(SISTEM EMULSI)
KELOMPOK 4
1. Diffa Fadhila Chairani-1913016113
2. Rinanty Ali - 1913016121 17. Elvina Dewi Kumalasari - 1913016116
16. Nabila Nur Rahma Hidayat - 1913016 31. Fitri Intan Permata Sari - 1913016147
32. Boli Matius Tandi Payung - 1913016139
33. Richard Alvian - 1913016120125
Definisi Emulsi; Tipe Emulsi
Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air )
Emulsi jenis ini, terdiri dari fase dalam berupa tetesan minyak yang terdispersi dan fase
luar berupa air. Untuk membuat emulsi jenis ini, maka pemilihan emulgator dengan nilai
HLB hidrofilik sangat penting untuk dipertimbangkan. Untuk membuat emulsi jenis o/w
pilihlah emulgator dengan rentang nilai HLB 8-18. Contoh emulgator yang memiliki
nilai HLB dalam rentang ini adalah gelatin, Gom, Tween, dan tragakan. Jika jenis emulsi
ini diuji dengan daya hantar listrik, maka akan memberikan nilai pada multitester, sebab
fase luarnya terdiri dari air.
Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak )
Jika pada emulsi tipe o/w fase terdispersinya adalah minyak, maka pada jenis emulsi w/o fase terdispersinya adalah
air dan minyak sebagai fase kontinu. Pada dasarnya, jika air dicampurkan dengan minyak, maka akan terjadi
pemisahan antara keduanya. Selanjutnya, air didispersikan menjadi tetesan2 kecil di dalam fase kontinu berupa
minyak. Sehingga jadilah tetesan air dalam minyak. Untuk membuat emulsi tipe ini, jenis emulgator yang dipilih
bersifat lipofilik dengan nilai HLB 3-8. Contoh emulgator dengan nilai HLB dalam rentang ini adalah propilen
glikol monostearat, etilan glikol distearat, dan sorbitan monooleat. Emulsi jenis ini bersifat lipofilik atau larut
dalam lemak. Sehingga, tidak mudah tercuci.
Bentuk dan Ukuran Partikel Fase Terdisperasi
Rentang ukuran yang ditetapkan untuk perbedaan kelas dengan beberapa karakteristik terkait
ditunjukkan pada tabel terlampir.
Diameter partikel fasa terdispersi umumnya memanjang dari sekitar 0,1 sampai 10 μm,
meskipun diameter partikel sekecil 0,01 μm dan berukuran 100 μm tidak biasa dalam beberapa
sediaan
Contoh Sistem Atau Metode Emulsi
Secara tradisional emulsi digunakan untuk mengatur minyak seperti minyak jarak
dan parafin cair dalam bentuk yang enak. Sekarang ini hanya penggunaan kecil.
Emulsi penting sebagai sarana pengiriman obat di mana obat dilarutkan dalam fase
dispersi. Misalnya, emulsi minyak dalam air lipid digunakan sebagai pengantar
untuk obat lipofilik (diazepam, propofol) untuk penggunaan intravena.
Griseofulvin dan indoxole dalam formulasi emulsi menunjukkan peningkatan
penyerapan oral
Adapun metode pembuatan emulsi skala kecil ada 2, yaitu:
a. Lapisan Monomolekuler
Emulgator ini mampu menghasilkan emulsi dengan membentuk
lapisan tunggal dari molekul atau ion antarmuka air atau
minyak yang diabsorpsi.
b. Lapisan Multimolekuler
Lapisan liofilik yang terhidrasi membentuk lapisan
multimolekuler di sekeliling tetesan dari minyak yang
terdispersi.
Untuk membuat emulsi yang sesuai nilai HLB yang dibutuhkan, penggunaan surfaktan
sangat diperlukan. Namun nilai HLB yang dimiliki surfaktan tidak ada yang sama persis
dengan nilai HLB yang dibutuhkan untuk membuat emuls tersebut. Maka dari itu solusinya
pengunaan kombinasi surfaktan dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan
hasil yang lebih baik.hal ini disebabkan karena dengan mengunakan kombinasi emulgator
yang akan diperoleh nilai HLB butuh minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas dengan
mengunakan kombinasi tween 80 (HLB 15) dan span (HLB 4,3 ) diperlukan perhitungan
jumlah masing-masing emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :
Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g =5 g
Misalkan jumlah tween 80 = a g, maka span 80 =(5- a) g
Persamaan :
( ax 15)+(5-a) x (4,3) =(5×12)
15a + 21,5 – 4,3 a = 60
10,7 a =38,5
a = 3,6
jadi, jumlah tween 80 yang dibutukan= 3,6 g
jumlah span 80 yang dibutuhkan= (5-3,6) g =1,4 g
Surfaktan
01 Definisi Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang
mempunyai kemampuan untuk menggabungkan fase yang memiliki
derajat polaritas yang berbeda seperti minyak dan air.
.
02 Sifat-sifat
Sifat-sifat surfaktan adalah dapat menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antar muka, meningkatkan
kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis
formulasinya baik itu oil in water (o/w) atau water in oil
(w/o). Selain itu surfaktan juga akan terserap ke dalam
permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang
yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan
(coalescence) dari partikel yang terdispersi (Rieger,
1985). Sifat-sifat ini dapat diperoleh karena sifat ganda
dari molekulnya.
.
03 Gambar
DEFINISI HLB
dimana S adalah bilangan saponifikasi dari ester dan A adalah bilangan asam dari asam
lemak. HLB polisorbat 20 (Tween 20) dihitung menggunakan rumus ini adalah 16,7, S
menjadi 45,5 dan A = 276. Surfaktan polisorbat (Tween) memiliki nilai HLB dalam kisaran
9.6-16.7; ester sorbitan (Span) surfaktan memiliki HLB di kisaran bawah 1,8–8,6.
Untuk bahan-bahan yang tidak mungkin mendapatkan nomor saponifikasi,
misalnya lilin lebah dan lanolin turunan, HLB dihitung dari:
di mana P adalah persentase berat kelompok alkohol polihidrat
(gliserol atau sorbitol) dalam molekul.
Nilai HLB juga dapat dihitung dari kontribusi kelompok menggunakan:
HLB = ∑ (nomor golongan hidrofilik) - ∑ (kelompok lipofilik
angka) + 7
Untuk campuran yang mengandung dua surfaktan fraksi f dari A dan (l - f)
dari B diasumsikan bahwa HLB adalah rata-rata aljabar dari dua nomor
HLB:
HLBcampuran = fHLBA + (1 – f)HLBB
Sistem HLB memiliki beberapa kelemahan:
1. HLB yang dihitung tidak dapat memperhitungkan pengaruh suhu atau zat aditif.
2. Adanya zat yang akan menjadi surfaktan salt-in atau salt-out, masing-masing
meningkatkan dan menurunkan nilai hlb efektif. Penggaraman surfaktan (misalnya;
NaCl) akan membuat molekul lebih hidrofobik(kurang hidrofilik).
Uji stabilitas termodinamika dilakukan untuk melihat stabilitas fisik
dari mikroemulsi, yang meliputi heating-cooling cycle, uji sentrifugasi dan
freeze-thaw cycle. Setelah pengujian semua sediaan tidak mengalami
pemisahan fasa sehingga dinyatakan stabil.
STABILITAS
EMULSI SECARA
TERMODINAMIKA
Emulsi dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu emulsi
makroemulsil, mikroemulsi dan nanoemulsi Secara kinetika
(kinetically stable), Emulsi konvensial dinyatakan tidak stabil secara
termodinamika sedangkan mikroemulsi merupakan sistem yang
stabil secara termodinamika (thermodynamically stable).
Jenis-Jenis Ketidak Stabilan Emulsi
Creaming Flokulasi
Creaming adalah pemisahan emulsi menjadi dua bagian,
dimana bagian yang satu memiliki fase-fase dispersi lebih banyak
Flokulasi merupakan tetesan air tidak menyatu dan
dari bagian yang lain. Fase dispersi membentuk lapisan emulsi yang mungkin tersebar kembali dengan gemetar. Namun,
lebih pekat. Contoh umum adalah susu, emulsi o/w, dengan krim karena kedekatan pendekatan tetesan di flokulus
naik ke atas emulsi. (lapisan tipis dari fase kontinu), jika ada kelemahan
Flokulasi dapat terjadi bersamaan dengan pembentukan dalam film antarmuka terjadi, kemudian penggabungan
creaming, tetapi tidak selalu demikian. Meskipun tidak terlalu serius mungkin mengikuti. Flokulasi tidak sama dengan
sebagai faktor ketidakstabilan seperti cracking, creaming tidak creaming. Yang pertama adalah karena adanya
diinginkan dari sudut pandang farmasi karena emulsi yang dikrim
interaksi yang menarik dan gaya tolak dan yang
tidak elegan dalam penampilan, memberikan kemungkinan dosis
yang tidak akurat, dan meningkatkan kemungkinan penggabungan
terakhir terdapat perbedaan kepadatan dalam kedua
karena tetesannya berdekatan krim. Penurunan laju pembentukan fasenya; keduanya mungkin terjadi.
krim dapat dicapai dengan menghomogenisasi emulsi untuk
mengurangi ukuran gumpalan dengan menggunakan zat pengental
seperti metil selulosa.
Coalescence/penggabungan
Coalescence dari droplet minyak pada emulsi M/A tertahan dengan adanya
lapisan emulgator yang teradsorbsi kuat secara mekanis disekitar setiap droplet.
Dua droplet yang saling berdekatan satu sama lain akan menyebabkan permukaan
yang berdekatan tersebut menjadi rata. Perubahan dari bentuk bulat menjadi
bentuk lain menghasilkan peningkatan luas permukaan dan karenanya
meningkatkan energi bebas permukaan total, penyimpangan bentuk droplet ini
akan tertahan dan pengeringan film fase kontinu dari antara dua droplet akan
tertunda (Aulton, 2002).
Pemecahan Fase
Soal : Jawab :
Hitung laju creaming yang memiliki diameter global fase
terdispersi 3 cm dengan kerapatan medium disperse 0,2 g/mL,
0,8 g/mL kerapatan fase terdispersi dengan visikositas medium
1,05 pise dengan fasio fase tahap kontinyu 4. (g = 10 m/s)
Diketahui :
PRINSIP PENGAWETAN EMULSI
Pengawet bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Suaru pengawet
harus efektif terhadap kontaminasi dari mikroorganisme potagen dan cukup melindungi
emulsi selama digunakan oleh pasien.
Pengawet sebaiknya mempunyai sifat:
1. Toksisitas rendah
2. Stabil terhadap pemanasan
3. Dapat dicampur dengan bahan lain
4. Efektif sebagai antimikroba
Contoh pengawet yang digunakan asam benzoat dan turunanya, metil paraben, asam
sorbat, fenol, kresol dll.
Selain untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme, emulsi juga dapat rusak karena
oksidasi dari fase minyak yang terdapat dalam suatu sediaan emulsi oleh karena itu
pengawet juga dapat berupa antioksidan seperti asam askorbat, propil gallat, asam sitrat
dan tokoferol.
EMULSI GANDA
Emulsi ganda merupakan sistem kompleks emulsi dalam emulsi. Terdapat 2 tipe
emulsi ganda yaitu O/W/O (oil-in-water-in-oil) dan W/O//W (water-in-oil-in-water).
O/W/O atau minyak-dalam-air-dalam-minyak merupakan tipikal emulsi dimana air
terdispersi dalam minyak lalu minyak tersebut didispersikan kembali dalam air,
sedangkan W/O/W merupakan kebalikan dari emulsi O/W/O. Emulsi ganda
W/O/W lebih lazim digunakan dibandingkan dengan emulsi ganda O/W/O karena
sifat kelarutannya.
Definisi
Nanoemulsi adalah emulsi yang transparan dan stabil secara termodinamika yang
memiliki tetesan yang mencakup rentang ukuran 20-600 nm. Sebagai bagian dari
multiphase dispersi koloid, sistem heterogen yang terdiri dari minyak halus dalam air
atau air dalam dispersi minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan dan menunjukkan
distribusi ukuran yang sempit.
Kegunaan
Ukuran tetesan kecil dari nanoemulsi meningkatkan stabilitas emulsi; Oleh karena
itu, nanoemulsi memiliki berbagai aplikasi di bidang industri, seperti perawatan
pribadi dan kosmetik serta perawatan kesehatan, makanan, dan bahan kimia
pertanian.
Daftar Pustaka
Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesepuluh. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada
University Press. Hal 132.
Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, 2nd Ed., 282-299, 342, 344, 353-
358, ELBS with Churchill Livingstone, New York.
Jaiswal, M., Dudhe, R., & Sharma, P. K. 2015. Nanoemulsion: an advanced mode of drug delivery system. 3
Biotech, Vol.5 No.2, Hal. 123-127.
Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutocal Press, London.
Maali, A., & Mosavian, M. H. 2013. Preparation and application of nanoemulsions in the last decade 2000–
2010. Journal of dispersion science and technology, Vol.34 No.1, Hal. 92-105.
Mollet, H. dan Grubenmann, A., 2001, Formulation Technology Emulsions, Suspensions, Solid Forms,
diterjemahkan oleh Payne, H.R., Wiley-vch, Weinheim, pp.59-85.
Pramono, Yoyok Budi., Irene Raras Nawangsasi., Antonius Hintono dan Vita Paramita. 2018. Studi Kerusakan
Protein dalam Emulsi Ganda Air-dalam-Minyak-dalam-Air Natrium Klorida Menggunakan Instrumen FTIR.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 7 No. 1 Hal. 37-42.
Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, Percutaneous Absorption, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,
Volume 11, Marcel Dekker Inc., New York, 413-445.
Thank You