Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan zaman dan teknologi sudah memengaruhi berbagai
bidang ilmu pendidikan di indonesia, salah satu diantaranya adalah farmasi.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber atau sintetik yang sesuai untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan
mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan,
penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat
(medicine).
Farmasi mempelajari berbagai hal mengenai obat-obatan, mulai dari riset
untuk membuat/meracik obat baru, mempelajari hubungan obat-obatan dengan
tubuh dan juga nutrisi hingga bagaimana memasarkan produk obat kepada
masyarakat. Obat terbagi menjadi beberapa bentuk sediaan yaitu larutan, semi
padat, dan padat.
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu atau lebih zat
terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur membentuk sistem termodinamika yang
stabil secara fisika dan kimia dimana zat terlarut terdispersi dalam sejumlah pelarut.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu dan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat membentuk dispersi molekul
homogen.
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis
lainnya, zat warna, zat wangi dan zat pengawet, digunakan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi
kelarutan obat. Dapat ditambahkan Gliserol, sorbitol dan propilenglikol, sebagai
pengganti gula dapat digunakan sirup gula (Dirjen POM, 1979)

1
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir
bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi
dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya
kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah
dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat.
Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut
dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan
kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari
sirup (Ansel, 1989).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi atau pengertian dari Eliksir?
2. Apa persyaratan dalam pembuatan Eliksir?
3. Bagaimana cara menghitung kelarutan dan dosis Eliksir?
4. Bagaimana cara memformulasikan sediaan Eliksir?
5. Bagaimana cara membuat sediaan Eliksir?
6 Bagaimana cara melakukan evaluasi untuk sediaan Eliksir?
7. Bagaimana cara membuat kemasan dan brosur Eliksir dengan benar?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami definisi/pengertian dari Eliksir
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami persyaratan dalam pembuatan
Eliksir
3. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung kelarutan dan dosis Eliksir
4. Mahasiswa diharapkan mampu memformulasikan sediaan Eliksir
5. Mahasiwa diharapkan mampu membuat sediaan Eliksir
6 Mahasiswa diharapkan mampu melakukan evaluasi untuk sediaan Eliksir
7. Mahasiswa diharapkan mampu membuat kemasan dan brosur Eliksir dengan
benar

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Elixir
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis
lainnya, zat warna, zat wangi dan zat pengawet, digunakan sebagai obat dalam.
Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi
kelarutan obat. Dapat ditambahkan Gliserol, sorbitol dan propilenglikol, sebagai
pengganti gula dapat digunakan sirup gula (Dirjen POM, 1979)
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan
untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek
terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir
biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang
lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa
senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih mampu
mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut
dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan
kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari
sirup (Ansel, 1989).
2.1.2 Macam-macam elixir
Berikut adalah macam-macam elixir menurut Syamsuni (2006) antara lain:
a. Elixir Bukan Obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan
resep yang dibuat segar, yang meliputi penambahan zat-zat obat untuk pembawa
yang memberi rasa enak dan pengencer eliksir obat yang ada. Eliksir bukan obat
dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang
meliputi penambahan zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak dan
pengencer eliksir obat yang ada.

3
b. Elixir Obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada
diperdagangan mengandung zat obat tunggal. Keuntungan utama dari hanya dari
satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan
atau diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang. Padahal bila
dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan
atau menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan
kebersamaan mengatur dosis obat lain yang ada perubahan yang mungkin tidak
diinginkan.
2.1.3 Komponen elixir
Berikut adalah komponen sediaan elixir menurut Rowe (2019) :
1. Zat Aktif
Yaitu zat utama/zat berkhasiat dalam sediaan eliksir.
2. Pelarut
Yaitu cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut zat
pembawa. Pelarut utama digunakan etanol untuk mempertinggi kelarutan.
3. Pemanis dan Pewarna
Yaitu ditambahkan untuk memberikan rasa manis pada eliksir. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol & propilenglikol sebagai pengganti gula.
4. Zat Penstabil
Yaitu untuk menjaga agar eliksir dalam keadaan stabil. Penggunaan pelarut
khusus dalam kebanyakan eliksir sering diperhitungkan terhadap pertimbangan
stablitas, tetapi diperlukan penambahan penstabilisasi, sebagai contoh Neomiksin
Eliksir BPC yang diatur pH 4-5 dengan asam sitrat untuk mengurangi timbulnya
warna hitam saat penyimpanan, ditambahkan juga Na EDTA sebagai pemisah
terhadap logam yang mengkatalisa penguraian antibiotik. Sebagai pengatur pH
untuk sediaan oral biasa digunakan NaOH, asam sitrat, dapar phosphat. Sedangkan
sebagai antioksidan biasa ditambahkan asam askorbat 0,01-0,1% dengan pH
stabilitas 5,4 dan sodium metabisulfit 0,01-1%.

4
5. Pengawet
Yaitu untuk menjaga agar eliksir tahan lama dan tetap stabil dalam
penyimpananyang lama. Eliksir dengan kadar alkohol 10%-12% dapat berfungsi
sebagai pengawet. Konsentrasi pengawet yang dapat digunakan Alkohol > 15%
(batas max penggunaan alkohol 15%), Propilen glikol 15- 30%, Metil paraben 0,1-
0,25%, Propil paraben 0,1- 0,25%, dan As. Benzoat 0,1- 0,5%
Kriteria pengawet yang ideal yaitu efektif terhadap mikroba dan
berspektrum luas, stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap life time
produk dan tidak toksik, cukup melarut, tersatukan dengan komponen formula
lainnya, rasa dan bau dapat diterima pada konsentrasi yang digunakan. Sebagai
pengawet dapat digunakan turunan hidroksi-benzoat, misalnya metil p-
hidroksibenzoat dan propil p- hidroksibenzoat. Pemakaian pengawet ini didasarkan
atas rentang kerja pengawet tsb pada pH 4-8. Kombinasi keduanya sering
digunakan, karena dapat memperluas spektrum kerja menjadi anti jamur dan anti
bakteri.
2.1.4 Keuntungan dan kerugian elixir
Berikut adalah keuntungan dan kerugian elixir menurut Cooper (1970) :
1. Keuntungan sediaan elixir diantaranya adalah :
a. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat digunakan
untuk bayi, anak-anak, dan orang tua.
b. Segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan.
c. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan
d. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu mempertahankan
komponen larutan yang larut dalam air dan larut dalam alkohol
dibandingkan daripada sirup.
e. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai
daripada sirup)
f. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian terutama pada anak-anak.
g. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak perlu pengocokan.
h. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar
yang digunakan).

5
i. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh
desintegrasi dahulu).
j. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena
adanya faktor pengenceran. Contoh: KI dan KBr dalam keadaan kering
menyebabkan iritasi.
k. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau
kapsul, akan lebih mudah menelan sediaan larutan.
l. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau
pewarna untuk meningkatkan penampilan.
2. Kekurangan sediaan elixir diantaranya adalah :
a. Voluminus sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut atau disimpan.
b. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibanding bentuk tablet atau
kapsul terutama bila bahan mudah terhidrolisis.
c. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
d. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar.
e. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa dalam bentuk larutan
dibanding dalam bentuk tablet.
f. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang
kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang
efektif dalam menutupi rasa obat dibanding dengan sirup.
g. Sediaan cair umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat
(tablet atau kapsul) dan ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air.
h. Obat cairan memerlukan wadah yang besar sehingga merepotkan dibawa-
bawa.
i. Beberapa obat yang mengandung bau yang kurang menyenangkan sukar
ditutupi.
j. Memerlukan alat sendok untuk pemberian dosisnya
k. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi akan terbuang semua.
2.1.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan elixir
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan elixir
menurut Rowe (2009) :

6
1. Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu, keseragaman
ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan untuk
menghindari terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur: toksisitas,
kelarutan, konstanta dielektrik pelarut, ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30 % harus diperhatikan
terjadinya cap locking pada tutup botol sediaan. Karena itu perlu diberikan anti cap
locking. Contoh anti cap locking yaitu gliserin, sorbitol dan poliol lainnya.
Penambahan gliserin sebagai anti cap locking harus diperhatikan karena gliserin
dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare.
4. Untuk meningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkat rasa dengan
penambahan pemanis dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan warna
yang sesuai. Antara warna dan essens yang ditambahkan harus ada kesuaian.
5. Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa
dan bau).
6. Pemanis yang digunakan : gula, sirupus simpleks, sorbitol, siklamat,
aspartam.
7. Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu ditambahkan
pengawet. Contoh pengawet yang dapat digunakan yaitu nipagin-nipasol = 9 : 1
(0,18 : 0,02) dan asam benzoat dengan konsentrasi 0,01-0,1%
8. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran
yang baik) untuk memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur yang
digunakan sudah cukup kental untuk memudahkan penuangan.
Dalam pembuatan elixir ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan,
menurut Anisa (2017) yaitu sebgai berikut:
1.. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan untuk
menghindari terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur : toksisitas,
kelarutan, konstanta dielektrik pelarut, ketercampuran bahan.
2. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30 % harus
diperhatikan terjadinya cap locking pada tutup botol sediaan. Karena itu perlu
diberikan anticap locking. Contoh anti cap locking yaitu gliserin, sorbitol dan poliol

7
lainnya.Penambahan gliserin sebagai anti cap locking harus diperhatikan karena
gliserindalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare.
3. Untuk meningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkat rasa
dengan penambahan pemanis dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan
warnayang sesuai. Antara warna dan essens yang ditambahkan harus ada kesuaian.
4. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran
yang baik) untuk memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur
yangdigunakan sudah cukup kental untuk memudahkan penuangan.
2.1.6 Evaluasi Sediaan Elixir
Berikut adalah evaluasi sediaan elixir menurut Moectar (1990) :
1. Organoleptis
Diamati dengan cara pancar indera, apakah sediaan elixir tersebut sudah
sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap,
tidak ada pertikel yang tidak larut.
2. Uji Kejernihan
Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada / tidak
partikel yang tertinggal / tidak larut.
3. Uji Densitas ( Bobot jenis)
Dengan menggunakan piknometer :
a. Timbang pikno bersih.
b. Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji.
c. Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200 ml
air es -> 20˚C.
d. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertas saring
menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan tudung cepat-cepat.
e. Biarkan pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno dilab.
f. Timbang pikno dengan isinya.
g. Bobot jenis dihitung dengan rumus
4. Viskositas
a. Viskometer kapiler / ostwold

8
Dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut.
b. Viskometer hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui
tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
c. Viskometer cup dan pob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.
Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga
menyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebut aliran sumbat.
d. Viskometer cone dan plate
Dengan cara sampel ditempatkan ditengah-tengah, kemudian dinaikan
hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser pada ruangan yang sangat
sempit antara papan yang didalam kemudian kerucut yang berputar.
5. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu disesuaikan
dengan pH usus karena sediaan diabsorbsi di usus jadi pH sediaan harus sama
dengan pH usus.
2.1.7 Paracetamol (Acethaminofen)
Parasetamol dikenal dengan nama lain asetaminofen merupakan
turunan paraaminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
penghambat suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek

9
sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penjaga biosintesis prostaglandin
yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan turunan asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung,
gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa (Gunawan, 2007).
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik,
telah menggantikan penggunaan asam salisilat, namun penggunaan dosis tinggi
dalam waktu lama dapat menimbulkan efek samping methemoglobin dan
hepatotoksik (Siswandono. 2014).
2.1.8 Analgesik dan Antipiretik
1. Analgesik
Analgesik adalah obat yang selektif mengurangi rasa sakit dengan bertindak
dalam sistem saraf pusat atau pada mekanisme nyeri perifer, tanpa secara signifikan
mengubah kesadaran .Analgesik menghilangkan rasa sakit, tanpa mempengaruhi
penyebabnya. Analgesik apabila digunakan dengan dosis yang berlebihan maka
dapat menimbulkan beberapa efek samping (Chandra et al., 2016).
2. Antipiretik
Antipiretik merupakan obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan
demam.Pada umumnya demam adalah suatu gejalah bukan merupakan penyakit
tersendiri. Pada suhu 40-410C barulah terjadi terjadi situasi kritisyang bisa menjadi
fatal,karena tidak terkendal oleh tubuh (Tjay, 2007).
Obat-obat antipiretik secara umum dapat di golongkan dalam beberapa
golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid), golongan para-
aminofel (misalnya acetaminophen, fenasetin) dan golongan pirazolon (misalnya
fenilbutason dan metamizole) (Wilmana, 2007). Pemberian obat-obat antipiretik
bertujuan untuk menurunkan suhu pada hipotalamus dengan cara mencegah
terbentuknya prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase (Gunawan,
2009).
2.2 Studi Preformulasi Zat Akif
Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETOMINOPHENUM
Nama lain : Asetominofen, Paracetamol

10
Berat Molekul : 151,16 mg/mol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Rumus struktur :

pH : 5,3-6,5
pKa : 9,38
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ;
rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam Na
Hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas : Tidak stabil pada sinar UV hidrolisis dapat terjadi
pada keadaan asam ataupun basa hidrolisis
minimum terjadi pada rentang pH antara 5-9.
Inkompatibilitas : Parasetamol tidak terkomposisi dengan
kebanyakan bahan tetapi dengan adanya p amino
fenol dalam parasetamol akan bereaksi dengan
serbuk besi pada kadar rendah menyebabkan warna
merah muda.
Efek Farmakologi : Paracetamol merupakan salah satu obat golongan
NSAID yang lebih sering digunakan sebagai
analgesik dan antipiretik. Mekanisme kerja dimana
menghambat sintesis prostaglandin diotak sehingga
efek analgesik dan antipiretik lebih baik
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan rapat

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tanggal Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Maret 2023, pada pukul 07.00
– 10.00, di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga
dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang kami gunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk, corong,
gelas kimia 250 ml 2 buah, gelas kimia 100 ml 2 buah, gelas ukur 50 ml 3 buah,
kertas perkamen, lumpang dan alu, neraca analitik, pH meter, pipet tetes, spatula,
sudip, dan viskometer brookfield.
3.2.2 Bahan
Bahan yang kami gunakan pada percobaan kali ini yaitu asam sitrat, botol
dan kemasan obat, alkohol 70%, aquadest, etanol, etiket dan label sediaan
paracetamol, metil paraben, propilen glikol, sorbitol, dan strawberry essense.
3.3 Rancangan Formula
Paracetamol 120 mg/ 5 ml (Zat Aktif)
Propilen Glikol 10% (Pelarut)
Etanol 90% 7% (Pembawa)
Sorbitol 20% (Pemanis)
Metil Paraben 0,2% (Pengawet)
Asam Sitrat 1% (Dapar)
Esence Strawbery q.s (Perasa)
Aquadest ad 60 ml (Pelarut)
3.4 Perhitungan Bahan
a. Paracetamol 120 mg = 120 × 60 ml
= 7,2 gr
10
b. Propilen Glikol 10% = 100 × 60 ml

= 6 ml

12
7
c. Etanol 90% 7% = 100 × 60 ml

= 4,2 ml
20
d. Sorbitol 20% = 100 × 60 ml

= 12 ml
0,2
e. Metil Paraben 0,2% = 100 × 60 ml

= 0,12 gr
1
f. Asam Sitrat 1% = 100 × 60 ml

= 0,6 gr
g. Strawberry Essense = q.s
h. Aquadest = 60-(7,2+6+4,2+12+0,12+0,6)
= 60-30,12
= 29,88 ml
3.5 Pendekatan Formula
1. Propilen Glikol (Rowe, 2009)
Nama resmi : PROPYLENGLICOLUM
Nama lain : Propilenglikol
Berat Molekul : 76,09 mg/mol
Rumus Molekul : C₂H₈O₂
Rumus struktur :

pH : 3-6
pKa :-
Konsentrasi : 10-25%
Pemerian : Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau
cair, dengan rasa manis, agak tajam menyerupai
gliserin
Kelarutan : Kelarutan Larut dengan aseton, kloroform, etanol
(95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dalam 6 bagian
eter; tidak larut dengan minyak mineral ringan atau

13
minyak tetap, tetapi akan larut beberapa minyak
esensial.
Stabilitas : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam
kondisi tertutup rapat wadah, tetapi pada suhu
tinggi, di tempat terbuka, cenderung teroksidasi,
menimbulkan produk seperti propionaldehyde,
asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat.
Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur
dengan etanol (95%), gliserin, atau air; solusi berair
dapat disterilkan dengan autoklaf.
Inkompatibilitas : Dengan oksidator seperti potasium permanganat
Khasiat : Pelarut
2. Etanol (Rowe, 2009)
Nama resmi : ETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat Molekul : 46,07 mg/mol
Rumus Molekul : C₂H₆O
Rumus struktur :

pH : 6.0
pKa :-
Konsentrasi : 0,02-0,5%
Pemerian : Cairan bening, tidak berwarna, dan mudah
menguap dengan sedikit bau khas dan rasa
terbakar.
Kelarutan : Larut dengan kloroform, eter, gliserin, dan air
(dengan kenaikan suhu dan kontraksi volume).
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan cara
autoklaf atau dengan penyaringan, mudah terbakar,
terbakar dengan nyala api biru.

14
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi
kuat dengan bahan pengoksidasi
Fungsi : Pelarut
3. Sorbitol (Rowe, 2009)
Nama resmi : SORBITOLUM
Nama lain : Sorbitol
Berat Molekul : 182,17 mg/mol
Rumus Molekul : C₆H₁₄O₆
Rumus struktur :

pH : 4,5-7,0
pKa :-
Konsentrasi : 20-35%
Pemerian : Bubuk higroskopis yang tidak berbau, putih atau
hampir putih tidak berwarna. Sorbitol memiliki rasa
manis dan memiliki sekitar 50-60% rasa manis
sukrosa
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
Etanol (95%) dalam metanol dan asam asetat.
Stabilitas : Stabil diudara tanpa adanya katalis dan dingin
asam encer, dan basa sorbitol tidak menjadi gelap
atau terurai pada suhu tinggi atau dengan adanya
amina ini tidak mudah terbakar, tidak korosik dan
tidak mudah menguap.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk ketat yang larut air
dengan banyak ion logam divalen dan trivalen
Fungsi : Pemanis
4. Metil Paraben (Rowe, 2009)
Nama resmi : METHYLISPARABENUM
Nama lain : Metil Paraben

15
Berat Molekul : 126,11 mg/mol
Rumus Molekul : C₈H₈O₃
Rumus struktur :

pH : 3-6
pKa : 8,4 pada 220oC
Konsentrasi : 0,8%
Pemerian : Serbuk hablur, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti
rasa tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3 bagian aseton, mudah larut
dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida larut
dalam 60 bagian gliserol.
Stabilitas : Larutan metil paraben dalam air PH 3-6 stabil
Inkompatibilitas : Inkom dengan zat lain seperti bentonit
Fungsi : Pengawet
5. Asam Sitrat (Rowe, 2009)
Nama resmi : ACIDUMCITRICUM
Nama lain : Asam Sitrat
Berat Molekul : 210,14 mg/mol
Rumus Molekul : C₆H₈O₃H₂O
Rumus struktur :

pH : 2,2
pKa :-
Konsentrasi : 4%
Pemerian : Hablur tak berwarna atau serbuk putih, rasa asam
kuat, agak higroskopis dalam udara lembab.

16
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%)ρ, sukar larut Dalam eter ρ.
Stabilitas : Asam sitrat monohidrat kehilangan air dari
kristalisasi diudara kering atau saat di panaskan
sampai 40º
Inkompatibilitas : Asam sitrat tidak cocok dengan kalium tartat,
alkali dan alkalium carbonat dan bikarbonat, asetat
dan sulfida, tidak cocok juga dengan agen
pengoksidasi, busa, agen pereduksi dan nitrat
Fungsi : Dapar
6. Strawbery Esence (Rowe, 2009)
Nama resmi :-
Nama lain : Strawbery Esence
Berat Molekul : 126,11 mg/mol
Rumus Molekul : C₆H₈O₃
Rumus struktur :

pH : 5,36
pKa :-
Konsentrasi : 2-10%
Pemerian : Kristal putih solid dengan karakteristik, bau seperti
karamel dan rasa. Dalam larutan encer ia memiliki
manis, seperti stroberi atau rasa dan bau seperti
nanas.
Kelarutan : Kristal putih solid dengan karakteristik, bau seperti
karamel dan rasa. Dalam larutan encer ia memiliki
manis, seperti stroberi atau rasa dan bau seperti
nanas.
Stabilitas : Stabil pada tempat yang sejuk dan kering,
jauhkan dari matahari langsung

17
Inkompatibilitas : Solusi terkonsentrasi dalam wadah logam,
termasuk beberapa grade dari stainless steel, dapat
berubah warna pada penyimpanan.
Fungsi : Penambah rasa
7. Aquadest (Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Berat Molekul : 18,02 mg/mol
Rumus Molekul : H₂O
Rumus struktur :

pH :7
pKa : 15,7
Konsentrasi :-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan : Larut dengan sebagian besar pelarut polar
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik
(es, cairan, dan uap).
Inkompatibilitas : Solusi terkonsentrasi dalam wadah logam,
termasuk beberapa grade dari stainless steel, dapat
berubah warna pada penyimpanan.
Fungsi : Pelarut
3.6 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang parasetamol sebanyak 7,2 gram kemudian digerus menggunakan
lumpang
4. Diukur propilen glikol sebanyak 6 ml dan etanol 90% sebanyak 4,2 ml

18
5. Dimasukkan parasetamol dan propilen glikol sedikit demi sedikit kedalam
gelas kimia dan diaduk hingga homogen kemudian ditambahkan etanol 90%
dan aduk hingga larut
6. Ditimbang asam sitrat sebanyak 0,6 gram, metil paraben 0,12 gram dan
diukur sorbitol sebanyak 12 ml
7. Digerus asam sitrat dan metil paraben menggunakan lumpang hingga halus
kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia
8. Ditambahkan sorbitol dan diaduk hingga homogen
9. Dicampurkan campuran parasetamol, propilen glikol, dan etanol 90%
dengan campuran asam sitrat, metil paraben, dan sorbitol kemudian diaduk
hingga homogen
10. Ditambahkan strawberry essense secukupnya dan diaduk hingga homogen
kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 29,88 ml dan di aduk hingga
larut
11. Evaluasi sediaan
12. Dimasukkan kedalam botol 60 ml dan diberikan etiket, dan dimasukan
dalam kemasan.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO GAMBAR UJI HASIL SYARAT
1. Organoleptis Warna : Merah muda Warna menarik,
Rasa : Stawberry bau sedap, dan
Bau : Strawberry rasa manis (Dirjen
Struktur fisik : Cair POM, 1979)
2. pH pH zat aktif : 4,5-6,5 Antara 3,8 dan 6,1
pH sediaan : 3,59 (Dirjen POM,
1979)

3. Kejernihan Terdapat endapan Jernih (Dirjen


putih POM, 1979)

4. Viskositas No Spindel 3 Nilai viskositas


Kec. 100 rpm = 8 sesuai dengan
spesifikasi yang
telah ditetapkan
(Dirjen POM,
1995)
5. Volume Didapatkan hasil tidak Dilihat volume
terpindahkan kurang dan tidak rata-rata larutan
lebih. yang diperoleh
masih tetap seperti
awal atau berubah
(Dirjen POM,
1995)

20
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini kami membuat Elixir Paracetamol yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antipiretik. Selain mengandung Paracetamol terdapat juga
propilen glikol dan etanol yang berfungsi sebagai pelarut, metil paraben sebagai
pengawet, asam sitrat sebagai pendapar, strawberry essense sebagai pengaroma dan
pemanis pada sediaan elixir, serta aquadest sebagai pelarut.
Setelah sediaan Elixir Paracetamol jadi, kami melakukan pengujian seperti
uji organoleptis yang menghasilkan bentuk sediaan cair dikarenakan didalam
formula elixir terdapat banyak pelarut (Propilen glikol, etanol dan aquadest),
menghasilkan bau dan warna merah muda yang khas dengan strawberry karena
kami menggunakan essence strawberry, mengenai rasa yang dihasilkan adalah pahit
hal ini dikarenakan rasa dari zat aktifinya yang memang pahit yaitu Paracetamol
dan juga karena penggunaan sorbitol atau pemanis yang terlalu sedikit (Khademi.
2017).
Yang kedua yaitu uji kejernihan, hal ini disebabkan karena sediaan elixir
juga mengandung bahan-bahan yang cenderung tidak larut dalam air, seperti
minyak atau zat-zat yang lebih padat, yang dapat menyebabkan elixir menjadi keruh
atau tidak jernih (Sari. 2020)
Selanjutnya, uji pH ternyata setelah melakukan uji pH, pH yang dihasilkan
adalah 3,59 dan ini asam. Hal ini dikarenakan kebersihan dari peralatan yang akan
digunakan kurang diperhatikan selain itu pemilihan essence dan zat tambahan juga
mempengaruhi pH yang dihasilkan (Sweetman. 2018) .
Yang keempat yaitu uji viskositas, dengan menggunakan viskometer
brookfield. Viskositas yang dihasilkan adalah 8 cP dipengaruhi oleh komponen
yang terdapat didalam sediaan.
Dan yang terakhir adalah uji volume terpindahkan. Volume awal sediaan
yaitu 25 ml, dan setelah di uji menggunakan gelas ukur sebanyak 3 kali, volume
sediaan tidak terjadi pengurangan.
Kemungkinan kesalahan yaitu ketidaktepatan dalam mengukur dan
menimbang bahan-bahan yang akan digunakan.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh sediaan elixir parasetamol dengan
warna merah dan beraroma strawberry. Rasa dari sediaan eliksir parasetamol ini
adalah pahit. Selain itu, uji yang dilakukan adalah uji pH, viskositas, kejernihan dan
volume terpindahkan. pH yang diperoleh dari sediaan adalah 3,59. pH ini tidak
sesuai dengan rentang pH stabil sediaan, yaitu 5 - 6,1. Viskositas dihasilkan 12 Cp,
larutan keruh, volume larutan semakin menurun tiap dipindahkan pada gelas ukur.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Jurusan diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan
bahan bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium, alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan
lagi dan dirawat lagi agar pada proses praktikum praktikan dapat menggunakan alat
dengan baik tanpa ada hambatan.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Asisten diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih
ditingkatkan dengan banyak memberi wawasan tentang kimia organik.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Praktikan diharapkan dipraktikum selanjutnya bisa melaksanakan
praktikum lebih baik lagi dan tidak membuat kesalahan.

22

Anda mungkin juga menyukai