Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

A. PENDAHULUAN

Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu

dari lima agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat

disembuhkan sampai kronis dan fatal (Carpenito L. J, 1996).

Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai

reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai

nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan

perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang

sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.

Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-

oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik

yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).


B. EPIDEMIOLOGI
Kita mengenal beberapa jenis hepatitis akut, dari hepatitis – sampai
dengan hepatitis C, berhubungan dengan tepatnya perkembangan
teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan
bahwa akibat hepatitis akan bertambah. Hepatitis menjadi masalah
kesehatan masayarakat yang penting bukan diseluruh dunia. Lebih dari
60.000 kasus dilaporkan kepusat pengawasan kesehatan di amerika dan
setiap tahun jumlahnya secara bertahap.
Walaupun mortalitas dari hepatitis virus relatif rendah, morbiditas
dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini. 60-
90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keadaan kasus subklinis, ketidak berhasilan untuk mengenali kasus yang
ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
palaporan yang kurang lebih 50% orang dewasa di seluruh dunia memiliki
antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat mengingat
kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala
hepatitis (brunner, dkk, 2002).

C. ETIOLOGI
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen
virus RNA untai tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari
famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-anak &
dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan
melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan
penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30
hari pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan
pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit,
pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan
daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau
tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm
yang dapat dideteksi didalam feses pada masa inkubasi dan
fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat
tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat
adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-
HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV
di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan keadaan karier
tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik
dan tanpa gejala. Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa
infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi akibat
pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri
epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala
akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus
DNA berselubung ganda yang dapat terjadi pada semua usia.
Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui
darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan
seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV,
hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah
dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala
akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga
mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila
ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin
berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan
membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa
membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun
dari partikel HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini
mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum
selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.

3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan
agen virus RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua
usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual
dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata
50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik,
pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan
seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor
pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear
berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan imun enzim untuk
mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan
negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta)
dengan agen virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua
usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui
hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari,
21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia.
Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia
dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B.
Karena memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk
replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko
terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg
pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis
tersebut.  Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali
pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan
dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis
hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk
NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul.
Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada
dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60
hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum
terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil
berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV
adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis
untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.
6. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat
kimia, obat atau preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala
yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah. Pemulihan
cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini
atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan
pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah,
memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
7. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat
yang paling berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada
obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang dipakai untuk
mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti
depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-
sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air,
maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-
gatal pada ikterus.

E. MANIFESTASI KLINIS

1.  Masa tunas


     Virus A                          : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
     Virus B                           : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
     Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)   

2.  Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan
infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun
(pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu
hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari,
suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5
hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.

3.  Fase Ikterik


Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat,
penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada
kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas
capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4.  Fase penyembuhan


Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa
mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan,
rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.

F. KOMPLIKASI

1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang


disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik
merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan
sel hati akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah
kerusakan, semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan
semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat
4. Hepatoma

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pencegahan
a. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan
sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular
melalui darah dan produk darah.
b. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis
infeksiosa memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam
dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa
dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/
hr intravena.
e. Roboransia.
f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada
hipokalsemia)
g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup
istirahat.
4. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah
sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah
kembali diberikan makanan yang cukup
5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat
– obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin
ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat
diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai
gejala pembesaran hati kenaikan bilirubin kembali normal.
2. Nutrisi yang adekuat
3. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan
dari keluarga sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk
meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Diagnosa NOC NIC
O keperawatan
1 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan v  Pain Level, Pain Management
dengan angen injuri
v  Pain control,
biologis v  Comfort level  Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
 Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal
menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik  Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk
untuk mengurangi mengetahui pengalaman
nyeri, mencari nyeri pasien
bantuan)  Kaji kultur yang
 Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan  Evaluasi bersama pasien
manajemen nyeri dan tim kesehatan lain
 Mampu mengenali tentang ketidakefektifan
nyeri (skala, kontrol nyeri masa lampau
intensitas,  Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan untuk mencari dan
tanda nyeri) menemukan dukungan
 Menyatakan rasa  Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah dapat mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
 Tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari Nutritional Status ; Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and fluid intake
berhubungan  Kaji adanya alergi makanan
dengan tidak Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi
mampu dalam untuk menentukan jumlah kalori
memasukkan,  Adanya dan nutrisi yangdibutuhkan
mencerna, penngkatan berat pasien
mengabsorbsi badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
makanan karena dengan tujuan meningkatkan intake Fe
faktor biologi.  Berat badan ideal  Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan meningkatkan protein da
tinggi badan vitamin C
 Mampu  Berikan substansi gula
mengidentifikasi  Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
 Tidak ada tanda- mencegah konstipasi
tanda malnutrisi  Berikan makanan yang terpilih
 Tidak terjadi  Ajarkan pasien bagaimana
penurunan berat membuat catatan makaan
badan yang harian
berarti  Monitor julahnutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuanpasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
 Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan
datindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
 Montor makanan esukaan
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Hipertermia NOC : NIC :


berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan proses
penyakit Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
 Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal  Monitor IWL
 Nadi dan RR  Monitor warna dan suhu kulit
dalam rentang  Monitor tekanan darah, nadi
normal dan RR
 Tidak ada  Monitor penurunan tingkat
perubahan warna kesadaran
kulit dan tidak ada  Monitor intake dan output
pusing, merasa  Berikan cairan intravena
nyaman  Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara

Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan


RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor Vital Sign saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan v  Energy conservation Energy Management
dengan kelelahan v  Self Care : ADLs
 Observasi adanya
Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
 Berpartisipasi  Dorong anal untuk
dalam aktivitas mengungkapkan perasaan
fisik tanpa disertai terhadap keterbatasan
peningkatan  Kaji adanya factor yang
tekanan darah, menyebabkan kelelahan
nadi dan RR  Monitor nutrisi  dan sumber
 Mampu energi tangadekuat
melakukan  Monitor pasien akan adanya
aktivitas sehari kelelahan fisik dan emosi
hari (ADLs) secara berlebihan
secara mandiri
 Monitor respon kardivaskuler 
terhadap aktivitas
 Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

 Kolaborasikan dengan Tenaga


Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

5 Resiko kerusakan NOC : NIC :


integritas kulit Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan Skin and Mucous
dengan pruritus Membranes  Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
Batasan Kriteria Hasil : longgar
karakteristik :
 Gangguan pada
 Hindari kerutan padaa tempat
 Integritas kulit tidur
bagian tubuh
yang baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar
 Kerusakan
dipertahankan tetap bersih dan kering
lapisan kulit
(dermis)  Melaporkan  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Gangguan adanya gangguan pasien) setiap dua jam sekali
sensasi atau nyeri
permukaan kulit
pada daerah kulit
 Monitor kulit akan adanya
(epidermis) kemerahan
yang mengalami
gangguan  Oleskan lotion atau
 Menunjukkan minyak/baby oil pada derah
yang tertekan
pemahaman
dalam proses  Monitor aktivitas dan
perbaikan kulit mobilisasi pasien
dan mencegah  Monitor status nutrisi pasien
terjadinya sedera  Memandikan pasien dengan
berulang sabun dan air hangat
 Mampumelindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U.


Pendit...(et. Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC

Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC).

Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius.

Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC),


Mosby.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses


Penyakit.; alih bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC

Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.

Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification
2005-2006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai