harus menguap atau dapat diubah menjadi
senyawa yang menguap. Sedangkan pada HPLC, analit harus larut dalam cairan
(fase gerak). HPLC dapat digunakan untuk menganalisis senyawa organik dan
dalam kolom yang efisien. Teknologi kolom partikel kecil (3-5 μm) memerlukan
sistem pompa bertekanan tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak dengan
tekanan tinggi agar tercapai laju aliran 1-2 mL/menit. Oleh karena sampel yang
digunakan sangat kecil (< 20 μg) maka diperlukan detector yang sangat peka.
Dengan teknologi ini, pemisahan berlangsung sangat cepat dengan daya pisah
sangat tinggi.
Gambar Alat Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (HPLC)
2. Mudah melaksanakannya
sesuai memenuhi syarat, cermat dan seksama, resolusi dan selektivitas tinggi,
1. Pengumpulan informasi
Informasi yang penting itu mencakup jenis komponen yang akan dianalisis
keasaman dan kebasaan, spektra UV, rentang kadar, data kelarutan dan
2. Pemilihan detektor
Detektor adalah suatu instrumen yang dihubungkan pada ujung akhir suatu
tertentu, misalnya 254 nm. Ini dipilih karena banyak senyawa yang
menyerap radiasi pada panjang gelombang ini. Jika detektor ini tidak
berdasarkan serapan maksimum dan absorptivitas molar (ε) analit yang akan
dianalisis.
Detektor Yang Paling Sering Digunakan pada KCKT
Sumber: Dong, 2006; Angelika, et al., 2001; Snyder dan Kirkland, 1979.
3. Pemilihan kolom
memberikan resolusi yang baik dengan waktu pemisahan yang tidak lama
(<20 menit). Kolom HPLC berupa pipa baja tahan karat, gelas atau plastic
yang berisi fase diam. Fase diam dapat berupa zat padat (pada kromatografi
adsorpsi) atau berupa zat cair yang disaput pada partikel silika berpori, tetapi
sekarang berupa fase terikat secara kimia pada suatu penyangga (kromatografi
partisi)
4. Pemilihan fase gerak
Fase gerak memegang peranan penting dalam pemisahan analit karena migrasi
analit diatur oleh interaksi fase gerak dan fase diam. Migrasi analit terjasi
karena adanya kompetisi antara fase gerak dan analit untuk dapat terikat pada
sisi-sisi aktif dari fase diam. Fase gerak yang dipakai biasanya merupakan
Pelarut yang kepolarannya berbeda jauh dengan kepolaran fase diam dianggap
sebagai pelarut yang lemah, karena pelarut jenis ini tidak akan ditahan kuat
oleh fase diam dan belum tentu dapat mengusir analit dari ikatannya dengan
fase diam untuk bermigrasi. Pelarut jenis ini mempunyai kepolaran yang tidak
Sifat fisika-kimia pelarut yang harus diperhatikan untuk memilih pelarut yang
uap, titik leleh, spektrum UV, nilai ambang batas, daya campur dan kepolaran.
Disamping itu pelarut yang dipakai dalam HPLC harus murni secara kimia,
bebas partikel, bebas dari gas terlarut, dicampur dengan benar dan taat asas.
Kriteria pemilihan fase gerak
a. Viskositas
b. Transparansi terhadap uv
Jika detektor uv yang digunakan maka fase gerak harus transparan secara
harus diperhatikan.
c. Indeks bias
Penting jika detektor indeks bias yang digunakan. Perbedaan indeks bias
antara pelarut dengan sampel harus besar jika bekerja dengan batas-batas
deteksi tertentu.
d. Titik didih
Titik didih fase gerak yang rendah diperlukan jika eluat akan dilakukan
satu sisi pelarut dengan tekanan uap tinggi (TD tinggi) pada suhu kamar
e. Kemurnian
Tidak adanya senyawa yang mengganggu pada bentuk deteksi yang
jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas), tidak adanya residu
Fase gerak harus tidak bereaksi sama sekali dengan campuran sampel.
Jika sampel yang sianalisis sangat peka terhadap oksidasi maka fase gerak
g. Toksisitas
h. Harga
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase
air dengan asetonitril. Untuk fase normal, fase gerak yang sering
zat uji dan kualitas pereaksi yang digunakan terhadap hasil analisis.
Kondisi percobaan yang harus ditetapkan meliputi: laju aliran pelarut, suhu
dll, sesuai dengan uji kesesuaian sistem yang tertera dalam Farmakope.
KCKT sebanyak 6 (enam) kali pengulangan dengan pelarut, fase gerak dan
sistem KCKT yang terpilih. Waktu retensi (tr) dicatat, selanjutnya dihitung
nilai resolusi, luas area, nilai lempeng teoritis (N), High Equivalent
Theoritical Plate (HETP), faktor ikutan (tf) dan Relative Standard Deviation
(RSD).
Kriteria penentuan kondisi percobaan dan kesesuaian sistem
analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat
pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat
adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat
dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks
analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan
5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Definisi: Batas deteksi adalah jumlah
terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan
parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik
dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama
kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada
dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi
respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang
(tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase
gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C). Perubahan
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan pelarut, fase gerak dan sistem KCKT yang terpilih. Waktu retensi (tr)
dicatat, selanjutnya dihitung nilai resolusi, luas area, nilai lempeng teoritis (N),
High Equivalent Theoritical Plate (HETP), faktor ikutan (tf) dan Relative
De Lux, P.E. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Medan: USU digital library. [diakses 20 Oktober 2010]. Dikutip dari:
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-effendy2.pdf
Dong, M.W. (2006). Modern HPLC for Practicing Scientists. Canada: A John Willey
& Sons Inc. Hal. 1-13.
Harmita (2004). Petunjuk Pelaksaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan. Majalah
Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117–135.
Huber, L. (1999). Validation of HPLC Methods. J. BioPharm. 12(1): 64-66.
Nollet, L.M.L. (2000). Food Analysis by HPLC. Edisi 2. New York: Marcel Dekker,
Inc. Hal. 1-53.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Dolan, J.W. (2010). Introduction to Modern Liquid
Chromatography. Edisi 3. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 20-83,
532-542, 887-890.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Glajch, J.L. (1997). Practical HPLC Method
Development. Edisi 2. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 21-97.
Snyder, L.R., dan Kirkland, J.J. (1979). Introduction to Modern Liquid
Chromatography. Edisi 2. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 16-
165.
Suprianto, Effendy De Lux Putra, and Siti Morin Sinaga. Optimization of Volume
Void and Wavelengths at Simultaneous Determination Method Development
of Sweeteners, Preservatives and Dyes by UFLC. International Journal of
ChemTech Research. 2017. 10(1): 89-97
Suprianto. Optimization of Mobile Phase for Simultaneous Determination of
Sweeteners, Preservatives and Dyes by UFLC. International Journal of
ChemTech Research. 2018. 11(01): 56-63
Suprianto. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Campuran Pemanis, Pengawet
dan Pewarna secara Simultan dalam Sirup Esen dengan Menggunakan
Kromatografi Cair kinerja Tinggi . Tesis. USU. 2014: 15-40, 58-85