Anda di halaman 1dari 17

“RESIN”

DISUSUN OLEH :

1. FALIA RISTI EKAPUTRI


2. ANA MELIANA DWIANI
3. LISINTIA NADA JAYANTI
4. ADINDA NORA SEPTITA

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Farmakognosi berasal dari bahasa latin dan pertama kali digunakan oleh C. A.
Seydler di dalam disertasinya yang berjudul Analekta Pharmakognostica pada
tahun 1815. “Pharmacon” berarti obat dan “gnosis” adalah pengetahuan. Jadi secara
harfiah berarti ilmu pengetahuan tentang obat – obatan.

Didalam sejarah perkembangannya, farmakognosi sejak dahulu adalah


merupakan bahagian dari apa yang disebut seni dan ilmu kedokteran, yaitu sejak
manusia mengenal cara penyembuhan terhadap sesuatu penyakit. Dengan
sendirinya farmakognosi ini juga merupakan hasil perkembangan dari cara
pengobatan pada peradaban kuno, bahkan dari penyembuhan secara misterius yang
dilakukan oleh dukun – dukun.

Berkembang dari suatu abad dimana obat-obat digunakan secara empiris


menjadi suatu pengetahuan tentang obat-obatan yang digunakan secara spesifik dan
therapeutis,sehingga menjadi salah satu pengetahuan yang terpenting diantara
pengetahuan – pengetahuan pokok pada pendidikan farmasi. Farmakognosi
mempelajari tentang bahan-bahan farmasetis yang berasal dari makhluk hidup,
meliputi dimana terdapatnya di alam, biosintesanya, identifikasinya dan penentuan
kadar secara kuantitatif didalam bahan alam darimana bahan tersebut berasal, juga
cara isolasinya, struktur kimianya, sifat-sifat fisis dan kimianyadan juga
penggunaan dan cara kerjanya. Pengetahuan ini dikenal sebagai fitokimia.

Dalam farmakognosi juga termasuk cara-cara penanaman, seleksi


pengumpulan, produksi,pengawetan,penyimpanan dan perdagangan dari bahan obat
yang berasal dari makhluk hidup dan mineral.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI

Damar adalah hasil sekresi (getah) dari pohon Shorea sp., Vatica
sp.,Dryobalanops sp., dan lain-lain dari suku meranti-merantian atau
Dipterocarpaceae. Di dalamnya termasuk damar mata kucing dan damar gelap.
Damar dimanfaatkan dalam pembuatan korek api (untuk mencegah api membakar
kayu terlalu cepat), plastik, plester, vernis, dan lak.

Resin atau dammar adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-
tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil
terakhir dari metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen.
Secara fisis, resin (damar) ini biasanya keras, transparan plastis dan pada
pemanasan menjadi lembek. Secara kimiawi, resin adalah campuran yang kompleks
dari asam-asam resinat, alkoholresinat, resinotannol, ester-ester dan resene-resene.
Bebas dari zat lemas dan mengandung sedikit oksigen karena mengandung zat
karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar menghasilkan angus. Ada juga yang
menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang dengan jalan adisi
dengan air menjadi dammar dan fitosterin.sifatny tidak larut dalam air, sebagian
larut dalam alcohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain-
lain. Apabila resin-resin dipisahkan dan dimurnikan, biasanya dibentuk dalam zat
padat yang getas dan amorf, yang kalau dipanaskan akan menjadi lembek dan akan
habis terbakar. Resin ini juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol dan
pelarut organic lain yang membentuk larutan yang apabila di uapkan meninggalkan
sisa yang berupa lapisan tipis seperti vernis. Banyak penyelidik percaya bahwa
resin adalah hasil oksidasi dari terpen-terpen.

Adapun definisi lainnya yaitu, resin (damar) adalah suatu campuran yang
kompleks yang berasal dari tumbuhan dan insekta, berupa sekret (eksudat),
terbentuk pada skizogen dan skozolisigen pada batang. Beberapa peneliti percaya
bahwa resin tidak lain adalah produk oksidasi dari zat-zat terpenoid.

B. KANDUNGAN (ISI) RESIN

1. Asam-asam resinat
2. Alkohol resin
3. Resene-resene

1. Asam-asam resinat
Resin terdiri dari asam-asam oksi yang banyak jenisnya yang biasanya
mempunyai sifat gabungan dari asam-asam karboksilat dan fenol-fenol. Asam-
asam ini terdapat dalam keadaan bebas ataupun terikat sebagai ester-ester. Pada
umumnya asam-asam ini larut didalam larutan alkali, membentuk larutan seperti
sabun ataupun suspensi koloidal. Garam-garam logamnya dikenal sebagai

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
resinat, beberapa diantaranya banyak digunakan dalam pembuatan sabun yang
murah dan vernis. Contoh :
 Asam abletat pada colophonium
 Asam kapolvat dan oksikapolvat pada Balsamum copolve
 Asam guaiakonat pada Guajac
 Asam pimarat pada Burgundy Pitch
 Asam komniforat pada Myrrha

Kegunaan :
 Digunakan untuk pembuatan ester, seperti metil, vinil, dan gliseril ester
untuk digunakan dalam pernis.
 Digunakan secara extensif dalam pembuatan logam resin misalnya, sabun
dan plastik.
 Dapat membantu dalam pertumbuhan butirat dan bakteri asam laktat.

2. resinat
Resin terdiri dari alkohol-alkohol kompleks yang mempunyai BM tinggi. Ada 2
tipe resin alkohol yaitu, Resinotannol (Resin alkohol yang gagal dapat
memberikan reaksi positif antara tanin dan garam besi). Resinotannol yang
sudah dapat diisolir adalah:
1. Aloeresinotannol dari aloe
2. Ammoresinotannol dan galbaresinotannol dari ammoniacum
3. Peruresinotannol dar Balsamum peruvianum
4. Siaresinotannol dan sinnaresinotannol dari Ammoniacum
5. Toluresinotannol dan Balsamum tolutanum

Contoh :
 Benzoresinol dari Benzoin
 Storesinol dari Storax
 Gurjuresinol dari Gurjun Balsam
 Guaiaresinol dari Resin Guaiacum

3. Resene-resene
Resene tidak membentuk garam atau ester, tidak larut dalam larutan alkali dan
tidak terhidrolisis dengan alkali.
Contoh :
 Alban dan fluavil dari Gutta perch
 Kopalresene dari Copal
 Dammarresene dari dammar drakoresene dari Sanguis draconis
 Oilbanoresene dari Olibanum

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
C. SIFAT-SIFAT RESIN

1. Secara fisika
 Keras
 Transparab
 Plastis
 Lembek/leleh
 Tidak mudah larut dalam air
 Sedikit larut dalam eter,kloroform,heksan,dll

2. Secara kimia
 Campuran kompleks dari asam-asam resin, alkohol resin, resinotannol, ester-
ester dan resene-resene.
 Bebas dari zat lemak
 Mengandung sedikit oksigen dan banyak karbon
 Banyak resin, bila direbus dengan alkali menghasilkan sabun

D. CARA MEMPEROLEH RESIN FARMASEUTIS

1. Ekstraksi simplisia dengan alkohol, diendapkan dengan air


Contoh : resin dari Jalapa ipomea dan podophyllum
2. Memisahkan minyak menguapnya dengan cara penyulingan
Contoh : colophonium dari terpentin dari resin dari copaiva dar Balsamum
copaive
3. Dengan memanasi bagian dari tanaman yang mengandung resin.
Contoh : Guaiac resin
4. Dengan mengumpulkan hasil eksudat dari tanaman
Contoh : Oleoresin yang kemudian diuapkan, dengan cara ini diperoleh mastiks.
5. Dengan mengumpulkan resin-resin fosil
Contoh : Copal

E. PENGGOLONGAN RESIN

 Berdasarkan efek terapinya


 Berdasarkan kandungannya
 Berdasarkan isinya
 Menurut TSIRCH

1. BERDASARKAN EFEK TERAPINYA


 Farmasetis, resin yang memiliki efek terapi
 Nonfarmasetis, resin yang tidak memiliki efek terapi

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
2. BERDASARKAN KANDUNGAN
a. Asam-asam resinat
b. Asam abitat dalam colopholium
c. Asam kopaivat dan oksikopaivat
d. Alkohol-alkohol resinat’
e. Ester
f. Resene-resene : alban, luavil, dari gutta rescha

3. BERDASARKAN ISINYA
 Resin (damar), berupa zat padat, larut dalam alkohol/pelarut-pelarut
organik lainnya dan tidak larut dalam air.
 Resin/damar gom (gummi resin), campuran gom dan minyak dan disebut
juga damar lendir. Contoh : Asofoetida, Myrrh
 Oleoresin, campuran homogen dari resin dengan minyak atsiri yang
diperoleh dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik. Contoh :
Terpentin, Canada Balsam, Cubeba
 Balsamum, campuran resin dengan asam sinamat atau Benzoin atau
kedua-duanya atau ester dengan minyak menguap. Contoh : Benzoin,
Peru Balsam, Styrax
 Glukoresin, campuran antara resin dengan glikosida. Contoh : dalam
Ipomoeae, Jalapa, dan Podopyhyllum.

4. BERDASARKAN TSIRCH

1. Damar Ester atau Ester Harza


 Damar benzoe, contohnya : Benzoe siam, sturax, balsamum
tolutanum, balsamum peruvianum
 Damar gom, contohnya : Asafoetida, Galbanum, Ammoniacum
2. Damar Resin atau Resin Harza
Biasa disebut dengan resin-resin saja atau poli-oksiresin. Sebagian ada
yang masih mengandung gom seperti Myrrh dan olibanum. Contohnya :
Mastiks dan Damar.
3. Damar Asam Resin atau Reninosaur Harze
Diutamakan isi asam-asam resin yang terdapat bebas di dalam damar.
Contoh : Terebinthinae, Colophonium, Oleum terebinthinae, Balsamum
canadensis.
4. Damar-damar berwarna atau Farbharze
Sama sekali bukan gom, karena resin tidak larut dalam air. Contoh :
Gummi gutti.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
F. SIMPLISIA YANG MENGANDUNG RESIN

1. Cannabis (Ganja)
2. Podophyllum
3. Ginger (Jahe)
4. Capsicum
5. Benzoin
6. Asafoetida
7. Colophony
8. Akar alang-alang

1. CANNABIS (GANJA)
Famili : Cannabinaceae
Kandungan kimia : Ganja mengandung 15-20% resin yang berisi bahan aktif
utama 1.3.4 Tetra hydro cannabinol . resin juga mengandung cannabinol,
cannabidiol, asam cannabidiol.
Kegunaan :
 Sedatif
 Analgesik narkotika
 Hipnotis
 Memiliki sifat psikotropika karena adanya 1,3,4 Tetra hydro cannabitol
 Digunakan sebagai antibakteri

2. PODOPHYLLUM
Famili : Berberidaceae
Kandungan kimia : Mengandung 7-15% resin yang diketahui sebagai
podophyllin. Akar memiliki lebih banyak resin daripada rimpangnya. Juga
mengandung Quercetin, Kaempferol, astragalin, dan minyak atsiri.
Kegunaan :
 Digunakan untuk terapi kanker
 Digunakan sebagai pencahar

3. GINGER (JAHE)
Famili : Zingiberaceae
Kandungan kimia : Mengandung 1-2% minyak atsiri, 5-8% masa resin dan
pati.
Kegunaan :
 Digunakan sebagai obat sakit perut
 Digunakan sebagai stimulan
 Digunakan sebagai bumbu penyedap rasa
 Minyak jahe digunakan sebagai pencuci mulut dan minuman

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
4. CAPSICUM (CABAI)
Famili : Solanaceae
Kandungan kimia : Mengandung Capsaicin yang sangat tajam, asam askorbat,
karoten, dan pigment merah,
Kegunaan :
 Digunakan sebagai rempah-rempah
 Digunakan sebagai stimulan penenang
 Digunakan sebagai sumber dari Vit. C
 Digunakan sebagai obat sakit perut

5. BENZOIN
Famili : Styraceae
Kandungan kimia : mengandung 23% asam balsamic-asam sinamat dan asam
benzoat. Mengandung 70-80% resin yang mengandung triterpenoid, dan asam
resinat, juga mengandung vanili, sterol, profil fenil cinnamate yang
bertanggungjawab untuk memberi bau aromatik.
Kegunaan :
 Digunakan sebagai antiseptik
 Digunakan sebagai antistimulan

6. ASAFOETIDA
Famili : Umbelliferae
Kandungan kimia : Mengandung 4-20% minyak atsiri, 45-60% resin dan 20%
gom.
Kegunaan :
 Sebagai karminatif, expectorant, antispasmodic, pencahar, dan tonik
penenang.

7. COLOPHONIUM
Famili : PInaceae
Kandungan kimia : Mengandung asam resinat-asam abietic, resene, ester asam
lemak
Kegunaan :
 Digunakan dalam pembuatan pernis dan desinfektan cair, plester serta
salep-salep.

8. ALANG-ALANG
Famili : Gramineae
Kandungan kimia : Mengandung asma kersik, damar dan logam alkali
Kegunaan :

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
 Digunakan sebagai diuretika dalam bentuk dekokta, dosis 4-12 gram.

9. CARICAE RADIX (AKAR PAPAYA)


Akar papaya adalah akar cabang Carica papaya L. Simplisia merupakan
potongan-potongan yang lurus atau bercabang, warna coklat muda atau putih
kecoklatan, bagian kulit tebal garis tengah 1–3 cm.
Famili : caricaceae
Isi :terutama papaina, terdapat pula Kamoronat mirosin,papayatin,dammar dan
tannin.
Kegunaan:sebagai antelmentika dalam bentuk dekokta, dosis 6-12 gram.

10. MEUREMIAE TUBER (BIDARA UPAS)


Bidara upas terdiri dari irisan0irisan umbi Merremia mimosa hai fillius.
Umbi berbentuk serupa kerucut warna coklat tua, banyak akar-akar serabut.
Panjang 4 – 10 cm.
Famili : Convolvulaceae
Isi :Dammar, zat pahit dan pati.
Kegunaan :sebagai ekspektoransia, antiseptic (obat kumur).

G. OLEO – RESIN

Oleoresin adalah campuran alami yang homogen dari resin-resin dan minyak-
minyak menguap. Banyak sekali jenis oleoresin dan sulit membedakan satu sama lain,
atau membuat klasifikasi. Oleoresin alam berasal dari Ordo

1) Coniferales yang meliputi terpenting-terpentin-terpentin.

Terpentin adalah oleoresin yang cair, ada pula yang padat atau setengah
padat. Untuk memperoleh biasanya eksudat keluar begitu saja keluar dari luka
yang dibuat oleh insekta, tetapi yang banyak sekarang ialah dengan membuat
luka buatan menembus kulit bahkan sampai kedalam kayu.

2) Oleo-Resin pini, Crude Turpentine, Gum Turpentine, Turebinthin (USP,NF)

Oleo-Resin pini adalah oleoresin yang sudah mengeras yang di peroleh


dari bermacam-macam jenis pinus, (suku Pinaceae).
Kurang lebih 80 – 90 jenis pinus digunakan untuk menghasilkan oleoresin ini
yang penting adalah :
a. Pinus Palustris Miller (Pinus Australia Minhaux) (Pinus dengan daun yang
panjang)
b. Pinus Echinata Miller 9Pinus dengan daun yang pendek)
c. Pinus Caribae Moleret (Pinus heterophylla sudworth) (Pinus cubensis
grisrbach)
d. Pinus marjtina lamarack

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
e. Pinus longifolia Roxburgh
f. Pinus elliottiii engelm var. elliottii
g. Pinus tada L

Oleo resin adalah suatu hasil fisiologis yang normal dari pohon pinus, tetapi
produksinya dilipat gandakan dengan membuat luka, oleoresin dihasilkan di
dalam saluran-saluran atau reservoir-reservoir yang terletak persis di bawah
cambium di dalam lapisan kayu dan keluar secara spontan, tetapi tidak cukup
efisien jumlahnya kalau di perhitungkan secara ekonomis. Kalau cambium
dilukai, maka dirangsang untuk jaringan-jaringan kayu yang baru yang
mengandung banyak reservoir oleoresin.

Untuk melipat gandakan hasil oleo-resin ini di pakai beberapa cara, cara
yang tertua adalah dengan membuat lubang di dalam batang (Box methodi),
maka oleo resin lempeng besi atau aluminium dan di masukkan kedalam drum-
drum. Biasanya pohon disadap sampai mati kurang lebih 4 tahun. Cara ini sangat
boros oleh karena dapat memusnahkan pohon pinus di dalam hutan. Biasanya
pohon yang sudah di sadap tidak disadap lagi diguakan sebagai kayu setelah di
tebang. Sisa pohon biasanya diambil untuk disuling diambil minyaknya. Cara
lain yang menggantikan cara tersebut diatas adalah “Cup and gutter metod”
dibuat irisan padfa batang dengan huruf V beberapa buah di dibagian bawah
irisan ini diikatkan cawan penampung oleoresin yang mengalir kedalam
penampung dikumplkan dalam drum-drum. Di dalam waktu 7 – 10 hari alitan
olepresin mulai berkurang dan dibuat irisan-irisan yang baru. Dengan cara ini
sebatang pohon dapat disadap sampai 40 tahun . cara penyadapan ini masih
kurang banyak mengalirkan oleoresin disamping membutuhkan banyak tenaga
dan waktu. Permukaan kayu menjadi rusak dan mengurangi nilainya kalau
digunakan sebagai kayu.

Cara yang baru adalah dengan cara menyemprotkan dengan larutan 50%
H2SO4. jaringan parenkim yang sel-selnya berdinding tipis larut, sehingga
saluran-saluran oleoresin bertambah lebar, sehingga menyebabkan aliran
bertambah cepat dan mengurangi kemungkinan membekunya oleoresin di dalam
saluran yang dapat menyumbat saluran. Asam tidak menstimulir diperbanyak
sekresi oleoresin, tetap I mempercepat mengalirnya dan aliran menjadi lama
karena tidak ada sumbatan. Kalau dilakukan secara hati-hati, asam tidak
merusak atau melukai tanaman pengumpulan oleoresin berlangsung selama 23
minggu. Hasil tahun pertama penyadapan menghasilkan kwalitas tinggi, dikenal
sebagai :virgin turpentine:, kalau di suling dengan uap air menghaslkan 15 – 30%
minyak menguap. Sedangkan hasil dari tahun kedua atau ketiga hanya 10%.
Isi : Minyak menguap dan resin. Minyak menguapnya 10 – 30% mengandung
campuran terpen-terpen,terutama pinen, felandren,limonene dan dipenten.
Resinnya 70 – 90%. Anhidrida abiet yang dapat diubah menjadi asam adietat
dan zat pahit. Kegunaan : Dalam pembuatan plester dan sebagai obat luar
berkhasiat sebagai kounteriritan. Keebanyakan si suling untuk memperoleh
Oleum terbinthineae dan colopium.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
3) Terebinthina Laricis, Venice Turpentine, Larch Turpentine (NF)

Terpentine Venesia adalah Oleoresin yang kental yang di peroleh dari


tanaman larixdecidua Miller(larix European D.C) (suku Pnaceae), tanaman yang
asli dari pegunungan di Eropa tengah. Merupakan cairan yang kental, berat,
berwarna hijau kekuning-kiningan,baunya aromatis, rasanya pahit pedas. Larut
didalam alcohol, CHCl3, aseton-aseton, atau asam cuka biang..
Isi :minyak menguap 20%, resin-resin asam 80% terutama terdiri dari asam alfa
dan beta larinolat(amorf) dan asamlarisinolat (kristal) zat putih.
Kegunaan :sebagai antiseptic pada hewan dan medium pada mikroskopik.

4) Terpentin Strasburg, Starburg Turpentin

Terpentine dari tanaman Abies pectinale(suku Pinaceae) menyerupai


terpentine Kanada, tetapi baunya seperti jeruk, mengandung 24 – 30% minyak
menguap yang berfloreenci kehijau-hijauan yang terutama terdiri dari l-pinen.

5) Pix Burgundica, Burgundy Pitch (USP)

Adalah suatu oleoresin yang merupakan eksudat dari batang Picea abies
L.(Picea excelosa Li, Abies excelosa poiret (suku Pinaceae).
Isi :Aspimarolat(47%) dan asam-asam picea pimarinat dan pice pimarinat dalam
jumlah sedikit, serta juro reseno. Minyak menguap 30% dan zat pahit terutama
resin, terdiri dari asam alfa dan beta-pice
Kegunaan :Counter iritasi di dalam plester

6) Filicis Rhizoma, aspidum, Male ferm(USP) Filix Mas

Simpleks terdiri dari rhizome,pangkal daun dan tunas-tunas dari tanaman


a. Dryyopteris Filix mas linne) schott,dikenal sebagai spidium Eropah atau Male
Ferm.
b. Dryyopteris marginal (Linn) Asia Gray, dikenal sebagai aspidium atau
marginal ferm (familia Polydiaceae)

7) Oleo-Resin Filicis Macis, Aspidium Oleoresis, Extract Of Male Ferm Male


Fers Oleoresin (USP)

Oleoresin mengandung antara 24 – 26% filisin kasar. Aspidium diekstraksi


dengan eter dan ekstraknya di uapkan. Sisanya adalah oil Oleoresin yang berupa
cairan yang kental, berwarna hijau tua biasanya meninggalkan sisa berupa
granul-granul dari kristal-kristal yang harus dilarutkan lagi dengan bagian yang
cair sebelum di pakai. Isi : Aspidium atau ekstraknya Kegunaan : sebagai
anteklmintikum.

8) Capsici Fructus,Capsicum,Cayenne Pepper (USP, NF)

Simpleks terdiri dari buah-buah yang sudah masak yang di keringkan dar
tanaman Capsicum frustenscens L (African Chillies), Capsicum annum L Var.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
Conoides lrish (Tobasco Peper). Capsicum anmum L, Var. Logam
sendt,(Loisina Long Peper) Capsicum minimum Roxb (BPC) (familia
Solanaceae).

Oleh karena banyaknya jenis simpleks ini, maka pada etiket selalu harus
disebutkan varietesnya tanaman asal. Selanjutnya ada juga Japanese capsiucum
(Japanese Chilies) dari Capsicum fructuscens, Indian atau Madres Capsicum,
Faprike, Hungarian paprika, Turkish Paprika dari tanaman varietes Capsicum
annum(D.A.Z) Bombay Capsicum dari Capsicum anmum dan Natal Capsicum.
isi yaitu pada tahun 1876 STHRES menyari simpleks dengan petroleum dan
hasilnya dibuat alkalis dengan larutan alkali.. kegunaannya sebagai kondement
untuk mengobati dyspepsia dan flutulensi. Untuk obat luar digunakan sebagai
kounteriritansia dalam bentuk salep atau plester, untuk menyembuhkan
reumatik(sengal pinggang)dan lumbago.

Balsamum covaive juga mempunyai khasiat yang sama dengan Capsicum


anmum. Balsamum covaive adalah oleoresin yang diperoleh dengan cara
menyadap tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yaitu Copaifera sp.
Terutama Copaifera reticulate, Copaifera guanensis dan Copaifera lonosdorffi
yang berasal dari Brazilia dan Copaifera jacquin yang berasal dari Venezuela,
(suku Leguminosae). Isi : 40 – 90% minyak menguap yang bidang popularisasi
kekiri,yang mengandung alfa dan beta kariofilen,kadinenresin,asam kopaivat
dan zat pahit. Tidak mengandung asam benzoate maupun asam sinamat.
Kegunaan : stimulansia,antiseptic pada saluran air kemih. Juga berkhasiat
sebagai ekspektoransia, diuretika dan laksativa.

H. BALSAMUM

Balsamum atau balsam antara lain suatu campuran resin yang mengandung
benzoate atau asam sinama atau kedua-duanya atau ester-esternya, didalam
jumlah besar sering kali balsam disebut juga resin balsam. Balsam medicinal
meliputi tolu balsam,styrax,dan benzoin. Asam benzopiat mudah menyublin dari
peru balsam, tolu balsam, bensoin Sumatera dan Styrax. Apabila diketemukan
kedua-duanya (bersama-sama dalam simplisia), maka kedua-duanya akan
terdapat di dalam sublimate dan membedakan dapat digunakan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a) Asam benzoate akan menyublin lebih dulu dari pada asam sinamat
b) Asam sinamat lebih mudah larut di dalam air dari pada asam benzoate
c) Kristal asam sinamat(dan ester-esternya) mempolarisasi cahaya dengan warna
bermacam-macam sedang asam benzoate berwarna abu-abu
d) Di dalam waktu beberapa ini, asam benzoate akan menguap seluruhnya pada
temperature kamar
e) Kristal-kristal asam sinamat lebih sempurna terbentuknya dari pada
temperature kamar
f) Kalau dibuburkan asam nitrat, kristal-kristal asam sinamat(dan ester-esternya)
berubah coklat dan kehilangan daya popularisasi cahaya dan sebagian besar larut,
sedang benzoate kristal-kristalnya juga terlarut tetapi kemudian akan
membentuk kristal dari perak benzoate yang justru mempolatisasi cahaya.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
Balsamum Peruvianum, Balsem Peru, Peruvian Balsam, Balsam Ofperu,
Peru Balsam (USP, NF) Adalah eksudat kental yang di peroleh dari batang
tanaman Myroxlylon pereirae (Royle) Kletzch yang telah digunakan dan dilukai.
(suku Leguminosae). Suku Leguminosae adalah suku yang nomor dua besarnya
dengan 550 genera dan lebih dari 12.000 spesies yang dibagi dalam 3 sub suku,
yaitu :
a. Sub suku Papilionaceae
b. Sub suku Mimosoidese
c. Sub Suku Caesalpinioideae
Isi : Ester balsam yang terutama banyak terdapat di dalam balsam adalam bensil
sinamat(sinamejo),bensil benzoate dan sinamil sinamat (stirasin) ± 56 – 66%.
Ester-ester resinat3,0 – 3,8%,yang terbentuk dari resinotanol dengan asam
sinamat bebas. Kegunaan: Sebagai local irritansia,antiseptika dan parasitisida
juga sebagai ekspektoransia.

Balsamum Tolutanum, Tolu Balsem, Balsem Of Tolu (USP). Balsamum


tolatanum adalah balsam yang diperoleh dari batang tanaman Myroxylon
Balsamum (linne) Harms (suku Leguminosae). Suatu pohon besar yang hanya
sedikit berbeda dengan pohon balsam yang dihasilkan perubalsem. Isi : simplisia
ini mengandung banyak resin terutama toluresiotanol dengan asam sinamat atau
asam benzoate. Minyak menguap 7 – 8% terutama terdiri dari benzyl benzoate .
asam sinamat bebas 12 – 15%, asam benzoate 2 – 8%. Ester-ester bensil
benzoate dan bensil sinamat serta vanillin. Tolubalsem mengandung 35 – 50%
asam balsam total dihitung dari jumlah zat pelarut dalam alcohol. Kegunaan :
sebagai antiseptika dan ekspektoransia.

Benzoe,kemenyang, Benzoinum, Benzoin (USP)


Kemenyang adalah balsemik yang diperoleh dengan penorehan batang Sytrax
benzoin Dryander dan batang Sytrax palleloneurus Perkins diperdagangkan
dikenal sebagai kemenyang sumatera(benzoin sumatera) atau dari batang Sytrax
tonkinensi (piaree) Caib Ex Hartwitc, atau spesies lain dari anthostyrax genus
Styrax.

I. LATEKS

Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak
tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. lateks diproduksi oleh sel-
sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel
ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan
memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan
pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan
butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.

Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang
terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan
partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang
mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang
terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-
2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan
Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks
dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.

Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati,


gula, (poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks
biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau
merah. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan
yang terkandung secara merata yang disebut serum. Bahan-bahan bukan karet
yang terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya
termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan,
terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan bukan
karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam
mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Lateks merupakan suspensi
koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-
bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar
secara homogen atau merata di dalam air. Partikel karet di dalam lateks terletak
tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing
partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini
menimbulkan gerak brown. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan
protein sehingga partikel karet bermuatan listrik .

Koagulasi dan Prakoagulasi Lateks

Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu
beberapa jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan dapat
disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang
terdapat dalam lateks akibat aktivitas mikroorganisme. Hal itu pula yang
menyebabkan mengapa lump hasil penggumpalan alami berbau busuk. Selain itu,
penggumpalan juga disebabkan oleh timbulnya anion dari asam lemak hasil
hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar
akan bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium dalam lateks membentuk
sabun yang tidak larut, keduanya menyebabkan ketidakmantapan lateks yang
pada akhirnya terjadi pembekuan.

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang


menghasilkan lump atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan.
Kejadian seperti ini biasa terjadi ketika lateks berada di dalam tangki selama
pengangkutan menuju pabrik pengolahan. Hasil sadapan yang mengalami
prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet dengan mutu rendah seperti karet
remah jenis SIR 10 dan SIR 20. Prakoagulasi dapat terjadi karena kemantapan
bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang akibat aktivitas
bakteri, guncangan serta suhu lingkungan yang terlalu tinggi. Bagian-bagian
koloidal yang berupa partikel karet ini kemudian menggumpal menjadi satu dan
membentuk komponen yang berukuran lebih besar dan membeku. Untuk

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
mencegah prakoagulasi, pengawetan lateks kebun mutlak diperlukan, terlebih
jika jarak antara kebun dengan pabrik pengolahan cukup jauh. Zat yang
digunakan sebagai bahan pengawet disebut dengan zat antikoagulan. Syarat zat
antikoagulan adalah harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH-
di dalam zat antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga
kestabilannya dapat tetap terjaga dan tidak terjadi penggumpalan. Terdapat
beberapa jenis zat antikoagulan yang umumnya digunakan oleh perkebunan
besar atau perkebunan rakyat diantaranya adalah amoniak, soda atau natrium
karbonat, formaldehida serta natrium sulfit

BAB III

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Resin atau dammar adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-
tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil
terakhir dari metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen.
2. Kandungan dammar terdiri dari asam – asam resinat, alcohol – alcohol resinat, dan
resen
3. 3. Sifat fisika dammar : Keras, Transparan, Plastik, Lembek/ leleh Sifat kimia
damar :Mudah teroksidasi, Bebas Zat lemak, Sedikit mengandung oksigen dan
banyak mengandung karbon
4. 4. Penggolongan dammar terdiri dari resin, gumresin, oleoresin, olegum resin,
balsam dan lateks.
5. 5. Cara memperoleh dammar yaitu dengan cara ekstraksi simplisia dengan
alcohol, penyulingan, pemanasan, pengumpulan hasil eksudat dari tanaman,
penguapan dan pengumpulan resin – resin.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen UNHAS.1986. “ Farmakognosi I ”. UNHAS Press. Makassar.

Depkes RI. 1989. Materi Medika Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Yayasan Sarana Warna JAya:
Jakarta.

WHO.1999. Monographs on Selected Medicinal Plants. WHO: Geneva.

FARMAKOGNOSI
“RESIN”

Anda mungkin juga menyukai