Disusun oleh
Shofiya Amamah Fajriani (1808486)
Tanggal Praktikum
Awal :
Akhir :
A. Tujuan
a. Dapat memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kuantitatif.
b. Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti menual
pengoperasian HPLC.
c. Dapat menentukan atau menghitung kadar zat aditif dalam sampel muman.
B. Prinsip Dasar
b. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam HPLC adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu tekanan konstan (constan pressure) dan
pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syinge. Pompa reciprocating
menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating). oleh karena itu,
membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis
dasar (base line) detector yang stabil, bila detector sensitive terhadap aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syrine
memberikan aliran yang tidakberdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
c. Injektor (Injector)
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :
1. Stopped flow
2. Solvent Flowing
Ada tiga tipe injector yang dapat digunakan:
1. Stop Flow : aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmodfir,
sistemditutup dan alran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena
difusi di dalam cairan kecil resolusi tidak dipengaruhi.
2. Septum : septum yang digunakan pada HPLC sama dengan yang digunakan
pada kromatografi gas. Injector ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70
atmosfir, tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
kromatografi gas. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum
injector) dapat menyebabkan penyumbatan.
3. Loop Valve : tipe injector ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volue
lebih besar dari 10μL dan dilakukan dengan cara automatis (dengan
menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan
secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi ke dalam loop pada kinerja
atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
d. Kolom (Column)
Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau tidaknya suatu analisis
tergantung pada pemilihan kolom dan kondii percobaan yang sesuai. Kolom dapat
dibagi menjadi dua kelompok:
1. Kolom analitik
Diameter dalam 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material pengisi
kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50-100 cm.
untuk kemasan poros mikropartikulat, 10-30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2. Kolom preparative
Umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25-100
cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada
temperature kamar, tetapi bisa juga digunakan temperature lebih tinggi, terutama
untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom
tergantung pada model HPLC yang digunakan (Liquid Solid Chromatography,
LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC,
Exclution Chromatography, EC).
e. Detector
Suatu detector dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadarnya (analisis kuantitatif).
Detector yang baik memiliki sensitivitas yang tinggi, gangguan (noise) yang
rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua tipe
senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperature
sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.
Detector HPLC yang umum digunakan adalah detector UV 254 nm.
Variabelpanjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa
dengan range yang lebih luas. Detector indeks refraksi juga digunakan secara luas,
terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitive jika
dibandingkan dengan detector UV. Detector-detektor lainnya antara lain:
1. Detector Fluorometer – Detektor spektrofotometer Massa
2. Detektor Ionisasi nyala – Detektor Refraksi Indeks
3. Detektor Elektrokimia – Detektor Reaksi Kimia
f. Elusi Gradien
Elusi gradie didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama
analisis kromatografi belangsung. Efek dari elusi gradient adalah mempersingkat
waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom.
Elusi gradient menawarkan beberapa keuntungan:
1. Total waktu analisis dapat direduksi
2. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
3. Ketajaman peak bertambah (menghilangkan tailing)
Kelebihan HPLC
Kromatografi cair kinerja tinggi atau High performance Liquid Chromatography
(HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. HPLC termasuk metode
analysis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan dan fase diam
cairan atau padat. Banyak kelebihan dari metode ini jika dibandingkan dengan metode
lainnya. Kelebihan itu antara lain:
1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
2. Mudah melaksanakannya
3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis.
5. Resolusi yang baik.
6. Dapat digunakan bermacam-macam detector.
7. Kolom dapat digunakan kembali.
8. Mudah melakukan sample recovery.
(Effendy, 2004)
b. Bahan
Natrium benzoate p.a 40 mg
Vitamin C standar 20 mg
Kafein 10 mg
Methanol 20 mg
Methanol for HPLC
Sampel minuman yang mengandung vitamin C
Kalium dihidrogenfosfat
Aquabides
Asetonitril
Alat HPLC
˗ Alat HPLC dikondisikan dengan :
Fasa gerak dengan sistem elusi gradient dengan kondisi :
Kolom : C-18 (12,5 cm)
Panjang gelombang : 254 nm
Laju alir : 0,75 mL/menit
Volume injeksi : 20μL
˗ Kabel penghubung listrik dipastikna telah tersambung dengan benar
˗ Ditekan tombol ON pada saklar listrik
˗ Diisi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan botol penampung
dikosongkan
˗ Ditekan tombol On pada alat, berturut-turut untuk power, detector dan
pompa.
˗ Lakukan pemrograman alat dengan computer. Diikuti langkahnya sesuai
instruksi dalam computer
˗ Dipilih mode yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi
instrument
˗ Apabila kromatogram telah menunjukkan baseline yang mendatar, maka
instrument siap digunakan
˗ Diinjeksi berturut-turut larutan standarnya(mulai dari konsentrasi terendah)
dan terakhir larutan sampel.
˗ Hasil pengukuran dicetak, dan kondisi percobaannya dicatat.
˗ Setelah selesai digunakan, pompa dimatikan dengan menyoroti tanda
pompa dalam computer
˗ File ditutup sesuai petunjuk lalu computer dimatikan
˗ Untuk mematikan, tekan tombol off pada pompa, detector dan power
secara berurutan. Lalu sambungan listrik diputuskan.
6 Perhitungan hasil analisis
E. Perhitungan
Pembuatan larutan KH2PO4
massa 1000
M= x
Mm V ( mL)
M x Mm x V ( mL)
Massa K2PO4 ¿
1000
g
0,01 M x 136 x 1000 ml
Massa K2PO4 mol 1,36 g
¿ =¿
1000
Pembuatan larutan induk (ppm)
massa lar . induk ( mg)
larutan induk =
volume( L)
a. Natrium Benzoat
20 mg
Natrium Benzoat ¿
0,05 L
mg
NatriumBenzoat ¿ 400 atau 400 ppm
L
b. Kafein
20 mg
Kafein ¿
0,05 L
mg
Kafein ¿ 400 atau 400 ppm
L
c. Vit C
20 mg
Vitamin C ¿
0,05 L
mg
Vitamin C¿ 400 atau 400 ppm
L
Data grafik atau kurva kalibrasi
y = mx + c
F. Daftar Pustaka
Al-Anshory. 2007. Diktat Pelatihan HPLC. Bandung: Universitas Padjajaran
Chemicalbook. 2014. Caffein. [online]. Tersedia :
https://www.chemicalbook.com/ChemicalProduct.htm., Hal 1 (Diakses pada 28
November 2020)
Gandjar, I. G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Moffat, A. C & Widdop B. 2011. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons in
Pharmaceuticals, Body Fluids and Postmortem Material, Fourth Edition.
London : Pharmaceutical Press
Putra, Effendy. D. L. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Medan : Jurusan Farmasi Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam Universias
Sumatera Utara.
Tim Praktikum Kimia Pemisahan. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
Bandung : Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.