STRUKTUR-AKTIVITAS
Kelebihan
Kekurang an
Parameter
Koefisien
Tetapan
Hidrofobik
Substituen
Fragmentasi
Partisi f
Parameter Hidrofobik
1. Koefisien partisi : tetapan kesetimbangan suatu senyawa dalam pelarut
non polar/polar, yang secara logaritma berhubungan dengan energi
bebas.
2. Tetapan Substituen π Hansch-Fujita : telah memperkenalkan suatu
metode untuk menentukan sifat lipofilik senyawa tanpa mengukur nilai log
P melalui percobaan.
3. Tetapan fragmentasi f :
Log P = Ʃ1 nanfn + c
4. Tetapan kromatografi Rm
Boyce dan Milborrow (1965) menyatakan parameter
kromatografi Rm sebagai parameter yang berhubungan dengan
koefisien partisi.
5. Tetapan distribusi
Parameter yang melibatkan koefisen partisi gugus terionisasi
dan yang menggabungkan efek hidrofobik dan dan elektronik.
Parameter elektronik
Ada tiga jenis sifat elektronik yang digunakan, yaitu :
1. Pengaruh berbagai substituen terhadap reaktivitas bagian molekul
yang tidak mengalami perubahan. Penetapannya menggunakan
perhitungan orbital molekul.
2. Sifat elektronik yang berkaitan dengan tetapan ionisasi (pKa) dan
berhubungan dengan bentuk terionkan dan tak terionkan dari suatu
senyawa pada pH yang tertentu. Penetapannya menggunakan
persamaan Henderson-Hasselbach.
3. Sifat oksidasi-reduksi atau reaktivitas senyawa. Penetapannya
menggunakan perhitungan mekanika kuantum dari energi orbital.
1. Tetapan Elektronik σ Hammet
Hammett (1940), mengenalkan tetapan subtituen untuk
meramalkan tetapan keseimbangan dan tetapan kecepatan untuk
suatu reaksi kimia.
Semakin besar kekuatan penarik elektron makin besar pula
peningkatan kekuatan asam.
2. Tetapan σi Charton
Charton (1963), memberikan koreksi terhadap tetapan σ
Hammet karena adanya perbedaan pengaruh elektronik
terhadap subtituent pada posisi para dan meta cincin aromatik.
3. Tetapan σ Taft
Taft (1956), memperkenalkan tetapan electron σ * untuk senyawa alifatik
berdasarkan hidrolisis ester tersubtitusi X-COOCH 3 (KSX) dan ester
induk H3C-COOCH3 (KSCH3)dalam suasana asam (a) dan basa (b).
4. Tetapan F dan R Swain-Lupton
Swain dan Lupton (1968), memberikan tetapan parameter elektronik F
dan R berdasarkan pemisahan pengaruh efek induksi dan resonansi
dari subtituen-subtituen pada senyawa aromatik.
5. Tetapan elektronik lain-lain
6. Tetapan reaksi, contoh: pKa (tetsapan disosiasi), K (Tetapan reaksi), t½
(waktu paro biologis)
7. Sifat organik fisik, contoh: E (potensial redoks), ∆ v (spektra infra-merah)
dan δ ppm (spektra NMR)
8. Total energi elektron dalam molekul, contoh: Etot, EHOMO dan ELEMO
Parameter Sterik
Tetapan sterik substituen dapat diukur berdasarkan sifat meruah
gugus-gugus dan efek gugus pada kontak obat dengan sisi
reseptor yang berdekatan.
1. Refraksi Molar (M R)
Dihitung melalui persamaan Lorenz-Lorenz sebagai berikut :
MR = (n2 – 1) x
BM
(n2 – 2) x d
2. Parakor [P]
Volume molar (V) yang telah dikoreksi dari kekuatan daya Tarik
intermolekul yaitu dengan mengalihkannya dengan tegangan
permukaan (γ)¼ .
3. Tetapan sterik Es Taft
Taft (1956) memperkenalkan tetapan sterik Es berdasarkan fakta bahwa
hidrolisis dalam suasana asam sangat ditentukan oleh factor sterik
darigugus-gugus.
4. Tetapan Sterik Esc Hancock
Hancock dan kawan-kawan (1961) memperkenalkan tetapan sterik (Esc )
untuk mengoreksi tetapan Es dari Traft karena adanya pengaruh
hiperkonjugasi
5. Tetapan Dimensi van der Waal’s
Radius van der Waal’s tergantung pada jarak gugus yang diukur
6. Tetapan Sterik U Charton
Charton (1969), memperkenalkan tetapan sterik U sebagai koreksi
terhadap radius minimum van der Waal’s, yaitu dengan mengurungkannya
dengan radius hidrogen (rvH ).
7. Tetapan Sterimol Verloop
Verloop dan kawa-kawan (1976) memperkenalkan parameter sterik
baru dan subtituen, yaitu tetapan sterimol yang berdasarkan model
pengisian ruang, dengan mengukur sudut dan jarak ikatan
subtituen yang merupakan gugus fungsi penting pada molekul obat
yaitu tetapan-tetapan L, B1, B2, B3, B4, dan B5.
Analisis Statistik dalam HKSA Model
Hansch
Perhitungan statistik yang banyak digunakan
dalam hubungan struktur dan aktivitas melalui
parameter-parameter kimia fisika adalah :
bX + c
Regresi non linier untuk dua dan tiga parameter kimia fisika, dapat
dinyatakan melalui parameter-parameter sebagai berikut:
Y = -a(X1)2 + bX1 + cX2
+ dX3 + e
Kriteria Statistik
a) Nilai r (koefisien korelasi)
Menunjukkan tingkat hubungan antara data aktivitas biologis pengamatan percobaan
dengan data hasil perhitungan berdasarkan persamaan yang diperoleh dari analisis
regresi. Semakin tinggi nilainya semakin baik hubungannya.
b) Nilai r2
Menunjukkan berapa % aktivitas biologis yang dapat dijelaskan hubungannya dengan
parameter sifat kimia fisika yang digunakan.
c) Nilai F
Menunjukkan kemaknaan hubungan bila dibandingkan dengan tabel F. Makin besar nilai F
semakin besar derajat kemaknaan hubungan.
d) Nilai t
Menunjukkan perbedaan koefisien regresi a, b, c dan d dari persamaan regresi bila
dibandingkan dengan tabel t.
e) Nilai s (simpangan baku)
Menunjukkan nilai variasi kesalahan dalam percobaan.
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien Korelasi
a) Pada koefisien korelasi persamaan [1] mengandung dua variabel tambahan
(σ dan Es). Bila dalam persamaan diberikan 17 variabel akan mengabaikan
data yang ada, nilai r = 1.
b) Pada persamaan [4] dan [5] memiliki harga yang sangat rendah, hal ini
menunjukkan bahwa σ dan Es tidak mempengaruhi aktivitas biologis.
c) Pada koefisien korelasi persamaan [3] lebih rendah dari persamaan [2]
menunjukan bahwa log Rb dan log P bersifat parabolik.
2. Koefisien
a) Pada persamaan [4] dan [5] menggambarkan plot garis regresi selalu sejajar
dengan aksis σ dan Es respon biologis dapat diabaikan.
b) Pada persamaan [1] dan [2] aktivitas biologis tergantung pada sifat hidrofil-
lipofil.
c) Pada persamaan [6] V (volume) koefisien yang dibanding koefisien σ
ukuran molekul atau volume molar bukan faktor yang dapat menentukan
aktivitas.
3. Simpangan baku
Semakin turun nilai simpangan baku, maka semakin naik derajat
kemaknaan hubungan. Pada persamaan [2] nilai simpangan baku
lebih turun dibanding persamaan [3] hubungan yang terbaik
bersifat parabolik.
4. Kesalahan baku koefisien dan uji studen 1
Semakin naik kesalahan baku semakin turun koefisien yang dapat
dipercaya dan semakin kecil pula kemungkinan variabel dapat
dihubungkan dengan respon biologis. Apabila ada keraguan pada
perbandinggan yang dianggap cukup tinggi, maka dapat
dibandingkan dengan batas nilai student t.
5. Nilai F
Nilai F menunjukkan persamaan suatu hubungan yang benar
diantara hasil-hasil yang didapat atau hubungan tersebut hanya
kejadian kebetulan. Jika nilai F perhitungan lebih besar dari nilai
batas atau F tabel mempunyai hubungan yang benar pada
tingkat probabilitas.
6. Koefisien partisi optimum
Keuntungan dari hubungan parabolitik antara log Rb
dan log P aktivitas biologis mencapai maksimum
sesuai dengan harga optimum dari P (Po).