S
Biomedis II
Kelompok 4 S1 Farmasi 2019
Anggota Kelompok
● Kelas A
● Kelas B ● Kelas C
1.Diffa Fadhila Chairani 1913016113 1.Nurdewi Halik 1913016117 1.Annisa Rida Nur Saidah 1913016112
2.Elvina Dewi Kumalasari 1913016116 2.Richard Alvian 1913016120 2.Septia Rifka Indarwati 1913016115
3.Rhenaldo Elvanda Pratama .B 1913016119
3.Heldi Fadillah Akbar 1913016123 3.Ayu Lestari 1913016118
4.Ahmad Rezky 1913016122
4.Khansa Rizky Maharani 1913016126 4.Rinanty Ali 1913016121
5.Nabila Nur Rahma 1913016125
7.Baihaqi Amrurohman 1913016131 6.Ekklesia Milianti Payung 1913016132 6.Afif Hidayat 1913016130
8.Muhammad Hafiz 1913016134 7.Annisa Putri 1913016136
7.Yusuf Isro` Ridhotulloh 1913016135
9.Hannifah puspitasari 1913016137
8.Miftakhul Nadiah 1913016138 8.Boli Matius Tandi Payung 1913016139
10.Nietia Juliyati 1913016140
9.Feiby Yohana Runtuwene 1913016141 9.Nela Ramadhani 1913016142
11.Dewi Wahyuni 1913016143
Hepatitis Virus
Virus Hepatitis A
Virus Hepatitis B
Virus Hepatitis C
Virus Hepatitis D
Virus Hepatitis E
HEPATITIS AKUT DAN KRONIK
Hepatitis Virus
Hepatitis virus disebabkan terutama oleh virus hepatitis A (VHA), B (VHB), C (VHC),
D (VHD) dan E (VHE).
Virus Hepatitis A
22% 22% hepatitis akut dan kronik. VHB dapat ditemukan pada
cairan tubuh yang bersifat patologis maupun fisiologis
terkecuali pada tinja. VHB adalah virus yang bandel
dapat tahan hidup pada suhu dan kelembaban yang
ekstrem.
- Mengingat darah dan cairan tubuh merupakan perantara - Pada area dengan prevalensi rendah mekanisme
utama penularan, maka virus dapat menular lewat cairan penularan VHB terutama terjadi secara horizontal yaitu
atau sekret tubuh seperti sperma, air liur, keringat, air mata, melalui transfusi darah dan produk darah lainnya,
ASI, dan cairan efusi patologis. dialisis, kecelakaan tertusuk jarum yang terkontaminasi
virus pada petugas kesehatan, penggunaan jarum
- Pada daerah endemik cara penularan tersering adalah infeksi
suntik secara bersama-sama pada penggunaan obat
vertikal dari ibu ke anak pada saat kelahiran. intravena, penularan secara kontak seksual
(homoseksual atau heteroseksual).
STRUKTUR VHB dan GENOM
VHB termasuk dalam golongan Hepadnaviridae, merupakan kelompok virus DNA, yang dapat
menyebabkan hepatitis pada beberapa spesies binatang. Replikasi VHB tidak melibatkan integrasi
virus dengan DNA sel pejamu, namun demikian VHB yang terintegrasi sering ditemukan. Vinis yang
terintegrasi sering mengalami delesi dan perubahan struktur sehingga sering menjadi tidak aktif.
Genom VHB adalah molekul berupa rantai DNA sirkular yang sebagian berganda dan mengkodekan
3200 nukleotida.
• Regio precore/core nucleocapsid. Protein "core" berperan sebagai hepatitis B core antigen (HBcAg),
pre core protein berperan sebagai hepatitis Be antigen (HBeAg).
• Envelope glycoprotein. Berperan sebagai hepatitis B surface antigen (HBsAg) protein ini diproduksi
dan disekresi ke dalam arah dalam jumlah banyak. HBsAg bersifat imunogenik, yaitu protein yang
mampu memicu terbentuknya antibodi terhadap virus.
• DNA polymerase yaitu enzim polimerase yang rawan terhadap terjadinya kesalahan pada aktivitas
reverse transcriptase sehingga dapat menyebabkan tingginya kemungkinan mutasi genom virus yang
berada dalam fase replikasi.
• Protein VHB-X, berperan sebagai transactivator transkripsi pada kebanyakan gen virus dan pejamu
melalui interaksi dengan berbagai faktor transkripsi. VHB-X dibutuhkan oleh virus dalam
kemampuannya untuk menginfeksi dan menyebabkan keganasan sel hati melalui terjadinya
degradasi terhadap regulasi dan ekspresi p53.
Lanjutan . . .
Perjalanan Klinis Setelah terpapar VHB akan melewati periode inkubasi yang cukup lama dan pada fase ini
belum menampakkan gejala, setelah melewati fase inkubasi akan diikuti dengan fase akut (akan dibahas
kemudian) yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Perjalanan penyakit pada fase akut ini dapat
dideteksi menggunakan petanda serologik.
• HBsAg akan terdeteksi sebelum gejala klinis muncul dan mencapai puncak selama gejala-gejala klinis nyata
dan kemudian akan menurun sampai tidak terdeteksi lagi dalam 3-6 bulan.
• Antibodi anti HBs belum terlihat sampai fase akut berakhir, bahkan sering tidak terdeteksi sampai beberapa
bulan setelah HBsAg tidak terdeteksi lagi. Anti HBs dapat menetap sepanjang hidup pasien. Sehubungan
dengan pentingnya status imunitas seseorang terhadap VHB, pengetahuan ini menjadi dasar dalam strategi
pemberian vaksinasi menggunakan HBsAg yang tidak infeksius.
• HBeAg, VHB-DNA, dan DNA polymerase terdeteksi di dalam serum segera setelah HBsAg terdeteksi dan
semua petanda di atas merupakan petanda yang signifikan akan adanya replikasi aktif virus tersebut. Adanya
HBeAg yang menetap merupakan petanda bahwa replikasi virus berlanjut terus, petanda infektivitas virus tinggi
dan kemungkinan berlanjut menjadi hepatitis kronik. Adanya antibodi anti HBe atau disebut sebagai
serokonversi menandakan bahwa infeksi akut sudah mencapai puncak dan semakin berkurang.
• IgM anti-HBc akan terdeteksi dalam serum segera sebelum gejala klinis muncul, bersamaan dengan
peningkatan kadar serum aminotransferase (merupakan indikasi adanya kerusakan sel hati). Setelah lebih dari
sebulan maka antibodi IgM anti HBc akan diganti dengan antibodi IgG Anti HBc.
Lanjutan . . .
Sama halnya anti VHA, dalam hal ini juga tidak ada metode spesifik untuk mendeteksi IgG anti HBc,
namun apabila tampak adanya penurunan IgM anti HBc maka pada saat tersebut terjadi peningkatan kadar
anti HBc total di dalam serum.
Pada pasien yang terinfeksi oleh strain mutan, HBeAg sangat rendah atau tidak terdeteksi, walaupun
kadar DNA virus di dalam serum dapat diukur. Keadaan buruk yang kedua adalah munculnya virus yang
resisten terhadap status imun yang didapat dari vaksinasi. Sebagai contoh tergantikannya asam amino
arginin pada asam amino 145 HBsAg dengan asam amino glycine, ternyata meningkatkan kemampuannya
secara bermakna merubah pengenalan antibodi anti HBsAg terhadap HBsAg. Imunitas bawaan dapat
melindungi pejamu selama fase awal infeksi, respons yang kuat dari CD4+ dan CD8+ spesifik terhadap
infeksi VHB yang mana limfosit tersebut memproduksi interferon y yang berkoreIasi dengan perbarkan yang
terjadi setelah infeksi akut.
Berdasarkan penemuan akhir-akhir ini dinyatakan bahwa kerusakan sel hati yang terjadi tidak secara
langsung oleh virus yang menginfeksi melainkan akibat sel T sitotoksik CD8+ yang merusak sel hati yang
terinfeksi. Infeksi virus hepatitis B secara garis besar dapat dicegah dengan vaksinasi dan penapisan donor
darah, donor organ dan donor jaringan. Vaksin dibuat dari HBsAg mumi yang diproduksi dari yeast (ragi).
Vaksinasi dapat menginduksi terjadinya antibodi terhadap HBsAg dan mentinjukkan respons protektif pada
95% bayi baru lahir, anak anak.
Gambar 15-12 Hepatosit (ground-glass) pada
hepatitis B kronik. Yang disebabkan oleh
akumulasi HbsAg dalam sitoplasma, memiliki
inklusi sitoplasma berwarna pink yang besar,
pucat, dan bergranuler halus pada pewarnaan
hematoksilin-eosin; pewarnaan imun (sisipan di
kiri atas) menegaskan bahwa retikulum
endoplasma dipenuhi dengan antigen
permukaan (coklat). HBsAg, antigen permukaan
hepatitis B.
Morfologi
Gambaran mikroskopis dapat memperlihatkan gambaran baik hepatitis akut maupun kro
nik seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, namun pada beberapa biopsy jaringan hati
memperlihatkan gambaran khas berupa sel ground glass menyerupai kaca buram (Gambar
15-12).Pada infeksi kronikVHB beberapa genom sel hati berintegrasi dengan genom virus, ji
ka kebetulan gen dari antigen permukaan berintegrasi dengan genom pejamu di lokasi yang
berdekatan dengan promotor aktif, maka genom pejamu akan berubah menjadi semacam p
abrik yang menghasilkan antigen permukaan. Namun demikian beberapa sel hati tidak selur
uh memiliki aktivitas replikasi sel hati digantikan untuk kepentingan replikasi virus. Antigen p
ermukaan (HBsAg) hanya dapat keluar dari sel hati apabila merupakan bagian dari partikel
virus, maka kelebihan antigen akan terakumulasi dalam sitoplasma sel hati, keadaan ini me
nyebabkan terjadinya inklusi sitoplasma akibat banyaknya retikulum endoplasma yang beris
ikan antigen permukaan. Secara histologis keadaan itu tampak sebagai granula halus di dal
am sitoplasma menyerupai gambaran ground glass atau kaca buram.
Virus Hepatitis C
Struktur Virus dan Genom
VHC adalah virus RNA rantai tunggal yang termasuk dalam family
Flaviviridae. Struktur ini termasuk regio terminal 5'- dan 3'- yang mengapit
sebuah rantai terbuka tunggal dari 9500 nukleotida, dan yang mengkode
protein struktural dan nonstruktural. VHC memiliki 6 subklas genotipe yang
didasari pada sekuen genetiknya. Selanjutnya karena lemahnya ketepatan
replikasi RNA maka seseorang yang terinfeksi virus bisa membawa banyak
varian VHC; keadaan ini disebut sebagai spesies pura-pura (quasispecies).
Hubungan antara quasispecies dan progresifitas penyakit masih dalam
penelitian. Diduga tingginya keberagaman quasispecies berhubungan
dengan prognosis yang buruk. Dapat ditambahkan bahwa variabilitas ini
sangat menghambat upaya-upaya untuk mengembangkan vaksin VHC
Morfologi
Gambaran mikroskopik hepatitis C kronik sesuai dengan
gambaran hepatitis kronik umum. Namun terdapat
beberapa perbedaan yang sering ditemukan, antara lain:
1. perlemakan hati, perlemakan hati berasal dari
berubahnya metabolisme lemak pada sel hati yang
terinfeksi, atau terjadinya resistensi insulin yang disebut
juga sebagai sindrom metabolit
2. infiltrasi limfosit di segitiga portal, pada beberapa
kasus dapat terbentuk folikel limfoid
3. kerusakan duktus bilier yang terjadi karena adanya
infeksi virus pada kolangiosit.
Penularan VHC
1. Disebabkan oleh transfusi darah
2. Penurunan infeksi pada penyalahgunaan obat
intravena
Perjalanan Klinis
Peningkatan aktivitas enzim tidak selalu disertai gejala klinis, agaknya mencerminkan
terjadinya nekrosis sel hati tidak terus menerus namun hilang timbul. Infeksi yang bersifat
persisten adalah petanda khas infeksi VHC, di mana 80% hingga 85% pasien
memperlihatkan infeksi akut yang bersifat subklinik atau asimptomatik.
Virus Hepatitis D
Hepatitis D disebut juga Virus Hepatitis Delta (VHD) merupakan virus RNA yang unik di mana
kemampuan replikasinya tidak lengkap. VHD dapat menginfeksi manusia hanya apabila virus ini diselubungi
oleh HBsAg, walaupun secara taksonomi berbeda dengan VHB. Penggandaan VHD secara absolut
bergantung adanya koinfeksi dengan VHB.
Infeksi hepatitis delta dapat melalui dua mekanisme yaitu
(1) koinfeksi akut terjadi setelah terpapar pada virus yang mengandungi VHB dan VHD;
(2) super infeksi terjadi pada individu carrier VHB kronik yang kemudian terinfeksi oleh VHD.
Koinfeksi dapat terjadi ketika VHB sudah cukup Iama keberadaannya dan telah memproduksi
HBsAg dalam jumlah yang cukup untuk membentuk virion VHD sehingga di dalam darah carrier terdapat
VHB dan VHD, telah diketahui pula bahwa pada sebagian besar penderita koinfeksi dapat sembuh dan virus
dapat tereliminasi dengan sendirinya. Sebaliknya sebagian besar penderita super infeksi menunjukkan
progresifitas yang cepat hingga lanjut menjadi hepatitis kronik berat dalam waktu 4-7 minggu kemudian. RNA
VHD dan antigen VHD (HDVAg) dapat terdeteksi di dalam darah dan jaringan hati sebelum dan pada awal
timbulnya gejala akut.
Antihodi IgM anti HDV merupakan indikator yang paling dapat diandalkan bahwa baru-baru ini telah
terjadi infeksi virus, petanda tersebut muncul dalam kadar yang tinggi hanya dalam waktu singkat
segera setelah periode paska infeksi.
Deteksi koinfeksi akut VHD dan VHB yang terbaik yaitu dengan mengukur antibodi IgM HDVAg
dan HBcAg (menyatakan adanya infeksi baru VHB). Pada hepatitis kronik Delta yang berasal dari
super infeksi di dalam serum penderita terdapat HBsAg dan antibodi anti VHD (baik IgM maupun IgG)
yang menetap kadarnya dalam jangka beberapa bulan atau lebih.
Virus Hepatitis E
Virus Hepatitis E (VHE) adalah virus RNA herpes virus rantai tunggal tidak berkapsul. Antigen spesifik, AgVHE
dapat ditemukan di dalam sitoplasma hepatosit selama masa infeksi aktif, virus juga dapat ditemukan pada tinja, dan anti
VHE IgG dan 1gM dapat terdeteksi di dalam serum.
Hepatitis E adalah hepatitis virus akut yang menular secara enterik dan sembuh sendiri yang disebabkan oleh
virus RNA yang dikarakterisasi dengan baik, virus hepatitis E. Penyakit ini bergantung secara ekologis.
Gambaran Klinis dan Hal-Hal yang Ditimbulkan oleh Virus Hepatitis
Sejumlah sindrom klinis dapat terjadi akibat paparan virus hepatitis:
• Infeksi akut asimptomatik: hanya ditemukan tanda-tanda perubahan serologik
• Hepatitis akut: ikterus atau tanpa ikterus
• Hepatitis fulminan: nekrosis hati submasif dan masif diikuti dengan gagal hati akut
• Hepatitis kronik: tanpa atau progresif menjadi sirosis
• Status sebagai pembawa virus dan bersifat kronik: asimptomatik tanpa disertai penyakit
Daftar Pustaka
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura : Elsevier
Saunders.
THANK YOU