Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANALISIS FISIKOKIMIA

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
ISWATI D1A191847

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis

material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara

tradisional, kimia analitik dibagi menjadi dua jenis, kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau

senyawa kimia, baik organik maupun anorganik, sedangkan analisis kuantitatif

bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu

cuplikan. Kimia analitik modern dikategorisasikan melalui dua pendekatan,

target dan metode. Berdasarkan targetnya, kimia analitik dapat dibagi menjadi

kimia bioanalitik, analisis material, analisis kimia, analisis lingkungan, dan

forensik. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dapat dibagi menjadi

spektroskopi, spektrometri massa, kromatografi dan elektroforesis, kristalografi,

mikroskopi, dan elektrokimia.

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada

kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang

mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang

mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Sekarang ini,
kromatografi sangat diperlukan dalam memisahkan suatu campuran senyawa.

HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan memakai

fase diam yang terikat secara kimia pada penyangga halus yang distribusi

ukuranya sempit (kolom) dan fase gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir

yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan

pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relative singkat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.

HPLC adalah kromatografi cair kolom modern, dimana teori dasarnya bukanlah

baru tetapi hasil pengembangan dari kromatografi cair kolom klasik.

HPLC dapat dianggap sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG). Pada

KG, senyawa yang akan dianalisis harus menguap atau dapat diubah menjadi

senyawa yang menguap. Sedangkan pada HPLC, analit harus larut dalam cairan

(fase gerak). HPLC dapat digunakan untuk menganalisis senyawa organik dan

anorganik yang pada umumnya tidak dapat menguap.

Pada HPLC diperkenalkan penggunaan fase diam yang berdiameter kecil

dalam kolom yang efisien. Teknologi kolom partikel kecil (3-5 μm) memerlukan

sistem pompa bertekanan tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak dengan

tekanan tinggi agar tercapai laju aliran 1-2 mL/menit. Oleh karena sampel yang

digunakan sangat kecil (< 20 μg) maka diperlukan detector yang sangat peka.

Dengan teknologi ini, pemisahan berlangsung sangat cepat dengan daya pisah

sangat tinggi.
Gambar Alat Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (HPLC)

B. Keunggulan Metode HPLC

1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

2. Mudah melaksanakannya

3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis

5. Resolusi yang baik

6. Dapat digunakan bermacam-macam detector

7. Kolom dapat digunakan kembali

8. Mudah melakukan “sample recovery”

C. Pengembangan Metode Analisis

Tujuan pengembangan adalah untuk memperoleh suatu metode yang

sesuai memenuhi syarat, cermat dan seksama, resolusi dan selektivitas tinggi,

cepat, sensitif dan reprodisibel.


Langkah-langkah yang ditempuh adalah:

1. Pengumpulan informasi

Informasi yang penting itu mencakup jenis komponen yang akan dianalisis

termasuk sifat-sifat fisikokimianya yaitu: struktur molekul, bobot molekul,

keasaman dan kebasaan, spektra UV, rentang kadar, data kelarutan dan

matriksnya (bentuk sediaan, pengisi dan cairan biologi, dll)

2. Pemilihan detektor

Detektor adalah suatu instrumen yang dihubungkan pada ujung akhir suatu

kolom yang berfungsi memantau analit yang dipisahkan kolom. Beberapa

persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam memilih detektor adalah :

linier antara respon dengan konsentrasi, kepekaan tinggi, ketepatulangan,

volume mati sel serendah ungkin dan mudah perawatannya.

Pilihan pertama detektor ditujukan pada detektor UV panjang gelombang

tertentu, misalnya 254 nm. Ini dipilih karena banyak senyawa yang

menyerap radiasi pada panjang gelombang ini. Jika detektor ini tidak

memadai maka pilihan berikutnya pada detektor panjang gelombang

beragam (multiple wavelength). Panjang gelombang pengukuran dipilih

berdasarkan serapan maksimum dan absorptivitas molar (ε) analit yang akan

dianalisis.
Detektor Yang Paling Sering Digunakan pada KCKT

Sumber: Dong, 2006; Angelika, et al., 2001; Snyder dan Kirkland, 1979.

3. Pemilihan kolom

Kolom pada HPLC merupakan faktor yang sangat menentukan karena

didalam kolomlah pemisahan berlangsung. Kolom yang baik harus

memberikan resolusi yang baik dengan waktu pemisahan yang tidak lama

(<20 menit). Kolom HPLC berupa pipa baja tahan karat, gelas atau plastic

yang berisi fase diam. Fase diam dapat berupa zat padat (pada kromatografi

adsorpsi) atau berupa zat cair yang disaput pada partikel silika berpori, tetapi

sekarang berupa fase terikat secara kimia pada suatu penyangga (kromatografi

partisi)
4. Pemilihan fase gerak

Fase gerak memegang peranan penting dalam pemisahan analit karena migrasi

analit diatur oleh interaksi fase gerak dan fase diam. Migrasi analit terjasi

karena adanya kompetisi antara fase gerak dan analit untuk dapat terikat pada

sisi-sisi aktif dari fase diam. Fase gerak yang dipakai biasanya merupakan

campuran 2 atau lebih pelarut yang kekuatannya berbeda.

Pelarut yang kepolarannya berbeda jauh dengan kepolaran fase diam dianggap

sebagai pelarut yang lemah, karena pelarut jenis ini tidak akan ditahan kuat

oleh fase diam dan belum tentu dapat mengusir analit dari ikatannya dengan

fase diam untuk bermigrasi. Pelarut jenis ini mempunyai kepolaran yang tidak

berbeda jauh dengan fase diam.

Sifat fisika-kimia pelarut yang harus diperhatikan untuk memilih pelarut yang

dipakai dalam HPLC adalah viskositas, kompresibilitas, indeks bias, tekanan

uap, titik leleh, spektrum UV, nilai ambang batas, daya campur dan kepolaran.

Disamping itu pelarut yang dipakai dalam HPLC harus murni secara kimia,

bebas partikel, bebas dari gas terlarut, dicampur dengan benar dan taat asas.
Kriteria pemilihan fase gerak

a. Viskositas

Pelarut dengan viskosias rendah menghasilkan tekanan yang lebih rendah

dibandingkan pelarut dengan viskositas tinggi pada suatu kecepatan alir

tertentu. Viskositas rendah juga memungkinkan kromatografi yang lebih

cepat karena perpindahan masa berlangsung lebih cepat.

b. Transparansi terhadap uv

Jika detektor uv yang digunakan maka fase gerak harus transparan secara

sempurna pada panjang gelombang yang digunakan. Transparansi garam-

garam buffer, reagen-reagen pasangan iondan bahan tambahan lain juga

harus diperhatikan.

c. Indeks bias

Penting jika detektor indeks bias yang digunakan. Perbedaan indeks bias

antara pelarut dengan sampel harus besar jika bekerja dengan batas-batas

deteksi tertentu.

d. Titik didih

Titik didih fase gerak yang rendah diperlukan jika eluat akan dilakukan

pemprosesan lebih lanjut supaya memudahkan dalam penguapannya. Di

satu sisi pelarut dengan tekanan uap tinggi (TD tinggi) pada suhu kamar

cendrung menghasilkan gelembung-gelembung uap dalam detektor.

e. Kemurnian
Tidak adanya senyawa yang mengganggu pada bentuk deteksi yang

digunakan, tidak adanya senyawa yang mengganggu elusi gradien

(berguna untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama

jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas), tidak adanya residu

non-volatile dalam kasus pemisahan preparatif.

f. Lembam (inert) terkait dengan senyawa-senyawa sampel

Fase gerak harus tidak bereaksi sama sekali dengan campuran sampel.

Jika sampel yang sianalisis sangat peka terhadap oksidasi maka fase gerak

dapat ditambah senyawa antioksidan.

g. Toksisitas

Seorang analis harus menghindari penggunaan produk yang toksik

semaksimal mungkin. Pelarut terklorinasi dapat melepaskan gas fosfen

yang sangat toksik. Toluen harus menggantikan benzena yang bersifat

karsinogenik, kapanpun dimungkinkan.

h. Harga

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase

terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol atau campuran

air dengan asetonitril. Untuk fase normal, fase gerak yang sering

digunakan adalah campuran pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang

terklorisasi atau menggunakan pelarut jenis alkohol.

5. Penentuan kondisi dan kesesuaian sistem


Bila memakai HPLC pada umumnya dkehendaki adanya kepastian kesesuaian

dan kondisi percobaan yang dilakukan. Penentuan ini disebabkan karena

adanya pengaruh kondisi yang disebabkan jenis peralatan sistem elektronik,

zat uji dan kualitas pereaksi yang digunakan terhadap hasil analisis.

Kondisi percobaan yang harus ditetapkan meliputi: laju aliran pelarut, suhu

kolom, kecepatan kertas perekam, attenuation dan nilai ambang yang

digunakan (tinggi puncak, luas, lebar kromatogram). Untuk HPLC perlu

ditetapkan juga keberulangan dari penyuntikan, waktu retensi, faktor ikutan,

dll, sesuai dengan uji kesesuaian sistem yang tertera dalam Farmakope.

Uji Kesesuaian Sistem Larutan

baku dicampur dengan konsentrasi 60 µg/mL, disuntikkan ke dalam sistem

KCKT sebanyak 6 (enam) kali pengulangan dengan pelarut, fase gerak dan

sistem KCKT yang terpilih. Waktu retensi (tr) dicatat, selanjutnya dihitung

nilai resolusi, luas area, nilai lempeng teoritis (N), High Equivalent

Theoritical Plate (HETP), faktor ikutan (tf) dan Relative Standard Deviation

(RSD).
Kriteria penentuan kondisi percobaan dan kesesuaian sistem

Parameter Percobaan Kriteria

1. Keberulangan penyuntikan Koefisien variasi < 2%


2. Laju aliran 1-2 mL/menit
3. Tekanan 100 – 200 bar
4. Waktu pemisahan 10 – 20 menit
5. Faktor kapasitas 1<k’<10
6. Faktor selektivitas α>1
7. Faktor ikutan / simetris Tf=1
8. Kromatogram Lancip, tajam tidak melebar dan
tidak berekor
9. Resolusi R≥1,5
10. Penggunaan pelarut minimal
11. Efisiensi kolom N≥10.000/m

D. Validasi Metoda Analisis

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

E. Parameter Penampilan Analisis

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya.

1. Kecermatan (accuracy) Definisi: Kecermatan adalah ukuran yang

menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang

sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali


(recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat

tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan

analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat

dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan

pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat

asas sesuai prosedur.

2. Keseksamaan (precision) Definisi: Keseksamaan adalah ukuran yang

menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui

penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara

berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

3. Selektivitas (Spesifisitas) Definisi Selektivitas atau spesifisitas suatu metode

adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat

dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks

sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat

penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang

mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa

sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis

sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.

4. Linearitas dan Rentang Definisi: Linearitas adalah kemampuan metode

analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan

transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit


dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan

tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,

keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Definisi: Batas deteksi adalah jumlah

terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan

respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan

parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik

dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat

memenuhi kriteria cermat dan seksama.

6. Ketangguhan metode (ruggedness) Definisi: Ketangguhan metode adalah

derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama

dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen,

bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya

dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan

kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada

kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.

7. Kekuatan (Robustness) Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu

dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi

respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang

dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup

(tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase
gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C). Perubahan

lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uji Kesesuaian Sistem yaitu larutan baku dicampur dengan konsentrasi 60

µg/mL, disuntikkan ke dalam sistem KCKT sebanyak 6 (enam) kali pengulangan

dengan pelarut, fase gerak dan sistem KCKT yang terpilih. Waktu retensi (tr)

dicatat, selanjutnya dihitung nilai resolusi, luas area, nilai lempeng teoritis (N),

High Equivalent Theoritical Plate (HETP), faktor ikutan (tf) dan Relative

Standard Deviation (RSD).


DAFTAR PUSTAKA

De Lux, P.E. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Medan: USU digital library. [diakses 20 Oktober 2010]. Dikutip dari:
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-effendy2.pdf
Dong, M.W. (2006). Modern HPLC for Practicing Scientists. Canada: A John Willey
& Sons Inc. Hal. 1-13.
Harmita (2004). Petunjuk Pelaksaan Validasi Metode dan Cara Perhitungan. Majalah
Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117–135.
Huber, L. (1999). Validation of HPLC Methods. J. BioPharm. 12(1): 64-66.
Nollet, L.M.L. (2000). Food Analysis by HPLC. Edisi 2. New York: Marcel Dekker,
Inc. Hal. 1-53.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Dolan, J.W. (2010). Introduction to Modern Liquid
Chromatography. Edisi 3. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 20-83,
532-542, 887-890.
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., dan Glajch, J.L. (1997). Practical HPLC Method
Development. Edisi 2. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 21-97.
Snyder, L.R., dan Kirkland, J.J. (1979). Introduction to Modern Liquid
Chromatography. Edisi 2. New York: A John Willey & Sons Inc. Hal. 16-
165.
Suprianto, Effendy De Lux Putra, and Siti Morin Sinaga. Optimization of Volume
Void and Wavelengths at Simultaneous Determination Method Development
of Sweeteners, Preservatives and Dyes by UFLC. International Journal of
ChemTech Research. 2017. 10(1): 89-97
Suprianto. Optimization of Mobile Phase for Simultaneous Determination of
Sweeteners, Preservatives and Dyes by UFLC. International Journal of
ChemTech Research. 2018. 11(01): 56-63
Suprianto. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Campuran Pemanis, Pengawet
dan Pewarna secara Simultan dalam Sirup Esen dengan Menggunakan
Kromatografi Cair kinerja Tinggi . Tesis. USU. 2014: 15-40, 58-85

Anda mungkin juga menyukai