Anda di halaman 1dari 33

SISTEM DISPERSI KASAR

(SISTEM EMULSI)

KELOMPOK 4
1. Diffa Fadhila Chairani-1913016113
2. Rinanty Ali - 1913016121 17. Elvina Dewi Kumalasari - 1913016116

3. Feiby Yohana Runtuwene - 1913016141 18. Shalsabilla Yasmin - 1913016124

4. Nela Ramadhani - 1913016142 19. Annisa Rida Nur Saidah - 1913016112

5. Muhammad Hafiz - 1913016134 20. Meidu Mustika Rundu - 1913016148

6. Annisa Putri - 1913016136 21. Kartika Sukma Dewi - 1913016145

7. Nurdewi Halik - 1913016117 22. Ekklesia Milianti Payung - 1913016132

8. Ayu Lestari ­- 1913016118) 23. Septia Rifka Indarwati - 1913016115

9. Afif Hidayat - 1913016130 24. Rhenaldo Elvanda Pratama Burhan - 1913016119

10. Ahmad Rezky 1913016122 25. Dewi Wahyuni - 1913016143

11. Yusuf isro' Ridhotulloh - 1913016135 26. Khoirunnisa - 1913016128

12.Rayhan Nurfarizki Achja - 1913016129 27. Baihaki Amrurohman - 1913016131

13. Nietia Juliyati - 1913016140 28. Heldi Fadillah Akbar - 1913016123

14. Miftakhul Nadiah - 1913016138 29. Dhea Natasya Shandy - 1913016144

15. Khansa Rizky Maharani - 1913016126 30. Hannifah Puspitasari - 1913016137

16. Nabila Nur Rahma Hidayat - 1913016 31. Fitri Intan Permata Sari - 1913016147
32. Boli Matius Tandi Payung - 1913016139
33. Richard Alvian - 1913016120125
Definisi Emulsi; Tipe Emulsi

Menurut Farmakope Indonesia edisi 3 (FI III)


Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Menurut Formularium Nasional


Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase
cairan dalam sistem dispersi fase cairan yang satu terdispersi
sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
dimantapkan oleh zat pengemulsi.

Menurut scrahmn, 1992


Emulsi adalah jenis khusus dari dispersi koloid, yang memiliki
setidaknya satu dimensi antara sekitar 1 dan 1000 nm.
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air )

Emulsi jenis ini, terdiri dari fase dalam berupa tetesan minyak yang terdispersi dan fase
luar berupa air. Untuk membuat emulsi jenis ini, maka pemilihan emulgator dengan nilai
HLB hidrofilik sangat penting untuk dipertimbangkan. Untuk membuat emulsi jenis o/w
pilihlah emulgator dengan rentang nilai HLB 8-18. Contoh emulgator yang memiliki
nilai HLB dalam rentang ini adalah gelatin, Gom, Tween, dan tragakan. Jika jenis emulsi
ini diuji dengan daya hantar listrik, maka akan memberikan nilai pada multitester, sebab
fase luarnya terdiri dari air.

Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak )

Jika pada emulsi tipe o/w fase terdispersinya adalah minyak, maka pada jenis emulsi w/o fase terdispersinya adalah
air dan minyak sebagai fase kontinu. Pada dasarnya, jika air dicampurkan dengan minyak, maka akan terjadi
pemisahan antara keduanya. Selanjutnya, air didispersikan menjadi tetesan2 kecil di dalam fase kontinu berupa
minyak. Sehingga jadilah tetesan air dalam minyak. Untuk membuat emulsi tipe ini, jenis emulgator yang dipilih
bersifat lipofilik dengan nilai HLB 3-8. Contoh emulgator dengan nilai HLB dalam rentang ini adalah propilen
glikol monostearat, etilan glikol distearat, dan sorbitan monooleat. Emulsi jenis ini bersifat lipofilik atau larut
dalam lemak. Sehingga, tidak mudah tercuci.
Bentuk dan Ukuran Partikel Fase Terdisperasi

a. bola dan tetesan


b. batang pendek dan ellipsoid prolate
c. oblate ellipsoids dan serpihan-serpihan
d. batang dan benang panjang
e. benang melingkar longgar
f. benang bercabang
Bahan yang terdispersi dapat bervariasi ukurannya dari partikel dari dimensi atom dan molekul ke
partikel yang ukuran diukur dalam milimeter
Berdasarkan ukuran dari fase terdispersi terdapat tiga jenis sistem terdispersi umumnya
Termasuk :

(a) dispersi molekuler


(b) dispersi koloid
(c) dispersi kasar.

Rentang ukuran yang ditetapkan untuk perbedaan kelas dengan beberapa karakteristik terkait
ditunjukkan pada tabel terlampir.
Diameter partikel fasa terdispersi umumnya memanjang dari sekitar 0,1 sampai 10 μm,
meskipun diameter partikel sekecil 0,01 μm dan berukuran 100 μm tidak biasa dalam beberapa
sediaan
Contoh Sistem Atau Metode Emulsi

Aspek biofarmasetika dari emulsi

 Secara tradisional emulsi digunakan untuk mengatur minyak seperti minyak jarak
dan parafin cair dalam bentuk yang enak. Sekarang ini hanya penggunaan kecil.
 Emulsi penting sebagai sarana pengiriman obat di mana obat dilarutkan dalam fase
dispersi. Misalnya, emulsi minyak dalam air lipid digunakan sebagai pengantar
untuk obat lipofilik (diazepam, propofol) untuk penggunaan intravena.
 Griseofulvin dan indoxole dalam formulasi emulsi menunjukkan peningkatan
penyerapan oral
Adapun metode pembuatan emulsi skala kecil ada 2, yaitu:

1. Metode gom kering (dry gum method)


atau juga dikenal sebagai 4:2:1 metode karena setiap 4 bagian (volume) minyak, 2 bagian
air, dan 1 bagian gom ditambahkan dalam pembuatan dasar emulsi. Emulsifying agent
dicampurkan ke dalam minyak sebelum ditambahkan air
 
2. Metode gom basah (wet gum method)
memiliki proporsi sama untuk minyak, air, dan gom yang digunakan dalam dry gum
method, tetapi urutan pencampurannya berbeda. Emulsifying agent ditambahkan ke dalam
air (dimana dapat terlarut) untuk membentuk muchilago, kemudian secara perlahan minyak
akan tergabung membentuk emulsi.
 
Contoh emulsi dalam kehidupan sehari hari: mayones, mentega, margarin, cat dll
Contoh emulsi dalam bidang farmasi: scott Emulsion, Curvit, Curcuma Plus, Scott +DHA
dan masih banyak yang lainnya.
Penggolongan emulgator berdasarkan mekanisme
kerjanya, emulgator dibagi menjadi:

a. Lapisan Monomolekuler
Emulgator ini mampu menghasilkan emulsi dengan membentuk
lapisan tunggal dari molekul atau ion antarmuka air atau
minyak yang diabsorpsi.

b. Lapisan Multimolekuler
Lapisan liofilik yang terhidrasi membentuk lapisan
multimolekuler di sekeliling tetesan dari minyak yang
terdispersi.

c. Lapisan Partikel Padat


Partikel padat yang kecil dibasahi baik oleh fase cair dan non
cair yang bereaksi sebagai emulgator. Jika partikel terlalu
hidrofilik, partikel tersebut tinggal dalam fase cair, tetapi jika
terlalu hidrofobik partikel tersebut terdispersi dengan sempurna
dalam fase minyak.
Kombinasi Zat Pengemulsi

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar


memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk
film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya koalesensi dan terpisahnya cairan dispersi
sebagai fase terpisah. Hal yang paling utama bagi emulgator adalah
kemampuannya untuk menghasilkan dan menjaga stabilitas emulsi dalam
penyimpanan dan pemakaian.
Contoh Perhitungan Emulgator Kombinasi

~ R/ paraffin cair 20% HLB 12


      Emulgator 5%
      Air ad 100%

Untuk membuat emulsi yang sesuai nilai HLB yang dibutuhkan, penggunaan surfaktan
sangat diperlukan. Namun nilai HLB yang dimiliki surfaktan tidak ada yang sama persis
dengan nilai HLB yang dibutuhkan untuk membuat emuls tersebut. Maka dari itu solusinya
pengunaan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan
hasil yang lebih baik.hal ini disebabkan karena dengan mengunakan kombinasi emulgator
yang akan diperoleh nilai HLB butuh minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas dengan
mengunakan kombinasi tween 80 (HLB 15) dan span (HLB 4,3 ) diperlukan perhitungan
jumlah masing-masing emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :
Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g =5 g  
Misalkan jumlah tween 80 = a g, maka span 80 =(5- a) g
Persamaan :
( ax 15)+(5-a) x (4,3) =(5×12)
15a + 21,5 – 4,3 a = 60
10,7 a =38,5
a = 3,6
jadi, jumlah tween 80 yang dibutukan= 3,6 g
jumlah span 80 yang dibutuhkan= (5-3,6) g =1,4 g
Surfaktan
01 Definisi Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang
mempunyai kemampuan untuk menggabungkan fase yang memiliki
derajat polaritas yang berbeda seperti minyak dan air.
.

02 Sifat-sifat
Sifat-sifat surfaktan adalah dapat menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antar muka, meningkatkan
kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis
formulasinya baik itu oil in water (o/w) atau water in oil
(w/o). Selain itu surfaktan juga akan terserap ke dalam
permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang
yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan
(coalescence) dari partikel yang terdispersi (Rieger,
1985). Sifat-sifat ini dapat diperoleh karena sifat ganda
dari molekulnya.
.
03 Gambar
DEFINISI HLB

Hydrophile–lipophile balance (HLB) merupakan suatu ukuran


untuk menunjukkan keseimbangan antara gugus hidrofl (menyukai
air atau polar) dan lipofil (menyukai minyak atau non-polar). Salah
satu jenis surfaktan yang memiliki karakteristik spesifik yakni HLB
adalah surfaktan non ionik. Berdasarkan hal tersebut, setiap zat
memiliki nilai HLB yang menunjukkan polaritas zat tersebut.
Kisaran lazimnya antara 1-20. Semakin tinggi nilai HLB, surfaktan
semakin bersifat hidrofilik. Emulsi dengan potensi gugus hidrofilik
lebih besar mempunyai viskositas yang lebih encer (Mollet dan
Grubermann, 2001).
METODE PENENTUAN HLB
 Nilai HLB dapat dihitung secara empiris,
rumus yang dapat digunakan:
 Untuk alkil eter sederhana dimana hidfrofilnya hanya terdiri dari etilen oksida.,

dimana E adalah persentase berat gugus etilen oksida.


 
 HLB dari ester asam lemak alkohol polihidrat seperti gliseril monostearat dapat
diperoleh dari persamaan:

dimana S adalah bilangan saponifikasi dari ester dan A adalah bilangan asam dari asam
lemak. HLB polisorbat 20 (Tween 20) dihitung menggunakan rumus ini adalah 16,7, S
menjadi 45,5 dan A = 276. Surfaktan polisorbat (Tween) memiliki nilai HLB dalam kisaran
9.6-16.7; ester sorbitan (Span) surfaktan memiliki HLB di kisaran bawah 1,8–8,6.
 
   Untuk bahan-bahan yang tidak mungkin mendapatkan nomor saponifikasi,
misalnya lilin lebah dan lanolin turunan, HLB dihitung dari:

 
di mana P adalah persentase berat kelompok alkohol polihidrat
(gliserol atau sorbitol) dalam molekul.
 
 Nilai HLB juga dapat dihitung dari kontribusi kelompok menggunakan:
HLB = ∑ (nomor golongan hidrofilik) - ∑ (kelompok lipofilik
angka) + 7
 
 Untuk campuran yang mengandung dua surfaktan fraksi f dari A dan (l - f)
dari B diasumsikan bahwa HLB adalah rata-rata aljabar dari dua nomor
HLB:
HLBcampuran = fHLBA + (1 – f)HLBB
Sistem HLB memiliki beberapa kelemahan:

1. HLB yang dihitung tidak dapat memperhitungkan pengaruh suhu atau zat aditif.

2. Adanya zat yang akan menjadi surfaktan salt-in atau salt-out, masing-masing
meningkatkan dan menurunkan nilai hlb efektif. Penggaraman surfaktan (misalnya;
NaCl) akan membuat molekul lebih hidrofobik(kurang hidrofilik).
 
Uji stabilitas termodinamika dilakukan untuk melihat stabilitas fisik
dari mikroemulsi, yang meliputi heating-cooling cycle, uji sentrifugasi dan
freeze-thaw cycle. Setelah pengujian semua sediaan tidak mengalami
pemisahan fasa sehingga dinyatakan stabil.

STABILITAS
EMULSI SECARA
TERMODINAMIKA
Emulsi dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu emulsi
makroemulsil, mikroemulsi dan nanoemulsi Secara kinetika
(kinetically stable), Emulsi konvensial dinyatakan tidak stabil secara
termodinamika sedangkan mikroemulsi merupakan sistem yang
stabil secara termodinamika (thermodynamically stable).
Jenis-Jenis Ketidak Stabilan Emulsi

Creaming Flokulasi
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi dua bagian,
dimana bagian yang satu memiliki fase-fase dispersi lebih banyak
Flokulasi merupakan tetesan air tidak menyatu dan
dari bagian yang lain. Fase dispersi membentuk lapisan emulsi yang mungkin tersebar kembali dengan gemetar. Namun,
lebih pekat. Contoh umum adalah susu, emulsi o/w, dengan krim karena kedekatan pendekatan tetesan di flokulus
naik ke atas emulsi. (lapisan tipis dari fase kontinu), jika ada kelemahan
Flokulasi dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan dalam film antarmuka terjadi, kemudian penggabungan
creaming, tetapi tidak selalu demikian. Meskipun tidak terlalu serius mungkin mengikuti. Flokulasi tidak sama dengan
sebagai faktor ketidakstabilan seperti cracking, creaming tidak creaming. Yang pertama adalah karena adanya
diinginkan dari sudut pandang farmasi karena emulsi yang dikrim
interaksi yang menarik dan gaya tolak dan yang
tidak elegan dalam penampilan, memberikan kemungkinan dosis
yang tidak akurat, dan meningkatkan kemungkinan penggabungan
terakhir terdapat perbedaan kepadatan dalam kedua
karena tetesannya berdekatan krim. Penurunan laju pembentukan fasenya; keduanya mungkin terjadi.
krim dapat dicapai dengan menghomogenisasi emulsi untuk
mengurangi ukuran gumpalan dengan menggunakan zat pengental
seperti metil selulosa.
Coalescence/penggabungan

Coalescence/penggabungan adalah peristiwa pecahnya


emulsi karena adanya penggabungan droplet-droplet kecil fase
terdispersi membentuk lapisan atau endapan yang bersifat
ireversibel dimana emulsi tidak dapat terbentuk kembali seperti
semula melalui pengocokan (Anief,1989).

Coalescence adalah peristiwa dimana droplet fase terdispersi bergabung


dan membentuk droplet yang lebih besar, yang diawali dengan drainase dari
lapisan cairan fase kontinu (Eccleston 2007).

Coalescence dari droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya
lapisan emulgator yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap droplet.
Dua droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan
yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi
bentuk lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya
meningkatkan energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini
akan tertahan dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan
tertunda (Aulton, 2002).
Pemecahan Fase

Pemisahan emulsi menjadi penyusunnya fase disebut


retak atau pecah. Itu mengikuti bahwa setiap agen yang
akan menghancurkan film antarmuka akan memecahkan Insert Your Image
emulsi.

Pemisahan emulsi menjadi dua lapisan, yaitu pemecahan,


menunjukkan ketidakstabilan yang besar, emulsi yang
stabil dapat mengerut, mengerut hanya karena perbedaan Insert Your Image

kepadatan dan mudah dibalik dengan pengocokan.


Inversi Fase

ialah dimana peristiwa perubahan tipe emulsi


dengan tiba-tiba, dari satu tipe ketipe yang lain sifat
irreversible. Inversi terjadi karna Pembalikan fase ,
perbandingan volume fasa, ataupun perubahan
temperaturnya.

. Inversi fase emulsi stabil konsentrasinya lebih dari


50% fase dispersi umum,sedangkan dispersi
maksimumnya mengandung lebih dari 70% fase dispersi.
Volume fase merupakan Faktor penyumbang jenis emulsi
yang terbentuk dan menyebaban terjadinya upaya
pemasukan berlebihan pada jumlah fase dispersi
membuat emulsi yang tidak stabil akhirnya terbentuk
retakan emulsi atau inversi fase.
HUBUNGAN HUKUM STOKES DENGAN FLOKULASI DAN CREAMING

Creaming, yang dihasilkan dari flokulasi dan konsentrasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
pembentukan creaming sama dengan tetesan fase internal merupakan emulsi yang dapat
yang terlibat dalam laju sedimentasi menunjukkan ketidakstabilan tapi bagaimanapun flokulasi serta
partikel suspensi dan ditunjukkan oleh hasil creaming merupakan langkah potensial menuju
hukum Stokes, sebagai berikut:
penggabungan lengkap frase internal.
Flokulasi dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan
creaming, tetapi tidak selalu demikian. Tetesan dari lapisan
v = kecepatan creaming, krim tidak menyatu, seperti yang dapat ditemukan dengan
a = radius globul,
σ = densitas fasa dispersi pengocokan lembut yang mendistribusikan kembali tetesan ke
ρ = medium dispersi seluruh fase kontinu. Meskipun tidak terlalu serius sebagai
Pertimbangan persamaan ini η =viskositas medium dispersi
menunjukkan bahwa laju creaming faktor ketidakstabilan seperti cracking, creaming tidak
akan diturunkan sebesar: diinginkan dari sudut pandang farmasi karena emulsi yang
1. pengurangan ukuran globul dikrim tidak elegan dalam penampilan, memberikan
kemungkinan dosis yang tidak akurat, dan meningkatkan
2. penurunan perbedaan densitas
kemungkinan penggabungan karena tetesannya berdekatan
antara kedua fase
krim.
3. peningkatan viskositas fase
kontinu.
Oleh karena itu, penurunan laju pembentukan krim dapat
dicapai dengan menghomogenisasi emulsi untuk mengurangi
ukuran gumpalan dan meningkatkan viskositas fase kontinu
dengan menggunakan zat pengental seperti tragakan atau metil
selulosa. Jarang mungkin untuk menyesuaikan kerapatan kedua
fasa secara memuaskan.
Penilaian stabilitas emulsi Penilaian perkiraan stabilitas relatif
serangkaian emulsi dapat diperoleh dari estimasi tingkat
pemisahan fase dispersi sebagai lapisan yang berbeda, atau dari
Namun, ketidakstabilan dalam hasil emulsi dari
tingkat pembentukan krim. Sedangkan pemisahan emulsi menjadi
setiap proses yang menyebabkan peningkatan
dua lapisan, yaitu retak, menunjukkan ketidakstabilan yang besar, progresif dalam ukuran partikel dan perluasan
emulsi yang stabil dapat mengerut, mengerut hanya karena distribusi ukuran partikel, sehingga pada akhirnya
perbedaan kepadatan dan mudah dibalik dengan gemetar. partikel yang terdispersi menjadi begitu besar
Beberapa penggabungan mungkin terjadi karena kedekatan sehingga terpisah sebagai cairan bebas. Karenanya,
gumpalan dalam krim, seperti yang terjadi dengan flokulasi. metode yang lebih tepat untuk menilai stabilitas
emulsi adalah mengikuti distribusi ukuran globul
seiring waktu. Emulsi yang mendekati keadaan tidak
stabil ditandai dengan munculnya butiran-butiran
besar sebagai akibat dari penggabungan yang lain.
Contoh Perhitungan Laju Creaming

Soal :  Jawab :
Hitung laju creaming yang memiliki diameter global fase
terdispersi 3 cm dengan kerapatan medium disperse 0,2 g/mL,
0,8 g/mL kerapatan fase terdispersi dengan visikositas medium
1,05 pise dengan fasio fase tahap kontinyu 4. (g = 10 m/s)  
Diketahui :

 
PRINSIP PENGAWETAN EMULSI
Pengawet bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Suaru pengawet
harus efektif terhadap kontaminasi dari mikroorganisme potagen dan cukup melindungi
emulsi selama digunakan oleh pasien.
Pengawet sebaiknya mempunyai sifat:
1. Toksisitas rendah
2. Stabil terhadap pemanasan
3. Dapat dicampur dengan bahan lain
4. Efektif sebagai antimikroba
Contoh pengawet yang digunakan asam benzoat dan turunanya, metil paraben, asam
sorbat, fenol, kresol dll.
Selain untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme, emulsi juga dapat rusak karena
oksidasi dari fase minyak yang terdapat dalam suatu sediaan emulsi oleh karena itu
pengawet juga dapat berupa antioksidan seperti asam askorbat, propil gallat, asam sitrat
dan tokoferol.
EMULSI GANDA
Emulsi ganda merupakan sistem kompleks emulsi dalam emulsi. Terdapat 2 tipe
emulsi ganda yaitu O/W/O (oil-in-water-in-oil) dan W/O//W (water-in-oil-in-water).
O/W/O atau minyak-dalam-air-dalam-minyak merupakan tipikal emulsi dimana air
terdispersi dalam minyak lalu minyak tersebut didispersikan kembali dalam air,
sedangkan W/O/W merupakan kebalikan dari emulsi O/W/O. Emulsi ganda
W/O/W lebih lazim digunakan dibandingkan dengan emulsi ganda O/W/O karena
sifat kelarutannya.
 

Kelebihan emulsi ganda dibandingkan emulsi sederhana adalah kemampuan


fase internal untuk membawa senyawa aktif bersifat hidrofilik.
MIKROEMULSI

Definisi Keuntungan mikroemulsi


Mikroemulsi didefinisikan sebagai sistem sediaan dalam bentuk mikroemulsi umumnya
yang terdiri dari air, minyak, dan ampifil yang lebih disukai karena sifatnya yang transparan
isotropik optik tunggal (single optically sehingga lebih menarik minat dari konsumen
isotropic) dan secara termodinamika (Swarbrick, 1995). Beberapa sediaan
merupakan larutan cair yang stabil mikroemulsi yang sudah ada di pasaran yaitu
(Lieberman, 1988). mikroemulsi Carnauba- Wax, minyak pelumas,
parfum, cairan pembersih, formula antiseptik,
kosmetik dan toiletries, dan sediaan farmasi.

Mikroemulsi terdiri dari globul-globul


yang berdiameter 10 – 200 nm. Globul
seperti ini tidak dapat membiaskan
cahaya dan tidak dapat dilihat secara
kasat mata sehingga mikroemulsi
merupakan sistem yang transparan
(Lund, 1994).
Nanoemulsi

 Definisi
Nanoemulsi adalah emulsi yang transparan dan stabil secara termodinamika yang
memiliki tetesan yang mencakup rentang ukuran 20-600 nm. Sebagai bagian dari
multiphase dispersi koloid, sistem heterogen yang terdiri dari minyak halus dalam air
atau air dalam dispersi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan dan menunjukkan
distribusi ukuran yang sempit.
 Kegunaan
Ukuran tetesan kecil dari nanoemulsi meningkatkan stabilitas emulsi; Oleh karena
itu, nanoemulsi memiliki berbagai aplikasi di bidang industri, seperti perawatan
pribadi dan kosmetik serta perawatan kesehatan, makanan, dan bahan kimia
pertanian.
Daftar Pustaka
Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada
University Press. Hal 132.

Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd Ed., 282-299, 342, 344, 353-
358, ELBS with Churchill Livingstone, New York.

Jaiswal, M., Dudhe, R., & Sharma, P. K. 2015. Nanoemulsion: an advanced mode of drug delivery system. 3
Biotech, Vol.5 No.2, Hal. 123-127.

Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutocal Press, London.

Martin Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Patrick J. Sinko.

Maali, A., & Mosavian, M. H. 2013. Preparation and application of nanoemulsions in the last decade 2000–
2010. Journal of dispersion science and technology, Vol.34 No.1, Hal. 92-105.

Mollet, H. dan Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology Emulsions, Suspensions, Solid Forms,
diterjemahkan oleh Payne, H.R., Wiley-vch, Weinheim, pp.59-85.

Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems by Herbert A. Lieberman (1988-04-03).

Pramono, Yoyok Budi., Irene Raras Nawangsasi., Antonius Hintono dan Vita Paramita. 2018. Studi Kerusakan
Protein dalam Emulsi Ganda Air-dalam-Minyak-dalam-Air Natrium Klorida Menggunakan Instrumen FTIR.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 7 No. 1 Hal. 37-42.

Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, Percutaneous Absorption, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,
Volume 11, Marcel Dekker Inc., New York, 413-445.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai