Anda di halaman 1dari 16

MODUL 1

LARUTAN
(SIRUP ELIXIR PARASETAMOL)

1.

TUJUAN
A. Mengetahui cara pembuatan elixir dengan formula yang cocok
dan mudah digunakan.
B. Menentukan formula dari

basis

elixir

yang

cocok

untuk

pembuatan sediaan elixir.


C. Mahasiswa dapat membuat preformulasi dari sediaan elixir
parasetamol dan dapat menguji sediaan tersebut dengan
berbagai uji.

2.

PRINSIP

A. Berdasarkan pembuatan eliksir dengan pelarut utama etanol


dan

beberapa

zat

tambahan

seperti

gula

atau

pemanis,

pengawet, pewangi dan pewarna.


B. Berdasarkan evaluasi terhadap uji organoleptis, bobot jenis, pH,

volume sedimentasi, dan viskositas.


3.

TEORI
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air
suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus
memenuhi syarat yang tertera pada injectiones. Wadah harus
dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih dari 1 liter.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang terlarut,missal : terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
(Menurut FI IV hal 13).
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan
satu jenis obat atau lebih didalam pelarut, dimasudkan untuk
digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau yang dimasudkan
kedalam organ tubuh. (Menurut Formularium Nasional hal 332).
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam air yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

penggunaannya

tidak

dimasukkan

kedalam

golongan

produk

lainnya. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau


lebih zat yang terlarut. (Menurut Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi hal 304).
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan
bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti
gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wangi dan zat
pengawet; digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
digunakan
kelarutan

etanol
obat.

yang
Dapat

dimaksudkan
ditambahkan

untuk
Gliserol,

mempertinggi
sorbitol

dan

propilenglikol; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula.


(Menurut FI III).
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 % yang
berfungi sebagai kosolven. Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang
jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek
terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan
dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya
kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat.
Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam
air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena
stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya,
dari sudut pembuatan eliksir lebih disukaidari sirup.(Menurut Ansel
19).

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaancair yang


mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam air, yang karerna bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya,
tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya,
banyak produk farmasi yang menurut prinsip kimia fisik merupakan
campuran homogen dari zat-zat terlarut yang dolarutkan dalam pelarut,
menurut prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lainnya.
Misalnya larutan obat-obat dalam air yang mengandung gula digolongkan
2

sebagai syrup; larutan yang mengandung hidroalkohol yang diberi gula


(kombinasi dari air dan etil alkohol) disebut eliksir.
Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu
dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan
memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam
bentuk larutan, biasanya berarti bahwa apsorpsinya dalam sistem saluran
cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat dari
pada dalam bentuk sedaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.
Obat-obat cair menampilkan masalah menarik dalam rancangan bentuk
sediaan. Banyak diantaranya merupakan zat-zat yang mudah menguap oleh
karena

harus

keberadaannya.
dimaksudkan

disegel secara fisik dari atmosfer


Masalah
untuk

lainnya

pemberian

adalah
obat

bahwa

pada

untuk menjamin
obat-obat

umumnya

tidak

tersebut
dapat

diformulasikan menjadi bentuk tablet, tanpa mengalami modifikasi obat yang


besar.
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang
ada. Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangkan mengandung
zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggal yang
terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan
dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau
lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan
atau menurunkan kadar satu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan
bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada, perubahan yang tidak
diinginkan.
Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,
sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan
(Solutio) steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang
tertera pada Injectiones. Di samping wadah harus mudah dikosongkan dengan
cepat, besarnya kemasan boleh lebih dari 1 liter. Eliksir adalah sediaan berupa
larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga
zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan
zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama
eliksir adalah etanol yang dimaksudkan mempertinggi kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Sirop gula dapat digunakan
3

sebagai pengganti gula. Eliksir supaya disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Mixture dan solution tidak ada perbedaan prinsip dalam pengertian, hanya
dikatakan larutan (Solutio) apabila zat yang terlarut hanya satu dan disebut
Mixtura apabila zat yang terlarut adalah banyak. Contoh Solutio Citratis
Magnesici dan Mixtura Brometorum.

Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa

dan bau yang sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan
seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat
warna, dan zat pewangi, untuk digunakan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama digunakan etanol 90% yang dimaksudkan
untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol,
sorbitol

dan

propilenglikol.

Sebagai

pengganti

gula

dapat

ditambahkan sirup simpleks


Eliksir

termasuk

kedalam

golongan

larutan

non-aqueous

dengan kandungan alkohol bervariasi mulai dari 3-5% sampai 2123%. (RSP 2005 halaman 756)
Hal-hal yang dianggap perlu dalam pembuatan eliksir :
1. Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu,
keseragaman ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun
zat tambahan untuk menghindari terjadinya pengendapan.
Dasar pemilihan pelarut campur : toksisitas, kelarutan
konstanta dielektrik pelarut, ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30% harus
diperhatikan terjadinya cap locking pada tutup botol
sediaan. Karena itu perlu diberikan anti cap locking.
4. Peningkat rasa seperti pemanis perlu diberikan untuk
meningkatkan penerimaan, ditambahkan juga rasa dan
warna yang sesuai.
5. Untuk
sediaan
oral,

pemilihan

zat

aktif

perlu

memperhatikan pemerian.
6. Pemanis yang dapat digunakan : gula, sirupus simpleks,
sorbitol, siklamat, aspartam.
7. Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu
ditambahkan pengawet.

8. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang


cukup untuk memudahkan penuangan. Pelarut campur
yang digunakan : etanol, propilenglikol, gliserol, sorbitol.

4.

ALAT DAN BAHAN


4.1.
Alat yang digunakan adalah Botol, Neraca analitik, Beaker glass,
Gelas ukur, Piknometer, Mixer, Viskometer ostwald, pH universal dan

pH

meter.
4.2.

Bahan yang digunakan : Parasetamol, Etanol 90%, Sirupus simplex,

Oleum minthae piperithae, dan Aquadest.


5.

PROSEDUR
Parasetamol

250mg/5 ml

Etanol 90%

7%

Sirupus simplex 10 %
Oleum m.p

qs

Aquadest

ad 60 ml

5.1. Prosedur Pembuatan


Dilakukan kalibrasi botol 60 ml dan 240 ml. Kemudian bahan-bahan
yang digunakan ditimbang menggunakan neraca analitik. Parasetamol
dilarutkan dalam etanol 90% kemudian di mixing sampai larut di dalam
beaker glass. Ditambahkan oleum menthae piperithae kedalam campuran
diatas. Kemudian ditambahkan sirupus simplex, mixing kembali sampai
homogen. Selanjutnya ditambahkan aquadest sampai semua bahan
tercampur. Setelah homogen, dilakukan evaluasi. Kemudian dikemas dalam
botol.
5.2.

Prosedur Evaluasi Sediaan


5.2.1. Prosedur Evaluasi Organoleptis
Dilakukan pengujian berupa bau, rasa, bentuk, dan warna. Bau,
dicium bau sediaan, terutama pada pengharum sediaan. Apakah masih
tercium atau tidak. Rasa, dirasakan sediaan dengan menggunakan
lidah. Apakah manis atau tidak. Bentuk, dilihat apakah terdapat zat

yang membentuk flokulat/agregat. Warna, dilihat perubahan warna


yang terjadi.
5.2.2. Prosedur Evaluasi Bobot Jenis
Digunakan alat piknometer. Piknometer yang telah bersih dan
kering kemudian ditimbang. Isi penuh piknometer dengan sediaan
sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya, kemudiaan
ditimbang

beserta

tutupnya.

Dihitung

massa

jenis

dengan

menggunakan rumus :
Error: Reference source not found
Keterangan :
: massa jenis
w1: berat piknometer kosong
w2: berat piknometer isi
satuan
: g/mL
5.2.3.

Prosedur Evaluasi Viskositas


Evaluasi viskositas digunakan alat Viskometer Ostwald.

Dipipet larutan uji, kemudian dimasukkan ke dalam viskometer


ostwald. Dihisap larutan uji sampai batas atas. Dibiarkan mengalir
sampai batas bawah. Dan di catat waktu akhir larutan uji sampai batas
bawah. Dilakukan sebanyak 3 kali lalu dihitung viskositasnya.
Dihitung viskositasnya dengan menggunakan rumus
Keterangan :
: massa jenis
Error: Reference source not found 1
t : waktu
5.2.4.

: viskositas

Prosedur Evaluasi pH
Digunakan indikator pH universal. Indikator dimasukan

kedalam cairan, dilihat perubahan warna. Dibandingkan dengan


standar indikator. Dicatat pH.
6.

DATA
PERCOBAAN
6.1. Preformulasi
Parasetamol
Struktur
:
6

Pemerian

: Serbuk hablur atau Kristal, putih, tidak berbau,


rasa sedikit pahit
: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P, dalam 13 bagian aston P, dalam 40

Kelarutan

bagian gliserol P dan 9 bagian propilenglikol P;


larut dalam larutan alkali hidroksida.
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya
: 168C - 172C

Penyimpanan
Titik leleh

6.2. Penimbangan Bahan


Tabel 6.2 Penimbangan Bahan
No Nama bahan

1
2
3
4
5

Kegunaan dalam

Jumlah

Jumlah yang

baku

formula

perunit

diperlukan untuk 1

Parasetamol
Etanol 90%
Sirupus Simplex
Oleum m.p
Aquadest

Zat aktif
Kosolven
Pemanis
Pewangi
Pelarut

3 gram
4,2 ml
6 ml
2 tetes
Ad 60 ml

Batch
12 gram
16,8 ml
24 ml
8 tetes
Ad 240 ml

6.3. Data Pengamatan


Tabel 6.3 Data Pengamatan
No
1

2
3
4
5
6

Pengujian
Organoleptis
Bentuk
Warna
Rasa
Bau
Kekeruhan
pH universal
pH Meter
BJ
Viskositas
Volume

T0

T24

T48

T 96

Larutan
+ Jernih
+ Khas

larutan
+ Jernih
+ khas mint

Larutan
+Jernih
+Khas

Larutan
+ Jernih
+ khas mint

mint
+ Khas
5
5,05
1,236 g/ml
2,461 poise
1

+ Khas
5
5,05
1,236 g/ml
2,461 poise
1

mint
+khas
5
5,05
1,236 g/ml
2,461 poise
1

+ khas
5
5,05
1,236 g/ml
2,461 poise
1

sedimentasi
Keterangan

: (-) tidak ada kekeruhan

6.4. Grafik

Grafik 1. Hasil Evaluasi Volume Sedimentasi

Grafik 2.
Hasil
Evaluasi pH

7.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan di bahas tentang pembuatan sediaan sirup
elixir parasetamol. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan
memberikan efek sistematik. Obat diberikan dalam bentuk larutan bertujuan
agar absorbsinya ke dalam sirkulasi sistematik dapat terjadi lebih cepat dari
pada dalam bentuk sediaan padat dari zat obat yang lain. Eliksir merupakan
larutan dengan etanol sebagai pelarut utama. Etanol sebagai pelarut utama
dimaksudkan

untuk

meningkatkan

kelarutan

obat.

Eliksir

bersifat

hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air
maupun alkohol.
8

Mekanisme kerja parasetamol menghambat produksi prostaglandin


senyawa penyebab inflamasi, namun parasetamol hanya memiliki sedikit
antiinflamasi, mekanisme kerja lain parasetamol ialah menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada
kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Efek
samping parasetamol kerusakan pada hati apabila pemakaian terus menerus
dan dosis yang tidak teratur.
Dosis parasetamol yang

digunakan

yaitu

250mg/5ml,

alasan

digunakannya dosis tersebut dapat memudahkan saat pemberian obat untuk


anak-anak dan dewasa, anak-anak dapat diberikan 1 sendok teh (5 ml) dan
dewasa diberikan 2 sendok teh (10 ml).
Zat aktif yang digunakan pada praktikum pembuatan elixir ini adalah
parasetamol, dan zat tambahan yang digunakan adalah etanol (90%) sebagai
kosolven dengan konsentrasi 5-10 % alasannya jika alkohol melebihi kadar
tersebut dapat menyebabkan detoksifikasi dalam tubuh, sirup simpleks
sebagai pemanis alasannya untuk mentupi rasa pahit dari zat aktif, oleum
mathae piperitae sebagai pewangi alasannya untuk menutupi bau yang tidak
enak dari alkohol, aquadest sebagai pelarut.
Pada pembuatan elixir terlebih dahulu parasetamol dilarutkan dalam
etanol kemudian di mixer dengan kecepatan terendah sampai larut, kemudian
ditambahkan oleum manthae piperatae sebagai pewangi di mixer sampai
tercampur,

penambahan

oleum

dilakukan

terlebih

dahulu

sebelum

penambahan aquades dilakukan agar tidak terjadi pemisahan antara dua fase
tercampur, dan ditambahkan aquadest sampai larut.
Pada saat pembuatan sediaan menjadi keruh, karena parasetamol tidak
terlarut semua dengan etanol, karena cosolven yang digunakan terlalu sedikit
sedangkan pada literatur parasetamol larut pada 1:10 bagian etanol. Sehingga
pada saat pembuatan ditambahkan etanol berlebih sampai parasetamol
terlarut dan sediaan menjadi jernih tetapi sebenarnya tidak diperbolehkan
pada sediaan elixir etanol melebihi 5-10%, seharusnya pada formulasi
ditambah pelarut campuran (cosolven) lain seperti gliserin, sorbitol, dan
propilenglikol untuk mengurangi kadar etanol yang berlebih dan dapat
meningkatkan kelarutan.

Sirup yang telah jadi di masukan kedalam botol 60 ml untuk dilakukan


pengujian evaluasi sediaan sirup selama 4 hari. Dari data yang didapat sirup
memiliki bentuk, bau, warna, rasa, dan kekeruhan yang sama/stabil selama
penyimpanan. Bobot jenis dari elixir parasetamol yaitu 1,236 g/ml bobot jenis
sirup ini masih termasuk kedalam bobot jenis yang baik karena bobot jenis
yang baik adalah bobot jenis yang mendekati bobot jenis air. pH yang didapat
dari elixir parasetamol ini yaitu 5 dimana termasuk dalam suasana asam
ketika diuji dengan pH universal, nilai pH yang baik ialah nilai pH yang tidak
terlalu jauh berbeda dengan ph zat aktif adapun pH dari parasetamol yaitu
5,5-6,5 sehingga pH dari sirup ini baik. Viskositas yang didapat dari elixir
parasetamol ini yaitu 1,358 poise, pengujian viskositas dilakukan
mengunakan viscometer Ostwald karena elixir parasetamol memiliki
viskositas yang rendah sehingga dapat digunakan viskometer Ostwald.
8.

ASPEK FARMAKOLOGI
8.1. Absorbsi Oral

Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat

dan mencapai kadar puncak pada waktu 30-60 menit. Adanya


makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan
sediaan

parasetamol

lepas

lambat.

Parasetamol

terdistribusi

dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang


25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. Waktu
paruh parasetamol adalah antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke
seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat
protein plasma, dan di metabolisme oleh enzim mikrosom hati.
Parasetamol di eksresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu
asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan
bentuk yang tidak berubah. Sebagian asetaminofen 80% di
konjugasi dengan asam glukonat dan sebagian kecil lainnya
dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi.
Metabolit

hasil

methemoglobinemia

hidroksilasi
dan

ini

hemolysis

dapat
eritrosit.

menimbulkan
Obat

ini

di

eksrkresikan melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan


sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Suatu metabolit
terhidroksilasi (N-acetyl-p-benzoquinoneimine), selalu di produksi

10

dengan

jumlah

yang

sedikit

oleh

isoenzim

sitokrom

P450

(terutamaCYP2E1 dan CYP34A) didalam hati dan ginjal. Metabolit


ini selalu terdetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutasion, tetapi
dapat terjadi akumulasi diikuti dengan overdosis parasetamol dan
menyebabkan kerusakan jaringan.
8.2. Biotransformasi
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati.
Mikrosoma ini sangat peka terhadap aksi obat berarti produksi
enzim-enzimnya dapat bertambah atau berkurang, perangsangan
mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun sedangkan
pengharnbatan

menyebabkan

aktivitas

obat

meningkat

atau

bertahan lama.
8.3. Waktu Paruh
Waktu Paruh : 1-3 jam.
8.4. Distribusi
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam.
8.5. Metabolisme
Metabolisme parasetamol terjadi di hati. Metabolit utamanya
meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida
yang dikeluarkan lewat ginjal.

8.6. Mekanisme Kerja


Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa
penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki
khasiat anti inflamasi.mekanisme lain kerja parasetamol ialah
bahwa parasetamol menghambat enzim siklooksigenase seperti
halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi,
dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
8.7. Efek Samping
Kerusakan pada hati apabila pemakaian terus menerus dan
dosis yang tidak teratur.

9.

KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
evaluasi organoleptis, pH, bobot jenis, dan viskositas pada sedian sirup elixir
Parasetamol tidak adanya perubahan, dan tidak menunjukan adanya
sedimentasi.
11

DAFTAR PUSTAKA
Howard,

Ansel,

C.1989.Pengantar

Bentuk

Sediaan

Farmasi.Jakarta:Penerbit
Universitas Indonesia
Kasim, Fauzi, M.Kes, Apt.2010.Informasi Spesialite Obat.Jakarta:PT ISFI
Penerbitan Jakarta
Rowe,

Raymond

C,

dkk.2009.Handbook

of

Pharmaceutical

Excipients.USA: RPS
Publishing
Sirait,

Midian,

dkk.1979.Farmakope

Indonesia

Edisi

Ketiga.Jakarta:Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Soesilo, Slamet, dkk.1995.Farmakope Indonesia Edisi Keempat.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

12

LAMPIRAN
A. Data Pengamatan
1. Perhitungan Bahan
Parasetamol

= Error: Reference source not found x 60 ml = 3 g

x 4 botol = 12 gram
Etanol 90%

= Error: Reference source not found x 60 ml = 4,2

ml x 4 botol = 16,8 ml
Sirupus Simplex = Error: Reference source not found x 60 ml = 6 ml
x 5 botol = 24 ml
Oleum M.P

= 2 tetes x 4 botol = 8 tetes

Aquadest

= ad 60 ml x 4 botol = ad 240 ml

2. Perhitungan Evalasi
2.1. Bobot Jenis
W1 : 16,432 gram
W2 : 28.798 gram
= Error: Reference source not found
= Error: Reference source not found = 1,236 g/ml
2.2. Viskositas
Error: Reference source not found = Error: Reference source not
found

13

1.8,50
0,75.17,3

Error: Reference
source not found

= 1,358 poise
2.3. pH Universal

:5

2.4. pH Meter

: 5,05

B. Kemasan

Gambar 1. Kemasan Primer

14

Gambar 2. Kemasan Sekunder

15

Gambar 3. Brosur

LEMBAR KONTRIBUSI
Yakobus Prima L.W

: Kemasan, Brosur , Label

Hilda Amalia

: Pembahasan dan Kesimpulan

Anggun Yunia L

: Alat , Bahan dan Prosedur

Rizki Pratiwi

: Data Pengamatan

Vella Cavella

: Tujuan, Prinsip dan Teori

16

Anda mungkin juga menyukai