Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

“ELIXIR PARACETAMOL”

Disusun Oleh:
1. NURUL HAKIKI ( 52019050080 )
2. NUR WAHIDAH ( 52019050081 )
3. MELISSA DESY P ( 52019050082 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Elixir Paracetamol “ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Sediaan Cair dan Semi Padat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang sediaan elixir bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, selaku dosen pengampu mata
kuliah Teknologi Sediaan Cair dan Semi Padat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr Wb

Kudus , 18 September 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam istilah kimia farmasi, larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas, misalnya suatu zat terlarut
padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang
sama untuk zat rerlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat.
Bagaimanapun, dalam farmasi perhatian terhadap larutan sebagian besar terbatas pada
pembuatan larutan dari suatu zat padat, zat cair dalam suatu pelarut cair dan tidak begitu
sering larutan suatu gas dalam pelarut cair. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan
sebagai sediaan”cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karerna bahanbahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya”. Sesungguhnya,
banyak produk farmasi yang menurut prinsip kimia fisik merupakan campuran homogen
dari zat-zat terlarut yang dolarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan
ke dalam jenis produk lainnya. Misalnya larutan obat-obat dalam air yang mengandung
gula digolongkan sebagai syrup; larutan yang mengandung hidroalkohol yang diberi gula
(kombinasi dari air dan etil alkohol) disebut eliksir. Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat
dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat
umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu
diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa apsorpsinya dalam sistem saluran
cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat dari pada dalam
bentuk sedaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama. Obat-obat cair menampilkan
masalah menarik dalam rancangan bentuk sediaan. Banyak diantaranya merupakan zat-
zat yang mudah menguap oleh karena harus disegel secara fisik dari atmosfer untuk
menjamin keberadaannya. Masalah lainnya adalah bahwa obat-
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara
kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat
inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya
tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri
kepala, malaria, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain. (1) Parasetamol (asetaminofen)
mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Aksi/kerja utama paracetamol
adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi
tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi.
Paracetamol diabsorbsi baik dalam saluran pencernaan ketika digunakan secara per oral,
untuk memudahkan pemberian obat dan mempercepat absorbsi maka obat dibuat dalam
bentuk sediaan elixir.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tujuan pembuatan exilir?


2. Bagaimana dasar teori exilir?
3. Bagaimana formula exilir?
4. Bagaimana pemberian bahan?
5. Bagaimana fungsi bahan tambahan?
6. Bagaimana alat dan bahan?
7. Bagaimana perhitungan?
8. Bagaimana cara kerja?
9. Bagaimana cara pemberian?
10. Bagaimana evaluasi?

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan tujuan pembuatan exilir?
2. Menjelaskan dasar teori exilir?
3. Menjelaskan formula exilir?
4. Menjelaskan pemberian bahan?
5. Menjelaskan fungsi bahan tambahan?
6. Menjelaskan alat dan bahan?
7. Menjelaskan perhitungan?
8. Menjelaskan cara kerja?
9. Menjelaskan cara pemberian?
10. Menjelaskan evaluasi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan

Tujuan dari pembuatan formula eliksir serta melakukan evaluasi sediaan akhir, adalah
agar dapat memahami pengaruh penggunaan bahan tambahan pemanis dan pengawet
terhadap stabilitas sediaan eliksir.

2.2 Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia III,eliksir adalah sediaan berupa larutan yang


mempunyai rasa dan bau yang sedap mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti
gula dan zat pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet digunakan
sebagai obat dalam, sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol sorbitol dan propilenglikol
sebagai pengganti gula, dapat di gunakan sirup gula (Anonim, 1995).

Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat
yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan
kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang
efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena
sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan
yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena
stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,dari sudut pembuatan
eliksir lebih disukai dari sirup (Ansel, 1989).
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir jumlahnya berbeda-beda karena
masing-masing komponen eliksir mempuyai sifat kelarutandalam alkohol dan air yang
berbeda-beda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air untuk
mempertyahankan semua komponen dalam larutan. Disamping alkohol dan air, pelarut-
pelarut lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan dalam eliksir sebagai
pelarut pembantu (Conors, 1986).
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan, dan
hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya.
Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10%-12%, biasanya juga bersifat sebagai
pengawet, sehingga tidak membutuhkan tambahan zat antimikroba sebagai pengawet
(Ansel 1989).
Parasetamol (acetaminophen) merupakan turunan senyawa sintetis dari p-
aminofenol yang memberikan efek analgesi dan antipiretik. Senyawa ini mempunyai
nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’-hidroksiasetanilid,
bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2. Parasetamol memiliki waktu paruh
eliminasi antara 1-3 jam. Acetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat telah dikeringkan. Pemeriannya adalah
hablur atau serbuk, hablur putih, tidak berbau, rasa pahit. Suhu lebur 169ºC sampai 1720
ºC. Parasetamol diabsorbsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Obat ini
tersebar keseluruh cairan tubuh dan 25% terikat dengan protein plasma. Sebagian besar
perasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sisanya dengan asam sulfat.
Metabolit hasil hidroksilasi obat ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan
hemolisis eritrosis. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diekskresikan
sebagian besar dalam  bentuk terkonjugasi melalui ginjal. Akibat dosis toksis yang yang
serius adalah nekrosis hati (Anonim, 1995)
2.3 Formula Elixir
2.4 Pemerian Bahan
 Paracetamol (Anonim, 1979)
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
 Propilenglikol (Anonim, 1979) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Bersih; tidak berwarna; kental; tidak berbau; rasa manis menyerupai
gliserin
 Na Benzoat (Anonim, 1995) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau,
stabil di udara.
 Etanol (Anonim, 1979) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
 Aquadest (PubChem, 2016) (Anonim, 1979)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
 Raspberry (MSDS, 2016)
Pemerian : Cairan berwarna merah gelap
 FD & C Red (MSDS, 2016)
Pemerian : Bahan cair; berwarna merah
 Xylitol (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Berwarna putih, granul, tidak berbau, rasa manis, memberikan sensasi
dingin.
 Saccharin Sodium (Anonim, 1995) (Rowe et al., 2009)
Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau aromatic lemah; memiliki
rasa manis dengan rasa agak pahit setelah beberapa waktu.
2.5 Fungsi Bahan Tambahan
Pelarut yang digunakan untuk melarutkan paracetamol sebanyak 5 ml
yang terdiri dari alkohol (etanol 95 %) dan propilenglikol 14 % yang ditambahkan dengan
aquadest. Digunakan pelarut campur karena eliksir merupakan larutan hidroalkohol
sehingga menggunakan pelarut alkohol (etanol) dan air. Digunakan propilenglikol untuk
meningkatkan kelarutan dari bahan aktif dan membuat sediaan stabil.
 Ditambahkan Na benzoat karena sediaan eliksir paracetamol merupakan larutan,
sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroba. Na benzoat digunakan sebagai
antimikroba atau pengawet.
 Digunakan pemanis Xylitol karena Xylitol memiliki tingkat kemanisan yang sama
dengna sukrosa sehingga dapat digunakan untuk menggantikan sukrosa pada
eliksir paracetamiol.
 Perasa yang digunakan dalam sediaan eliksir paracetamol ini adalah raspberry q.s
yang ditambahkan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan akseptabilitas.
 Pewarna yang digunakan FD & C Red q.s untuk meningkatkan akseptabilitas dan
menyesuaikan perasa raspberry yang digunakan.
 Digunakan pemanis yang lain yaitu saccharin sodium sebanyak 0,1% berdasarkan
rentang pada HOPE yaitu sebagai oral solution 0,075-0,5%.
 Alasan kenapa digunakan 2 pemanis yaitu xylitol dan saccarin sodium adalah
selain digunakan untuk menutupi rasa pahit pada sediaan elixir, juga digunakan
untuk menutupi rasa yang memabukkan (nauseous) pada sediaan karena
penggunaan etanol.

2.6 Alat dan Bahan


Alat Bahan
- Timbangan - Acetaminopheum
- Mortir - Na. Benzoat
- Batang pengaduk - Aquadest
- Botol coklat - Propilenglycol
- Spatula - Etanol
- Gelas ukur - Saccharin Sodium
- Beaker glass - Xylitol
- Pipet tetes
- Erlenmeyer
- Kertas perkamen

2.7 Perhitungan
Jumlah sediaan yang akan dibuat 5 botol dan total sediaan berjumlah 300 ml
Uji volume terpindahkan 1 botol = 60-61 ml
Uji volume terpindahkan 5 botol = 300-305 ml
Volume tiap botol = 60 ml

  Paracetamol (120 mg/5 ml)


1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 botol = 5 x 1468,9 mg = 7344 mg


Propilenglikol (14%)

1 botol =
Dilebihkan 2% 44,55 gram

Untuk 5 botol = 5 x = 42,84 ml


  Etanol (5%)

1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 botol = 5 x = 15,3 ml  12,39 gram


  Air (81%)
1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 botol = 5 x = 247,86 ml


5.5  Na benzoat (0,3%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 pot = 5 x 0,1836 gram = 0,918 gram


  Saccharin Sodium (0,1%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 pot = 5 x 0,0612 gram = 0,306 gram


Xylitol (10%)
Untuk 1 botol =
Dilebihkan 2%

Untuk 5 pot = 5 x 6,12 gram = 30,6 gram

Berdasarkan HOPE :
-          Xylitol larut dalam 1,6 bagian air

-          Saccharin sodium larut dalam 1,2 bagian air

-          Na benzoat larut dalam 1,8 bagian air


Total pelarut dalam 5 botol :
Air untuk melarutkan bahan =
Total air : 50,9796 ml (air) + 15,3 ml (etanol) + 42,84 ml (propilenglikol)
= 109,1196 ml
Sisa air = 247,86 ml - 109,1196 ml = 138,7404 ml

# Perhitungan Kd pelarut campur


         1 bagian paracetamol larut dalam 7 bagian etanol, dalam formulasi paracetamol 120 mg/5 ml x
60 ml = 1440 mg
         Untuk melarutkan paracetamol butuh alkohol = 1,44 g x 7 = 10,08 ml
         Air yang dibutuhkan 60 ml – 10,08 ml = 49,92 ml
         Fraksi alkohol =
         Fraksi air =
{ Kd pelarut campur = Kd cat terlarut (paracetamol) }
Kd PCT =
=
= 4,2 + 66,56 = 70,76
Kd Etanol = 25 ; Kd PG = 32,1 ; Kd Air = 80
Kd Pelarut Campur =

70,76 =
70,76 = 1, 25 + 32,1x + 76-80x
47,9x = 6, 49
x = 0,14
Propilenglikol = x  Propilenglikol = 0,14 = fpg = 14%
Etanol = 5%
fair = 0,95 – x = 0,95 – 0,14 = 0,81
fair = 81%

2.8 Cara Kerja


Kalibrasi botol 7 botol @ 60 mL  Timbang Paracetamol 6,02 gram, masukkan ke dalam
beakerglass I dan tambahkan 42 mL etanol ke dalam beakerglass I dan aduk hingga Paracetamol
larut  Timbang 2,1 gram Paracetamol, masukkan ke dalam beakerglass II yang lain dan
tambahkan 84 mL gliserol, aduk hingga Paracetamol larut  Timbang 3,01 gram Paracetamol,
masukkan kedalam beakerglass III dan tambahkan 71,4 mL aqua, dan panaskan diatas penangas
air hingga larut sempurna  Campurkan larutan I dan II aduk hingga larut dan homogen.
Tambahkan 0,84 gram Na Benzoat dan 9 mL aquadest. Aduk hingga larut.  Campurkan larutan
Na Benzoat ke dalam larutan beakerglass III, aduk hingga homogen  Tambahkan larutan di
beakerglass III Brilliant Violet dan aduk hingga larut  Tambahkan essence anggur, aduk hingga
homogen  Tambahkan aquadest sampai volume yang di inginkan  Elixir Paracetamol siap di
lakukan pengujian

2.9 Cara Pemberian


1. Larutan oral adalah sediaan oral yang dibuat untuk pemberian oral, memgandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran konsolven-air
2. larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi serimg sekali
memgandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau
dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
3. lotio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topical
4. larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau plarut lain dan
pendispersi.

2.10 Evaluasi
 Evaluasi Organoleptik
Prinsip :Menguji bau, warna, dan rasa menggunakan alat indera.
Tujuan :Untuk mengetahui kesesuaian produk akhir dalam hal bau, rasa,
dan warna dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses formulasi.
Metode : - Bau : membandingkan bau dari produk akhir apakah sesuai
dengan bahan pemberi aroma yang digunakan.
-     Rasa : membandingkan rasa dari produk akhir apakah sesuai dengan perasa yang
digunakan.
-     Warna : mengamati warna dari produk akhir, apakah sesuai dengan bahan pewarna
yang digunakan.
 Evaluasi Kejernihan
Prinsip :Membandingkan kejernihan produk akhir dengan akuades atau
pelarut yang digunakan.
Tujuan :Untuk mengetahui kejernihan larutan dan mengetahui apakah
masih ada bahan-bahan yang belum terlarut.
Metode :Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing larutan
zat uji dan larutan pembanding hingga tabung reaksi terisi tepat 40 mm.
Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit dengan latar belakang
hitam. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak
lurus ke arah bawah tabung.
 Evaluasi pH
Prinsip :Diukur menggunakan alat potensiometrik (pH meter) yang
sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya.
Tujuan :Untuk mengetahui pH dari produk akhir dan
membandingkannya dengan pH teoritis.
Metode :Pengukuran dilakukan pada suhu 250 ± 20, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Skala pH ditetapkan dengan
persamaan : pH = pHs + [(E – Es)/k]. E dan Es = potensial terukur dengan sel
galvanik.pHs = larutan dapar untuk pembakuan yang tepat.k = perubahan dalam
potensial per perubahan unit dalam pH.
 Evaluasi Bobot Jenis
Prinsip :Mengukur bobot jenis menggunakan piknometer.
Tujuan :Untuk mengetahui bobot jenis produk akhir dan
membandingkannya dengan bobot jenis teoritis.
Metode :Digunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi
dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, pada
suhu 250 C. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20 0 C, masukkan ke dalam
piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25 0 C, buang
kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot
piknometer yang telah diiisi.
 Uji Volume Terpindahkan
Prinsip :Mengukur volume sediaan larutan dari masing-masing
botol di gelas ukur, apakah memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada
etiket.
Tujuan :Untuk mengetahui ketepatan volume akhir, apakah sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan atau tidak.
Metode :Dituang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali
volume yang diukur, dituang secara hati-hati untuk menghindarkan terbentuknya
gelembung udara dan didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas
dari gelembung udara, diukur volume tiap larutan.
 Uji Viskositas
Prinsip :Penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume
tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler.
Tujuan :Mengetahui viskositas produk akhir.
Metode :Isi tabung dengan sejumlah minyak tertentu. Atur
meniskus cairan dalam tabung kapiler hingga garis graduasi teratas dengan
bantuan tekanan / pengisapan. Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler
agar cairan dapat mengalir bebas ke dalam wadah melawan atmosfir. Catat
waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas hingga
batas bawah dalam tabung kapiler.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam Pembuatan sediaan Eliksir, yaitu Eliksir Paracetamol. Formula dari eliksir
ini adalah Paracetamol 120mg/5ml sebagai bahan aktif (obat). Propilen glikol 14%, Etanol
5% dan sebagian air sebagai pelarut campur. Na Benzoat 0,3% sebagai pengawet
(antimikroba). Sakarin Natrium 0,1% dan Xylitol 10% sebagai pemanis dalam sediaan
eliksir paracetamol ini. FD & C Red sebagai pewarna sediaan dan Raspberry sebagai
perasa sediaan Paracetamol. Penggunaan pemanis dan pengawet mempengaruhi stabilitas
sediaan eliksir karena pH dari bahan tambahan (pemanis maupun pengawet) dapat
mengubah pH larutan sehingga mempengaruhi kestabilan dari sediaan. Oleh karena itu
dalam pembuatan eliksir Paracetamol dilakukan adjust pH agar sediaan eliksir Paracetamol
tetap stabil (pH dalam rentang stabilitas).
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.

Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Connors, K. A., Amidon, G. L. and Stella, V. J. 1986. Chemical Stability of Pharmaceutical,

New York : John Willey and Sons.

PubChem, 2016. Aquadest. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/. Diakses tanggal 18 September

2021.

Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn. 2009. Pharmaceutical Design. London :

Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai