Disusun oleh
Kelompok 2
Nama :
NIM : 5201905008
Kelas : 2C Farmasi
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
I. JUDUL PRAKTIKUM
“ PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN HPLC”
ALAT BAHAN
HPLC Aquabides
Sonicator Methanol Pro HPLC
Filter Milipore 0,45 mikrometer Baku Paracetamol (PA)
Corong Buchner Sampel paracetamol tablet
Labu Ukur
Gelas Ukur 50ml
Gelas Ukur 1000ml
Vial HPLC
Kolom (Fase Diam)
Beaker Glass
Syringe Injector HPLC
Pompa Vakum
Pipet Volume
Kertas Saring
Sendok Takar
Batang Pengaduk
Alumunium Foil
V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Fase Gerak Air : Methanol Pro HPLC (3;1)
Hasil
Hasil
Hasil
D. Penetapan Kadar
Hasil
Waktu
Tinggi Area
Analisis Senyawa Penginjeksian Retensi
(mAU) (mAU*Min)
(Menit)
Penginjeksian 1
Peak 1 0.973 1180 32928
Uji Paracetamol Peak 2 1.459 1505 20342
Sampel 500mg Tablet Peak 3 1.693 10866 102853
Peak 4 2.218 326 7634
Peak 5 3.405 238 11295
Paracetamol Penginjeksian 2
Baku Peak 1 1.552 11473 315763
(PA) Peak 2 3.257 16594 271175
Pada percobaan kali ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap tablet
parasetamol dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui mutu sediaan dari tablet parasetamol. Prinsip kerja dari KCKT
adalah pemisahan suatu senyawa berdasarkan sifat kepolarannya. Sistem kromatografi
yang digunakan pada percobaan ini yaitu fase balik, dimana fase diam yang digunakan
bersifat non polar sedangkan fase geraknya bersifat polar. Fase diam yang digunakan
adalah ODS atau Okta Desil Silica. ODS merupakan kolom berisi silika yang bersifat polar
yang kemudian ditambahkan 18 atom C sehingga ODS bersifat non polar. ODS banyak
digunakan karena mampu memisahkan senyawa dari tingkat kepolaran terendah hingga
tertinggi. ODS digunakan karena parasetamol bersifat polar sehingga senyawa parasetamol
tidak akan tertahan pada fase diam tetapi ikut keluar bersama fase gerak yaitu metanol : air.
Pengujian tablet parasetamol diawali dengan penginjeksian sampel uji yang telah
disaring dengan membran filter PTFE, penyaringan ini dilakukan agar tidak terjadi
penyumbatan didalam kolom. Dengan bantuan pompa bertekanan tinggi, sampel masuk ke
dalam kolom. Di dalam kolom, komponen-komponen sampel dipisahkan berdasarkan
kepolarannya. Parasetamol yang bersifat polar akan keluar lebih dulu bersama fase gerak,
dan eksipien lain yang bersifat non polar akan tertahan di dalam kolom.
Pada pengujian ini detektor yang digunakan adalah detektor UV 243 nm karena
parasetamol memiliki gugus kromofor yang dapat terbaca oleh detektor UV. Panjang
gelombang yang digunakan 243 nm karena merupakan panjang gelombang maksimal dari
parasetamol, dimana pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal dan
memenuhi hukum Lambert-Beer, selain itu jika dilakukan pengulangan maka kesalahannya
akan kecil.
Dari hasil pengamatan, berdasarkan Farmakope Indonesia IV, kadar parasetamol
dalam tablet tidak boleh < 90% dan >110%, hal ini berarti kadar parasetamol dalam tablet
parasetamol tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan :
Kondisi alat yang digunakan yang telah digunakan berulang kali.
Kemungkinan tablet parasetamol yang sudah kadaluarsa.
Kemungkinan penyimpanan tablet yang tidak baik sehingga, kadar parasetamol
terdegradasi dan teroksidasi karena paparan cahaya.
Adanya kontaminasi selama pengerjaan.
Dilihat dari kromatogram yang terbentuk, terdapat tailing factor dari setiap
konsentrasi. Tailing factor ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Guard column yang sudah mulai rusak.
2) Fase gerak yang sudah mulai rusak.
3) Partikel silika yang dipakai di dalam bahan pendukung bukanlah partikel silika
yang baik.
4) Adanya komponen lain yang keluar tepat setelah peak.
5) Sampel bereaksi dengan gugus silanol pada partikel silika.
6) pH fase gerak yang tidak tepat.
7) Pemilihan kolom yang tidak teapat dengan senyawa yang menjadi target analisa.
8) Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel tidak kompatibel dengan fase
gerak.
VII. KESIMPULAN
KCKT adalah instrument untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik,
maupun senyawa biologis, analisis ketidak murnian ( impurities) dan analisis senyawa-
senyawa yang tidak mudah menguap (nonvolatil).
Dari hasil pengamatan, berdasarkan Farmakope Indonesia IV, kadar parasetamol
dalam tablet tidak boleh < 90% dan >110%, hal ini berarti kadar parasetamol dalam tablet
parasetamol tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan :
Kondisi alat yang digunakan yang telah digunakan berulang kali.
Kemungkinan tablet parasetamol yang sudah kadaluarsa.
Kemungkinan penyimpanan tablet yang tidak baik sehingga, kadar parasetamol
terdegradasi dan teroksidasi karena paparan cahaya.
Adanya kontaminasi selama pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN