Disusun oleh :
Kelompok 4
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhahu wa Ta’ala atas segala
limpahan nikmatnya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini disusun
sebagai tugas presentasi mata kuliah Kimia Medisinal yang berjudul "Isomer dan Aktivitas
makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada rekan-rekan yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, sekali lagi penulis
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stereokimia merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas biologis obat
oleh karena itu pengetahuan tentang hubungan aspek stereokimia dengan aktivitas
Untuk berinteraksi dengan reseptor, molekul obat harus mencapai sisi reseptor
dan sesuai dengan permukaan reseptor. Faktor sterik yang ditentukan oleh
stereokimia molekul obat dan permukaan sisi reseptor, memegang peran penting
dalam menentukan efisiensi interaksi obat reseptor. Oleh karena itu agar berinteraksi
dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis, molekul obat harus mempunyai
Pada interaksi obat reseptor ada dua nilai yang sangat penting yaitu distribusi
muatan elektronik dalam obat dan reseptor, serta bentuk konformasi obat dan
reseptor. Oleh karena itu aktivitas obat tergantung pada tiga faktor struktur yang
penting, yaitu:
sesuai.
Dua hal penting yang perlu diketahui adalah modifikasi isosterisme dan
Untuk memperoleh obat dengan aktivitas yang lebih tinggi, dengan efek
samping atau toksisitas yang lebih rendah dan bekerja lebih selektif, perlu dilakukan
modifikasi struktur molekul obat. Ada dua aspek stereokimia obat yakni:
1. Isosterisme
seleksi dari bagian sruktur yang karena karakterisasi sterik, elektronik dan sifat
adanya persamaan. Sifat fisik dari olekul yang bukan isomer, dan memberikan
atau molekul yang mempunyai jumlah dan pengaturan elektron yang sama,
sama-sama tidak bermuatan ditunjukkan sifat fisik yang relatif sama, seperti
kekentalan, kerapatan, indeks refraksi, tetapan dielektrik dan kelarutan. Hal ini
berlaku pula untuk molekul-molekul N2O dan CO2, serta CH2N2 dan CH2 = CO.
yang mempunyai sifat kimia atau fisika mirip, karena mempunyai persamaan
Gugus-gugus divalen eter (-O-), sulfida (-S-), amin (-NH-) dan metilen (-CH2-)
metabolit (antimetabolit)
gugus fungsi dalam struktur molekul yang spesifik aktif dengan gugus lain dan
N, O atau atom S, dan R-X, dimana X adalah atom F,Cl, Br, dan I
b. Atom atau gugus divalen, contoh : R-X-R', dimana X adalah O, S, CH2 atau
NH.
dan R-Sb=R'.
d. Atom atau gugus tetravalen, contoh : R=N+=R', R=C=R', R=P+=R',
Pada modifikasi isosterisme tidak ada hukum yang secara umum dapat
dasar rancangan obat dan modifikasi molekul dalam rangka menentukan obat
baru.
N N
R R R = -CH2CH2CH2N(CH3)2
Promazin Imipramin
(cincin fenotiazin) (cincin dihidrodibenzazepin)
Penggantian gugus sulfida (-S-) pada sistem cincin fenotiazin dan cincin
Contoh :
R-COO-CH2-CH2-N+(CH3)3
terhadap proses oksidasi sehingga masa kerja obat lebih panjang (t1/2
H2 N C X CH2CH2N(C2H5)2
NH → Prokainamid : antiaritmia
6) Antimetabolit purin
yang melibatkan ikatan hydrogen dari kedua basa, pada proses replikasi
Selain gugus isosterik dan bioisosterik dikenal pula gugus haptoforik dan
DDT (insektisida), atau gugus fenotiazin, seperti yang terdapat pada prometazin
Cl H
H COCH2CH3
C C C
OCH2CH2N(CH3)2 CH2CH(CH3)N(CH3)2 Cl CCl3
Prometazin Klorpromazin
disebabkan oleh orientasi gugus-gugus fungsional dalam ruang dan pola yang
sama. Dari gambaran sterik dikenal beberapa macam struktur isometri, antara
obat.
langsung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu sistem alisiklik.
distribusi isomer dalam media biologis juga berbeda, dan berbeda pula
X
A' A' A' A'
R e s e pt o r C' B' R e s e pt o r C'
B'
obat. Isomer konfirmasi lebih stabil pada struktur senyawa non aromatik.
pada kedudukan ekuatorial yang kurang terpengaruh oleh efek sterik. Pada
cincin non aromatik, atom atau gugus yang terikat dapat pada kedudukan
berorientasi pada gugus fenil dan gugus alisiklik. Gugus fenil cendrung
menunjang rigiditas molekul obat dan ini terjadi pada cincin aromatik atau
suatu sistem kerkonjugasi yang lain . atom atau gugus yang terikat secara
langsung pada cincin atau sistem tersebut akan berada pada ruang yang
sama.
gugus fungsi tetapi hanya bergantung pada aromatik atau karakteristik planar
dari molekul.
Contoh :
permukaan planar melalui ikatan vander waals yang relatif kuat. Pada
interaksi obat yang tidak planar dengan reseptor planarikatan van der waals
relatif rendah.
efek biologis karena mempunyai bentuk konfirmaasi yang unik dan lentur
Contoh :
1) Asetil kolin
saraf otot.
b. Bentuk konfirmasi memanjang penuh
asetilkolinesterase,
2) 2-Asetoksisiklopropiltrimetilamonium iodide
I- I-
H3C + H3C CH3 O
CH3 +
N O C
N H H3C
H3C CH3
CH3 H
H H O C H H
O
H H
trans-2-Asetoksisiklopropil cis-2-Asetoksisiklopropil
trimetilamonium iodida trimetilamonium iodida
Pada bentuk (+) trans, atom H dari N-metil letaknya berjauhan dan
Bentuk isomer (+) trans juga mudah dihidrolisis oleh enzim esterase
dengan kecepatan yang sama seperti hidrolisis asetilkolin. Bentuk isomer (-)
fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan
gugus-gugus substitusi terletak pada ruang yang relatif berbeda sehingga
B Contoh :
BC
log P (cis) > log P (trans)
A C
A
membran biologis
B BC
A C A
B' B'
Reseptor
A' C' A' C'
Keterangan :
Nilai koefisien partisi lemak/air isomer cis tidak sama dengan isomer trans
optis, dapat membentuk diasterioisomer (+-) eritro dan (+-) itreo, yang
H C OH HO C H H C OH HO C H
H C NHCH3 H3CHN C H H3CHN C H H C NHCH3
tabel berikut:
Isomer APR
D (-) Eferdrin 36
L (+) Efedrin 11
D(-) Pseudoefedrin 7
L(+) Pseudoefedrin 1
DL(+-) Efedrin 26
DL(+-) Pseudoefedrin 4
Dari gambar dan tabel terlihat bahwa aktivitas maksimal dicapai bila pusat
Cα berada pada kedudukan (S) dan pusat Cβ pada kedudukan (R). Jadi
hanya bentuk D(-) efedrin yang secara nyata dapt memblok reseptor β-
sama dan hanya berbeda pada kemampuan dalam memutar bidang cahaya
dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kiri atau ke kanan saja dengan
reseptor biologis.
Contoh :
A C A C log P ( + ) = log P ( - )
B B
membran biologis
A C A C
B B
Keterangan :
Nilai koefisien partisi lemak/air dari isomer (-) atau log P (+) = log P(-)
biologis berbeda :
isomer (+)
) efeknya negative
Contoh :
isomer-isomer tersebut.
bersifat stereospesifik.
tertentu
reseptor spesifik.
gambar.
A A
B' D' B D D B
'
C C C
permukaan reseptor.
epinefrin,karena ada isomer (+) hanya dua gugus yang terikat pada
aktivitas presor yang serupa dengan (+) epinefrin, karena hanya dua
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stereokimia merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas biologis obat
oleh karena itu pengetahuan tentang hubungan aspek stereokimia dengan aktivitas
Siswandono, 2011, Hubungan Struktur, Aspek Stereokimia dan Aktivitas Biologis Obat,
https://id.scribd.com/doc/72541587/4-Stereokimia.
Tristanti, I., 2013, Hubungan Struktur, Aspek Stereokimia dan Aktivitas Biologis Obat
http://pharmaciststreet.blogspot.co.id/2013/01/hubungan-struktur-
aspek-stereokimia-dan.html